THROUGH TALKING ACTION AND MAKING ACTION, SMA NEGERI 3 MERAUKE PAPUA WHICH IS LOCATED IN BORDER AREA MAKES EFFORT TO CREATE COMPETITIVENESS OF INTERNATIONAL STANDARD GRADUATE

By : FEBRINA K IRIANTHY AND ALPHIUS

ABSTRAC

SMA Negeri 3 Merauke is one of three schools appointed by National Education Ministry to be a pioneer of international standard school in Papua since 2009. The desirability of SMA Negeri 3 Merauke to be is not easy, because the school is located in border area with Papua New Guinea, so it doesn’t has graduate but  has been ready to create graduate that  able to compete in international level.
The objective of this research is to identify and acquire graduate result of SMA Negeri 3 Merauke so that is able to compete enrolling the college in A accredited, especially this study aims to acquire information about implementation method of Talking Action making action in the school which is viewed from the input, process, output, and outcome sides of education.
This research used qualitative method, it uncovered the comprehensive indications but the focus is to know the implementation of talking action making action that is brought the characteristic of the success of SMA Negeri 3 Merauke as the pioneer of International standard school trough input, process, output, and outcome paradigm of education.
The result of this research shows the existence of upgrading input of new students reception in the process of SMA Negeri 3 Merauke in implementing talking action making action. In output and oucome sides, it has not been but appeared in many intern competitions that were held in Papua, such as competition of teenage erudition, Olympiad of national student sport, and Olympiad National Student of MA Negeri 3 merauke that is able to prepare international standard graduate.

Key Words : competitiveness, pioneer of international standard school, talking action making action,  SMA Negeri 3 Merauke.          


 BAB I
PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang
SMA Negeri 3 Merauke di Papua merupakan salah satu sekolah dari 3 sekolah yang di tunjuk oleh Depdiknas untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Papua. Keinginan SMA Negeri 3 Merauke untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dicapai pada tahun 2009 berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim dari Jakarta terhadap keadaan yang ada di sekolah tersebut, perlu diketahui SMA Negeri 3 Merauke terletak di daerah perbatasan  dengan Negara PNG (Papua New Guinea), tiga alasan untuk mencapai daya lulusan yang bertaraf Internasional yaitu :
1. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) (pendidik dan peserta didik).
2. Adanya dasar hukum yang kuat.
3. Landasan filosofi.   (Depdiknas, 2006:1-2).
Penyelenggaraan RSBI merupakan amanat undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 61 Ayat (1) peraturan pemerintah tersebut menyatakan, pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Di samping itu penyelenggaraan RSBI didasari  2 filosofi :
1.      Filosofi eksistensialisme artinya pendidik harus meyakinkan, menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat,  kreatif, inovatif dan bermakna, serta menumbuhkembangkan bakat,  minat, dan kemampuan peserta didik.
2.      Filosofi esensialisme artinya menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan dari berbagai sektor, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Keberadaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Papua  dimaksud oleh undang-undang dan peraturan pemerintah, di samping untuk memicu peningkatan mutu pendidikan yang ada di Papua juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan penyemangat sekolah lainnya, oleh karena itu mutu pendidikan tidak hanya mempunyai keunggulan global tetapi juga keunggulan lokal.
2. Masalah dan Arti Penting Penelitian
Seiring dengan tuntutan peraturan perundangan bahwa penyelenggaraan di  SMA Negeri 3 Merauke Papua sebagai RSBI diproyeksikan agar daya saing lulusannya dapat segera melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi yang bermutu dan terakreditas, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 3 Merauke juga perlu memiliki strategi-strategi lainnya untuk menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dari Sistim Pendidikan Nasional melalui TAMAT (Talking Action Making Action), olehnya karena itu perlu adanya penciptaan karakteristik atau ciri penting penyelenggaraan RSBI yang dapat diadopsi atau diadaptasi oleh sekolah lainnya (Sister School).
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperoleh kelulusan yang ada di SMA Negeri 3 Merauke agar dapat bersaing masuk ke PT (Perguruan Tinggi) yang terakreditasi A, secara lebih khusus studi ini bertujuan untuk memperoleh informasi metode penerapan TAMAT (Talking Action Making Action) di SMA Negeri 3 Merauke  dilihat dari sisi input, proses, output dan outcome pendidikan.
4.  Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:
1. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Merauke sebagai penyelenggara RSBI di Papua.
2.  Daya saing lulusan yang dilakukan berdasarkan dari input,  proses,  output dan outcome di SMA Negeri 3 Merauke.
a. Input meliputi siswa, pendidik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, kerjasama, budaya sekolah, pengelolaan, dan pembiayaan.
b. Proses meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penilaian .
c. Output meliputi prestasi akademik dan non akademik, tingkat drop out (DO).
d. Outcome meliputi persentase kelulusan.
BAB  II
KAJIAN  PUSTAKA
1.  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum nasional pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Delapan standar nasional pendidikan ini antara lain :
1. Standar Isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan
Dua dari delapan Standar Nasional Pendidikan diatas, yaitu standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama dalam mengembangkan kurikulum.
2.  Hakekat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Terminologi sekolah rintisan bertaraf internasional dapat ditemui dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Renstra Depdiknas Tahun 2005-2010. Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa, pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Kata bertaraf internasional di sini memiliki arti bahwa sekolah setingkat atau memiliki level yang sama dengan sekolah-sekolah sejenis di negara-negara lain, khususnya negara maju. Kata setingkat atau level yang sama ini dapat merujuk pada masukan,  proses, dan keluaran/lulusan dengan sekolah sejenis di negara maju.
Menurut Depdiknas (2006:3) RSBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan pengertian ini, RSBI dapat dirumuskan sebagai berikut :
RSBI = SNP + X
 
