MENGADOPSI PERBEDAAN INDIVIDU SEBAGAI STRATEGY AGAR SISWA LULUS SERATUS PERSEN PADA UJIAN NASIONAL DI KELAS 12 IPS 2 SMA NEGERI 10 PEKANBARU

BAB I
PENDAHULUAN

Drs. ASWIR ASTAMAN, M. Pd

ABSTRACT

Aswir Astaman. 2010. Adopting Individual Differences as a Strategy for Achieving  One Hundred Percent Students Pass in National Final Examination.

The purpose of this research is to find the proper strategy in preparing the thirds year students for National Final examination. The treatment applied based on the students differences. The target of achievement of slow students only for getting minimal passing standard that is 5,5. On the other hand, the average and fast students have the special target that is maximal achievement.
The research is an action research. The object of the research was the thirds year students  Social Study (IPS) 2of SMAN. 10 Pekanbaru. It was conducted from January to June  2010  in three cycles.
The result of the research shows that in the first cycle, the average achievement of students without treatment was 57, 71. Among 35 students, the achievement of 12 students were under standard 5,5 or 55. Based the result of this first cycle the item test were classified into three category, namely, difficult, average and easy. The achievement target of the students under standard were the mastery of easy item test and half of average ones.
The result of second cycle shows that there was the increasing of achievement of students from 57,71 to 73, 37. The number of students  whose achievement under standard became 3. In the third cycle the achievement of students were 80. All students have reached up of the standard,
The data shows that the achievement of all students can be over the standard if they are treated based on their capacity which was different among students.

  1. Latar Belakang
Ujian Nasional   merupakan kegiatan tahunan bagi siswa sekolah, mulai dari  tingkat SD, SMP sampai SMA. Kegiatan ini menimbulkan pro dan kontra di  tengan masyarakat dan juga dikalangan pendidikan. Banyak kalangan yang tidak setuju Ujian Nasional dilakukan karena menganggap Ujian nasional membuat siswa dan guru stress.
Dalam kenyataannya memang banyak yang stress karena ujian nasional ini, mulai dari kepala sekolah, guru, murid dan bahkan orang tua siswa sendiri. Kepala sekolah stress karena ada anggapan dan penilaian dari pihak atasan, jika nilai ujian nasional siswa merosot atau banya siswa yang tidak lulus, maka ini dianggap kegagalan kepala sekolah. Akibatnya  kepala sekolah bisa terancam kedudukannya dan bisa saja diberhentikan menjadi kepala sekolah. Dan ini memang terjadi di beberapa daerah. Kenyataan ini membuat banyak kepala sekolah  merasa cemas dan berbuat kecurangan. Demikian juga guru, keberhasilan anak dianggap keberhasilan guru, sebaliknya kegagalan anak adalah kegagalan guru. Siswa sebagai pelaku juga cemas dan stress, sebab sepertinya perjuangan selama tiga tahun di SMP/Mts maupun di SMA/MA/SMK akan ditentukan oleh beberapa hari ujian nasioal tersebut. Demikian juga orang tua siswa dengan nasib anak mereka dan juga memikirkan biaya yang sudah mereka keluarkan.
Faktor-faktor yang disebutkan diatas membuat sekolah berupaya keras agar  nilai sekolah mereka dapat mencapai target yang diharapkan. Sehingga pikiran dan energi serta biaya selama setahun itu di pergunakan untuk menghadapi ujian nasional. Efek negatifnya juga banyak kalangan guru menganggap pelajaran yang di ujian nasionalkan adalah pelajaran penting sedang kan pelajaran yang tidak, dianggap pelajaran kelas dua. Sehingga ada beberapa sekolah pada kelas tiga  siswa hanya diberikan pelajaran yang di uji pada ujian nasional saja sedangkan pelajaran lain tidak lagi diajarkan.
Hal seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi secara terus menerus dan perlu dipikirkan solusinya sehingga ujian nasional itu tidak dianggap lagi sebagai sesuatu yang menakutkan.
Penulis yaang bertahun-tahun menjadi guru dan oleh kepala sekolah selalu ditempatkan pada kelas tiga mempunyai strategi dalam melatih siswa untuk menghadapi ujian nasional dan hasilnya selama bertahun tahun tidak ada siswa yang tidak lulus dikarenakan pelajaran yang penulis ampu  dalam ujian  nasional. Metode yang digunakan adalah dengan tidak memberi beban yang sama kepada setiap siswa. Setiap kelas perlakuan siswa diberikan berdasarkan kompetensi yang mereka miliki. Jadi beban yang harus dipikul siswa tidak sama dengan demikian juga ada siswa yang tidak perlu mengerjakan semua soal yang yang keluarkan dalam ujian. Karena berdasarkan kompetensi mereka sebagian dari mereka hanya untuk bisa mencapai nilai minimal kelulusan saja. Dan ini penulis istilahkan dengan pemetaan kompetensi.
Setelah penulis menjadi Widyaiswara di LPMP dan membina beberapa sekolah, penulis  bersama-sama dengan teman-teman guru mencobakan teori ini tidak hanya untuk satu mata pelajaran tapi  semua mata pelajaran yang di ujian nasionalkan. Dan sekolah yang menerapkan itu di propinsi Riau boleh dikatakan semua siswanya lulus seratus persen.
Kenyataan ini membuat penulis bertanya-tanya apakah karena teori perlakuan berdasarkan perbedaan individu  yang diterapkan itu yang membuat siswa lulus seratus persen? Untuk itulah penulis mengadakan penelitian  untuk menguji keberhasilan teori tersebut.

  1. Identifikasi masalah
    1. Proses pembelajaran belum memenuhi standar proses
    2. Penilaian belum memenuhi standar penilaian.
    3. Bahan ajar tidak merujuk pada standar isi
    4. Strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
    5. Perbedaan kompetensi antara individu siswa tidak diperhatikan.
    6. Soal-soal yang digunakan untuk pelatihan Ujian Nasional tidak merujuk pada SKL.

  1. Pembatasan Masalah
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) ada tiga jurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa. Di SMA Negeri 10 tempat penelitian ini hanya ada jurusan IPA dan IPS. Karena keterbatasan waktu dan tenaga penelitian  ini mengambil kelas IPS sebagai objek penelitian. Dari lima kelas III IPS diambil satu kelas yaitu kelas III (12) IPS2.

Pada jurusan IPS ada 5 mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, geography dan Sosiologi. Dari lima mata pelajaran tersebut, penelitian ini difokuskan hanya pada  pelajaran Bahasa Inggris saja.

  1. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah perlakuan berdasarkan perbedaan individu dalam mempersiapkan siswa  dapat membuat siswa lulus seratus persen di kelas 12 IPS 2 SMA Negeri 10 Pekanbaru?


  1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa mengadopsi perbedaan individu  dapat membuat siswa lulus seratus persen dalam ujian Nasional di kelas 12 IPS 2 SMA Negeri 10 Pekanbaru

  1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain adalah:
    1. Ditemukannya strategi yang tepat yang digunakan guru untuk mempersiapkan siap dalam mengahadapi ujian nasional.
    2. Dalam belajar, target pencapaian siswa disesuaikan dengan kompetensinya, sehingga beban mental siswa bisa berkurang.
  

