Showing posts with label Catatan singkat. Show all posts
Showing posts with label Catatan singkat. Show all posts

Anak yang tidak cerdas dan president tidak cerdas

 


Saya kenal seorang teman anak seorang yang cukup berada di kampungnya. Ia telah punya istri dan tinggal di kota yang tidak jauh dari kampung. Yang menjadi catatan saya teman ini setiap kali kesulitan keuangan ia pulang ke kampung meminta kepada orang tuanya. Kalau kebetulan orang tuanya tidak punya uang sejumlah yang diminta ia mendesak agar KERBAU peliharaan orang tuanya untuk dijual. Kalau tidak kerbau, kebun atau tanah yang dimiliki orang tuanya. Kenapa harus minta kepada orang tua, padahal ia sudah punya pekerjaan tetap dan punya gaji. Apakah ia tidak punya inisiatif lain untuk mencari tambahan dari pada mendesak orang tua saja? Tentu saja untuk dapat tambahan penghasilan sendiri butuh usaha, kreatifitas, inisiatf dan kecerdasan. Tapi kecerdasan ia tidak punya sehingga ia tidak melihat peluang-peluang yang ada, sehingga dia melihat yang ada di depan mata saja tanpa perlu berpikir yaitu harta orang tua.



Nah kalau president yang tidak cerdas begitu juga. Dia tidak bisa memikirkan sumber-sumber dana yang kreatif yang rakyat biasa tidak terpikir. Kemampuan otaknya hanya biasa-biasa saja tidak mampu berpikir kreatif. Yang bisa ia lakukan menyusahkan ibunya yaitu RAKYAT. Butuh dana Naikkan BBM, Gas, Listrik atau pajak. Kalau hanya itu anak SD, petani yang biasa di sawah juga tahu. Tapi seharusnya seorang president tahu hal yang rakyat biasa tidak tahu. Dia cerdas memilirkan sumber dana yang tidak akan memberatkan rakyat. Nah, sekarang kita lihat presiden kita yang akan datang, Apakah PRABOWO, ANIS ataupun GANJAR apalakah level berpikirnya sama dengan kita atau lebih cerdas dari kita. Kita lihat kalau hanya MENAIKKAN BBM, GAS. LISTRIK atau PAJAK, berarti malanglah nasib kita, kita memiliki PRESIDEN YANG TIDAK CERDAS YANG LEVEL BERPIKIRNYA SAMA DENGAN RAKYAT BIASA

 Pekanbaru, 5 Maret 2024

Pabrik nyamuk terbesar Ada di China

  Pabrik nyamuk terbesar Ada di China

Nyamuk semua kita tahu binatang kecil yang berbahaya. Meskipun kecil justru sangat berbahaya. Korban kematian disebabkan nyamuk lebih banyak dari binatang buas seperti singa ataupun harimau. Dimana-mana nyamuk ini diusahakan untuk dibasmi. Namun rupanya di China malah diternakkan da nada pabrik nyamuk. Dikutip dari dream.  Co. id

 Ya, di China ada pabrik nyamuk yang mampu menghasilkan 20 juta ekor setiap minggunya.

 China mungkin bisa berbangga menjadi penghasil nyamuk terbesar di dunia.

 Nyamuk-nyamuk ini dikembangbiakkan untuk melawan nyamuk betina pembawa virus demam berdarah. Ilmuwan China menginfeksi nyamuk jantan dengan bakteri khusus yang membuat mereka tidak subur,  dan kemudian mereka dibebasliarkan menginfeksi nyamuk betina.

 Akibatnya nyamuk betina tidak punya keturunan sehingga tidak ada lagi nyamuk penyebar demam berdarah.