 


Ket : -    SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana pengelolaan, dan penilaian.
-       X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.
RSBI menuntut perkembangan penguasaan disiplin Ilmu Alam meliputi mata pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, serta disiplin Ilmu Sosial meliputi mata pelajaran sosiologi, ekonomi, bahasa asing (terutama bahasa Inggris) dan etika global.
Penguasaan Ilmu tersebut diatas memiliki hubungan yang saling menghidupi (simbiosis). jika ingin memajukan SMA Negeri 3 Merauke Papua menuju daya saing lulusan yang baik maka SMA Negeri 3 Merauke telah menerapkan metode TAMAT (Talking Action Making Action), Oleh karena itu, pengembangan RSBI perlu bekerjasama dengan satuan-satuan pendidikan lainnya (sister School), pelatihan, Perguruan Tinggi yang terakreditas, lembaga – lembaga non formal yang bersertifikat.
Visi pendidikan nasional pada sekolah yang berstatus RSBI adalah “terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara nasional menuju daya saing lulusan internasional”. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
Misi adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara nasional menuju daya saing lulusan internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan RSBI yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis permintaan lulusan yang terbaik.
3.  Hakekat Pendidikan Menengah Umum
Penyelenggaraan RSBI bertujuan untuk menghasilkan daya saing lulusan yang berkelas Nasional dan Internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU No. 20/2003 dan dijabarkan dalam PP 19/2005 dan lebih rinci lagi dalam Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Tujuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Perlu dicatat bahwa sebagai upaya untuk menuju sekolah menengah yang menjadi rintisan, harus memegang teguh untuk mengembangkan jati diri, nilai-nilai bangsa Indonesia, melalui pengenalan, penghayatan dan penerapan nilai-nilai yang diperlukan dalam erai, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, seni, solidaritas, kuasa, dan etika global. Untuk memperlancar komunikasi global, RSBI menggunakan bahasa komunikasi global, terutama Bahasa Inggris dan menggunakan teknologi komunikasi informasi (information communication technology, ICT).
4.  Standar RSBI
Standar RSBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup secara lokal, regional, nasional, dan global, maka perlu dirumuskan standard RSBI yang meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertaraf internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah.
Intake (peserta didik baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara (prestasi di SMP terutama olahraga dan seni). Siswa baru harus memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan potensi untuk bekembang.
Di samping itu pendidik harus memiliki kompetensi professional (penguasaan matapelajaran), paedagogik, kepribadian, dan sosial bertaraf internasional, serta kemampuan berkomu-nikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu guru memiliki kemampuan menggunakan ICT mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan profesional dalam manajemen, kepemimpinan, organisasi, dan adminsitrasi termasuk kemampuan komunikasi dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.
Tenaga pendukung, penyelenggaraan RSBI meliputi, laboran, teknisi komputer, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan, akuntansi, kepegawaian, akademik, sarana dan prasarana, dan kesekretariatan). Sarana dan prasarana harus lengkap dan mutakhir untuk mendukung penyelenggaraan RSBI, terutama yang terkait dlangsung dengan penyelenggaraan proses pembelajaran, baik buku teks, referensi, modul, media pembelajaran, peralatan dan sebagainya. Organisasi, manajemen, dan administrasi RSBI baik adalah :
1. Organisasi, kejelasan pembagian tugas dan fungsi dan koordinasi yang baik antar tugas dan fungsi.
2.  Manajemen tangguh, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi.
3.  Administrasi rapi, yang ditunjukkan oleh pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif dan efisien.
5.  Daya Saing Lulusan
Daya saing lulusan adalah tuntutan kemampuan output berdasarkan delapan standar nasional, salahsatunya proses pembelajaran yang mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional maupun spiritualnya serta  daya kreasi, nalar, dan eksperimentasi melalui proses  TAMAT (Talking Action Making Action).
6.  Hakekat TAMAT
Langkah-langkah yang diterapkan oleh SMA Negeri 3 Merauke melalui METODE TAMAT (Talking Action Making Action) adalah :
a.       TAMAT (eksternal) :
-       Menyebarkan brosur penerimaan peserta didik baru (PPDB) ke SLTP yang ada di Kabupaten Merauke pada bulan Januari hingga Maret.
-       Melakukan sosialisasi penerimaan peserta didik baru (PPDB) ke SLTP yang ada di Kabupaten Merauke,  Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat dan Boven Digul  pada bulan Maret hingga Mei.
b.      TAMAT (internal) :
-       Membentuk Tim Sosialisasi penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang terdiri dari guru-guru yang sudah ditetapkan oleh kepala sekolah. (bulan Januari)
-       Membuat brosur penerimaan peserta didik baru (PPDB). (bulan Januari)
-       Meyakinkan siswa SLTP yang ada di Kabupaten Merauke, Kabupaten asmat, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digul tentang keberadaan SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah RSBI. (bulan Maret hingga Mei
-       Tatap muka secara langsung saat Proses Belajar Mengajar (PBM). (Semester 1 dan 2)
-       Mengembangkan kecakapan komunikasi siswa melalui presentasi di depan kelas. (Semester 1 dan 2)
-       Setiap akhir pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebagai feedback terhadap pelaksanaan pembelajaran. (Semester 1 dan 2)
-       Pendidik mendapat informasi siswa mana yang perlu diberi bantuan dan bantuan apa yang akan diberikan. (Semester 1 dan 2)
-       Siswa dapat memberikan saran (ada Kotak Saran) dan terbuka kepada penasehat akademik apabila menemukan hambatan. (Setiap saat)
-       Penyampaian penguatan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa, sehingga siswa mengetahui di mana ia dapat memperoleh bantuan akademik. (Semester 1 dan 2)
-       Penugasan di perpustakaan dengan mengunduh (download) informasi melalui internet yaitu Pusat Sumber Belajar (PSB). (Setiap saat)
-       Penentuan penjurusan setiap siswa yang jelas,  hal ini bertujuan untuk menciptakan daya saing lulusan yang baik. (bulan Mei pada kelas X ke kelas XI)
-       Mengembangkan kemampuan adaptif dan tanggungjawab kepada siswa dengan cara memberi pengarahan untuk bertanggungjawab terhadap kewajiban sekolah. (Setiap saat)
-       Mengembang ramah sosial dengan cara memberi pengarahan toleransi terhadap sesama temannya. (Setiap saat)
-       Kebebasan berdemokrasi tetapi terarah. Pada bulan Oktober saat pemilihan ketua osis
-       Memberi pengertian bahwa guru bukan segala-galanya, guru juga manusia terkadang salah, hanya saja guru sudah pernah belajar terlebih dahulu. (Setiap saat)
-       Membimbing siswa dalam persiapan lomba OSN, O2SN, LKIR dan OPSI serta lomba-lomba lainnya. (bulan Januari – Mei)
-       Mempersiapkan Guru berprestasi setiap tahunnya. (bulan Januari – Mei)

