STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM ENGLISH SPEAKING MODEL (ESM) UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING LULUSAN SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG

Susy Amizera SB, S.Pd
Guru SMA Plus Negeri 17 Palembang
Email : amizera_bgt@yahoo.com


ABSTRAK

Penelitian ini didasari oleh tujuan umum  program RSBI yaitu  menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif  dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional. Oleh karena itu, SMA Plus negeri17 Palembangmelaksanakan program English Speaking Model (ESM) untuk meningkatkan daya saing lulusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program  ESM dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan  program ESM di SMA Plus Negeri 17 Palembang.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan pembagian angket kepada anggota program ESM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa di kelas telah menggunakan bahasa Inggris pada saat bertanya dan memberikan komentar terhadap materi pelajaran. Namun, kurang dari 20% siswa menggunakan bahasa Inggris sebagai media komunikasi dengan teman sebaya. Program ESM telah berjalan baik walaupun terdapat beberapa kendala dan hambatan yang terjadi pada proses pelaksanaan program ESM, yaitu siswa malu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan teman sebaya di lingkungan sekolah.
Melalui hasil penelitian  ini disarankan agar  sekolah menentukan beberapa English spot  atau hari khusus wajib berbicara bahasa Inggris. Selain itu, sekolah perlu menghadirkan motivator untuk mengubah persepsi siswa mengenai rasa malu menggunakan bahasa Inggris sehingga siswa dapat lebih percaya diri untuk menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah

Kata kunci       : SMA Plus Negeri 17, siswa, bahasa Inggris, komunikasi

THE IMPLEMENTATION OF ENGLISH SPEAKING MODEL (ESM) PROGRAM TO IMPROVE THE COMPETITIVENESS OF HIGH SCHOOL GRADUATES
IN SMA PLUS NUMBER 17 PALEMBANG



Susy Amizera SB, S.Pd
Guru SMA Plus Negeri 17 Palembang
Email : amizera_bgt@yahoo.com



ABSTRACT

The research was based on the general purpose of the program RSBI for preparing graduates who are able take an active role with the international standards of competency characterized. Therefore, SMA Plus neger i17 Palembang implement  English Speaking Model (ESM) to enhance the competitiveness of graduates. This study aims to determine the implementation of ESM program and the obstacles encountered in the implementation of the ESM program in SMA Plus Negeri 17 Palembang.
This type of research that is used in this research is descriptive research. Techniques of data collection is done by direct observation and distribution of questionnaires to members of the ESM program.
The results showed that more than 50% of students in the class had to use English when asking questions and commenting on subject matter. However, less than 20% of students using English as medium of communication with their friends. ESM program has been going well although there are some constraints and obstacles that occur in the process of implementation of the ESM program, the students are shy to use English for communicating with their friends in the school.
The results of this study recommended that schools determine a English spot or a special day should speak English. In addition, schools need to a motivator to change the perception of students about the shame in English so that students can have more confidence to use English in a school.

Keywords : SMA Plus Negeri 17 Palembang, students, English, Commnuticate
           
           
 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Inggris tumbuh dan berkembang dalam berbagai konteks sosial budaya dan lingkungan yang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangannya cenderung dipengaruhi dan diarahkan oleh lingkungan. Pada era global, bahasa Inggris menjadi sarana komunikasi bagi masyarakat berbagai bangsa dan budaya. Pertumbuhan ini mengakibatkan bahasa Inggris sebagai bahasa standar dalam segala bidang, seperti ekonomi, sosial, budaya, perindustrian, dan lain-lain.
Rintisan  Sekolah  Bertaraf  Internasional  (RSBI)  adalah  Sekolah Standar Nasional  (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar    Nasional Pendidikan  (SNP)  Indonesia dan bertaraf  Internasional  sehingga diharapkan lulusannya  memiliki  kemampuan  daya  saing internasional. Salah satu tujuan umum program RSBI yaitu  menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional.
SMA Plus Negeri 17 Palembang merupakan salah satu sekolah RSBI yang berada di kota Palembang. Berdasarkan tujuan umun sekolah RSBI, yaitu menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional, maka SMA Plus Negeri 17 Palembangmemiliki salah satu program unggulan, yaitu program English speaking model.
English speaking model (ESM) merupakan program sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris di lingkungan SMA Plus Negeri 17 Palembang. Program ini melibatkan siswa dan guru yang telah memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Program ini dilaksanakan untuk melatih siswa agar berani berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris sehingga mereka mampu bersaing di era globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas implementasi program English Speaking Model (ESM) dalam rangka menyiapkan daya saing lulusan SMA Plus Negeri 17 Palembang di era globalisasi.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang terdapat dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah implementasi program English Speaking Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang?.
2.      Apakah terdapat kendala terhadap implementasi program English Speaking Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang?.

C. Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program English Speaking Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembangdan untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi program ESM di SMA Plus Negeri 17 Palembangsehingga pada akhirnya program ini dapat berhasil dan berjalan dengan lebih baik.

D. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi dalam lingkungan SMA Plus Negeri 17 Palembang, siswa yang menjadi objek penelitian yaitu siswa yang telah terpilih dalam program English Speaking Model (ESM). Siswa yang telah terpilih merupakan siswa yang memiliki TOEFL di atas 450.


II. KAJIAN PUSTAKA
Era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal terutama di bidang komunikasi. Dalam hal ini peranan bahasa Inggris sangat diperlukan baik dalam menguasai teknologi komunikasi maupun dalam berinteraksi secara langsung. Sebagai sarana komunikasi global, bahasa Inggris harus dikuasai secara aktif baik lisan maupun tulisan.
Bahasa Inggris telah menjadi satu kata kunci yang sanggup menggenggam segala aspek, baik itu bisnis, politik, sosial, maupun budaya.  Dahulu, mungkin bahasa Inggris masih menjadi hal yang sedikit tabu untuk dipelajari dan dipahami lebih dalam lagi. Namun, saat ini justru sebaliknya, bahasa Inggris yang merupakan alat komunikasi dalam era globalisasi menjadi kunci utama keberhasilan seseorang dalam mencapai karier bermasa depan cerah (Wijaya, 2010).

A. Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah Bertaraf Internasional merupakan sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Pada prinsipnya, Sekolah Bertaraf Internasional harus bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).

B. Tahapan Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007), penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional hendaknya melalui dua tahapan atau fase, yaitu: (1) fase rintisan, dan (2) fase kemandirian.


1. Fase Rintisan
Dalam fase rintisan ini terdiri atas dua tahap, yaitu: (1) tahap pengembangan kemampuan/kapasitas sumber daya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan, dan (2) tahap konsolidasi.
Pengembangan kemampuan/kapasitas sumber daya manusia dilakukan terhadap guru, kepala Sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, serta pengembangan dan modernisasi manajemen dan kelembagaan Sekolah/Madrasah. Melalui fase rintisan ini, pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan bisa memberikan hasil yang optimal, sistemik, dan sistematik.
2. Fase Kemandirian
Dalam fase kemandirian ini, pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan telah mampu bersaing secara internasional yang ditunjukkan oleh kepemilikan daya saing yang tangguh dalam lulusan, kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan. Dengan kata lain, Sekolah Bertaraf Internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional.

C. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Rintisan  Sekolah  Bertaraf  Internasional  (RSBI)  adalah  Sekolah  Standar Nasional  (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar  Nasional Pendidikan  (SNP)  Indonesia dan bertaraf  Internasional  sehingga diharapkan  lulusannya  memiliki  kemampuan  daya  saing internasional. Proses pembelajaran disesuaikan  dengan  bakat,  minat,  dan  perkembangan  fisik  serta psikologis  peserta  didik. Keberhasilan  tersebut  ditandai  dengan  pencapaian indikator  kinerja  kunci  minimal,  yaitu memenuhi standar proses
(SMAN1 Probolinggo, 2009).