Nah itulah pabrik nyamuk terbesar, dan tujuannya untuk memberantas demam berdarah

Catatan :

1. Sumber : https://www.dream.co.id/stories/18-hal-unik-yang-hanya-ada-di-china-170810j.html

2. Gambar: dari Pixabay com

Manai, Kosakata untuk Manakuti Remaja Agar Jangan Banyak Makan


Manai adalah salah satu Kosakata dari Kabupaten Kampar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata Manai ada juga, tapi artinya tidak sesuai dengan pengertian Manai di Kabupaten Kampar. Kalau dalam kamus besar artinya, putih pucat (sakit kurang darah)



Saya menulis tentang  Manai ini, karena saya yakin Kosakata ini termasuk salah satu kosakata dari sekian kosakata lainnya yang digunakan rakyat Kabupaten Kampar yang akan hilang dari predaran dikarenakan perkembangan zaman, atau lebih tepatnya perkembangan kemakmuran rakyat sekarang ini.

Manai dalam kosakata masyarakat Kabupaten kampar adalahsejenis penyakit yang menyebakan  seseorang  badannya besar atau tambun. Begitu besar badannya, maka orang yang terkena manai ini malas bergerak; sangat tidak produktif, karena kegiatannya hanya makan, tidur, makan tidur. Dan makannya sangat banyak. Sekali makan bisa menghabiskan satu periuk untuk jatah 4 atau 5 orang.

Sebenarnya saya belum pernah bertemu dengan orang yan g kena penyakit Manai ini. Dan kata-kata ini menurut perkiraan saya hanya untuk menakuti anak-anak dan remaja zaman dulu yang sangat doyan makan. Bagi generasi sekarang mungkin tidak percaya. Pada tahun 60-an dan 70-an anak-anak dan remaja  rata-rata makannya banyak dan sangat bernafsu. Kalau memungkinkan  mereka makan sesering mungkin. Seperti tidak ada kenyangnya. Karenanya, banyak orang tua yang kewalahan dibuatnya. Apalagi saat itu Indonesia tidak semakmur sekarang. Oleh karena itu maka ditakut-takuti lah  mereka dengan kata manai ini. Namun ini juga tidak mempan. Sehingga banyak  rumah ketika itu punya alamari khusus yang di kunci untuk menyimpan lauk-pauk agar anak-anak dan remaja bisa dibatasi makannya.

Dengan perkembangan zaman, keadaan berobah seratus delapan puluh derajat. Karena kita relatif sudah makmur dan mungkin karena sudah banyak yang akan dimakan, anak-anak dan remaja tidak lagi doyan makan.Bahkan  mereka dibujuk-bujuk agar mau makan. Malah ada yang diiming-iming hadiah agar mau makan. Sesuatu yang dulu tidak perlu ada. Mereka tidak perlu lagi ditakut-takuti dengan kata-kata “ Orang yang banyak makan otaknya akan tumpul, bodoh di sekolah, jangan banyak makan ikan, nanti cacingan, dsb, dsb” Dan lebih parah lagi ya itu bisa kena kena penyakit Manai

Karena semuanya itu adalah kondisi zaman ekonomi sulit, dengan demikian perkembangan kemakmuran ini orang tua tidak lagi membutuhkan kosakata tertentu untuk menakuti anak mereka,  dengan demikian menghilang pula beberapa kosakata antara lain “Manai”

 Catatan: Semua gambar diambil dari google


DOSEN TERBODOH DI DUNIA




Pernah saya mengikuti pelatihan dengan Bapak Prof.Dr. Abdorahman Ginting. Orang yang meledak-ledak, semangat,emosional, serius namun suka melucu. Dari pengalamanya kuliah ia menceritakan bahwa ia pernah mengikuti kuliah dengan dosen yang paling bodoh di dunia di salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Ia menyebutkan nama dosennya. Ketika seorang peserta menanyakan kenapa dia mengatakan dosennya itu terbodoh didunia, dengan logat bataknya yang khas ia mengatakan. “Empat puluh orang kami mengikuti kuliah kalkulus dengan dia, tidak satu orangpun kami yang lulus”


Saya kembali teringat cerita Pak Abdor  ketika dalam suatu pelatihan, seorang  guru bahasa Inggris SMK mengatakan pada setiap ulangan hanya sekitar 5 persen anak yang bisa melewati KKM. Namun saya tidak mengatkan guru ini guru yang bodoh. Karena sebenarnya ia lebih baik dari dosennya Pak Abdor yang nol persen mahasiswa yang lulus, kalau guru ini masih ada 5 persen.