BAB  III
 METODE  PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat exploratory dan explanatory. Cara ini digunakan untuk mengungkap gejala yang ada secara menyeluruh namun kontekstual dengan fokus penelitian, yaitu untuk mengetahui TAMAT (Talking Action Making Action), yang dijadikan ciri keberhasilan SMA Negeri 3 Merauke dalam mencapai daya saing lulusan yang bertaraf internasional.
Tabel 1 : Jumlah Peserta didik yang masuk 3 tahun terakhir.
No
Tahun
Jumlah Siswa
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Keterangan
1.
2009
196 (6 rombel)
196
-
-
32 tenaga pendidik dan 7 orang tenaga kependidikan
2.
2010
192 (12 rombel)
182
188
-
3.
2011
192 (18 rombel)
192
182
188

Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah kepala sekolah. Pemilihan informan lainnya (tenaga pendidik, siswa, tenaga kependidikan, dan orangtua siswa dan informan lain) ditunjuk oleh informan kunci yang dipandang relevan untuk memberikan informasi. Seluruh data dan informasi, selain dikumpulkan melalui kegiatan pengamatan pada latar belakang, daftar isian, juga melalui wawancara sehingga memungkinkan dapat berinteraksi secara alamiah.
Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan pengamatan (observation), wawancara, daftar isian, dan analisis dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah:
1.      Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan atau menyingkat data dalam bentuk uraian secara rinci dan sistematis, yakni menonjolkan hal-hal pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan.
2.      Display data, yaitu upaya menyajikan data dengan melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian
3.      Kesimpulkan dan verifikasi, yaitu upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, hubungan, persamaan yang sering timbul dan sebagainya.


Pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui :
1.        Ketekunan pengamatan merupakan pemusatan diri pada hal-hal tertentu secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol sehubungan dengan fokus penelitian, dengan demikian dapat ditemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan masalah.
2.        Triangulasi merupakan upaya untuk mencari kebenaran data dengan jalan membandingkan antara satu data dan data lainnya. Triangulasi bukan untuk mencari pemahaman tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman penelitian terhadap apa yang ditemukan (Sugiono, 2006:270).
2. Waktu dan Jadwal Penelitian
Tabel  2  :  Waktu dan lokasi penelitian
No
Jenis Kegiatan
Waktu
Tempat
Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mendapat informasi di Internet
Membuat Bab awal dan lanjutan
Mengadakan wawancara
Mengolah data dan hasil wawancara
Merampungkan data
Siap untuk dikirim lewat internet
20  Mei  2011
20 – 31  Mei  2011
23 – 31  Mei  2011
1 – 10 Juni  2011
11 – 20 Juni 2011
21  Juni 2011
SMA Negeri 3 Merauke



3. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka Pemikiran penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel  3  : Kerangka berpikir penulis.
 











BAB  IV
 HASIL  DAN  PEMBAHASAN
1. Input
1.1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Masukan atau input berupa penerimaan peserta didik baru (PPDB) sangat penting agar dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang diinginkan sehingga untuk mendapatkan masukan tersebut, SMA Negeri 3 Merauke melakukan penjaringan lebih awal dibanding dengan sekolah SMA reguler lainnya di Papua, pelaksanaannya dilakukan selama satu minggu, yaitu pada bulan Mei 2011.
Persyaratan pendaftaran meliputi :
a.         Nilai raport SMP kelas VII dan VIII : Nilai raport SMP digunakan untuk memperoleh data tentang catatan prestasi akademik dan afektif siswa.
b.        Kerajinan,  
c.         Latar belakang siswa untuk memperoleh data tentang status sosial ekonomi orangtua dan putra-putri asli Papua .
d.       Tes kemampuan akademik dan bahasa Inggris untuk memperoleh data tentang kemampuan akademik siswa dan kemampuan bahasa Inggris siswa.
e.        Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang motivasi siswa memasuki SMA Negeri 3 Merauke (Psikotes) dan prestasi yang sudah di capai sejak SMP terutama dalam bidang olaharaga dan seni.
Tabel  4  :  Masukan siswa baru di SMA Negeri 3 Merauke
No
Tahun Pelajaran
Jumlah Siswa Baru
Yang diterima
Perbandingan
1.
2009/2010
322 Siswa
196 Siswa
1 : 3
2.
2010/2011
365 Siswa
192 Siswa
1 : 3
3.
2011/2012
392 Siswa
192 Siswa
1 : 3