D. Tujuan Program RSBI 
Adapun tujuan dari program RSBI yaitu sebagai berikut.
1.      Meningkatkan  kualitas  pendidikan  nasional  
2.      Memberi  peluang  pada  sekolah  yang  berpotensi  untuk  mencapai  kualitas  bertaraf nasional dan internasional. 
3.      Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global. Khusus Menyiapkan  lulusan  yang memiliki  kompetensi  yang  tercantum  di  dalam Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional.

E. Pelaksanaan  Kurikulum  dan  Proses  Pembelajaran RSBI 
Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran RSBI yaitu sebagai berikut.
1.       Menggunakan  kurikulum  yang  berlaku  secara    nasional  dengan  mengadaptasi kurikulum sekolah di negara lain.  
2.       Mengajarkan bahasa  asing,  terutama  penggunaan bahasa  Inggris,  secara  terintegrasi dengan  mata  pelajaran  lainnya.
3.       Menekankan  keseimbangan  aspek  perkembangan  anak  meliputi  aspek  kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.  
4.      Mengintegrasikan  kecerdasan majemuk  termasuk  emotional intelligence dan spiritual intelligence ke dalam kurikulum.
5.      Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian ).
6.      Mengarahkan  siswa  untuk  mampu  berpikir  kritis,  kreatif  dan  analitis,  memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar.
7.       Kurikulum  tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan kredit semester.  
8.      Menekankan kemampuan pemanfaatan information and communication technology yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007)
F. English Speaking Model (ESM)
                 English Speaking Model (ESM) adalah salah satu program SMA Plus Negeri 17 Palembang. Program ini dilaksanakan agar siswa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris selama berada di lingkungan SMA Plus Negeri 17 Palembang. Program ini mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2010 / 2011 sehingga program ini kurang lebih telah dilaksanakan selama satu tahun.
Langkah – langkah pelaksanaan program English Speaking Model
1.      Siswa yang termasuk anggota program English Speaking Model akan diberi logo atau tanda dan mereka harus berbicara menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2.      Ketika anggota program English Speaking Model  berbicara dengan siswa yang bukan anggota, maka siswa yang bukan termasuk  anggota English Speaking Model harus menggunakan bahasa Inggris juga sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Inggris.
3.      Pada akhirnya, semua siswa akan berani menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah sehingga kemampuan dan semangat mereka menggunakan bahasa Inggris akan meningkat (Tim Penyusun, 2009).



III. METODE PENELITIAN

A. Jenis  Penelitian
            Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Description Research). Menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan atau kondisi yang terjadi pada wilayah yang diteliti. Penelitian ini bertujuan menggambarkan keadaan yang terjadi di SMA Plus Negeri 17 Palembang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Negeri 17 Palembang yang beralamat di Jalan Mayor Zurbi Bustan-Lebong Siareng Palembang. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 9 Mei 2011 sampai 20 Mei 2011.

C. Populasi dan Sampel
1.  Populasi
Menurut Arikunto (2010), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anggota English Speaking Model, yaitu siswa yang memiliki TOEFL di atas 450.
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
No
Kelas
Jumlah siswa
1
X.A
10 siswa
2
X.B
10 siswa
3
X.C
10 siswa
4
X.D
10 siswa
5
X.E
10 siswa
6
X.F
10 siswa
7
X.G
10 siswa
8
X.H
10 siswa
9
XI PSIA 1
5 siswa
10
XI PSIA 2
5 siswa
11
XI PSIA 3
5 siswa
12
XI PSIA 4
5 siswa
13
XI PSIA 5
5 siswa
14
XI PSIA 6
32 siswa
15
XI PSIS
5 siswa
Jumlah
152 siswa
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010), Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sample pada penelitian ini adalah 64 orang anggota ESM.  Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan menjadi dua kelompok sampel yaitu 32 orang anggota ESM di kelas XIPSIA 6 menjadi objek pengamatan di kelas, karena seluruh siswa di kelas XI PSIA 6 memiliki TOEFL di atas 450 dan 32  orang anggota ESM lainnya diberikan angket atau kuisioner berupa pertanyaan–pertanyaan yang berhubungan dengan pelaksanaan program ESM