BAB II
KAJIAN TEORY
  1. Teori yang Digunakan
Penelitian ini berhubungan dengan pemetaan kompetensi dan memberikan perlakuan kepada siswa dalam menghadapi Ujian nasional berdasarkan kompetensi atau perbedaan kelompok siswa. Karena alasan itu pada kajian teori ini perlu diperjelas  perbedaan pada siswa.
1.      Perbedaan Individu
Banyak factor yang membuat perbedaan diantara individu, Brend and Felder (2005: 2) mengatakan ada tiga hal penting yang membuat perbedaan antara siswa yaitu:
a.                                     Gaya belajar
Gaya belajar adalah ciri-ciri tingkah laku cognitif, afektif dan psychology yang muncul ketika siswa menerima, berinteraksi dan merespon lingkungan belajar. Konsep dari gaya belajar ini telah diterapkan secara luas dalam proses belajar mengajar. Gaya belajar ini berbeda-beda diantara para siswa, contohnya, ada siswa yang  merasa nyaman dengan belajar teori dan tidak menyukai abstraksi, serta ada pula yang sebaliknya.
b.                                    Pendekatan pada belajar dan orientasi belajar.
Siswa mungkin cendrung mengambil pendekatan dalam belajar satu dari tiga cara ini, yaitu:
1)                  Reproducing orientation, cendrung mempelajari sesuatu dari permukaan saja dan mengandalkan  hapalan dan tidak suka berpikir, senang menghapal rumus.
2)                  Meaning orientation, belajar secara mendalam. Siswa katagori ini senang mengajukan pertanyaan, menyelidiki, memeriksa suatu materi secara mendalam.
3)                  Achieving orintation, siswa kelompok ini senang menggunakan strategy apa saja untuk mencapai hasil. Mereka cendrung  mengutamakan hasil dari belajar.
c.                                     Perkembangan Kecerdasan
Siswa yang satu tingkatpun perkembangan kecerdasannya tidak sama. Ada yang berkembang lebih cepat dari temannya dan ada pula yang lebih lambat.
Sementara itu Budi (2009: 1-2) menyebutkan banyak hal yang membuat anak atau siswa berbeda, diantaranya :
a. Perbedaan Intelektual
Anak-anak berbeda dalam tingkat kecerdasannya. Kapasitas intelektual anak secara tradisional diukur dengan menggunakan tes IQ. Namun, validitas tes IQ merupakan subjek yang masih diperdebatkan secara terus-menerus, dan beberapa kritik serta klaim bahwa tes IQ merupakan diskriminasi dan berlawanan bagi anak dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.
b.      Perbedaan Tingkat Pencapaian
Salah satu bentuk nyata untuk melihat perbedaan anak adalah dengan memeriksa hasil pencapaian dalam tes matematika standar. Tingkat pencapaian anak merupakan suatu fungsi yang menunjukkan nilai belajar anak. Murid dalam posisi puncak di suatu kelompok biasanya mampu belajar matematika dengan cepat, sementara murid dengan posisi terendah di dalam kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat. Pada posisi tengah-tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan yang merata dalam pencapaian matematika.
c.       Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Anak-anak berasal dari berbagai lingkungan keluarga. Anak dari keluarga berada dengan pendidikan yang memadai biasanya datang ke sekolah dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih cenderung menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya, anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan dengan latar belakang orang tua tanpa pendidikan cenderung menjadi pebelajar yang lambat.
Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap anak dalam menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya korelasi positif antara sikap anak terhadap matemtika dengan sikap orang tua terhadap mata pelajaran ini.
 d.      Latar Belakang Budaya dan Etnis
Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya, layaknya anak-anak tertarik dan menilai pencapaiannya dalam suatu pendidikan.
 Dari sekian perbedaan antara siswa yang disebutkan di atas, yang paling sesuai dengan penelitian ini adalah perbedaan pencapaian siswa. Dalam pencapaian itu siswa digolongkan menjadi tiga katagori yaitu siswa pencapaian puncak, menengah dan lambat atau slow students. Untuk kelulusan dalam ujian nasional yang perlu diperhatikan tentulah siswa yang pencapaian terendah ini.

2.      Slow Students
Banyak istilah yang digunakan untuk siswa yang pencapaiannya rendah ini, miulai dari siswa tertinggal, kurang mampu, remedial dan slow students atau siswa yang lamban. Apapun istilahnya cendrung  untuk menunjukkan pencapaian yang rendah dalam hasil belajar (Kerry and Bell, 1986: 5)
Lebih lanjut Kerry dan Bell menyatakan, banyak guru yang  tidak  memperhatikan keberadaan siswa yang lamban dalam pencapaian ini, karena guru lebih fokus pada apa yang harus diajarkan dari pada siapa yang harus diajar. Oleh karena itu Kerry dan Bell menyarankan sebelum memikirkan apa yang harus dikerjakan, guru seharusnya  melihat siapa yang akan diajar. Dengan demikian guru dapat mengidentifikasi siswa-siswa yang gagal  dan menemui kesulitan dalam mengerjakan tugasnya pada suatu waktu dan mereka kemungkinan membutuhkan bantuan khusus.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Kerry dan Bell di atas, maka dalam penelitian ini perlu di identifikasi siswa yang pencapaiannya yang rendah, kemudian juga mengidentifikasi soal-soal yang kemungkinan bisa dikerjakan oleh siswa  yang perlu dapat perhatian khusus ini agar mereka bisa melewati standar yang ditetapkan untuk kelulusan ujian nasional.

  1. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan teori yang digunakan di atas maka hipotesa tindakan dari penelitian ini adalah dengan memberikan perhatian khusus kepada siswa berdasarkan kpmpetensi atau tingkat pencapaianya mampu membuat siswa lulus seratus persen dalam ujian nasional.






                                          



  1. Kerangka  Berpikir
Kerangka berpkir dari penelitian ini adalah sebagai berikut






















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

  1. Seting Penelitian
Seting penelitian ini meliputi : tempat penelitian,  waktu penelitian dan siklus penelitian.
    1. Tempat Penelitian.
Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 10 Pekanbaru. Sekolah ini diambil dengan pertimbangan SMA Negeri 10 Pekanbaru inputnya tidak termasuk yang tinggi. Dengan demikian, jika strategi yang digunakan pada penelitian ini berhasil, berarti strategi ini juga bisa diterapkan disekolah yang inputnya tidak tinggi.
    1. Waktu Penelitian.
  Penelitian tindakan ini diadakan selama 4 bulan  yaitu pada bulan Januari, Pebruari, Maret  dan April 2010 ..
    1. Siklus Penelitian
Penelitian tindakan ini diadakan dalam tiga siklus, untuk melihat peningkatan hasil belajar  dari setiap pokok bahasan dari hasil perlakuan yang diberikan..
      