Dilihat dari pola pikir yang dimiliki, input siswa di SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah RSBI merupakan input yang baik, karena sebagian besar siswa telah diterima mempunyai pola pikir cukup tinggi hal ini ditunjukkan oleh sikap mereka terhadap kebutuhan sumber informasi, diskusi kelompok, diskusi dengan guru dan bahkan berbeda pendapat, dan suka mendemonstrasikan hasil karyanya (pada 2 tahun pertama sudah menjadi finalis pada LKIR di Bandung dan Di LIPI dan menghasilkan juara 2 Nasional (PUSAIR di Bandung dan di LIPI di Jakarta). Di samping itu perubahan pola pikir ditunjukkan oleh sikap siswa terhadap perbedaan pendapat, memiliki alternatif untuk meningkatkan pengetahuannya, kesiapan melanjutkan sekolah di luar Papua terutama UGM, UI dan UNHAS.
Bahasa bukan menjadi faktor penghalang, siswa memiliki akses sumber belajar internet sekolah, dan akses sumber belajar diperpustakaan sekolah. dan menggunakan media pendidikan yang bervariasi serta, misalnya laptop, LCD, dan VCD terutama mata pelajaran Ilmu Alam  serta di terapkannya moving kelas sehingga pendidik senantiasa telah siap memberikan materi kepada peserta didiknya. Ciri perubahan pola pikir tersebut merupakan salah satu ciri penyelenggaraan RSBI.
1.2. Pendidik di SMA Negeri 3 Merauke
Dilihat dari latar belakang pendidikannya, data di SMA Negeri 3 Merauke menunjukkan bahwa tingkat pendidikan guru adalah sarjana (S1), bahkan terdapat 14 guru dengan ijazah magister (S2).
Rekruitmen tenaga pendidik di SMA Negeri 3 Merauke belum dilakukan melalui Human Resources and Development (HRD), namun  masih asli rekruitmen saat penempatan pertama guru yang ada di SMA Negeri 3 Merauke pada tahun 1995.
1.3. Tenaga Kependidikan
Walaupun tenaga kependidikan (laboran dan tata usaha) berijazah SMA dan sederajat namun tenaga kependidikan di SMA Negeri 3 Merauke telah mempunyai kompetensi aplikasi perangkat lunak (soft ware) komputer dan menguasai bahasa Inggris secara memadai. Untuk Kepala Tata Usaha dan Pustakawan berpendidikan sarjana (S1) sesuai dengan bidang tugasnya. Seleksi penerimaan tenaga kependidikan di SMA Negeri 3 Merauke juga tidak dilakukan melalui seleksi melalui Human Resources and Development HRD hal ini dikarenakan karena masih kurangnya pemahaman di Merauke tentang apa dan bagaimana itu RSBI.
1.4. Kurikulum
SMA Negeri 3 Merauke menggunakan KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diambil dari Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sesuai dengan program studinya. Model penyusunan kurikulum tersebut dilakukan agar lulusannya dapat bersaing untuk masuk ke Perguruan Tinggi yang Terakreditasi.
Penyusunan kurikulum disusun oleh tim khusus pengembang kurikulum dan guru mata pelajaran serta melibatkan Perguruan Tinggi lokal yang ada di Merauke. Penyusunan kurikulum ini dilakukan terutama untuk mata pelajaran Ilmu Alam. Aspek-aspek yang dinilai meliputi mencapaian standar kompetensi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta alokasi waktunya. Evaluasi ini dilakukan tiap tahun dan hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan kurikulum berikutnya, sehingga kurikulum yang digunakan akan selalu mengikuti perkembangan zaman.
Jumlah jam mata pelajaran sebanyak 43 jam perminggunya (satu jam pelajaran @ 45 menit). Batasan jumlah minimal jam mengajar guru sebanyak 24 jam dan maksimal sebanyak 32 jam per minggu, penerapan kurikulum yang demikian merupakan salah satu pencapaian daya saing lulusan yang merupakan ciri penyelenggaraan SMA bertaraf internasional (Sukamto, 1988:98). Pendekatan kurikulum secara fungsional akan meningkatkan relevansi kompetensi lulusan bertaraf internasional.
Untuk meningkatkan hasil yang sudah dicapai SMA Negeri 3 Merauke  merencanakan beberapa program-programnya ke dalam rencana kerja, yaitu :
1. Pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
2. Minimal 4 (empat) pelajaran menggunakan bahasa Inggris.
       3. Adanya orang asing untuk pembelajaran komunikasi bahasa Inggris.
       4. Program ICT, sistem administrasi sekolah atau SAS.
       5. Sertifikasi internasional.
       6. Ramah Sosial
Di samping itu belum tampak adanya aspek keberlanjutannya (sustainability) dari program tersebut. Dikhawatirkan program tersebut tidak akan tercapai jika tidak ada keberlanjutan dukungan dana, baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun orangtua dan masyarakat.
1.5. Biaya
Pembiayaan di SMA Negeri 3 Merauke berasal dari sumbangan awal tahun untuk siswa baru sebesar Rp 550.000,00 (lima ratus lima puluh ribu rupiah), DPP (Dana Penunjang  Pendidikan) sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per bulan (biaya kegiatan ekstrakurikuler sudah termasuk dalam DPP). Penetapan besarnya sumbangan awal DPP tersebut didasarkan pada petunjuk dari Dinas Pendidikan dan kesepakatan orang tua siswa dan sekolah tidak diperbolehkan menentukan sendiri biaya yang akan diperlukan. Dengan demikian terkait dengan penyelenggaraan RSBI sekolah tidak mempunyai kewenangan menentukan besarnya dana dari masyarakat. Hal ini berakibat sekolah tidak dapat merencanakan biaya penyelenggaraan proses pembelajaran dari sumber dana masyarakat dan dikhawatirkan menyelenggaraan pembelajaran terganggu, jadi besarnya biaya pada RSBI di SMA Negeri 3 Merauke  sama dengan SMA reguler lainnya yang ada di Merauke Papua.
1.6. Sarana Prasarana
Luas tanah 30.565 m2, di atas tanah tersebut berdiri ruang kelas 1.529 m2, ruang guru 120 m2, ruang rapat tidak ada, ruang laboratorium fisika, kimia dan Biologi 220 m2, perpustakaan 72 m2, lapangan dan tempat olah raga 1.025 m2, dan kebun sekolah 200 m. Luas bangunan SMA Negeri 3 Merauke Papua 1.952 m2, terdiri dari ruang kelas sebanyak 18 ruang, laboratorium bahasa tidak ada, laboratorium komputer 80 m2  (dapat mengakses internet), satu buah kantin 25 m2, dua buah ruang TU 50 m2, pos jaga tidak ada, dua buah bangsal kendaraan siswa masing masing 30 m2, empat buah lapangan bermain yaitu 1 buah lapangan bola basket, 1 buah lapangan voli, 1 buah lapangan bola kaki dan lapangan bebas untuk olahraga bermain lainnya, serta lapangan upacara.
Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang UKS, ruang pramuka, tempat ibadah, ruang olah raga, ruang OSIS, ruang koperasi, ruang rapat, ruang tamu, gudang, ruang dapur, bangsal kendaraan guru, dan pagar sekolah. Letak sekolah mudah dijangkau oleh kendaraan umum dari semua jurusan. Melalui kelebihan luas lahan memungkinkan untuk penambahan gedung dan sarana pendidikan yang lain. Perlu diketahui disebelah kanan gedung SMA Negeri 3 Merauke terdapat lembaga pendidikan lainnya diantaranya SMK Negeri 3 Merauke (Teknik), SMK  Negeri 2 Merauke (Tata busana dan tata boga) dan didepannya terdapat Perguruan Tinggi Negeri yaitu UNIMMER.
