STRATEGI FASILITASI PADA SOSIALISASI PENILAIAN KURIKULUM 2013

Disusun Oleh :
WARSITO 
(warsito_w@yahoo.com)
ABSTRAK

Penilaian Kurikulum 2013 menjadi salah satu materi yang sulit dipahami oleh guru dalam implementasinya, selain karena rumitnya ditambah informasi yang sering simpang siur. Agar dapat menyampaikan materi ini dengan optimal, fasilitator perlu menerapkan strategi fasilitasi yang tepat.
Strategi fasilitasi diklat sebagai cara fasilitator mempermudah pemahaman peserta terhadap diklat memegang peranan penting dalam setiap diklat, agar dapat mensosialisasikan materi pelatihan dengan efisien dan efektif. Karya tulis ini memaparkan strategi fasilitasi deduktif dalam sosialisasi sistem penilaian Kurikulum 2013. Dalam strategi ini peserta pelatihan diberi penjelasan awal tentang teknik penilaian kurikulum 2013, dibagikan instrument-instrumen yang telah dirancang untuk menggiring pemahaman peserta, selanjutnya peserta melakukan praktek pengisian, pengolahan dan analisis data penilaian kurikulum 2013. Kemudian peserta membuat deskripsi penilaian sesuai dengan format penilaian dalam rapor. Selanjutnya peserta melakukan presentasi dan diskusi hasil kerja. Fasilitator memberi penjelasan dan penguatan hal-hal yang belum sesuai ketentuan penilaian yang berlaku.
Setelah melalui perencanaan, praktek dan analisis hasil kegiatan, dapat didimpulkan bahwa strategi fasilitasi deduktif dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta sosialisasi penilaian Kurikulum 2013.

I.  Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sebaik apapun program tidak dapat diketahui kalau tidak dilakukan pengukuran tingkat keberhasilannya. Kurikulum 2013 yang telah dipersiapkan dengan matang oleh para ahli dengan kajian dan pembahasan dalam waktu yang lama. Bagaimana kita bisa menjamin keberhasilan pelaksanaannya?. Salah satu caranya yaitu dengan penilaian.

Kurikulum 2013 yang muncul sebagai respon terhadap keprihatinan kondisi bangsa menerapkan yang meliputi tiga aspek: sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Program ini dibuat untuk mengatasi model pendekatan pembelajaran di sekolah pada kurikulum KTSP masih cenderung sebatas pengetahuan (kognitif).  Sementara materi pembentukan sikap dan keterampilan pada dasarnya materi yang aplikatif yang tidak cukup hanya diajarkan melalui teori. Dalam kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dilakukan perbaikan, mengadopsi berbagai variable-variabel pendidikan yang mempengaruhi dalam keberhasilan pembelajaran.

Penilaian merupakan bagian penting dalam system pendidikan, yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pelaksanaan program pembelajaran. Pada dasarnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006 juga telah menyentuh pada aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomoorik), namun secara pelaksanaan belum sampai kepada penilaian. Sehingga tingkat ketercapaiannya tidak dapat diukur. Dalam kurikulum 2013 aspek sikap (spiritual dan social), pengetahuan dan keterampilan sudah diberikan porsi yang seimbang sampai kepada aspek penilaian, dengan demikian dapat dilihat sejauh mana tingkat keberhasilannya dan dapat dilakukan tindak lanjut sedini mungkin. 

Penilaian ketrampilan merupakan salat satu titik berat dalam penilaian krikulum 2013, karena wujud usaha perbaikanb bangsa. Namun karena penilaian ini termasuk jarang dilakukan oleh guru-guru kita, maka banyak guru yang merasa terkendala dalam implementasinya. Guru-guru masih banyak yang mengambang pemahamannya tentang penilaian keterampilan ini. Selain itu tak kalah hebohnya penilaian sikap, yang merupakan penilaian kualitatif, yang kadang cenderung kepada subyektif kalau tidak dilakukan dengan benar maka akan terjadi ketidakakuratan hasilnya. Oleh sebab itu maka kurikulum 2013 menggunakan prinsip autentik dalam pembelajaran.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana metode fasilitasi agar pelaksanaan pelatihan peserta diklat dapat mudah memahami dan memiliki keterampilan dalam penilaian, pengolahan nilai dan pengisian rapor dalam Kurikulum 2013.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuktikan cara terbaik dalam menggunakan metode fasilitasi workshop penilaian Kurikulum 2013 tingkat Sekolah Dasar.

1.4 Batasan Masalah

Agar lebih focus dalam pembahasan ini maka dilakukan pembatasan masalah yaitu mengenai fasilitasi pada workshop penilaian dan pengisian rapor.


II.  Kajian Pustaka

2.1 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai rencana yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh fasilitator dan peserta pelatihan agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Strategi pembelajaran juga merupakan “taktik” yang digunakan oleh fasilitator dalam melaksanakan proses pelatihan agar dapat mempengaruhi peserta pelatihan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat empat unsur strategi diantaranya adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan dua kelompok besar, yaitu exposition discovery learning dan group individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif (Mushlihin, 2013).

2.2 Fasilitasi

Fasilitasi adalah kegiatan pemberian bantuan peserta pelatihan agar lebih mudah dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Memfasilitasi pelatihan adalah sebuah tindakan seni yang tidak sekedar menuntut kemampuan akademik, namun juga sikap totalitas dan perasaan. Meskipun demikian, antara kemampuan akademik dan perasaan seorang fasilitator tidak dapat dimungkiri memiliki keterkaitan erat. Kemampuan akademik tentang ketrampilan memfasilitasi seseorang diyakini mampu memengaruhi perkembangan kematangan jiwa yang bersangkutan dalam memfasilitasi.


Orang dewasa dengan segala pengalaman yang dimiliki, telah membentuk karakter pribadi yang unik dan merupakan potensi diri untuk perkembangan diri ke tahap kematangan selanjutnya. Potensi diri tersebut akan dapat berkembang melalui situasi proses belajar yang memungkin dirinya mengeluarkan segala pengalaman dan pikiran-pikiran kritis yang dimiliki. Seorang fasilitator yang baik harus mampu :
1. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan & proses
2. Tetap obyektif
3. Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan mencapai tujuan mereka
4. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
5. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda
6. Sensitif terhadap gender dan budaya
7. Mendorong semua orang berpartisipasi; setiap orang berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang hanya berbicara dalam kelompok kecil, tetapi tetap berpartisipasi. Yang lain mungkin banyak bicara tetapi sedikit kontribusi.
8. Membantu kelompok mentaati waktu
9. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan
10. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan, & membantu kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya. (Munggoro, D.W. dan B. Kismadi).

2.3 Pentingnya Strategi dalam Fasilitasi


Konsep fasilitasi dan fasilitator sudah ada sejak lama. Pelatihan pada umumnya tidak sama dengan sekolah formal, dimana banyak keterbatasan, seperti waktu, biaya, tempat, keadaan peserta (usia, latar belakang keilmuwan, bidang keahlian, dsb). Dalam mencapai kompetensi yang diharapkan tidak seperti idealnya sekolah-sekolah formal. Dari keadaan tersebut, maka perlu adanya strategi tersendiri yang harus digunakan agar tujuan dapat tercapai sesuai harapan.  Ada dua pelajaran penting yang harus disadari untuk mencapai pengelolaan proses partisipatif yang efektif. Salah satu kunci utama kesuksesan pengelolaan proses partisipasi yang efektif adalah niat baik dan kapasitas semua pihak yang berkepantingan dengan isu yang dibahas. Jika para pihak tidak berpartisipasi dalam mencari solusi bagi masalah-masalah mereka sendiri atau tidak menjadi bagaian dalam proses pengambilan keputusan, maka dalam situasai terbaik sekalipun implementasi akan dilakukan dengan setengah hati, mungkin tidak dipahami, bahkan kemungkinan besar akan gagal sama sekali.
Kegiatan pelatihan harus dibuat sedemikian rupa, diantaranya menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman, maka para peserta dapat :
- menemukenali dan menyelesaikan masalah
- mengatasi konflik-konflik mereka sendiri
- membuat keputusan-keputusan kolektif
- membuat perencanaan bersama
- segera mengatasi persoalan, dan
- mengelola dirinya sendiri.

Prisipnya begini, sebuah gagasan yang dingkapkan secara sederhana dan menarik akan ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Sedangkan sebuah gagasan yang dinyatakan dengan tidak jelas atau menyinggung perasaan beberapa pihak akan sulit ditangkap atau diterima orang lain.
Dalam kebanyakan kelompok, orang biasanya ingin sekali menyampiakan pendapat, menceritakan gagasan, mendengarkan pengalaman orang lain dan mencari gagasan-gagasan baru yang menarik. Tetapi perbedaan kelas dan status sosial di dalam masyarakat akan menyebabkan proses tersebut tidak berjalan mulus. Misalnya, masyarakat desa lebih memperhatikan apa yang dikatakan kepala desa dari pada seorang perempuan muda dari kota. Di sinilah pentingnya teknik-teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator dapat menjadi pendukung yang kuat bagi kelompok-kelompok ini.

2.4 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Secara umum, strategi pembalajaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, diantaranya sebagai berikut :
1.       Strategi Pembelajaran Langsung
Merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada fasilitator (teacher centered approach).
2.       Strategi Pembelajaran dengan Diskusi
Proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.
3.       Strategi Pembelajaran Kerja Kelompok Kecil
Mengorganisasikan peserta pelatihan dalam kelompok kecil merupakan strategi yang banyak dianjurkan oleh para fasilitator. Strategi ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Merupakan strategi pembelajaran yag berpusat kepada peserta pelatihan.
4.       Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri 3 sampai 5 orang pesert untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.
5.       Strategi Pembelajaran Problem Solving
Teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran strategi pemecahan masalah.

2.5 Penilaian Kurikulum 2013

Di dalam kurikulum 2013 penilaian merupakan bagian penting yang sangat ditekankan pelaksanaannya. Penilaian kurikulum 2013 menggunakan penilaian otentik yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan KTSP. Dimana berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam pembelajaran di kelas. Penilaian kurikulum 2013 tidak hanya panilian aspek pengetahuan saja, tapi juga menilai aspek sikap dan keterampilan, yang pada kurikulum KTSP tidak dilakukan. Penilaian ini mengukur aspek-aspek yang dijelaskan dalam indikator, untuk dilihat tingkat keberhasilannya setelah pembelajaran. Penilaian kurikulum 2013 menggunakan prisnsip-prinsip sebagai berikut : Objektif, Terpadu, Ekonomis, Transparan, Akuntabel dan Edukatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari  asli, nyata, valid, atau reliabel.  Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan  dibandingkan dengan  tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

No
Jenis Penilaian
Pelaku
Waktu
1
Penilaian otentik
Guru
Berkelanjutan
2
Penilaian diri
Siswa
Tiap kali sebelum ulangan harian.
3
Penilaian projek
Guru
Sesuai kebutuhan mapel
4
Ulangan harian (dapat berbentuk penugasan)
Guru
terintegrasi dengan proses pembelajaran
5
Ulangan Tengah dan Akhir Semester
Guru (di bawah koord. satuan pendidikan)
Semesteran
6
Ujian Tingkat Kompetensi
Sekolah (kisi-kisi dari Pemerintah)
Tiap tingkat kompetensi yang tidak bersamaan dengan UN
7
Ujian Mutu Tingkat Kompetensi
Pemerintah
Tiap akhir tingkat kompetensi (yang bukan akhir jenjang sekolah)
8
Ujian Sekolah
Sekolah (sesuai dengan peraturan)
Akhir jenjang sekolah
9
Ujian Nasional sebagai Ujian Tingkat Kompetensi pada akhir jenjang satuan pendidikan.
Pemerintah (sesuai dengan peraturan)
Akhir jenjang sekolah


Aspek-aspek Penilaian dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Aspek Sikap
a. Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
b. Penilaian Diri
Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri sebelum ulangan oleh peserta didik secara reflektif. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
c. Penilaian Antarteman atau penilaian teman sejawat
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. Penilaian ini dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran.
d. Jurnal Catatan Guru atau jurnal pendidik
Jurnal Pendidik adalah instrumen penilaian yang digunakan untuk menghimpun catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

2. Penilaian Aspek Pengetahuan
Aspek Pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:
a. Tes tulis; Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b. Tes Lisan; Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga menumbuhkan sikap berani berpendapat. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf.
c. Penugasan; Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

3. Penilaian Aspek Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
a. Penilaian Kinerja; Merupakan suatu penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya.
b. Penilaian Projek; Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan melakukan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas. Pada penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan; Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.
2) Relevansi; Kesesuaian tugas projek dengan muatan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian; Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.
c. Penilaian Portofolio; Portofolio dalam proses penilaian pembelajaran sering dimaknai sebagai suatu koleksi hasil kinerja peserta didik berupa artefak yang mengungkapkan tahapan perkembangan. Artefak-artefak itu dihasilkan dari pengalaman belajar atau proses pebelajaran peserta didik dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian, portofolio dapat diartikan sebagai suatu koleksi pribadi hasil pekerjaan seorang peserta didik yang menggambarkan taraf pencapaian kompetensi, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.


2.6  Remedial Penilaian Sikap

Salah satu kompetensi baru pengelolaan khususnya teknis remedial adalah kompetensi sikap. Kompetensi ini perlu mendapat perhatian berbeda terhadap kompetensi pengetahuan maupun keterampilan. Kompetensi ini melekat pada prilaku peserta didik itu sendiri. Penilaiannya diambil setiap pelaksanaan pembelajaran oleh guru yang mengajar dengan teknik observasi.
Pelaksanaan remedial kompetensi sikap dilakukan secara pendekatan khusus dan dilakukan terus-menerus. Peserta didik yang nilai sikapnya kurang menjadi kewajiban gurunya melakukan pendekatan secara personal, apa penyebabnya, kemudian dipantau pada pertemuan selanjutnya, kalau masih diingatkan lagi dengan pendekatan interpersonal, dan seterusnya. Di sini terjadi proses remedian kompetensi sikap.  Berikut adalah langkah-langkah remedian nilai sikap :
1.       Mengikutkan pada Kegiatan Bimbingan-bimbingan Rohani
2.       Memantau Kemajuan Sikap Pada Pertemuan berikutnya
3.       Mengambil Nilai Modus Sebagai Nilai Akhir Semester
4.       Memasukkan Pada Nilai Rapor
5.       Guru Mapel Melaporkan Kepada Guru BK
6.       Guru BK Memberikan Konsultasi
7.       Menghadap kepada Kepala Sekolah.



III.  Rencana Kegiatan

Agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah maka dirancang dengan langkah-langkah sebagai berikut :


Pendahuluan
(5’)

Tanya Jawab
(45’)

Penguatan
(40’)

Tugas Kelompok
(135’)

Presentasi
(45’)

Paparan Konsep Penilaian
(90’)
 











Gambar 2 Skenario Workshop

Dalam pelatihan ini skenario kegiatannya adalah :
1.       Pendahuluan, fasilitator memaparkan pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran dan bagaimana seandainya suatu pembelajaran dilaksanakan tanpa ada penilaian.
2.       Pemberian materi pengantar, fasilitator memberikan paparan singkat mengenai penilaian kurikulum 2013, perbedaannya dengan kurikulum KTSP. Fasilitator menjelaskan prinsip dan pendekatan penilaian dalam kurikulum 2013. Fasilitator menjelaskan kompetensi yang diukur dalam penilaian kurikulum 2013 dan jenis-jenis penilaian yang digunakan. Selanjutnya ditampilkan instrument-instrumen penilaian dan cara pengisiannya.
3.       Pembagian kelompok (menjadi 7 orang), kelompokkan menjadi 2 dan masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil dengan jumlah 3 sampai 4 orang. Mereka memberi nama dengan nama yang inovatif dan duduk dalam satu meja.
4.       Mengerjakan LK Penilaian dan Rapor, aktivitas selanjutnya yaitu masing-masing kelompok diberikan format LK penilaian dan Rapor. Dijelaskan secara singkat cara pengisiannya. Selanjutnya masing-masing kelompok mengisi format penilaian tersebut. Hasil pengisian dituliskan dalam slide presentasi dan dibuat daftar nama anggota kelompok.
5.       Presentasi hasil diskusi kelompok, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Disertai dengan tanya jawab antara kelompok yang tampil dan kelompok-kelompok dalam kelas. Faslitator memberikan penjelasan bagian-bagian yang kurang dipahami oleh peresta.
6.       Penguatan, Kegiatan di akhiri dengan penguatan oleh fasilitator terhadap pelatihan secara umum.

III.  Hasil dan Analisa

Kegiatan ini diselenggarakan pada Workshop Penilaian Kurikulum 2013 di KKG Rayon I Dayun Tanggal 28 Oktober 2014 dan dapat mengikuti agenda yang telah direncanakan. Dari rencana yang telah dibuat, maka dilaksanakan implementasi kegiatan Workshop penilaian kurikulum 2013 bagi guru SD, dimana permasalahan penilaian menjadi perbincangan bagi guru, karena tidak lama lagi sekolah akan melaksanalan ujian akhir semester. Sosialisasi di awal memberikan pengetahuan dasar kepada peserta dalam memahami materi-materi penilaian. Banyak informasi yang beredar simpang siur telah membuat sebahagian guru merasa kebingungan mengenai teknis penilaian yang benar. Dengan pengetahuan awal ini telah membentuk pemahaman kepada guru sehingga memiliki kesamaan pandangan terhadap materi yang diberikan.
Materi di awal mampu mendorong guru untuk berfikir tentang apa yang harus dilakukan dalam implementasi kurikulum 2013. Guru mendapat bayangan apa-apa yang harus mereka persiapkan. Materi ini memberikan bekal awal bagi guru dalam memahami materi yang lebih teknis dalam pelaksanaan penilaian Kurikulum 2013. Sebagian guru merasa tergerak untuk melakukan praktek pengolahan nilai kurikulum 2013 yang menggunakan angka-angka berbentuk sampel.
Pada tahap selanjutnya instrumen pengolahan nilai kemudian dibagikan kepada peserta dan peserta sangat antusias untuk mengisi instrument tersebut. Peserta dapat menggunakan peralatan hitung yang dimiliki, seperti kalkulator, laptop maupun HP yang ada fitur kalkulatornya. Peserta merasa bersemangat dapat mencoba menghitung langsung, sehingga dapat menanyakan langsung kendala yang dihadapi.
Pemahaman  yang telah diperoleh semakin terasa berkesan setelah dilakukan pengisian instrument pengolahan nilai siswa yang meliputi Sikap Spiritual, sikap social, pengetahuan dan keterampilan.  Peserta pelatihan mulai dapat mengisi instumen pengolahan nilai siswa, namun ada beberapa peserta masih sedikit kebingungan dalam menghitung nilai rerata dari setiap nilai KD. Dalam tahap ini fasilitator dapat memberikan penjelasan mengenai bagian-bagian kesulitan yang dialami oleh peserta pelatihan. Peserta yang kesulitan dapat langsung berdiskusi dengan peserta lain yang lebih dulu memahami cara pengisian tersebut.
Kegiatan selanjutnya yaitu dengan pembuatan deskripsi dari nilai angka yang telah dihitungnya, menuliskan di dalam lembar kegiatan yang telah disediakan untuk tiap peserta pelatihan. Sebelumnya fasilitator memberikan pedoman dalam pembuatan deskripsi nilai. Pembuatan deskripsi ini peserta agak mengalami kesulitan, namun setelah diberikan penjelasan mereka mulai dapat memahaminya.
Sebagai konfirmasi jawaban masing-masing peserta pelatihan, maka kegiatan ini dilanjutkan dengan langkah selanjutnya yaitu presentasi hasil kerja. Beberapa peserta perwakilan mempresentasikan hasil yang telah dibuat dalam bentuk LK.
Sesi selanjutnya fasilitator menjelaskan format Rapor kurikulum 2013 dan teknis pengisiannya. Fasilitator menggunakan format lapor sesuai dengan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Agar peserta lebih jelas, fasilitator juga menayangkan contoh pengisian Rapor.
Kegiatan terakhir yaitu komentar, pengalaman dan diakhiri dengan penguatan oleh fasilitator.


IV.   Kesimpulan
4.1 Kesimpulan

Secara umum pelaksanaan berhasil dengan baik, dengan peningkatan pemahaman peserta diklat cukup signifikan akan materi penilaian kurikulum 2013. Banyak diantara peserta yang awalnya masih sama-samar pemahamannya dalam penilaian meskipun telah didiklat selama 5 hari. Peserta merasa kebingungan tentang penilaian sikap dan cara melakukan remedialnya. Peserta tidak yakin dapat menilai sikap masing-masing peserta dengan jumlah siswa yang begitu banyak. Dengan diskusi dan penjelasan dari fasilitator peserta mulai memahami teknis penilaian sikap tersebut.
Peserta diberikan penjelasan tentang dasar-dasar penilaian pada kurikulum 2013 hingga pengisian rapor. Pada awalnya peserta merasa kebingungan dalam mengisi rapor terutama dalam pembuatan deskripsi. Dengan penjelasan lisan peserta masih belum cukup. Setelah mengerjakan tugas LK, peserta baru mulai memahami dengan gamblang. Peserta merasa pemahamannya lebih utuh ketika dilakukan kegiatan pengisian lembar kegiatan (LK) pengolahan nilai.
Kegiatan pengolahan nilai menggunakan LK mampu memberikan kompetensi keterampilan kepada peserta pelatihan dalam mengolah nilai rapor. Nilai hasil olahan selanjutnya diisikan ke dalam format Rapor Kurikulum 2013. Praktek pemasukan hasil olahan nilai ke dalam format Rapor menambah keutuhan pemahan peserta terhadap kurikulum 2013. Tingkat kepuasan peserta cukup baik dan banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator. Dimana fasilitator memberiakan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung melakukan evaluasi pemahaman peserta pelatihan. Ternyata sebahagian pesert diklat dapat menjawabnya dengan baik dan benar.

4.2 Saran

Pelatihan kurikulum 2013 tentang penilaian cukup efektif menggunakan pola pendekatan praktek dengan LK. Sebaiknya setiap peserta diberikan kesempatan untuk mencoba mengisi LK dan mengeksplorasi dari sumber-sumber dari soft copy. Dengan demikian maka pelaksanaan pelatihan dapat lebih optimal.

V.  Daftar Literatur

1.   Anonymous, 2014, Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapor di SD, Kemendikbud, Jakarta.
2.  Anonymous, 2013, Salinan Permendikbud No. 66 th 2013 ttg Standar Penilaian, Jakarta.
3.   Anonymous, 2014, Permendikbud No. 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum SD, Jakarta.
4.   Mushlihin, 2013, Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, https://www.mushlihin.com/2013/10/education/perbedaan-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.php, 13 November 2014.
5.   Munggoro, D.W. dan B. Kismadi, Beberapa Teknik Fasilitasi,
http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_kebijakan/untuk_cso/file/108.pdf, 13 November 2014.
6.   Shadiq F., Deduksi Atau Penalaran Deduktif: Kelebihan Dan Kekurangannya,
https://fadjarp3g.wordpress.com/2008/06/17/penalaran-deduktif-kelebihan-dan-kekurangannya/, 2014.

Catatan: Sebagian gambar diambil dari google

LESSON STUDY “SOLUSI MENGATASI MASALAH PRAKTIK PEMBELAJARAN DI KELAS”


Oleh: Duwi Tri Lestari, S.Si, M.Pd

ABSTRAK
Proses pembelajaran di dalam kelas memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi belajar siswa. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah bagaimana siswa belajar (student-centered). Hal ini tidak mudah dilakukan, mengingat kebiasan guru yang terbiasa menjadikan siswa sebagai objek belajar. Untuk mengatasi hal ini, salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan melaksanakan lesson study. Lesson Study merupakan suatu  bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Di Indonesia sendiri sudah dikembangkan sejak Tahun 2006 dan sudah dilaksanakan di beberapa kota. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa meningkat.
Kata Kunci: Lesson Study, Student Centered, proses pembelajaran

A.    Pendahuluan
http://esd112tah.files.wordpress.com/2008/11/lesson-study-cycle1.jpg?w=500Selama pendidikan masih ada, selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan selalu menjadi bahan pembicaraan. Sebagian besar yang selalu menjadi topik pembicaraan adalah tentang bagaimana upaya untuk mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal yang nantinya dapat bersaing baik dalam bidang akademis maupun dalam dunia kerja. 
Salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang lesson Study yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui metode ceramah. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, Dalam hal ini, lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Menurut Styler dan Hiebert dalam Susilo (2009), lesson Study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru ketika mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran, membelajarkan peserta didik sesuai skenario, mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain (mendiseminasikannya).

B.     Konsep Lesson Study

Lesson Study merupakan suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Sementara itu lesson study di Indonesia dilaksanakan sejak tahun 2006 melalui Program SISTTEMS (Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Secondary Level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI, dan JICA. Pelaksanaannya di tiga kota, yaitu Sumedang, berkolaborasi dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI); Bantul, berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); dan Pasuruan, berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UM) (Susilo, dkk: 2009).
Mulyana (2007) menyebutkan bahwa ada dua bentuk lesson study yang dapat dilaksanakan di Indonesia, yaitu:
a.       Lesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yakni lesson study yang dilaksanakan pada setiap hari pertemuan MGMP yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan meliputi plan pada minggu pertama, do pada minggu kedua, dan see pada minggu ketiga.
b.      Lesson study berbasis sekolah (LSBS), yakni lesson study yang dilakukan di suatu sekolah dengan kegiatan utama berupa open lesson atau open class oleh setiap guru secara bergiliran pada hari tertentu.
Bentuk lesson study manapun yang menjadi pilihan bagi seorang guru tidak menjadi masalah asalkan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan. 

C.       Siklus Kegiatan Lesson Study
Fernandez dan Yoshida (2004) memaparkan 6 langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson Study, yaitu :
a.       merencanakan pembelajaran secara kolaboratif (bersama-sama).
b.      melaksanaan pembelajaran. Seorang guru ditunjuk sebagai pengajar sementara yang lain menjadi pengamat.
c.       melakukan diskusi refleksi tentang pembelajaran.
d.      merevisi rencana pembelajaran.
e.       melaksanakan pembelajaran di masing-masing kelas.
f.       melakukan sharing tentang hasil pembelajaran masing-masing.
Jika 6 langkah Lesson Study tersebut disingkat menjadi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see) maka Lesson Study merupakan siklus dari kegiatan plan-do-see.
Pada tahap perencanaan, mula-mula peserta memilih salah seorang peserta menjadi moderator yang nantinya akan menjadi pemimpin sidang perencanaan. Di dalam proses perencanaan ini para guru hendaknya mengkaji :
a.       kurikulum , termasuk di dalamnya mencermati Kompetensi Dasar.
b.      menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan. Biasanya materi yang dipilih adalah materi yang sulit bagi siswa, sulit bagi guru, materi baru dalam kurikulum dan materi yang memerlukan metode pembelajaran yang efektif.
c.       menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa.
d.      menentukan metode yang sesuai.
e.       menentukan urutan proses pembelajaran.
f.       menyusun LKS (jika diperlukan).
g.      menyusun evaluasi.
            Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan perencanaan adalah :
a.       Rencana Proses Pembelajaran (RPP), ini digunakan sebagai skenario proses pembelajaran.
b.      Media pembelajaran yang diperlukan.
c.       LKS (jika diperlukan).
Setelah dihasilkan produk pada tahap perencanaan, maka selanjutnya dimulai tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dimulai dengan memilih salah seorang peserta sebagai guru pengajar. Selanjutnya nanti, guru dapat ditunjuk secara bergantian agar semua pernah melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati oleh guru yang lain. Guru yang ditunjuk sebagai pengajar hendaknya patuh pada skenario yang telah disusun. Akan tetapi jika pada saat proses pembelajaran berlangsung terjadi situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, guru pengajar tersebut dapat memodifikasi atau mengubah skenario sesuai dengan keadaan. Di sini dituntut kepekaan dan kreativitas guru dalam menghadapi masalah.
Pada waktu guru terpilih melakukan pengajaran, guru yang lainnya bertindak sebagai pengamat yang mengamati bagaimana siswa belajar, bukan bagaimana guru mengajar. Hal-hal yang diamati pada siswa antara lain adalah bagaimana tingkah laku, bahasa tubuh, hubungan siswa dengan siswa, hubungan siswa dengan guru, dan hubungan siswa dengan lingkungan. Agar pengamat dapat melakukan tugasnya dengan mudah, maka pengamat perlu membuat lembar observasi. Hasil pengamatan hendaknya ditulis secara akurat, objektif, dan bukan berdasarkan pada apa yang seharusnya sesuai dengan keinginan pengamat, melainkan berdasarkan fakta yang terjadi.
Refleksi dilakukan pada hari itu juga setelah selesai proses pembelajaran. Hal ini dilakukan mengingat suasana proses pembelajaran yang masih segar dalam ingatan dan masih mudah diingat. Namun demikian, jika tidak dapat dilakukan segera, refleksi dapat dilakukan pada hari yang lain asalkan tersedia hasil rekaman video proses pembelajaran yang nantinya akan diputar terlebih dahulu sebelum dilakukannya proses refleksi.
Pada saat refleksi, kegiatan pertama yang dilakukan adalah mempersilahkan guru pengajar melakukan refleksi terlebih dahulu seperti bagaimana perasaan sebelum dan sesudah pembelajaran, mengapa mengajar tidak sesuai dengan skenario, apakah guru tersebut merasa tujuan pembelajaran tercapai, serta bagaimana tingkat kepuasan guru dalam melaksanakan pembelajaran, Setelah itu barulah didengarkan hasil refleksi satu persatu dari pengamat.
Hasil refleksi tersebut nantinya akan digunakan untuk perencanaan proses pembelajaran selanjutnya. Jika terdapat kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran, maka hal itu dipertahankan. Sebaliknya jika terdapat kekurangan, maka dilakukan revisi terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat.
Dengan melakukan perencanaan bersama, mengamati bersama dan melakukan refleksi bersama, para guru akan terasah pemahaman dan keterampilannya dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa belajar dan berorientasi pada aktivitas dan kreativitas siswa serta terlatih mengamati siswa belajar. Jika keprofesionalan guru meningkat maka hasil belajar siswa pun akan meningkat pula. Jadi secara tidak langsung lesson study meningkatkan mutu pendidikan.
Mengingat banyaknya jumlah guru yang ada di Indonesia, tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada semua guru. Lesson study ini diharapkan dapat menjadi salah satu model pembinaan guru agar guru lebih professional. Pembinaan ini dapat dilakukan sendiri oleh guru bersama guru lain sehingga terjadi proses belajar membelajarkan antar guru itu sendiri. Filsafat lesson study adalah guru belajar agar dapat mengajar dengan baik.
D.    Keunggulan dan Kelemahan Lesson Study
Terlihat jelas bahwa lesson study ini memiliki banyak manfaat bagi guru. Susilo (2009) menyebutkan beberapa manfaat yang dirasakan oleh guru ketika mengikuti lesson study, seperti:
a.       mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan perbaikannya
b.      membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
c.       memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan kurikulum
d.      membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar peserta didik
e.       meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran
f.       meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan
g.      memungkinkan guru memiliki banyak kesempatan untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik pembelajarannya sehingga dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktik pembelajaran dari perspektif peserta didik
h.      mempermudah guru berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran
i.        memperbaiki praktik pembelajaran di kelas
j.        meningkatkan keterampilan menulis karya tulis ilmiah atau buku ajar
Meskipun banyak manfaat yang didapatkan oleh guru ketika mengikuti lesson study, namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini juga sering mengalami hambatan. Menurut Susilo (2009), hambatan terbesar dalam pelaksanaan lesson study ini yaitu kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melaksanakannya. Selain itu juga faktor budaya dan biaya. Hambatan budaya dan konteks merupakan salah satu hal yang harus diatasi dalam pelaksanaannya. Hambatan budaya yang berupa kecendrungan guru yang kurang memiliki komitmen dan kesungguhan hati untuk melakukan yang terbaik, kurang memiliki sikap “mau belajar sepanjang hayat”, dan lebih tertarik melakukan sesuatu bila ada “biaya”nya. Hambatan lain yaitu kurang terbiasa mengembangkan budaya saling belajar dan membelajarkan secara kolaboratif dan kurang biasa melakukan refleksi diri secara kritis.
E.        Penutup
 Pada akhirnya keberhasilan kegiatan lesson study sebagai suatu usaha untuk meningkatkan keprofesionalan guru sangatlah bergantung pada komitmen, keyakinan, dan kesadaran dari seluruh peserta. Mereka juga menyadari bahwa lesson study  ini merupakan suatu wadah untuk saling belajar, saling memperbaiki diri, sehingga kritikan maupun masukan dari rekan sejawat menjadi suatu hal yang penting, bukan menjadi suatu hal yang harus ditakuti dan dihindari.

Referensi:
Susilo, H.,  Chotimah. H., Joharmawan, R., Jumiati., Sari, Y.D., Sunarjo. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Bayumedia Publishing: Malang

Mulyana, S. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Yoshida, M., & Fernandez, C. 2004. Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

HIDUP SEHAT MELALUI JALAN KAKI

Judul Buku                : Jangan Abaikan Jalan Kaki
Penulis                        : As’Adi Muhammad
Penerbit                      : DIPA Press
Tahun Terbit             : 2011
Halaman                     : 148

Anda mau sehat dengan  olah raga ringan, murah tanpa biaya?Jalan kakilah jawabnya.
Anda ingin terhindar dari berbagai penyakit mematikan seperti serangan jantung, kolesterol, kanker, hingga diabetes? Mudah saja terapinyahanya, dengan jalan kaki


Jalan kaki suatu yang lumrah kita lakukan, namun jangan dianggap enteng, karena tidak sedikit manfaat yang kita peroleh dengan jalan kaki. Jalan kaki itu sehat, membuat badan segar dan menyenangkan dan cocok untuk semua umur.
Apalagi saat sekarang ini banyak sekali orang yang risau dengan berat badannya, maka semuanya ini bisa ditanggulangi dengan melakukan kegiatan jalan kaki secara teratur dan disiplin.
Dalam buku setebal 148 halaman ini dijelaskan beberapa prinsip jalan kaki, diantaranya bagaimana mempersiapkan diri untuk melakukan olah raga jalan kaki, bagaimana menghindari cedera. Juga dijelaskan bagaimana menghitung intensitas olahraga. Demikian juga bagaimana melakukan olah raga jalan kaki bersama keluarga dan anak-anak.
Hal terpenting lainnya dari jalan kaki adalah jalan kaki dapat membakar lemak lebih cepat, namun walaupun begitu selama melalukan aktifitas jalan kaki ada beberapa yang harus diperhatikan. Diantaranya, hindari tanjakan yang curam, ayunkan lengan selama berjalan; lakukan dengan langkah-langkah kecil; tetapkan titik tujuan, libatkan otot betis, pilih sepatu yang tepat, berdiri tegak dan tingkatkan detak jantung serta tambahkan kekuatan.

Ada beberapa jenis jalan kaki yang bisa dipilih, antara lain: Berjalan interval yang merupakan kombinasi latihan berat dan ringan secara intens; jalan 10.000 langkah, para akhili mengatakan  bahwa orang dewasa membutuhkan 10 ribu langkah agar tetap sehat dan aktif; senam berjalan, sementara berjalan tambahkan beberapa aktifitas jalan kaki untuk meningkatkan massa otot;   hiking  atau pilihan lainnya berjalan mundur.

Penyakit berat yang bisa disembuhkan dengan jalan kaki adalah: penyakit jantung, stroke, diabetes melitus, hipertensi, osteoporosis dan  kanker. Ada beberapa macam kanker yang bsia disembhkan dengan aktifitas olah raga jalan kaki. Fakta yang dikemukakan disini bukan lah sekedar cerita saja tapi didukung oleh bukti-bukti yang mendukung keberhasilannya.
Di samping penyakit berat, olah raga jalan kaki juga dapat menyembuhkan penyakit ringan, antara lain: demensia, obesitas, stress/depresi, nyeri punggung, encok dan jalan kali bagus juga untuk mereka yang sedang berdiet.
Manfat lain dari jalan kaki adalah: menimbulkan rasa bahagia, awet muda; berjalan kaki juga mempermudah tidur  bagi yang sulit tidur; Jalan kaki juga dipercaya dapat memperpanjang umur, melansingkan tubuh, meningkatkan gairah seks; untuk kesehatan ibu hamil dan kesehatan jiwa.
Resensi ini dibuat dengan ringkas, namun untuk mendapat kan keterangan yang lebih lengkap dan langkah-langkah yang harus dilakukan ada baiknya membaca buku ini bagi yang berminat. Dan buku ini pun mudah dimengerti karena sistimatika penulisannya membuat kita mudah memahami.

MEMANFAATKAN INTERNET UNTUK MENDAPATKAN UANG


Judul Buku                      : 88 Mesin Uang di Internet
Penulis                              : Anang YB
Penerbit                            : Best Publisher
Tahun terbit                     : 2009
Halaman                           : 187 halaman

Apakah mendapatkan uang dari internet hanya mitos dan mimpi-mimpi belakaa?Buku ini mencoba mengungkapkan kepada pembaca bahwa ada 88 mesin uang di Internet yang bisa menjadi sumber penghasilan bagi mereka yang mau mencobanya. Bagi yang masih memerlukan uang tambahan mungkin ada baiknya membaca dan memcoba apa yang diungkapkan dari buku ini.

Di era modren sekarang ini, internet sudah merupakan bagian kehidupan  kita sehari-hari. Banyak profesi sekarang ini bergantung pada internet. Namun ada juga sebagian masyarakat memanfaatkan internet hanya untuk sekedar bersenang-senang, mencari informasi, chating di media sosial seperti face book. Namun yang tidak kalah pentingnya internet bisa juga dijadikan sumber penghasilan. Dari buku ini diungkapkan ada 88 mesin uang yang bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan.
Sebelum masuk kepada bagaimana memanfaatkan internet untuk mendapatkan uang, terlebih dahulu dibahas persiapan yang harus dilakukan, yaitu dengan membuat blog. Di sini dijelaskan bagaimana membuat blog, memilih domain dan membuat akun di Paypal yang merupakan alat pembayaran secara virtual serta bagaimana sistem pembayaran di bisnis internet.
Dari 88 mesin uang yang dibicarakan disini dapat di klasifikasikan bahwa untuk mendapatkan uang melalui internaet ada 12cara, yaitu Memajang iklan, membuat review, berbagi file, lewat pop up, menyingkat alamat web, melihat iklan dan email, memarkir domain, menjal link, mengerjakan survey, melalui affilasi penjualan, dengan sign up dan lewat jaringan pertemanan serta lewat  mesin uang lokal.
Dibanding dengan buku-buku lain yang memabhas bagaimana mendapat kan uang melalui internet, buku ini agak specific. Buku-buku lain biasanya banyak yang  sekedar menjual mimpi dan nasehat-nasehat agar kita berobah mindset dan testimoni-testimoni yang diragukan kebenarannya. Sedangkan buku ini diungkap satu persatu mesin-mesin uang yang dimaksudkan. Contohnya bagaimana mendapat uang dari iklan, dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan google adsense. Tapi apakah betul menghasilkan uang dari langkah-langkah yang diberikan/ Baik juga dicoba.