  1. Persiapan  Penelitian
Pada tahap persiapan  ini pertama kali bersama dengan guru yang bekerja sama di pelajarari Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dalam hal ini  adalah SKL bahasa Inggris. Berdasarkan SKL dirancang kisi-kisi prediksi soal UN Bahasa Inggris 2010. Berdasarkan kisi-kisi, dirancang beberapa soal prediksi UN Bahasa Inggris 2010.
.
  1. Subject Penelitian
Subject penelitian ini adalah siswa kelas III. IPS2  (kelas 12) SMA Negeri 10 Pekanbaru. Kelas IPS sengaja di pilih karena siswa kelas IPS di sekolah itu adalah  siswa yang inputnya tidak terlalu baik

  1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keberhasilan dari perlakuan yang diberikan pada siswa sesuai dengan kompetensinya, oleh karena itu instrumen penelitian yang digunakan adalah test soal prediksi ujian nasional.
  1. Analisis Data
Dalam Penelitian tindakan, analisis data dilakukan oleh peneliti semenjak awal, pada setiap aspek penelitian ( Iskandar, 2009: 74). Sedangkan Gay (1987: 211) mengatakan analisis data dilakukan dengan  menguji antara kesesuai data yang satu dengan yang lain. Lebih jauh Iskandar  (2009: 75) menjelaskan analisis penelitian tindakan kelas merupakan proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan serta menyusun dalam katogarisasi, mengklarifikasi data untuk menjawab pertanyaan tema apa yang ditemukan pada data, seberapa jauh data dapat mendukung tema atau tujuan penelitian. Selanjutnya Iskandar menjelaskan dalam penelitian tindakan ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh penelti yaitu :
    1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat dianalisa secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisa statistik deskriptif, misalnya mencari nilai rata-rata, persentasi keberhasilan dan lain sebagainya.
    2. Data kuantitatif, yaitu data yang merupakan informasi yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi peserta didik berkaitan dengan tingkat pemahaman suatu mata pelajaran (kognitif) pandangan atau sikap (afektif), aktifitas peserta didik mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motifasi belajar dapat dinalisa secara kualitatif.
Dari dua jenis data yang dikemukan Iskandar diatas,  dalam penelitan ini digunakan data  jenis pertama yaitu data hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan  yaitu nilai rata-rata dan persentasi keberhasilan yang dianalisa secara deskriptif.
  1. Prosedur Penelitian
Siklus 1
    1. Perencanaan Tindakan.
a.       Peneliti dan guru yang berkobolari  mempelajari Standar Kompetensi Lulusan ujian Nasional(SKL)
b.      Berdasarkan SKL   dirancang kisi-kisi soal prediksi ujian nasional 2009/2010.
c.       Dari kisi-kisi dirancang soal prediksi ujian nasioanl 2009/2010


    1. Tahap Pelaksanaan
Tahap awal pelaksanaan adalah dengan mengadakan Pre-Test dengan menggunakan salah satu soal prediksi.
    1. Refleksi Tindakan.
 Data dari pre-test ini di analisis sehingga diperoleh pemetaan kompetensi dengan katagori:
a.       Siswa yang tidak bermasalah
b.      Middle students, siswa yang nilainya masih mengambang
c.       Slow students, siswa yang perlu mendapat perhatian khusus karena nilai yang diperoleh dibawah SKL, 5,5
Disamping itu juga diperoleh informasi nomor-nomor soal yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Setiap nomor dari soal adalah presentasi dari pokok bahasan yang harus dikuasai oleh siswa seperti yang dituntut oleh SKL. Dari hasil ini pada siswa dilatihkan soal-soal dari pokok uji yang belum mereka kuasai.
Siklus 2
1.      Perencanaan Tindakan
Tim peneliti, peneliti dan guru yang berkobalarasi membuat rencana pembelajaran berupa terobosan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam reguler berdasarkan hasil refleksi.
2.      Pelaksanaan Tindakan
a. Guru yang berkobolarasi didampingi oleh peneliti memberikan pembelajaran.
b. Mengujikan kembalis salah satu soal prediksi Ujian Nasional
3. Refleksi Tindakan
Mengadakan analisa hasil belajar berdasarkan hasil uji coba soal ujian prediksi.
Siklus 3
1. Prencanaan Tindakan
Membuat rencana pembelajaran berupa terobosan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam reguler berdasarkan hasil refleksi.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru yang berkobolarasi didampingi oleh peneliti memberikan pembelajaran dan tindakan pada topi-topik yang masih bermasalah
b. Mengujikan kembalis salah satu soal prediksi Ujian Nasional
3. Refleksi Tindakan
Mengadakan analisa hasil belajar berdasarkan hasil uji coba soal ujian prediksi.
Hasil Ujian Nasional
Data akhir dari penelitian ini adalah hasil ujian nasional, karena tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil ujian nasional sehingga seluruh siswa berhasil melewati angka minimal 5,5

  

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
Adapun deskripsi hasil penelitian  tindakan ini dapat diuraikan  dalam tahapan siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan seperti berikut ini:
  1. Siklus 1
1. Perencanaan
a)      Penulis dan guru yang berkobolarasi menganalisa Standar Kompetensi Lulusan, dalam hal ini SKL Bhasa Inggris.
b)      Berdasarkan SKL disusun Kisi-kisi prediksi Ujian Nasional
c)      Berdasarkan kisi-kisi disusun tiga soal perediksi ujian Nasional
 2. Pelaksanaan
      a) Mengadakan uji coba soal prediksi ujian nasional
      b) Menganalisa hasil uji coba prediksi ujian nasional
      c) Hasil uji coba soal prediksi sebagai berikut :
HASIL UJI COBA PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL
 SIKLUS 1

NO
NAMA
SCORE
NILAI
RANGKING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

ALI
AYUDIA
BASTIAN
BUDI
DANI
DEFRI
DINA
DWI
EFRI
EVA
FATA
FEBRI
HOTMA
JUNAIDI
AULIA
MEDIA
IRSYAD
KARIS
RENDI
RICHO
RIRI
RISKA
RISNA
SAID
SURYA
ANDIKA
ANDRI
TUTUT
ULIL
YULI
YULIA
YUNITA
YUNIARTI
WIDYA
ZAIDI
31
30
30
37
26
29
27
30
33
34
25
23
26
35
30
35
25
33
37
33
23
24
29
35
23
36
24
36
36
27
31
31
23
34
34   
62
60
60
74
52
58
54
60
66
68
50
46
52
70
60
70
50
66
74
66
46
48
58
70
46
72
48
72
72
54
62
62
46
68
68
17
18
19
1
26
22
24
20
12
9
28
32
27
6
21
7
29
13
2
14
33
30
23
8
34
3
31
4
5
25
15
16
35
10
11

d)     Hasil uji coba soal prediksi berdasarka rangking :
NO
NAMA
SCORE
NILAI
RANGKING
1
BUDI
37
74
1
2
RENDI
37
74
2
3
ANDIKA
36
72
3
4
TUTUT
36
72
4
5
ULIL
36
72
5
6
JUNAIDI
35
70
6
7
MEDIA
35
70
7
8
SAID
35
70
8
9
EVA
34
68
9
10
WIDYA
34
68
10
11
ZAIDI
34
68
11
12
EFRI
33
66
12
13
KARIS
33
66
13
14
RICHO
33
66
14
15
YULIA
31
62
15
16
YUNITA
31
62
16
17
ALI
31
62
17
18
AYUDIA
30
60
18
19
BASTIAN
30
60
19
20
DWI
30
60
20
21
AULIA
30
60
21
22
DEFRI
29
58
22
23
RISNA
29
58
23
24
DINA
27
54
24
25
YULI
27
54
25
26
DANI
26
52
26
27
HOTMA
26
52
27
28
FATA
25
50
28
29
IRSYAD
25
50
29
30
RISKA
24
48
30
31
ANDRI
24
48
31
32
FEBRI
23
46
32
33
RIRI
23
46
33
34
SURYA
23
46
34
35
YUNIARTI
23
46
35