Manajemen bidang sarana prasarana di SMA Negeri 3 Merauke, seperti perpustakaan menyediakan ruang baca dan peminjaman buku atau sirkulasi. Laboratorium komputer dengan layanan internet meskipun dalam jumlah terbatas sudah dapat memotivasi siswa mengakses internet jika guru memberikan tugas pelajaran tertentu. Perbandingan guru dan siswa satu guru untuk satu kelas (32 orang) dan penempatan guru sesuai dengan matapelajaran yang diampu.
2. Proses
2.1. Pengelolaan
SMA Negeri 3 Merauke di Papua sebagai daerah yang terletak di perbatasan  Indonesia dan PNG memiliki visi, misi, dan tujuan yang disusun berdasarkan pada tujuan pendidikan nasional, visi, misi, dan tujuan sekolah, serta rencana pengembangan sekolah. Rencana sekolah disusun untuk kurun waktu selama 3 (tiga) tahun, untuk mencapai tujuan penyelenggaraan sekolah unsur-unsur internal dan eksternal dikoordinasikan oleh kelompok kerja (team work). Strategi dalam mengelolah sumber daya manusia untuk mencapai tujuan sekolah dilakukan dengan jalan memberikan kesejahteraan yang memadai, motivasi internal, kesempatan berkembang, dan aktualisasi diri.
Dalam mengelolahannya kepala sekolah mengsosialisasikan visi, misi, tujuan, dan Standar Operasi Prosedur (SOP) sekolah kepada guru, siswa, karyawan, orangtua, dan stakeholder. Di samping itu kepala sekolah juga mendorong budaya inkuiri,  misalnya mengajak guru-guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta membimbing peserta didik untuk mengikuti lomba, misalnya Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), OSN dan O2SN.
2.2 Pembelajaran
Tenaga Pendidik di SMA Negeri 3 Merauke adalah lulusan Sarjana Pendidikan yang sesuai dengan program studinya, memiliki akta mengajar IV dan memperoleh kesempatan melanjutkan studi pascasarjana (S2) di Manado, Malang, Makassar dan Jayapura serta Surabaya. Guru yang mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Di samping mengajar mata pelajaran yang diampu guru juga melaksanakan kursus Bahasa Inggris pada lembaga yang dipilih.
Persiapan pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 3 Merauke adalah menyusun rencana pembelajaran pada awal tahun ajaran dengan melihat kalender akademik. Perumusan tujuan pembelajaran telah dituliskan secara jelas mengandung perilaku hasil belajar sehingga dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Materi ajar disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran. Di samping itu materi ajar diorganisasikan dengan sistematis, dan sesuai dengan alokasi waktu. Pemilihan sumber/media pembelajaran dengan tepat sesuai dengan tujuan, materi, dan karakteristik peserta didik. Sumber materi ajar yang dikomunikasikan kepada peserta didik berupa latihan soal dan terdapat kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75%. Di samping itu evaluasi direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang dikelola seperti di atas merupakan salah satu indikator RSBI.
Jumlah siswa dalam satu kelas di SMA Negeri 3 Merauke maksimal sebanyak 32 orang. Pembelajaran didukung oleh alat pembelajaran yang lengkap terutama untuk mata pelajaran Inti dan memberikan perhatian pada siswa dalam bentuk memberian tugas presentasi setelah ada penjelasan dari guru secara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari dua sampai tiga orang siswa. Guru memelihara disiplin dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara memberi hukuman kepada siswa yang tidak disiplin sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
Strategi yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 3 Merauke dalam mengorganisasikan pembelajaran adalah dengan menggunakan metode TAMAT (Talking Action Making Action), diantarnya secara tatap muka, presentasi, dan tanya jawab. Perilaku atau tujuan pembelajaran yang diharapkan disampaikan terlebih dahulu kepada siswa, sehingga siswa mengetahui di mana ia dapat memperoleh bantuan akademik melalui penjelasan guru. Pendidik mendorong sekolah untuk memberi pengakuan atas perilaku positif siswa, jika ada siswa yang kurang baik perilakunya dibicarakan dengan penasehat akademik. Di samping itu Pendidik mengembangkan kecakapan komunikasi siswa melalui presentasi di depan kelas.
Pengembangan kemampuan literasi media dan informasi TAMAT (Talking Action Making Action), juga dilakukan dengan cara penugasan di perpustakaan dengan mengunduh (download) informasi melalui internet. Setiap akhir pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebagai feedback terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pendidik mendapat informasi siswa mana yang perlu diberi bantuan dan bantuan apa yang akan diberikan. Siswa dapat memberikan saran (ada Kotak Saran) dan terbuka kepada penasehat akademik apabila menemukan hambatan. Strategi pegorganisasian yang demikian dapat dijadikan indikator pengorganisasian pembelajaran dalam RSBI.
Talking Action Making Action juga digunakan pendidik saat penentuan penjurusannya hal ini bertujuan untuk menciptakan daya saing lulusan yang baik, di samping itu pendidik juga mengembangkan kemampuan adaptif dan tanggungjawab dengan cara memberi pengarahan untuk bertanggungjawab terhadap kewajiban sekolah. Ramah sosial juga dikembangkan dengan cara memberi pengarahan toleransi terhadap sesama temannya. Pengembangan kemampuan interpersonal pada diri siswa dikembangkan guru dengan cara memberi penjelasan lisan dan demonstrasi. Guru juga mengembangkan kemampuan interpersonal siswa dengan cara belajar berkomunikasi dengan sesama. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi melalui penggunaan teknologi informasi dengan cara memberi kesempatan pada saat diskusi berkelompok. Guru menggunakan aplikasi perangkat lunak untuk mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data. Proses pembelajaran dilakukan guru dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Guru juga menggunakan model pembelajaran yang variatif, misalnya pemecahan masalah (trouble shooting) dalam pembelajaran praktik. Pembelajaran didukung oleh ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan warung internet (warnet).
