Pemberdayaan ICT untuk Meningkatkan Kompetensi Guru

PEMBERDAYAAN ICT UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI GURU

Drs. ASWIR ASTAMAN, M.Pd


PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya Information and Communication technology (ICT).
ICT telah menghadirkan media baru dalam penyebaran informasi, yaitu media digital. Informasi yang tidak lagi disusun atas atom-atom – tetapi dalam bit-bit (Negroponte, 1998) – telah mempercepat dan mempermudah proses penyebarannya. Media ini pun telah mengubah pola pikir manusia yang merupakan respon terhadap kemasan informasi. Contoh perubahan pola pikir tersebut adalah lahirnya e-mail yang mengubah cara berkirim surat, e-business atau e-commerce yang telah mengubah cara berbisnis dengan segala turunannya, termasuk e-cash atau e-money. E-government telah membuka babak baru pengelolaan pemerintahan dan mekanisme hubungan antara pemerintah, dunia bisnis, dan masyarakat. E-learning menawarkan cakrawala baru proses belajar-mengajar. Perubahanperubahan tersebut terus berlangsung dan dalam beberapa bidang sudah mulai mapan, terutama di negara-negara maju.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungan dengan Internet (Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemanfaatan ICT dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer. Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis teknologi informasi. Sekitar16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan ICT pada tahun 2004 menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang memanfaatkan ICT dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi ICT dalam dunia pendidikan di Indonesia masih rendah.
Makalah ini akan berupaya membahas bagaimana memanfaatkan ICT untuk meningkatkan kompetensi guru dan bagaimana guru memberdayakannya untuk kepentingan pengembangan program pengajaran.

KOMPEENSI GURU
Sebelum kita meninjau lebih jauh peranan ICT untuk meningkatkan kompetensi guru, ada perlunya diICTnjau apa yang dimaksud dengan kompetensi guru tersebut. Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu :
1. Kompetensi Pedagogy
Seorang guru dikatakan memiliki kompetensi padagogy bila ia mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual serta menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar dan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepenICTngan pembelajaran serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian menuntut seorang guru untuk mampu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial
Seorang guru disebut mempunyai kompetensi sosial abila ia bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

4. Kompetnsi Profesional

Kompetensi profesional menuntut guru untuk menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.; mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri; beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya,serta mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