3.      Refleksi
a)                                                Nilai tertinggi hasil uji coba adalah 74  sedangkan yang terendah 46
b)      Siswa yang tidak mencapai standar minimal kelulusan adalah 12 orang dari 35 siswa, 34, 3 %
c)      Nilai rata-rata pencapaian siswa  57,71
d)     Dari 50 soal yang dijawab siswa dibuat katagori soal sebagai berikut:  
Soal mudah, MD 18 Soal
Soal Sedang SD   18 Soal
Soal Sukar  SK     14 Soal
Katagori soal mudah, sedang dan sukar bukan berdasarkan analisa butir soal, tapi  berdasarkan jumlah soal yang bisa dijawab dengan benar oleh lebih dari  88 % siswa atau lebih dari 31 orang bagi soal yang mudah.
Soal sedang  dijawab dengan benar oleh lebih dari  10 orang siswa atau 32 % siswa, sedangkan soal sukar hanya bisa dijawab dengan benar oleh sekitar 9 dari 35 siswa atau kurang dari 32 %
Secara terperinci adalah sebagai berikut:








Materi

Indikator Soal

Katagori Soal

Nomor Soal
-  Percakapan Interpersoanal


-  Tindak tutur 



- Tindak tutur rencana



- Percakapan Transaksional tentang tindak tutur mengeluh


- Percakapan Interpersoanal yang melibatkan tindak tutur kemungkinan

- Diperdengarkan teks percakapan Interpersonal, siswa menentukan gambran umum


-  Diperdengarkan teks percakapan transaksional, siswa menetukan informasi tertentu


-  Diperdengarkan teks percakapan transaksional, siswa menentukan informasi rinci dari sebuah percakapan


-  Siswa menentukan gambar yang tepat sesuai dengan informasi yang ada didalam percakapan



-  Siswa menentukan gambar yang tepat sesuai dengan informasi yang ada didalam percakapan


SD



MD




SD




SD





MD


1


2





3



4






5






Materi

Indikator Soal

Katagori Soal

Nomor Soal
-          Percakapan Interpersonal yang melibatkan tindak tutur menyatakan berbagai sikap

-          Teks fungsional lisan tentang descriptive















- Teks Monolog Recount



- Diperdengarkan teks percakapan yang melibatkan tindak tutur simpati, siswa dapat menentukan respon yang tepat

- Diperdengarkan teks percakapan yang melibatkan      tindak tutur suka, siswa dapat menetukan respon yang tepat

-  Diperdengarkan sebuah dialog transaksional melibatkan tindak tutur undangan, siswa dapat menentukan respon yang tepat.

-  Diperdengarkan teks percakapan yang melibatkan tindak tutur permintaan izin, siswa dapat menentukan respon yang tepat


-  Diperdengarkan teks percakapan yang melibatkan tindak tutur puas / tidak puas, siswa dapat menentukan respon yang tepat

-  Diperdengarkan sebuah monolog berbentuk descriptive siswa dapat menentukan gambar yang sesuai dengan monolog yang diperdengarka

- Diperdengarkan teks monolog Recount siswa dapat menetukan :
a.  Ide pokok
b. Informasi tertentu

SK



SK



SD



SK




SD



SK




SD

SK
6



7



8



9




10



11




12

13





Materi

Indikator Soal


Katagori Soal
Nomor Soal

- Teks Monolog News Item










- Diperdengarkan teks monolog News Item, siswa dapat menetukan :

a. Ide Pokok
b.Informasi rinci






SK
SD





14
15




No

Materi

Indikator Soal


Katagori Soal

Nomor Soal
2
Teks fungsional pendek berbentuk Announcement





   Teks fungsional pendek berbentuk Letter





-          Teks fungsional pendek berbentuk advertisement



-          Teks esei berbentuk naratif








- Teks esei berbentuk news item





-          Teks esei berbentuk recount












- Diberikan sebuah teks fungsional pendek berbentuk announcement, siswa dapat menentukan :
a.  gambaran umum
b. informasi tertentu
c.  informasi rinci tersurat
  dari teks tersebut


- Diberikan sebuah teks fungsional pendek berbentuk Letter siswa dapat menentukan :
-          gambaran umum
-           informasi tertentu
-           informasi rinci tersurat
  dari teks tersebut


- Diberikan sebuah teks fungsional pendek berbentuk advertisement / brochure, siswa dapat  menentikan ;
a. informasi tertentu
b.makna kata
c. tujuan komunikatif  dari teks tersebut

-  Diberikan sebuah teks narrative, siswa dapat menentukan:

a. informasi tertentu
b.pikiran utama paragraph
c. pesan moral
d.       rujukan kata
e. makna kata
dari teks tersebut


- Diberikan sebuah teks tertulis berbentuk  news item, siswa dapat manentukan :
a.  gambaran umum
b. informasi tertentu
c.  informasi rinci tersurat
d.        makna kata dari teks tersebut

- Diberikan sebuah teks tertulis berbentuk recount, siswa dapat menentukan :
a.  gambaran umum














MD
MD
MD







MD
MD
SK








SK
MD
SD






SD
SK
SK
SK
SD







MD
SD
SD
SD





SD




16
17
18







19
20
21








22
23
24






25
26
27
28
29







30
31
32
33





34















No

Materi

Indikator Soal


Katagori Soal

Nomor Soal


-          Teks esei berbentuk Report




Teks esai berbentuk descriptive







-          Teks esai berbentuk Exposition


- Diberikan sebuah esai berbentuk Report, siswa dapat menentukan :
a. gambaran umum
b.informasi tertentu
c. tujuan komunikasi

informasi rinci tersurat dari teks ters
- Diberikan sebuah teks esai berbentuk descriptive, siswa dapat menentukan :
a. gambaran umum
b.makna kata
c. informasi tertentu
d.        informasi rinci tersurat dari teks tersebut


- Diberikan sebuah teks esai berbentuk exposition, siswa dapat menentukan :
a. gambaran umum
b.tujuan komunikasi
c. informasi rinci
d.       makna kata dari

PG



MD
SD
SD







SD
MD
SK
SD




MD
SK
SK
MD




35
36
37







38
39
40
41




42
43
44
45




Materi

Indikator Soal


Katagori Soal

Nomor Soal



Teks esai berbentuk
Discussion





Teks esai berbentuk
     Message









- Diberikan sebuah teks esai berbentuk Discussion, siswa dapat menentukan

a.    informasi rinci tersurat
b.informasi tertentu
C.      makna kata dari teks tersebut