Pendidik  memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan hasil temuannya, strateginya terletak pada pemberian masalah (trouble) dan peserta didik mencari penyelesaiannya. Di samping itu guru memiliki strategi dalam meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik berupa studi kasus. Metode tersebut digunakan dengan alasan dalam implementasinya di dunia kerja siswa dihadapkan pada penyelesaian masalah (trouble shooting). Ciri proses pembelajaran tersebut merupakan salah satu ciri RSBI.
Berkaitan dengan proses Talking Action Making Action, di SMA Negeri 3 Merauke, pendidik akan memiliki karakteristik pola pikir yang dapat menghasilkan pembelajaran yang baik. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan pola pikir tersebut, pendidik  dapat memberikan layanan pada siswa dengan memberikan berbagai macam sumber informasi pada siswa dan siap memberikan layanan akademik pada setiap saat di sekolah. Di samping itu pendidik menyediakan portofolio pembelajaran untuk siswa yang mencakup seluruh materi ajar pada semester tersebut.
Untuk mengkaitkan informasi pembelajaran sebelumnya dilakukan dengan memberikan penjelasan, demonstrasi, dan percobaan. Selanjutnya siswa diberi  penugasan dan dilihat hasilnya. Guru memberikan informasi tentang kegunaan materi pembelajaran setelah selesai pelaksanaan pembelajaran. Untuk membangkitkan pertanyaan kritis siswa guru memberikan permasalahan atau kasus dan siswa mencari pemecahannya. Tugas kelompok dan cara menilai tingkat kolaborasi siswa pada kelompok dilakukan dengan membagi kelompok-kelompok kecil pada saat praktik.
Proses Talking Action Making Action memberikan ruang yang cukup pada siswa untuk mendemonstrasikan hasil karyanya terutama pada hari ulangtahun SMA Negeri 3 Merauke pada bulan Oktober yang merupakan moment yang tepat, karena pada saat itu SMA Negeri 3 Merauke juga mengadakan lomba Cerdas Cermat SMP dan Lomba Cerdas Tangkas Bahasa Inggris tingkat SD. Tujuan di selenggarakan semua kegiatan diatas juga bertujuan untuk mempromosikan keberadaan SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah RSBI yang dapat menciptakan daya saing lulusan yang bertaraf internasional.
Di samping itu Pendidik memberikan pengarahan pada siswa bagaimana membaca efektif (reading skill), mencari kata kunci dalam membaca informasi dilakukan dengan cara membuat ringkasan. Guru juga memberikan tugas pada siswa untuk mengembangkan wacana dari sebuah artikel dan guru mempertimbangkan berbagai aspek dalam memberikan penilaian hasil belajar siswa. Di samping memberikan penilaian kognitif guru juga menilai sikap, tingkah laku, dan keterampilan siswa.
Pada suasana kelas yang menyenangkan Talking Action Making Action  memberikan kebebasan berdemokrasi tetapi terarah, dan memberi pengertian bahwa guru bukan segala-galanya, guru juga manusia terkadang salah, hanya saja guru sudah pernah belajar terlebih dahulu. Untuk meminta masukan tentang proses pembelajaran kepada siswa agar dapat memberikan layanan lebih baik dilakukan dengan meminta saran dan kesan kepada siswa setelah tatap muka. Guru juga melakukan refleksi atas tindakan yang diberikan pada proses pembelajaran dengan membuat perbaikan terhadap siswa yang melanggar tata tertib serta hak dan kewajiban siswa. Upaya perbaikan yang berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan terhadap siswa yang mempunyai masalah. Perubahan pola pikir guru tersebut di atas dapat dijadikan ciri penting SBI dalam mengelola proses pembelajaran.
3.  Output
Output pendidikan dapat dilihat dari angka mengulang kelas tidak ada, sedangkan siswa yang drop out (DO) pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah  terdapat 10 peserta didik kelas X yang drop out (DO) dan 8 peserta didik kelas XI yang drop out (DO). Penyebabnya adalah faktor sikap (Afektif) siswa yang tidak baik artinya tidak mampu mengikuti program yang diterapkan di SMA Negeri 3 Merauke.
Sehubungan lulusan SMA Negeri 3 Merauke belum memiliki lulusan hal ini di sebabkan karena SMA Negeri 3 Merauke baru ditetapkan menjadi RSBI pada tahun 2009,  namun siswa SMA Negeri 3 Merauke sudah dapat membuktikan peserta didiknya menjadi peserta didik yang terbaik hal ini dibuktikan dengan prestasi pada :
1.      LKIR menjadi finalis 3 kali (2009, 2010 dan 2011) hasilnya juara 2 tingkat Nasional pada PUSAIR di Bandung dan LIPI di Jakarta.
2.      OSN  menjadi finalis 2 kali ; tahun 2010 terdapat 2 siswa SMA 3 Merauke mengikuti lomba Geosains, dan dilanjutkan dengan lomba cepat tepat oleh Menristek, hasilnya PAPUA menjadi juara 3 wilayah Timur. Kemudian tahun 2011 menjadi finalis untuk mata pelajaran Matematika dan Geosains yang pelaksanaannya akan diselenggarakan di Manado bulan September
3.      O2SN yang menjadi finalis tingkat nasional tahun 2009 di Jakarta untuk nomor lompat tinggi dan menjadi finalis tingkat nasional tahun 2011 lompat jauh di Surabaya (10 besar Nasional)
4.      Debat Bahasa Inggris pada tingkat Provinsi. Kelanjutan ke tingkat Nasional tidak ada.
5.      Guru Prestasi tahun 2007 Juara 1 tingkat kabupaten kemudian juara 2 tingkat Provinsi, tahun 2008 Juara 1 tingkat kabupaten kemudian juara 2 tingkat Provinsi (penulis sendiri yang berlomba saat itu), tahun 2009 dan 2010 tidak ada pelaksanaan di Merauke dan tahun 2011 Juara 1 tingkat kabupaten kemudian juara 1 tingkat Provinsi mewakili Papua untuk tahun 2011 pada tingkat Nasional.
Dari data tersebut SMA Negeri 3 Merauke telah siap menghasilkan output daya saing lulusan yang bertaraf internasional. Hal ini merupakan salah satu ciri keberhasilan pengelolaan SMA bertaraf internasional. Keberhasilan ini tidak terlepas dari mutu input yang baik, Menurut Sukamto (1988:45) kriteria keberhasilan lembaga pendidikan Menengah Umum ditentukan didasarkan pada keberhasilan kemampuan akademik, yaitu :
1.        Keberhasilan siswa di sekolah  yang meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan akademik yang sudah diorientasikan di SMA Negeri 3 Merauke untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang terakreditasi.
2.        Keberhasilan lulusan  yang meliputi keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di Perguruan Tinggi untuk dapat menyelesaikan pendidikannya hingga menjadi seorang lulusan yang terbaik pula. misalnya proporsi lulusan yang mendapat pekerjaan sesuai dengan keahliannya.
4. Outcome (hasil)
Salah satu indikator outcome adalah keterserapan lulusan di Perguruan Tinggi. SMA Negeri 3 Merauke selama dua tahun terakhir belum memiliki outcome namun siswa SMA Negeri 3 Merauke sudah dapat membuktikan peserta didiknya menjadi  yang terbaik hal ini dibuktikan dengan prestasi pada LKIR dan O2SN yang menjadi finalis tingkat provinsi hingga sampai Nasional (lihat Tabel).