MEMBERDAYAKAN ICT DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

Memberdayakan ICT untk meningkatkan kompetensi guru adalah sejalan dengan meningkatkan mutu pendidikan. Pertanyaan yang harus dimunculkan bukannya, bagaimana kita dapat menggunakan kemampuan ICT untuk meningkatkan apa yang telah kita kerjakan?”, tetapi “Bagaimana kita dapat menggunakan ICT untuk mengerjakan apa yang belum kita kerjakandalam bidang pendidikan yang merupakan tugas guru?.” Semua peran ICT dapat dikontekstualisasikan dengan kebutuhan dunia pendidikan. Dalam bahasa yang lain, Al-Mashari dan Zairi (2000) menyatakan bahwa manfaat ICT adalah pada kemampuannya yang (1) enabling parallelism; (2) facilitating integration; (3) enhancing decision making; dan (4) minimizing points of contact. Pemahaman terhadap peran yang dapat dimainkan oleh ICT atau potensi yang ditawarkan oleh ICT merupakan modal awal dalam dalam meningkatkan kompetensi secara maksimal yang tujuan akhirnya meningkatkan mutu pendidikan.
Ini sejalan dengan PBB melalui Millennium Development Goals (MDGs) dan UNESCO dengan pendidikan untuk semua (EFA), World Summit for the InformaICTon Society (WSIS) and Literacy Decade Initiaves, telah bersepakat untuk memberikan perioritas pada peningkatan pendidikan. Demikian juga kepala negara-negara G8 menekankan peran teknologi informasi telekomunikasi memainkan peran untuk membantu memperbaiki ICTngkat pendidikan dunia. G8 bersama UNESCO membuat project CSTyang tujuan dari project CST fokusnya terhadap keterampilan ICT yang dikaitkan dengan pandangan pedagogi, kurikulum dan pengelolaan sekolah untuk pengembangan profesional guru yang pada gilirannya meningkatkan kualitas pembelajarannya, sehingga guru dapat berkolaborasi dengan rekan-rekannya yang ingin menjadi inovator diinstitusinya dengan tujuan utama adalah adalah untuk meningkatkan kualitas yang tnggi dari sistem pendidikan yang pada gilirannya menghasilkan penduduk dan tenaga pekerja yang berkualitas yang akan meningkatkan tingkat ekonomi dan kualitas kehidupan sosial.
Lebih jauh lagi dengan ICT akan memudahkan untuk memanfaatkan E-learning. Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan ICT, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan ICT. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran convensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 7/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran. Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang kita pelajari. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan apakah kurikulum telah dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup dan bekerja pada masa yang akan datang perlu sekali lagi dilontarkan. Perkembangan ICT yang sangat pesat harus dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Menurut Resnick (2002), selain ICT akan sangat mewarnai masa depan, ICT juga mengubah tidak hanya terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh siswa, tetapi juga apa yang dapat dipelajari. Sangat mungkin banyak hal yang seharusnya atau dapat dipelajari siswa tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam kurikulum karena “ruang” yang terbatas atau kompleksitas yang ICTnggi dalam mengajarkannya. Terkait dengan ini, paradigma pembelajaran yang sebelumnya mengandaikan bahwa sumberdaya pembelajaran hanya terbatas pada materi di kelas dan buku harus diubah. Hadirnya ICT, terutama Internet, telah menyediakan sumberdaya informasi, terutama Internet, dalam hal ini memberikan peluang untuk itu.
Kapan dan dimana belajar dilakukan adalah pertanyaan berikut yang perlu dipikirkan jawabannya. Apakah harus dalam ruangan kelas dalam waktu tertentu atau tidak terbatas ruang dan waktu? Model pembelajaran tatap-muka yang banyak membatasi
waktu dan tempat belajar. Sebagai komplemen (atau substitusi), teknologi e-learning hadir untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih tempat, waktu, dan ritme belajar (Kirkpatrick, 2004). Interaksi yang difasilitasi oleh ICT ini dapat terjadi secara sinkron (pada waktu yang sama) maupun asinkron (dalam waktu yang berbeda).
E-learning dapat difasilitasi secara online maupun off line dengan bantuan ICT. Produksi CD-ROM dengan konten materi pembelajaran termasuk di dalamnya. Kini, kita bisa dapatkan banyak CD-ROM untuk pembelajaran di pasaran; mulai untuk balita. Bahkan beberapa CD-ROM telah memfasilitasi siswa belajar sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan dengan kemasan yang menarik. Dalam hal ini, ICT dapat menghadirkan digital excitement dalam proses pembelajaran. Salah satu perusahaan yang memproduksi CD-ROM semacam ini adalah Akal (www.akalinteraktif.com).
Untuk menfasilitasi e-learning dengan bantuan koneksi Internet, dalam beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan banyak aplikasi yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran. Aplikasi ini sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS ini mengintegrasikan banyak fungsi yang mendukung proses pembelajaran seperti menfasilitasi berbagai macam bentuk materi instruksional (teks, audio, video), e-mail, chat, diskusi online, forum, kuis, dan penugasan. Beberapa contoh LMS adalah Web (www.webct.com), Blackboard (www.blackboard. com), Macromedia Breeze
(www.macromedia.com/software/breeze/), dan Fronter (www.fronter.no). LMS sudah
banyak diadopsi oleh banyak lembaga pendidikan di dunia. Sebagi contoh, Web telah
digunakan lebih dari 2200 PT di seluruh dunia (Pituch dan Lee, 2004). Blackboard juga
sudah banyak digunakan oleh pendidikan setingkat SMU (www.blackboard.com).
Lebih lanjut lagi dengan ICT seseorang dapat menjadi communitas yang mendunia dengan Bertinteraksi, berbagi pengalaman dan berhubungan dengan lembaga-lembaga dimana saja seperti Growth of Social media, social net working dalam hal collective problem solving. Demikian juga seperti lembaga OER (Open Educational Resources) dan lembaga-lainnya.

KOMPETENSI GURU DALAM MENGGUNAKAN ICT
Dalam pemanfaatan ICT ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat memanfaatkan ICT secara maksimal untuk menunjang tugas dan kewajibannya dalam meningkatkan mutu pendidikan, yang antara lain :