- Diberikan sebuah teks esai berbentuk
Message
  siswa dapat menentukan:
a.       gambaran umum
b.      informasi tertentu


 




MD
MD
MD




MD
MD






46
47
48




49
50



  1. Siklus 2
1.      Perencanaan
a)      Menetapkan target siswa yang belum mencapai standar minimal harus bisa menjawab dengan benar soal yang mudah dan sekitar 50 % soal yang sedang
b)      Siswa yang sudah mencapai target minimal diharapkan untuk bisa menjawab seluruh soal yang mudah dan sedang.
c)      Mempersiapkan materi untuk perlakuan dan pelatihan sesuai dengan kisi-kisi
2.      Pelaksanaan
a)      Melakukan proses pembelajaran  dengan perlakuan sesuai dengan kelompok siswa
b)      Mengadakan uji coba
c)      Membuat analisa hasil ujian uji coba
3. Refleksi
NO
NAMA
SCORE
NILAI
KET
1
BUDI
45
90

2
RENDI
42
84

3
ANDIKA
42
84

4
TUTUT
42
84

5
ULIL
40
80

6
JUNAIDI
40
80

7
MEDIA
41
82

8
SAID
40
80

9
EVA
37
74

10
WIDYA
38
76

11
ZAIDI
40
80

12
EFRI
38
76

13
KARIS
42
84

14
RICHO
35
70

15
YULIA
40
80

16
YUNITA
41
82

17
ALI
40
80

18
AYUDIA
43
86

19
BASTIAN
41
82

20
DWI
37
74

21
AULIA
38
76

22
DEFRI
38
76

23
RISNA
32
64

24
DINA
33
66

25
YULI
24
48
Tdk lulus
26
DANI
31
62

27
HOTMA
31
62

28
FATA
33
66

29
IRSYAD
31
62

30
RISKA
37
74

31
ANDRI
31
62

32
FEBRI
26
52
Tdk lulus
33
RIRI
32
64

34
SURYA
30
60

35
YUNIARTI
26
52
Tdk lulus

a)      Nilai pencapaian siswa rata-rata meningkat.
b)      Nilai rata-rata naik dari 57,31 menjadi 73,37
c)      Siswa yang tidak mencapai nilai minimal turun dari 12 menjadi 3 orang, dengan kata lain hanya 8,57 % siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan 5.5

  1. Siklus 3
1.      Perencanaan
a)      Menganalisa nomor atau pokok bahasan soal mudah untuk dilatihkan khusus untuk siswa yang belum mencapai standar kelulusan
b)      Memberi perlakuan khusus untuk siswa yang sudah mencapai nilai lebih dari 75 untuk dapat meraih nilai lebih tinggi dengan melatihkan soal-soal dalam katagori sulit.
c)      Menganalisa tindakan agar siswa yang pencapaiannya dibawah 75 untuk dapat mengerjakan dengan benar semua soal-soal katagori mudah dan sedang

2.      Pelaksanaan
d)     Melakukan proses pembelajaran  dengan perlakuan sesuai dengan kelompok siswa yang sudah ditetapkan
e)      Mengadakan uji coba
f)       Membuat analisa hasil ujian uji coba
3. Refleksi
NO
NAMA
SCORE
NILAI
KET
1
BUDI
46
92

2
RENDI
45
90

3
ANDIKA
44
88

4
TUTUT
48
96

5
ULIL
40
80

6
JUNAIDI
47
94

7
MEDIA
43
86

8
SAID
46
92

9
EVA
46
92

10
WIDYA
44
88

11
ZAIDI
43
86

12
EFRI
42
84

13
KARIS
41
82

14
RICHO
41
82

15
YULIA
45
90

16
YUNITA
45
90

17
ALI
44
88

18
AYUDIA
42
84

19
BASTIAN
43
86

20
DWI
45
90

21
AULIA
40
80

22
DEFRI
45
90

23
RISNA
43
86

24
DINA
36
72

25
YULI
32
64

26
DANI
35
70

27
HOTMA
35
70

28
FATA
34
68

29
IRSYAD
35
70

30
RISKA
35
70

31
ANDRI
34
68

32
FEBRI
32
64

33
RIRI
32
64

34
SURYA
33
66

 35
YUNIARTI
31
62



a)      Nilai pencapaian siswa rata-rata pada siklus 3 ini jugameningkat.
b)      Nilai rata-rata naik dari 73,37 menjadi 80
c)      Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 96 sedangkan nilai terendah 62
d)     Seluruh siswa sudah  melewati nilai minimal kelulusan

D. Hasil Ujian Nasional

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari strategi agar siswa lulus seratus persen pada Ujian nasional dengan memberikan perlakuan yang berbeda berdasarkan kompetensi dari masing-masing individu. Untuk membuktikan penelitian ini berhasil atau tidak adalah keberhasilan seluruh siswa untuk mencapai nilai minimal kelulusan yang ditetapkan Kementrian Pendidikan Nasional yaitu 5,5 atau 55. Karena alasan tersebut maka perlu dicantumkan disini hasil ujian nasional.
HASIL UJIAN NASIONAL BAHASA INGGRIS

NO
NAMA
NILAI
1
BUDI
94
2
RENDI
92
3
ANDIKA
86
4
TUTUT
10
5
ULIL
96
6
JUNAIDI
92
7
MEDIA
82
8
SAID
94
9
EVA
94
10
WIDYA
92
11
ZAIDI
94
12
EFRI
92
13
KARIS
82
14
RICHO
80
15
YULIA
92
16
YUNITA
94
17
ALI
90
18
AYUDIA
92
19
BASTIAN
90
20
DWI
92
21
AULIA
84
22
DEFRI
94
23
RISNA
90
24
DINA
80
25
YULI
76
26
DANI
86
27
HOTMA
84
28
FATA
90
29
IRSYAD
56
30
RISKA
84
31
ANDRI
86
32
FEBRI
88
33
RIRI
88
34
SURYA
82
 35
YUNIARTI
72



PERKEMBANGAN PENCAPAIAN SISWA
DARI SIKLUS 1 SAMPAI UJIAN NASIONAL

NO
NAMA
SIKLUS 1
SIKLUS 2
SIKLUS 3
UN
1
BUDI
74
90
92
94
2
RENDI
74
84
90
92
3
ANDIKA
72
84
88
86
4
TUTUT
72
84
96
10
5
ULIL
72
80
80
96
6
JUNAIDI
70
80
94
92
7
MEDIA
70
82
86
82
8
SAID
70
80
92
94
9
EVA
68
74
92
94
10
WIDYA
68
76
88
92
11
ZAIDI
68
80
86
94
12
EFRI
66
76
84
92
13
KARIS
66
84
82
82
14
RICHO
66
70
82
80
15
YULIA
62
80
90
92
16
YUNITA
62
82
90
94
17
ALI
62
80
88
90
18
AYUDIA
60
86
84
92
19
BASTIAN
60
82
86
90
20
DWI
60
74
90
92
21
AULIA
60
76
80
84
22
DEFRI
58
76
90
94
23
RISNA
58
64
86
90
24
DINA
54
66
72
80
25
YULI
54
48
64
76
26
DANI
52
62
70
86
27
HOTMA
52
62
70
84
28
FATA
50
66
68
90
29
IRSYAD
50
62
70
56
30
RISKA
48
74
70
84
31
ANDRI
48
62
68
86
32
FEBRI
46
52
64
88
33
RIRI
46
64
64
88
34
SURYA
46
60
66
82
 35
YUNIARTI
46
52
62
72






BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan paparan dan data-data yang dikemukakan pada Bab IV, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengadopsi perbedaan  individu dan memberi perlakuan sesuai dengan perbedaan kompetensi dari individu tersebut dalam mempersiapkan siswa menghadapi ujian nasional, dapat membuat siswa lulus seratus persen.
B.     Saran
Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam mempersiapkan siswa menghadapi ujian nasional disarankan:
1.            Guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individu dari siswa terutama sekali perbedaan kompetensi dan kemampuan.
2.            Siswa diberi target pencapaian hasil belajar berdasarkan perbedaan individu tersebut.
3.            Siswa yang kategori lemah dalam belajar ditargetkan hanya untuk dapat melewati standar minimal yang ditetapkan. Sedangkan siswa yang tergolong cerdas dan menengah perlu dipacu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.





DAFTAR PUSTAKA
Aljabar, Riswan. 2009, Penangan Perbedaan Individu di dalam Kelas http://riswanaljabar.blogspot.com/2009/03/mengakomodasi-perbedaan-individual-anak.html
Bell and Keery. 1986.Teaching Slow Learners in mixed ability classes, Macmillan Education, Hongkong
Budi, Jero. 2009.Mengakomodasi Peerbedaan Individu, http://jerobudy.blogspot.com/2009/03.html.
Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action Reseach). Jakarta. Dirjen Dikti.

Depdiknas. 2009. SKL 2009/2010. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 75 tahun 2009 tentang ujian nasional SMP/SMA sederajat tahun 2009/2010

Miles, B. Matthew. 1985 Qualitative Data Analysis: A sourcebook of new methode, Baverly Hills. Sage Publication.

Richard, M. Fedler. 2005. Understanding Student Differences, Journal of Engineering Educcation, North Caroline State University

Scharff, 2010. Individual Differences, http://laurencescharff.com/ courseinfo/TS/indifdiv.html



SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PERAN DINAS PENDIDIKAN DAERAH TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN DI DAERAH KOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

Disusun Guna Mengukuti Simposium Nasional Hasil Penelitian
dan Inovasi Pendidikan Tahun 2011
Oleh:
WEWEN KUSUMI RAHAYU


ABSTRAKSI

            Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki budi pekerti yang luhur. Untuk mewujudkan pendidikan nasional tersebut, maka disusunlah suatu Sistem Pendidikan Nasional. Setelah otonomi bergulir, maka pendidikan menjadi salah satu bidang yang penyelenggaraannya diserahkan kepada masing-masing daerah. Otonomi di bidang pendidikan memberikan peran baru kepada Dinas Pendidikan daerah untuk mengurus dan menyelenggarakan pendidikan di daerah kerjanya dengan tetap mengacu kepada Sistem Pendidikan Nasional.
            Dinas Pendidikan Daerah berupaya mengoptimalkan semua sumber daya yang terbatas. Keterbatasan tersebut antara lain berupa keterbatasan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik, keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, serta kondisi psikis siswa yang belum siap terhadap system pendidikan nasional yang diterapkan.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa, guna mengatasi keterbatasan sumebr daya tersebut maka Dinas Pendidikan Daerah Kota Solok melakukan berbagi upaya perbaikan. Antara lain, mengadakan pelatihan bagi tenaga pendidik dan menyusun kurikulum mandiri berupa pengembangan kemampuan diri. Guna kurikulum ini adalah untuk member bekal kepada para siswa berupa keahlian berkarya serta memberikan dorongan psikis kepada para siswa dalam mengahdapi system pendidikan nasional yang bersifat desentralisasi.

Key Word: Sistem Pendidikan, Peran Dinas Pendidikan Daerah.
  
BAB I
PENDAHULUAN

Undang-undang Dasar tahun 1945 menyatakan bahwa setiap warganegara Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan pemerintah menyusun dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur oleh negara. Pemerintah melakukan kerja keras dalam upaya perubahan sistem politik dan struktur ekonomi, sehubungan dengan pergeseran otoritas pemerintahan dari bentuk sentralisasi ke bentuk desentralisasi. Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan usaha-usaha perbaikan dalam pencapaian pendidikan yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan sumber daya menusia yang berkualitas dan penyesuaian terhadap sistem pendidikan nasional sejalan dengan penerapan sistem desentralisasi.
            Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pendidikan yang tampak ideal inipun belum mampu dicapai secara baik. Hal ini dikarenakan adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan yang diharapkan dengan realitas lulusan pendidikan. Lulusan pendidikan saat ini cenderung bersikap sekuler, yaitu cerdas intelektual dan cakap fisik tetapi tidak didukung oleh mental spritual yang baik dan kecerdasan emosional yang juga baik.
Keadaan dan perkembangan pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem politik dan pemerintahan di Indonesia. Salah satu yang menjadi tuntutan reformasi adalah adanya Otonomi Daerah. Pendidikan adalah salah satu bidang yang dalam pengurusannya telah diserahkan dan menjadi tanggung jawab daerah. Hal ini merupakan akibat dari lahirnya sistem otonomi daerah. Gelombang demokratisasi dalam pendidikan menuntut adanya desentralisasi pengelolaan pendidikan. Pelaksanaan otonomi daerah di bidang pendidikan mengharapkan dapat mencapai tiga tujuan, seperti yang diungkapkan oleh Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, yaitu: mendorong melakukan pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, dan peningkatan peran serta masyarakat dan mengembangkan peran serta dan fungsi DPRD.
            Sistem otonomi tersebut belum mampu mengeluarkan masyarakat dari masalah pendidikan berupa; kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, dan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari angka kelulusan siswa SLTA di Kota Solok Provinsi Sumatera Barat pada tahun ajaran 2005/2006 adalah 820 orang (86,04%) dari 953 orang siswa peserta ujian akhir nasional. Jumlah ini jauh menurun dibandingkan dengan jumlah lulusan pada tahun ajaran 2003/2004 yang dinyatakan lulus 100%. Permasalahan yang sama juga terjadi pada jumlah lulusan pada tingkat SLTP. Setelah diterapkannya sistem pendidikan nasional yang baru, jumlah lulusan siswa SLTP di Kota Solok Provinsi Sumatera Barat pada tahun ajaran 2005/2006 adalah 1.196 orang (98,27%) dari 1.217 orang peserta ujian. Hal ini berbeda dari jumlah lulusan sebelum diterapkannya sistem pendidikan yang desentralisasi, yang selalu mencapai 100% jumlah lulusan peserta ujian kahie nasional. Salah satu masalah ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam menerima dan menjalankan sistem pendidikan nasional yang baru.
            Untuk mengetahui kondisi kesiapan dan hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan nasional di daerah-daerah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di Kota Solok Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan Kota Solok adalah sebagai salah satu daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Permasalahan pelaksanaan sistem pendidikan nasional itu sering dijumpai di daerah-daerah kecil dan jauh dari pusat pemerintahan. Analisis awal menyebutkan bahwa kondisi sosial dan ekonomi menjadi salah satu penyebabnya. Berdasarkan data tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul ”Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Dinas Pendidikan Daerah terhadap Kualitas Pendidikan di Kota Solok Provinsi Sumatera Barat”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Pendidikan dan Pendidikan Nasional
UU No.20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional menurut Reksohadiprodjo adalah pendidikan yang ditujukan kepada warga negara dalam suatu negara yang berdaulat (Reksohadiprodjo, 1989: 18). Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan, bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu. Di dalam sistem tersebut terdapat suatu sistem pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, aturan dan kebijakan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa Pendidikan Nasional merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan terencana guna mengembangkan kemampuan dan potensi dari masyarakat agar tercipta masyarakat Indonesia yang cerdas dan berwawasan luas dengan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