Tabel  4  :  Prestasi Siswa di SMA Negeri 3 Merauke
No
Tahun Pelajaran
Jenis Kegiatan
Jenis Lomba
Hasil
1.
2009/2010
O2SN
Lompat Tinggi
Nasional Juara harapan 3


LKIR
PUSAIR
Nasional (Juara 5) Bandung


OSN
IPA/IPS
Provinsi
2.
2010/2011
O2SN
Lompat Tinggi
Provinsi (Juara 2) lompat Tinggi


LKIR
LIPI/PUSAIR
Nasional (Juara 2)


OSN
IPS
Nasional (Geosains)
3.
2011/2012
O2SN
Belum terlaksana
Belum terlaksana


LKIR
LIPI
Nasional (Juara 2)


OSN
IPA/IPS
Provinsi masih lanjut ke nasional

SMA Negeri 3 Merauke sedang berusaha memperoleh sertifikat managemen mutu ISO 9001-2000. Sertifikat tersebut bermakna ada komitmen meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan dari civitas akademika sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pustakawan, laboran, tenaga kebersihan, keamanan, siswa, dan orangtua siswa bersama-sama untuk mewujudkan terselenggaranya sekolah bermutu melalui managemen pengelolaan yang terstandar. Pilihan ISO 9001-2001 adalah tepat karena hal tersebut merupakan pengakuan internasional.