Dari pengamatan selama puluhan tahun menjadi guru ditambah dengan beberapa bacaan, didapat bahwa di setiap kelas itu ada 3 katogori siswa, yaitu: Fast students, average students dan slow students. Fast students adalah siswa-siswa yang cerdas dan cepat berpikir, sebaliknya slow students adalah siswa-siswa yang  lemah. Sedangkan  average students adalah siswa yang berada diantara 2 kelompok itu.


Pada kelas yang normal, komposisi kelompok itu sebagai berikut: Fast students 10 persen dari jumlah siswa, slow students 20 persen, sedangkan average students 70 persen. Logikanya siswa yang tidak mencapai KKM setelah mengikuti ulangan adalah siswa yang masuk katagori slow students ini, atau sekitar 20 persen dari jumlah siswa. Dan seharusnya KKM adalah nilai tertinggi yang bisa diraih oleh siswa yang slow.


Namun kalau hampir seluruh siswa tidak mencapai KKM, berarti ada beberapa kemungkinan penyebabnya. Pertama, bisa saja KKM nya yang ketinggian dan tidak sesuai dengan kondisi siswa. Kemungkinan ke-dua, level of difficulty dari materi terlalu sulit bagi siswa. Kemungkinan ketiga guru sendiri yang tidak kompeten dalam mengampu pelajaran.


Sebenarnya perbedaan individu siswa sudah harus  dipertimbangkan guru ketika  menyusun Indikator pencapaian pembelajaran(IPK). Dari kata kerja pada KD sudah bisa dilihat tingkat kesulitannya menurut taksonomi. Nah disini guru sudah mulai mempertimbangkan perbedaan kemampuan siswanya. Pada batas tertinggi guru mempertimbangkan kemampuan siswanya yang cerdas-cerdas atau fast students. Apakah sampai pada Metakognitif, atau hanya sampai procedural. Sebaliknya untuk batas terendah IPK guru mempertimbangkan Slow students, apakah di mulai dari factual atau konseptual. Kalau ini dilakukan sungguh-sungguh tidak akan ada siswa yang cerdas-cerdas dan kelompok menengah yang tidak mencapai KKM. Yang tidak mencapai KKM hanya siswa yang katagori  slow students dan kelompok bawah yang menengah. Namun di usahakan dengan beberapa kali remedial mereka akan mencapai KKM. Sekali lagi KKM adalah nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa yang katagori lambat ini.


Dengan mempertimbangkan perbendaan individu ini ketika menyususn Indikator Pencapai Kompetensi dan bahan ajar, bisa diharapkan semua siswa akan melewati KKM, sehingga tidak ada siswa yang tinggal kelas atau tidak lulus nantinya. Guru yang professional adalah guru yang bisa mengembangkan potensi siswa secara maksimal.

GURU DAN KARYA ILMIAH

 Tanggal 18 September 2017 saya dan seorang teman dari LPMP diundang untuk memberikan bimbingan kepada 70 orang guru SD dan TK kota Dumai dalam penulisan Karya Ilmiah. Pelatihan ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Dumai Pak Asyari.Yang membuat saya agak tersentak, Kepala Dinas Pendidikan mengatakan acara ini setiap tahun diadakan di Dumai. Namun hasilnya tidak ada, tidak ada satu karya ilmiah pun yang dihasilkan guru



Kenapa saya tidak tersentak, setiap tahun pelatihan menulis karya ilmiah tapi tidak satupun karya ilmiah yang dihasilkan. Berarti percuma saja pelatihan diadakan. Percuma saja menghabiskan uang puluhan juta, namun hasilnya nol.
Apakah guru kita tidak mampu? Rasanya tidak juga. Semua guru tamatan S1. Saya ingat salah satu moto kurikulum 2013, “ Tidak ada murid yang bodoh, hanya saja mereka belum bertemu guru yang tepat”. Kalau untuk guru tentu bunyinya seperti ini, “ Tidak ada guru yang tidak mampu, hanya saja mereka belum bertemu pembimbing yang tepat”.
Sebagai nara sumber, saya sudah membimbing guru di beberapa kabupaten di Propinsi Riau ini dalam menulis karya ilmiah. Dan dalam pelatihan yang saya bimbing biasanya teorinya tidak banyak. Setelah menyinggung tentang KTI, saya lansung mengenalkan apa yang dikatakan “Masalah “ dalam Penelitian tindakan Kelas. Kemudian masing-masing peserta menemukan masalahnya sendiri. Dari masalah lansung ke Judul. Peserta dibimbing menulis judul yang tepat. Ketika semua sudah punya judul Lansung menggarap BAB I PENDAHULUAN. Secara rinci dijelakan apa yang harus ditulis paragraph per paragraph bab I itu. Kalau waktunya sehari biasanya BAB I sudah tuntas. Kalau waktunya 2 hari peserta sudah bisa menuntaskan Bab I, outline BAB II dan BAB III juga tuntas. Jika waktu 3 hari bisa tuntas Bab 1, 2 dan 3. Setelah itu mereka tinggal melaksanakan penelitian di dalam kelas untuk mengumpul kan data untuk BAB  IV, sedangkan Bab V hanya kesimpulan dan saran
Setelah itu saya tidak tahu berapa dari sekian banyak peserta itu melanjutkan sampai selesai. Kalau mereka tidak melanjutkan, sayang sekali karena mereka sudah menulis sampai BAB III. Namun kali ini, pelatihan di Dumai ini saya ingin mengawal betul sampai setiap peserta menyelesaikan laporan penelitian Tindakan kelasnya komplit sampai BAB V. Oleh karena itu, sesuai dengan persetujuan  panitia pelatihan dirancang 2 tahap.
Pada tahap pertama 3 hari peserta menyelesaikan sampai Bab III, kemudian mereka diberi kesempatan sekitar sebulan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk Bab IV. Nah ketika mereka datang pada tahap 2 peserta sudah membawa laporan penelitian yang lengkap. Dan pada tahap 2 ini kita akan periksa bersama-sama apakah PTK yang mereka buat sudah sesuai dengan standar yang diminta oleh team pemeriksa KTI untuk naik pangkat. Kita menggunakan indicator dari team pemeriksa ini. Setelah itu selesai barulah peserta diberi sertifikat pelatihan. Dan saya akan memperlihatkan kepada Kepala Dinas Kota Dumai hasil yang dibuat peserta itu, sehingga dia tahu bahwa pelatihan ini tidak sia-sia. Ketika saya pulang ke Pekanbaru setelah selesai tahap 1 selama tiga hari saya sudah mengantongi hasil 70  KTI Peserta  sampai BAB III. Beberapa diantaranya nantinya akan saya posting dalam blok “Menulis bersama aswir ini agar bisa kita diskusikan bersama-sama.

TIDAK ADA SISWA YANG BODOH HANYA . . . .

Mengikuti pelatihan penyegaran Kurikulum 2013 di Medan pada era Mendikbud Anis Baswedan, ada yang membuat saya terkesan, yaitu kata-kata pada sebuah cover materi yang dibagikan “TIDAK ADA SISWA YANG BODOH HANYA SAJA MEREKA TIDAK MENEMUKAN GURU YANG TEPAT” Singkat tapi sangat dalam maknanya. 



Selama puluhan tahun menjadi guru, apakah saya sudah menjadi guru yang tepat bagi siswa? Apakah saya sudah memotivasi siswa dengan memadai? Apakah saya sudah mengembangkan potensi siswa secara maksimal?
Ini rentetan-rentetan pertanyaan yang muncul dibenak ketika membaca kalimat singkat itu. Ketika KTSP diluncurkan berulang kali pada materi presentasi yang dibagikan penatar bahwa fungsi utama seorang guru adalah memotivasi anak dan mengembangkan potensi yang ada pada mereka secara maksimal.

Anak/Siswa tidak semangat belajar, ini adalah kewajiban guru memotivasi mereka agar bersemangat dan rajin belajar, guru yang berhasil adalah guru yang sukses membuat siswa mencintai mata pelajaran yang di ampunya. Kemampuan memotivasi dan membuat siswa menicintai pelajaran yang diampu, inilah sebenarnya tolok ukur guru yang berhasil. Dengan mereka termotivasi dan mencintai pelajaran tersebut, mereka akan punya gairah dan energy yang  lebih untuk mempelajarinya secara mendalam.

Saya kenal seorang dosen di UIN dulunya IAIN pernah mengjar Bahasa Inggris di sebuah SMA di sebuah desa.  Menakjubkan sekali  sebagian besar siswa sekolah itu menyukai dan ambisius mempelajari dan memprkatekan Bahasa Inggris. Hampir semua mereka demam Bahasa Inggris. Tamat SMA mereka melanjutkan di ke jurusan Bahasa Inggris Baik yang ada di UNRI maupun di UIN. Dan sekarang ada beberapa dari siswa itu yang menjadi guru bahasa Inggris di Riau ini malah ada yang jadi dosen di almamaternya.

Namun juga saya banyak mengenal kawan-kawan guru yang gagal  membuat siswa mencintai pelajaran yang diampunya. Sebaliknya, jangan kan siswa mencintai mata pelajaran tersebut, tapi mereka menjadi antipati pada pelajaran tersebut. Jangan potensi siswa yang muncul malah potensi yang ada menjadi tenggelam. Inilah guru yang gagal.  Sayangnya lagi  ada guru yang yang mengatakan hampir semua siswanya bodoh dan tidak bisa diatur. Yang berbicara ini bukan dari sekolah sembarangan, tapi guru salah satu sekolah favorite di kotanya.

Ketika saya memberi masukan yang mungkin bermanfaat baginya, ia lansung memotong,” siswa sekarang lain Pak, berbeda dengan siswa ketika Bapak menjadi guru dulu. Dulu Bapak bebas bisa menampar anak. Sekarang jangankan ditampar, dikasari sedikit saja melapor kepada polisi. Sehingga anak sekarang mejadi-jadi perangainya.”

Rupanya bagi guru tipe ini cara kekeransan adalah cara ampuh menghadapi anak, namun saya tidak mau berdebat karena yang saya hadapi adalah guru yang pesimis. Apapun masukan dari kita dia selalu ada jawabnya. Ini tidak termasuk tipe guru pembelajar seperti yang dikampanyekan oleh Pak Anis Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Guru kelompok ini tidak suka membaca. Padahal kalau dia mau, pada modul-modul guru pembelajar, pada setiap modul ada bagian Padagogi. Pada bagian ini  ada berbagai pengetahuan tentang mengenal anak dan strategi menghadapi anak, sehingga kalau itu dibaca dan pelajari oleh guru, maka guru tidak lagi beranggapan bahwa cara terampuh mengahadapi anak adalah dengan kekerasan.

 Saya yakin kalau sepuluh modul itu dipelajari dengan seksama, membaca dengan cermat bagian pedagogi maupun bagian professional, guru akan setuju dengan moto diatas, “TIDAK ADA SISWA YANG BODOH HANYA SAJA MEREKA BELUM MENEMUKAN GURU YANG TEPAT”

Marilah kita menjadi guru pembelajar yang belajar sepanjang hayat