D. Teknik Pengumpulan Data
            Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.
1. Observasi / Pengamatan
            Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek, observasi / pengamatan pada penelitian ini bertujuan untuk mengamati  anggota English Speaking Model  di kelas XI PSIA 6 yang berjumlah 32 orang siswa.
2. Pembagian angket
            Pembagian angket bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pelaksanaan program English Speaking Model di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Peneliti membagikan questioner kepada 32 anggota English Speaking Model.

E. Teknik Analisa Data
            Data dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan akan digambarkan dengan kata – kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh simpulan. Data yang didapat divisualisasikan ke dalam bentuk persentase dan tabel.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data. Teknik penggumpulan data yang digunakan adalah  dengan cara pengamatan langsung di kelas dan pembagian angket.

A. Implementasi program English Speaking Model (ESM) di SMA Plus
      Negeri 17 Palembang
Pada  saat pengamatan langsung di dalam kelas, penulis mengamati 10 atau 11 siswa setiap pertemuan. Oleh karena itu pada setiap pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan di dalam kelas. Tabel di bawah ini merupakan table hasil pengamatan penulis.
Tabel 4.1. Penggunaan Bahasa Inggris di dalam Kelas (Hasil Pengamatan)


Penggunaan
bahasa Inggris saat bertanya
%
Penggunaan  bahasa Inggris saat memberikan komentar
%
Penggunaan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman
%
Pengamat-an pertama


23 orang

71,8
20 orang
62,5
6 orang
18,7
Pengamat-an  kedua

25 orang
78,1
18 orang
56,2
4 orang
12,5

               Selain melakukan pengamatan, penulis membagikan angket kepada 32 orang anggota program English speaking model. Pembagian angket bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai program English speaking model di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Berikut ini merupakan tabel hasil pembagian kuisioner kepada siswa.




Tabel 4.2. Penggunaan Bahasa Inggris di dalam Kelas (Hasil Angket)
  Pertanyaan
Jawaban
Jumlah siswa
%
Apakah kamu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di dalam kelas

Ya

8 orang
25

Tidak


24 orang
75

Tabel 4.3. Penggunaan Bahasa Inggris di luar Kelas (Hasil Angket)
  Pertanyaan
Jawaban
Jumlah siswa
%
Apakah kamu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di luar kelas

Ya

2 orang
6,25

Tidak


30 orang
93,75

Tabel 4.4. Penggunaan Bahasa Inggris Saat Berbicara dengan Guru (Hasil
                 Angket)
  Pertanyaan
Jawaban
Jumlah siswa
%
Apakah kamu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan guru

Ya

20 orang
62,5

Tidak


12 orang
37,5

               Berdasarkan tabel 4.2; tabel 4.3 dan tabel 4.4 terlihat bahwa siswa sangat jarang menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di dalam kelas maupun di luar kelas. Melalui tabel 4.3 diketahui bahwa kurang dari 10 % siswa yang menggunakan bahasa Inggris di luar kelas. Akan tetapi, pada tabel 4.4 terlihat bahwa 62,5 % siswa menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan guru.
               Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis, terlihat bahwa lebih dari 50 % siswa di kelas telah menggunakan bahasa Inggris pada saat bertanya dan memberikan komentar terhadap materi pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian siswa aktif menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajaran di dalam kelas. Akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan persentase jumlah siswa yang menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di dalam kelas, karena berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa hanya beberapa siswa menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di dalam kelas, hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa di dalam kelas menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi di dalam kelas.
            Data pengamatan di atas didukung oleh data yang di dapat melalui pembagian angket. Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak menggunakan bahasa Inggris di dalam dan di luar kelas. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Akan tetapi berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa 62,5 % siswa  menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan guru. Hal ini berbanding terbalik dengan persentase jumlah siswa yang berbicara dengan teman sebaya menggunakan bahasa Inggris.
            Menurut pendapat beberapa siswa, penulis mengetahui alasan siswa tidak menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi dengan teman di dalam maupun di luar kelas. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka malu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman, karena mereka tidak ingin terkesan overacting atau lebay. Alasan lain yang dikemukakan siswa adalah salah paham. Sebagian siswa takut terjadi kesalahpahaman saat mereka menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi, selain itu berbicara menggunakan bahasa Inggris lebih susah daripada berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
            Menurut pikiran rakyat online (2009), Tujuan berkomunikasi dengan berbahasa Inggris adalah meningkatkan keberanian berbahasa Inggris para siswa, oleh karena itu, siswa harus berani dan tidak rendah diri untuk terus belajar dan mempraktikkan bahasa Inggris. Kemampuan berkomunikasi menjadi syarat penting untuk meningkatkan jejaring internasional. Jejaring inilah yang nantinya akan sangat berguna saat siswa mulai menekuni dunia bisnis atau usaha.


B. Kendala yang dihadapi dalam implementasi program English Speaking
     Model
(ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang
               Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil pembagian angket pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4 diketahui bahwa hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman sebaya di dalam maupun di luar kelas. Masalah ini dapat menjadi masalah terbesar dalam implementasi program ESM, karena kebiasaan ini dapat berkembang terus menurus dan pada akhirnya siswa tidak menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Hal ini dapat mengakibatkan program ESM  tidak berjalan dengan maksimal.

Tabel 4.5. Peningkatan Semangat Menggunakan Bahasa Inggris di Lingkungan
                   Sekolah (Hasil Angket)
  Pertanyaan
Jawaban
Jumlah siswa
%
Apakah program ESM meningkatkan semangat menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah

Ya

15 orang
46,8

Tidak


17 orang
53,2

Tabel 4.6. Peningkatan Kemampuan Menggunakan Bahasa Inggris
  Pertanyaan
Jawaban
Jumlah siswa
%
Apakah program ESM meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa Inggris

Ya

12 orang
37,5

Tidak


 20 orang
62,5

            Berdasarkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 diketahui bahwa  kurang dari 50% siswa mengakui bahwa kemampuan dan semangat mereka menggunakan bahasa Inggris kurang meningkat. Hal ini merupakan kondisi yang memprihatikan karena persentase ini dapat terus berkurang karena hanya sedikit siswa yang menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi sesama teman sebaya sehingga siswa tidak memiliki media untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris. Kondisi ini akan terus meningkat apabila dibiarkan, sehingga sekolah harus melakukan perbaikan dan tindak lanjut terhadap permasalahan ini.
            Selain itu, rasa malu menggunakan bahasa inggris dalam berkomunikasi akan menjadi masalah yang terbesar dalam pelaksanaan program ini. Kondisi ini akan menurunkan semangat dan kemampuan bahasa inggris siswa. Hal ini sejalan dengan hasil angket pada tabel 4.5 dan tabel 4.6, karena kemampuan berbahasa Inggris akan terus menurun apabila tidak dilatih terus menerus
            Masalah tersebut akan sulit dipecahkan jika dilakukan tanpa keinginan, niat dan usaha yang kuat dari dalam diri kita sendiri. Walaupun sebagian besar siswa mengetahui bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang sangat penting untuk dipelajari, dipahami dan dikuasai. Oleh karena itu,  siswa tidak boleh takut berbuat salah berbahasa karena kita bukan native speaker, berpikiran positif, terus belajar dan berusaha, mempraktekkan bahasa Inggris dalam keseharian terutama jika ingin berkomunikasi, memperbanyak kosakata, menghilangkan rasa malu jika orang lain mencemooh (Dhinie, 2008).
            Menurut penulis, untuk dapat menghindari hal – hal tersebut, sekolah perlu membuatkan English spot. English spot merupakan  tempat yang mewajibkan siswa menggunakan bahasa Inggris di area tersebut sehingga anggota program English Speaking Model dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris tanpa rasa malu dan juga tidak terkesan overacting. 


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
 Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan dua hal.
1.      Implementasi program English Speaking Model di SMA Plus Negeri 17 Palembangtelah berjalan dengan baik walaupun terdapat beberapa kendala dan hambatan yang terjadi pada proses pelaksanaan program English Speaking Model, yaitu  adanya rasa malu dan tidak mau terkesan overacting  yang dirasakan oleh siswa.
2.      Adanya kendala yang dihadapi oleh siswa karena rasa malu dan tidak mau terkesan overacting dapat dipecahkan dengan keinginan, niat dan usaha yang kuat dari dalam diri kita sendiri sehingga pada akhirnya tidak terdapat kendala dalam pelaksanaan program English Speaking Model di SMA Plus Negeri 17 Palembang
B. Saran
1.      Sekolah sebaiknya menentukan beberapa English spot di lingkungan sekolah, sehingga siswa diwajibkan berbahasa Inggris di area tersebut sehingga siswa tidak merasa malu untuk  berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris
2.      Sekolah sebaiknya menentukan hari khusus wajib berbicara bahasa Inggris sehingga semua siswa dapat berbahasa Inggris tanpa adanya rasa malu. Oleh karena itu, siswa dapat termotivasi untuk mempraktekkan kebiasaan berbahasa Inggris sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Inggris.
3.      Sekolah sebaiknya menentukan sistem denda terhadap siswa yang menggunakan bahasa Inggris di hari khusus berbahasa Inggris dan di area English spot. Sistem denda ini harus diawasi oleh guru dan siswa di lingkungan sekolah
4.      Sekolah sebaiknya menghadirkan motivator untuk merubah persepsi siswa mengenai rasa malu menggunakan bahasa Inggris sehingga pada akhirnya siswa dapat lebih percaya diri untuk menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penjamin Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

Dhinie. 2008. “Kultur Malu dalam Bahasa Inggris”. http://butterflydini.blogspot.com/2008/09/kultur-malu-dalam-bahasa-Inggris.html. Diakses tanggal 20 juni 2011.

Pikiran Rakyat Online. 2009. “Jangan Malu Bicara Bahasa Inggris”. http://www.pikiran-rakyat.com/node/84103. Diakses tanggal 25 Juni 2011

SMAN1 Probolinggo. 2009. “Program R-SBI”. http://sman1-prob.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91&Itemid=95. Diakses tanggal 20 Juni 2011.

Tim Penyusun. 2009. Proposal English Speaking Model for Creating English Atmosphere in SMA Plus Negeri 17 Palembang. Palembang: SMAN17 Palembang.




BIODATA  PENELITI

1.         N a m a                                    :           SUSY AMIZERA SB, S.Pd
2.         Tempat & tanggal lahir           :           PALEMBANG, 14 JANUARI 1988
3.         Jenis Kelamin                          :           PEREMPUAN
4.         A g a m a                                 :           ISLAM
5.         Status pernikahan                    :           BELUM MENIKAH
6.         Nomor HP /Telp                      :           081377530063 / (0711)420304
7.         email                                        :           amizera_bgt@yahoo.com
8.         Pendidikan Terakhir                :           S1 FKIP BIOLOGI
9.         Alamat POS                            :          
            JL SEI BETUNG NO 609 RT 02 RW 03 PAKJO  KELURAHAN SIRING AGUNG KECAMATAN ILIR BARAT 1 PALEMBANG
            Kode Pos : 30138

10.       Pekerjaan sekarang                  :           Guru SMAN 17 Palembang

11.     Alamat Sekolah                         :     Jalan Mayor Zurbi Bustan, Lebong
                                                                  siarang  Palembang

12.       Telp / Fax                                :           (0711) 421651 / (0711) 421007


1 comment:

  1. Bagus. Akan lebih baik kalau dibangun komunikasi dengan yang membuatn
    program ini sehingga terbangun etika karya ilmiah yang baik




    ReplyDelete