BAB  V
SIMPULAN DAN  SARAN
1.  Simpulan
Berdasarkan analisis kualitatif dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa Talking Action Making Action (TAMAT) yang diterapkan di SMA Negeri 3 Merauke adalah :
1.      Penerapan proses Talking Action Making Action dapat menarik minat siswa SMP untuk masuk ke SMA Negeri 3 Merauke dengan menggunakan fasilitas dan dana tidak begitu banyak.
2.      Penerapan proses Talking Action Making Action dapat mempersiapkan peserta didik untuk mengukir prestasi sehingga menjadi lulusan yang dapat bersaing di tingkat nasional dan internasional.
3.      Penerapan manajemen mutu penyelenggaraan sekolah berstandar internasional ISO 9001-2000, ini menunjukkan kesungguhan dari civitas sekolah untuk menjadikan sekolah yang unggul.
4.      Kerja sama dengan sekolah lain (sister School) SMA Negeri 78 Jakarta merupakan contoh gambaran yang akan diadopsi di SMA Negeri 3 Merauke.
5.      Pembimbingan terhadap siswa berupa penjurusan senantiasa diberikan melalui career path sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk menekuni jurusan yang telah dipilihnya.
2.  Saran  (kepada pihak penentu kebijakan)
Berdasarkan simpulan di atas dikemukakan saran sebagai berikut  :
1.      SMA Negeri 3 Merauke  menjadi sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Indonesia) di Merauke berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Renstra Depdiknas Tahun 2005-2010. Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa, pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus punya kontribusi guna mendukung program yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Merauke.
2.      Untuk menyelenggarakan satu satuan pendidikan, SMA 78 Jakarta merupakan sekolah yang di pilih oleh SMA Negeri 3 Merauke untuk dapat diadopsi atau semua model pembelajaran yang ada di sana sehubungan dengan tuntutan Sistim Pendidikan Nasional yang sudah berkembang sehingga dapat mencapai daya saing lulusan yang bertaraf internasional.
3.      Komite sekolah bersama orang tua peserta didik merupakan aspek secara langsung yang harus mendukung berjalannya RSBI di Merauke dengan walaupun dana yang didapatkan dari siswa tidak begitu banyak.
4.      Ketersediaan sarana prasaran yang memadai, terutama proses penyelenggraaan RSBI perlu dukungan dari pemerintah daerah.
5.      Pengelolaan SMA Negeri 3 Merauke dengan manajemen standar ISO 9001-2000 harus sudah dimulai, dengan standar tersebut pengelolaan sekolah terstandar secara internasional.
6.      Kerjasama dengan SMA 78 Jakarta (sister School) Merupakan langkah yang tepat bagi SMA Negeri 3 Merauke lain menjadi sekolah RSBI di Papua yang tetap eksis menciptakan lulusan yang bertaraf internasinal dan kerja sama tersebut mengikat kedua belah pihak dan saling menguntungkan.

AFTAR  PUSTAKA
Abustam, M. I.,dkk. 2006. Pedoman Praktis Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah.    Makassar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Ari Damari, dkk. 2008. Kumpulan Soal dan Pembahasan: Sukses Ujian Nasional SMP 2008. Jakarta: WahyuMedia.
Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo. 2008, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Nana Syaodih S.,dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung : PT. Refika Aditama.

Pudjiastuti dan Deti. 2007.  Penilaian Hasil Belajar. Bahan Penataran untuk Peserta Diklat IPS SMP Jenjang Dasar. Malang : PPPPTK.
_____. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


BIODATA  PESERTA
1.
N a m a
FEBRINA K IRIANTHY,S.Pd
2.
N I P
19710224 199503  2 003
3.
Jabatan
Guru Pembina 
4.
Pangkat/Gol.Ruang
Pembina.  IV/a
5.
Tempat dan tgl.lahir
Biak, 24 Februari 1971
6.
Jenis kelamin
Perempuan
7.
Agama
Protestan
8.
Mata pelajaran yang diajarkan
Pendidikan Matematika
9.
Masa kerja guru
16  tahun 2 bulan
10.
Judul Penelitian
MELALUI TALKING ACTION AND MAKING ACTION (TAMAT), SMA NEGERI 3 MERAUKE  PAPUA YANG TERLETAK DI DAERAH PERBATASAN BERUPAYA MENCIPTAKAN DAYA SAING LULUSAN YANG BERTARAF INTERNASIONAL
11.
Pendidikan terakhir
 S1
12.
Fakultas/Jurusan
FMIPA
13.
Status perkawinan
Kawin
14.
Sekolah
a.       Nama Sekolah
b.      Jalan
c.       Kelurahan/Desa
d.      Kecamatan
e.       Kabupaten
f.       Provinsi

SMA Negeri 3 Merauke                                        Kamaizaun
Rimba Jaya
Merauke
Merauke
Papua
15.
Alamat Rumah
a.       Jalan
b.      Kelurahan/Desa
c.       Kecamatan
d.      Kabupaten
e.       Provinsi
f.       Telepon

Pendidikan Blok A No 8 Merauke
Mandala
Merauke
Merauke
Papua
 HP. O81344511606
           

No comments:

Post a Comment