B.     Tujuan Pendidikan dan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan menurut Kartono (Kartono, 1997: 13) adalah:
  1. Bisa membawa anak manusia pada pengertian diri sendiri, bisa membangun kemanusiaannya dan melaksanakan misi hidup masing-masing.
  2. Mengantar anak didik ke dalam dunia peradaban yang terus menerus berubah dan bersifat dinamis.
Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU No.2 tahun 1989 Pasal 4 Bab II tentang Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

C.    Manajemen Pendidikan Nasional
Agar dapat mengimplementasikan Sistem Pendidikan Nasional dengan baik, maka dibutuhkan suatu manajemen pendidikan nasional. Manajemen pendidikan nasional mencakup manajemen di lingkungan organisasi pengelola dan manajemen di lingkungan organisasi pelaksana operasional. Organisasi pengelola adalah Departemen Pendidikan Nasional dan perangkatnya, yang manajemennya dilakukan untuk mengendalikan strategi dan pelaksanaan pendidikan nasional. Manajemen lingkungan organisasi operasional dilakukan untuk menciptakan dan mengendalikan situasi atau proses pendidikan secara nyata sebagai perwujudan strategi pendidikan nasional.
Sistem Pendidikan Nasional menurut Sagala yaitu satu keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sagala menambahkan bahwa dalam sistem pendidikan nasional tersebut terdapat proses masukan atau input dan output atau keluaran dari proses sistem tersebut. Masukan atau input sistem pendidikan adalah informasi atau keterangan mengenai pendidikan (pengetahuan, nilai, dan cita-cita), tenaga (penduduk dan tenaga kerja), barang (sarana pendidikan dan perlengkapan). Semua masukan inilah yang akan diproses dalam sistem pendidikan hingga mampu menjadi keluaran atau output berupa lulusan yang berkualitas yang mampu mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional.
Sistem pendidikan merupakan sistem terbuka, karena sistem pendidikan  menerima masukan dari lingkungannya yang kemudian diproses hingga bisa menghasilkan keluaran berupa lulusan yang berkualitas. Sistem terbuka menunjukkan ciri equifinality yang berarti bahwa suatu keadaan akhir tertentu sesuatu sistem bisa dicapai dari berbagai keadaaan awal yang bermacam-macam (Amirin, 2001:29).
BAGAN
SISTEM PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM TERBUKA
 


           
 





Sumber: Amirin. Pokok- pokok Teori Sistem. 2001. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hal 29.

Bagan di atas menggambarkan bahwa sistem pendidikan merupakan suatu sistem terbuka. Hal ini dapat dilihat dari input atau masukan yang berasal dari lingkungan luar. Masukan ini akan diproses sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

D.    Teori Peranan
Gibson (1986: 57) mendefinisikan peranan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pola perilaku yang diharapkan yang diberikan pada orang untuk mengesahkan posisi mereka. Menurut Winardi (1989: 54) peranan adalah perilaku yang diekspektasikan yang berkaitan dengan jabatan. Konsep di atas dapat kita simpulkan, yang dimaksud dengan peranan adalah perilaku yang diharapkan dari individu maupun organisasi sehubungan dengan jabatan, fungsi dan kewenangan yang dimilikinya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memuat gambaran mengenai situasi dan kejadian, ataupun termasuk proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh fenomena yang ada (Natsir, 1998:63).

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dimaksudkan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha untuk mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya (Nawawi, 1995:63).

B.     Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal konsep keterwakilan, yang dikenal adalah keluasan dan kecukupan rentangan informasi yang diperlukan sesuai fokus penelitian, oleh karenanya sampel berkembang mengikuti karakteristik elemen-elemen yang ditemukan dilapangan, sehingga tidak dapat dipastikan sebelumnya. Hanya sampel awal yang dapat disebutkan sebelumnya, yang darinya akan menyebar sesuai keperluan menuntaskan pencarian data.
Informan pada penelitian ini berasal dari Dinas Pendidikan Daerah Kota Solok Provinsi Sumatera Barat, guru, dan masyarakat. Penelitian ini akan menggunakan teknik snow ball dalam menentukan informan lainnya.



C.    Sumber Data
Data-data pada penelitian ini didapat dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang berkaitan langsung dengan objek penelitian, data ini ddapat diperoleh dengan cara wawancara langsung dan didukung dengan pengamatan langsung. Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber kedua secara tidak langsung, berupa dokumen-dokumen, buku atau hasil penelitian sbelumnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara dann pengamatan langsung terhadap fenomena yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
                                                              BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Gambaran Umum Kota Solok
Kota solok terletak pada posisi yang sangat strategis dengan luas wilayah 57, 64 Km(0, 14% dari luas Propinsi Sumatera Barat). Batas wilayah Kota Solok Sumatera Barat adalah:
Sebelah Utara             : Kota Aripan, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Sebelah Timur            : Saok Laweh, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Sebelah Selatan          : Selayo, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Sebelah Barat                : Kenagarian Koto Hilalang, Kecamatan Kubung,          Kabupaten Solok dan Lubuk Minturun Kota Padang.
Kota solok terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Lubuk Sikarah dengan  7 Kelurahan dan Kecamatan Tanjung Harapan dengan 6 Kelurahan.

B.     Dinas Pendidikan Daerah Kota Solok
Semenjak bergulirnya Otonomi Daerah, membawa perubahan yang mendasar bagi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kotamadya Solok. Kantor ini pada awalnya bertanggung jawab atas SD untuk bidang teknis. Pengurusan masalah teknis dan nonteknis SLTP dan SLTA merupakan tanggung jawab Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat.
Semenjak Januari 2001, Kotamadya Solok menjadi Daerah Otonom dengan sebutan Kota Solok, hal ini membawa pengaruh yang besar bagi masalah pendidikan di Kota Solok. Pengaruh atau perubahan tersebut adalah:
1.                  Status Kantor Departemen Pendidikan berubah menjadi Dinas Pendidikan Daerah Kota Solok. Perubahan ini juga mengakibatkan perubahan golongan bagi pemimpinnya, sebelumnya golongan III/A sekarang menjadi golongan II/B.
2.                  Kepala Dinas Pendidikan bertanggung jawab kepada Wali Kota, sedangkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi hanya sebatas koordinasi.
3.                  Kewenangan Kepala Dinas lebih besar dalam upaya memajukan pendidikan, karena berwenang mengurus kuantitas dan kualitas tenaga pengajar, sarana dan prasarana pendidikan.
4.                  Sebelumnya, Kepala Kantor ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah. Namun, dengan perubahan Kantor menjadi Dinas maka Kepala Dinas ditentukan oleh Kepala Daerah atau Wali Kota.