1. Memilih penerapan ICT yang tepat untuk meningkatkan kompetensi personal dan efektifitas profesional dengan mampu menggunakan word prosesor untuk mempersiapkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan tugas mereka sebagai pendidik seperti: pembuatan silabus, RPP, penilaian, surat, dan lain-lain, menggunakan software untuk presentasi seperti: powerpoint dan menggunakan ICT: record-keeping, analisis, dan pelaporan
2. Mengakses dan menggunakan sumber informasi dan komunikasi elektronik: internet, e-mail, untuk keperluan pendidik dan pelajar, menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan pendidik yang lain yang behubungan dengan kepropesionalannya; berpartisipasi dan berkontribusi dengan profesional komuniti online.
3. Memfasilitasi penggunaan e-mail oleh pelajar untuk keperluan pendidikan, menggunakan wordwide web untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan fungsinya sebagai pendidik dan mengevaluasi kelayakan suatu informasi yang berbasis Web.
4. Mereflesikan dan mengelola perbaikan penggunaan ICT bagi pelajar dengan kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang seharusnya berobah sebagai hasil refleksi pada penggunaannya dan mengidentifikasi strategi untuk merobah penerapannya sebagai hasil refleksi serta merefleksikan dan merencanakan sedemikian rupa sehingga ICT dapat diintegrasikan dalam pendidikan.
mengekspresikan bagaimana mereka merasakan pelajaran yang menggunakan ICT, atau efektifitas dari penggunaan lain ICT sebagai pendidik.
5. Pembimbingan pelajar dalam pengem bangan kompetensi ICT yang berhubu ngan dengan penggunaan ICT sebagai alat bantu pendidikan dengan memberikan kesempatan bagi pelajae untuk menggunakan ICT baik dalam kegiatan kurikuler maupun extra kurikuler, mengajarkan pelajar dasar word procesor dan keterampilan spreadsheet, e-mail, dan teknik pencarian Web, menyediakan bantuan bagi siswa untuk bekerja dengan ICTdan mempunyai keinginan untuk memfasilitasi pelajar yang akan bekerja dengan ICT serta menggunakan terminologi yang muncull dari penggunaan ICT dalam bidang pembelajaran secara tepat.
6. Memodelkan dan memberi bimbingan bagi pelajar dalam penggunaan yang lebih cocok untuk tujuan-tujuan khusus.
7. Mencegah penggunaan software yang dilarang.
8. Meyakinkan para pelajar tidak dapat melakukan plagiat ketika bekerja dengan informasi dan meyakinkan bahwa pelajar-pelajar menggunakan prinsip-prinsip penggunaan internet yang fair; mempertahankan etika dalam menggunakan hak kekayaan intelektual serta menghargai informasi yang bersifat privasi.

9. Mengorganisasikan kelas ketika menggunakan ICT untuk pembelajaran dengan menjadwalkan penggunaan ICT yang diintegrasikan dengan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi pada penggunaan bermacam-macam alat dan pedagogi, menyiapkan peralatan, konten, dan pedagogi yang tepat ketika ICT digunakan untuk pembelajaran, mengelola kelompok kerja dengan ICT, mengelola variabel dari kemampuan pelajar dengan ICT dalam suasana belajar; mengetahui bentuk intervensi apa yang sangat tepat didalam kelas untuk memvasilitasi belajar dengan baik; memilih alat dan pedagogi yang memungkinkan pelajar untuk mengelola cara belajar mereka sendiri serta meminimalkan kesia-siaan penggunaan ICT dalam pembelajran.

10. Menyadari perbedaan dan keunikan dari pelajar dalam menggunakan ICT dalam pembelajaran sehingga memilih dan menggunakan peralatan ICT dan pedagogi yang tepat untuk gender, umur, dan tingkatan pelajar dan menggunakan alat ICT dan pedagogi yang tepat untuk pelajar-pelajar yang punya hambatan dalam belajar; merancang aktivitas belajar dengan menggunakan ICT agar dapat mengakomodir perbedaan pelajar; mengajarkan keterampilan dasar yang tepat untuk mempersiapkan dasar-dasar bagi pelajar dalam menggunakan ICT dan menggunakan ICT untuk mendukung pengembangan kratifitas pelajar.

PENUTUP

ICT merupakan pintu gerbang untuk memasuki dunia pengetahuan yang yang terbentang luas, penuh dengan berbagai macam keterampilan dan pengetahuan. Hampir semua aspek pengetahuan dijangkau oleh ICT dari yang ada di permukaan bumi sampai dengan yang ada di angkasa sana. Sekarang permasalahannya tergantung lagi kepada kita apakah akan memanfaatkan semuanya ini untuk meningkatkan kompetensi dan memajukan pendidikan yang merupakan tanggungjawab kita bersama.


Referensi
1. Fathul Wahid. 2005, Peran Teknologi Informasi dalam Modernisasi Pendidikan, makalah Simposium Nasional Peduli Pendidikan, Yogyakarta 9 Juli 2005.
2. Curriki, http//www.curriki.org/xwilki, 11-02- 208
3. Unesco, Education and ICTs, http// portal unesco.org/education, 11- 02- 2008-02-2008
4. Finish information Society programme for education training and research, 2004-2006, minestry of education , 11- 02- 2008
5. Unesco ICT competence standard for teachers, http:/portal UNESCO.org/ci/en/er,php 11-02-2008

1 comment:

  1. Alhamdulillah baru saja menemukan artikel 2 ini.

    ReplyDelete