C.    Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional yang bersifat Desentralistik merupakan salah satu bentuk upaya memperbaiki pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya asumsi bahwa setiap daerah lebih mengetahui kondisi pendidikan daerahnya masing-masing. Daerah juga dianggap lebih mengetahui upaya yang paling tepat guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya.
Permasalahan muncul ketika sistem pendidikan nasional mengatur sistem pelaksanaan ujian akhir nasional yang bersifat sentralistik. Standar kurikulum, materi pelajaran, bahan ujian dan syarat lulus ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah hanya dituntut mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di daerahnya guna mencapai setiap standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Bergulirnya sistem otonomi daerah memberikan wewenang kepada Dinas Pendidikan Daerah untuk melaksanakan setiap upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Sistem Pendidikan Nasional mempengaruhi kualitas pendidikan daerah. Penyebabnya anatara lain kondisi sumber daya di daerah yang masih belum kondusif. Jumlah guru di daerah masih belum proporsional dibandingkan jumlah guru di kota-kota besar. Perbandingan guru dengan siswa di Kota Solok dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel I
Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Murid dan Guru SLTA/ SMK Negeri
pada Tahun 2008
No
Kecamatan
Sekolah
Kelas
Murid
Guru






1
Lubuk Sikarah
4
81
3057
286
2
Tanjung Harapan
2
39
1205
132
Total
6
120
4262
418


Sumber: Arsip Dinas Pendidikan Daerah Kota Solok Sumatera Barat

            Dari data tersebut dapat diketahui, bahwa rasio guru dengan siswa masih belum seimbang. Hal ini menyebabkan seorang guru terkadang harus mengampu 2 atau 3 mata pelajaran, bahkan terkadang harus mengampu mata pelajaran diluar spesifikasi ilmunya. Kondisi ini menjadi awal dari munculnya ketidakprofesionalan guru dalam mengampu mata pelajaran yang ditugaskan padanya.
            Kekurangan tenaga guru yang menyebabkan munculnya kondisi yang tidak profesional juga diperburuk oleh kekurangan sarana dan prasarana yang masih belum tersedia dengan baik. Ketersediaan laboratorium yang lengkap dengan alat-alat praktik pendukung, perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap, serta keberadaan lapangan olahraga hanya dimiliki oleh sekolah-sekolah unggulan saja. Sekolah-sekolah lainnya masih belum memiliki laboratorium, jikalaupun ada masih dengan alat prktik yang terbatas. Koleksi buku-buku di perpustakaan pada sekolah yang tidak unggulan maish sangat kurang. Kenyataan ini menyebabkan munculnya kesulitan yang dihadapi oleh para siswa di dalam mengikuti perkembangan materi-materi pada masing-masing mata pelajaran.



D.    Peran Dinas Pendidikan Daerah
Keberadaan dinas pendidikan daerah  menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di daerah  kota Solok. Katerbatasan sumber daya yang dimiliki Kota Solok menjadi tanggung jawab utama dinas pendidikan daerah untuk memaksimalkannya.
Berbagai upaya dilakukan oleh dinas pendidikan daerah Kota Solok,  diantaranya menyediakan penlatihan berkala bagi tenaga pendidik. Selain itu juga ditetapkaknnya kurikulum tambahan pengembangan kemampuan diri pada setiap sekolah-sekolah. Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan siswa, sehingga setiap lulusan tidak hanya memiliki kecakapan dibidang akademik, tetapi juga ketrampilan dalam berkarya dan bekerja.
Pembenahan tugas dinas pendidikan daerah tentunya juga diawali dengan perbaikan di dalam tubuh dinas pendidikan itu sendiri. Dinas pendidikan daerah tidak hanya memperhatikan jumlah staffnya, akan tetapi juga meningkatkan kualitas para staffnya. Hal ini disebabkan karena staff dinas pendidikan daerah akan menyusun dan menetapkan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan daerah. Staff  yang berkualitas dan paham dengan permasalahan pendidikan daerah yang dihadapainya tentunya akan mampu menemukan dan memilih upaya penyelesaian permasalahan pendidikan yang dihadapi.

  
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang bersifat sentralisitik bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. System Pendidikan yang sentralistik maksudnya dalah system pendidikan yang pada pelaksanaannya diserahkan kepada masing-amsing daerah dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di masing-masing daerah.  Tanggung jawab pelaksanaan di daerah diserahkan kepada dinas pendidikan daerah untuk upaya pengoptimalan semua sumber daya yang tersedia.
Permasalahan yang ditemukan di daerah dalam rangka pelaksanaan system pendidikan di daerah diantaranya keterbatasan jumlah guru yang professional, keterbatasan sarana dan prasarana serta belum siapnya para siswa dalam menerima system pendidikan yang desentralisasi.
            System pendidikan nasional yang bersifat desentralisasi dan didukung dengann adanya system otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang besar kepada dinas pendidikan daerah dalam pelaksanaan system pendidikan tersebut. Adanya tanggung jawab ini membuat peran dinas pendidikan semakin besar dalam meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan di daerah.
            Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Daerah diantaranya mengadakan pelatihan untuk tenaga pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga pendidik. Upaya lainnya adalah dengan membuat kurikulum mandiri untuk mengadakan materi dan pelatihan pengembangan kemampuan diri. Sasaran dari kurikulum ini adalah para siswa, yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat dan kemampuan siswa dalam pengembangan kemampuan nya dalam meningkatkan ketrampilan dan juga keahlian dalam suatu bidang tertentu.


B.     Saran
Melihat kenyataan di lapangan, maka ada beberapa hal yang bisa menjadi masukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya di daerah Kota Solok Sumatera Barat, yaitu:
1.      Mengadakan pengarahan dan pengenalan kepada masyarakat dan para siswa mengenai system pendidikan nasional yang baru.
2.      Mengadakan pelatihan ketrampilan kepada para siswa, sehingga memiliki ketrampilan untuk bekerja sebagai bekal awal dalam menghadapi persaingan setelah menyelesaiakan pendidikan formal.


DAFTAR PUSTAKA


Reksohadiprodjo, Said. Masalah Pendidikan Nasional, beberapa sumbangan pikiran.Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo. 1989.
Kartono, kartini. Tinjauan Holistik mengenai Tujuan Pendidikan nasional. Jakarta: PT Anem Kosong Anem. 1997.
Amirin, Tatang. M. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2001.
Gibson, James L dkk. Organisasi dan Manajemen; Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga. 1994.
Winardi. Pengantar tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Bandung: CV. Mandar Maju. 1999.
Nawawi, H. Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Peneribtahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gajdah Mada University Perss. 2003.

Regulasi

Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan