MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSA KATA
BAHASA INGGRIS SISWA KELAS 2 SMA NEGERI
10 PEKANBARU MELALUI TIGA PHASE
PENGAJARAN
Drs. Aswir Astaman, M.Pd
Aswir_lpmp@yahoo.com
Abstract
One aspect of the weaknesses of Indonesian students in mastering English is die lack of vocabulary. Many teachers complaint that their students forget most of the vocabularies they teach after three months. This reason make the researcher wanted to experiment the Three Phase technique which researcher has implemented at SMAN 8 Pekanbaru. The result is satisfying. In put of students who enter SMA 8 is the highest in Pekanbaru. So how if it is implemented at SMA 10 which the low input students. After did the research it proves the result of the students improvement is 58 % comparing before the process of teaching and the achievement of students is 77.60 %. The test which was conducted 5 months after the process of teaching shows the increasing of the achievement becomes 81.50 %. It means that the Three Phase Teaching of vocabulary is effective for the high and low input students. In the other words it can be used as alternative techniques of teaching.
Latar Belakang
Vocabulary merupakan salah satu componen penting dalam pengajaran bahasa Inggris disamping komponen lainnya seperti structure, pronunciation dan intonation. Vocabulary mempunyai peranan yang sangat vital, karena jika seorang siswa lemah dalam penguasaan vocubalary, la tidak dapat mengkomunikasikan pikiran dan idenya dengan jeias seperti yang diinginkannya baik lisan maupun tulisan. la tidak bisa mengutarakan secara sempurna apa yang ingin ia sampaikan saat dia berbicara atau menulis. Demikian juga ia tidak dapat mengerti dengan baik isi teks yang ia baca karena ia kekurangan kosa kata yang membentuk kalimat yang diucapkan secara lisan dan tulisan serta untuk membaca serta mendengarkan berita atau percakapan dari berbagai sumber. Sudah merupakan pendapat umum, memiliki kosakata yang memadai merupakan modal atau kenderaan untuk lancarnya berkomunikasi (Adil Al¬Kufashi,1988). Lebih lanjut Jeremy Harmer (1991)menganalog kan jika bahasa itu merupakan sebatang tubuh, structure merupakan tulang yang membentuk rangka sedangkan kosakata atau vocabulary merupakan daging yang membuat tubuh mempunyai bentuk. Dengan demikian seorang tidak akan dapat berkomunikasi dalam bahasa sasaran kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai.
Pengajaran vocabulary disekolah-sekolah hasilnya belum memuaskan. Banyak keluhan dari guru-guru bahasa Inggris bahwa kerja keras mereka dalam mengajar not diimbangi oleh penguasaan kosakata yang memuaskan dari siswa. Salah satu penyebanya kemungkinan adalah strategy mengajar yang kurang tepat. Dengan alasan itulah, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah pembelajaran kosakata dengan tiga fase pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Dapatkah pengajaran kosakata melalui tiga tahap pengajaran meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas 2 SMA Negeri 10 Pekanbaru?
2. Berapa porsentase daya serap siswa ketika diadakan penilaian sesaat setelah proses belajar mengajar berlansung?
3. Berapakah porsentase daya serap siswa jika diadakan penilaian tiga bulan setelah proses belajar mengajar berlansung.?
Landasan Teory
Jeremy Harmer (Longman, 1995) menyatakan, salah satu masalah dalam pengajaran kosakata adalah pemilihan kosakata yang tepat untuk diajarkan pada suatu level tertentu dan siswa tertentu pula. Oleh karena itu permasalahan utama dalam pengajaran kosakata adalah bagaimana mengidentifikasi kosakata untuk diajarkan pada setiap jenjang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Prinsip umum dalam memilih kosakata adalah dengan mempertimbangan kan factor frequency(keseringan digunakannya kosakata tersebut). Lebih jauh Jeremy Harmer menambahkan untuk dapat mengusaai kosakata, seorang siswa seharusnya memiliki pengetahuan yang berikut ini tentang satu kata, yaitu : meaning (arti), word use, word formation dan word grammar.
Meaning atau arti kata juga perlu penekanan, bahwa satu kata dalam bahasa Inggris artinya tidak hanya satu. Contoh yang High frequency saja, book bisa berati buku atau bisa juga memesan. Oleh karena itu seorang guru seharusnya juga melatih menetukan arti berdasarkan konteksnya dan juga mengenalkan synonym dan antonym.
Menurut Hunt dan Beghlar (2003)menawarkan tiga pendekatan dalam pembelajaran kosakata: insidental learning (pembelajaran kosakata untuk menyertai pelajaran reading dan listening), explicit intruction dan strategi pengembangan kosakata yang indipendent. Sumber utama dari insidental learningadalah extensive reading, dimana Hunt dan Beghlar menganjurkan sebagai kegiatan yang teratur di luar kelas. Explicit instruction bergantung kepada pengindifikasian kosakata yang sesuai level pada siswa.
Sebaliknya Nation (2003) menawarkan pendekatan yang sistimatis dibanding pendekatan insidental dalam pengajaran kosakata, dimana is memfokuskan bagian-bagian yang esensial dari materi pembelajaran. Dia menunjukkan beberapa kelemahan dari insidental learning dan kenyataan siswa tidak bisa memanfaatkan pembelajaran kosakata sambil lalu melalui reading. Lebih jauh lagi
Lebih jauh Jeremy harmer menegaskan dalam pembelajaran kosakata ada beberapa aspek dari kosakata yang harus di kuasai oleh siswa yaitu meaning, word use, word formation, dan word grammar
Lebih lanjut Alan Hunt dan David Beglar (2003) mengemukakan prinsip¬prinsip berikut ini untuk pengajaran kosakata :
1. Berikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari kosakata sebelum memahami teks lisan maupun tulis.
2. Diagnosa sekitar tiga ribu kosakata umum yang dibutukan oleh siswa.
3. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kosakata secara terfokus dan sungguh-sungguh.
4. Berikan kesempatan pada siswa untuk mengelaborasi kosakata.
5. Berikan kesempatan pada siswa untuk mempermahir menggunakan kosakata yang sudah dikenalnya.
6. Beri siswa latihan menerka arti kata berdasarkan konteks.
7. Latih siswa menggunakan secara efektif dan efisien berbagai macam kamus.
Berdasarkan teory yang dikemukakan diatas penulis merumuskan suatu strategy pembelajaran yang diberi nama tiga fase pembelajaran karena terdiri dari tahap pengajaran yaitu :
1. Phase pertama – Menemukan arti.
Pada phase ini kepada siswa diberikan daftar kosakata baru. Dan mereka diminta untuk menemukan arti dari kata tersebut, baik melalui kamus, maupun bertanya dengan teman-teman dalam kelompoknya. Proses menemukan arti ini dilakukan sendiri oleh siswa tanpa bantuan guru. Setelah itu, artikata yang sudah ditemukan siswa tadi dibahas dalam diskusi kelas yang dipimpin oleh guru.
2. Phase kedua Memilih kosakata.
Pada phase ini kepada siswa diberikan latihan kosakata. Siswa diberikan beberapa kalimat yang tidak lengkap. Dan siswa memilih kosakata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut.
3. Phase ke tiga — Menggunakan kosakata.
Phase inimerupakan peraktek penggunaan kosakata yang sudah dipelajari. Ini merupakan langkah reinforcement penguasaan kosakata. Kepada siswa diminta untuk menulis minimal setengah halaman buku menggunakan setiap kosakata yang baru dipelajarinya. Kemudian siswa berbicara, sekitar 30 detik untuk setiap kata kemudian 30 detik untuk kombinasi dari dua kosakata. Berbicara secara lisan menggunakan kosakata baru ini bisa dilanjutkan dengan satu menit, dua menit , bahkan kalau memungkin kan sampai tiga menit dengan menggunkan satu kosakata baru.
Methodology Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dilaksanakan di SMAN. 10 Pekanbaru pada kelas 11 B (Kelas 2 B ), dilaksanakan dalam tiga siklus dengn tahapan: Perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi (Kemmis, 1998: 12).
Analisis dan Pembahasan
Sebelum diadakan pengajaran kosa kata dengan langkah tiga tahap, terlebih
dahulu diberikan Pre test untuk melihat hasil yang diperoleh siswa sebelum proses belajar mengajar berlansung, dan hasilnya rata-rata yang diperoleh oleh 40 orang siswa adalah 4,49
Tujuh hari setelah diadakan Pre-test, diberikan pelajaran kosakata dengan menggunakan tiga phase pengajaran. Selesai proses belajar mengajar lansung diadakan test daya serap yang merupakan test siklus pertama setelah diadakan proses. Dan hasilnya rata-ratanya 7,76. Dibandingkan dengan hasil pre- test, data memperlihatkan :
1. Seluruh siswa atau 100 % siswa mengalami peningkatan. Ini berarti pengjaran dengan tiga phase ini cukup efektif.
2. Peningkatan perolehan siswa cukup significant yaitu 72.82 %
3. 11 orang dari 40 siswa, atau 27.5% dari siswa memperoleh peningkatan lebih dari 100%
Ujian siklus kedua bertujuan untuk mengetahui daya serap siswa setelah tiga bulan diadakan proses belajar mengajar, apakah about menurun atau masih tetap hasilnya. Dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Test yang diadakan setelah 3 bulan dari proses pembelajaran hasil tidak menurun seperti yang diduga semula, tapi meningkat dari 7,76 menjadi 8,15 atau meningkat 15 %
2. Dari 40 orang siswa 27 orang atau 67.5 %nmengalami peningkatan, 7 orang atau sekitar 17,5 % mengalami penurunan sedangkan 6 orang atau sekitar 15 % hasilnya tetap.
Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengajaran kosakata melalui tiga fase pengajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas 11 SMAN.10 Pekanbaru.
2. Peningkatan porsentase daya serap setelah diadakan proses belajar mengajar dengan menggunakan tiga fase pengajaran adalah 32,70
3. Porsentase daya serap siswa setelah 3 bulan proses belajar mengajar adalah 81,50
b. Saran
Kosakata merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang kemampuan siswa untuk dapat menguasai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka dalam pengajaran kosakata disarankan :
1. Kegiatan belajar difokuskan pada kegiatan siswa, yang belajar adalah siswa, yang berusaha berlatih menggunakan kosakata adalah siswa.
2. Untuk tahap pertama penguasaan kosakata adalah menguasai mengetahui meaning atau arti kosakata tersebut. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti siswa menacari sendiri arti kata dalam kamus, menemukan padanan atau lawan kata daps sebagainya. Dan semuanya ini hendaknya dilakukan oleh siswa sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator untuk membimbing siswa apa yang harus dikerjakan.
3. Tahap kedua adalah menggunakan kosakata yang telah di ketahui meaningnya tersebut dalam kalimat. Dan latihan ini harus dibuat oleh guru untuk dikerjakan siswa.
4. Setiap kata yang sudah di pelajari siswa harus digunakan sesering mungkin. Secara lisan siswa harus bisa menggunakan satu kosakata yang dipelajarinya tersebut selama satu menit atau dua menit. Sedangkan secara tertulis satu kata siswa hendaknya dapat membuat sekitar 10 kalimat.
Daftar Pustaka
Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching: Longman.
Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles:. Prentice Hall Regents.
Celce-Murcia, Marianne. 1991. Teaching English as a Second or Foreign Language: Heinle & Heinle Publisher.
Edge, Julian. 1993. Essentials of English Language Teaching: Longman Group UK Limited.
Harmer, Jeremy, 1995. The Practice of English Language Teaching: Longman.
Kemmis, Stephen and Robert L. 1998. The Action Research Planner (3rd ed). Victoria: Deakin University
Madya, Suarsih, Developing Standard for EFL in Indonesia as Part of the EFL Teaching Reform, TEFLIN Journal, Vol. 3 (2) Agust 2002.
Nunan, David. 199 1. Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. London: Prentice Hall International. (UK) Ltd.
Richards, Jack C and Theodore S, Rodgers. 1001. Approaches and
Methods as Language Teaching. London; Cambridge University Press.
Richards,) .0 & Renandya, A. Willy, Cambbridge University Press, 2003
infonya sangat berguna. keep writing
ReplyDelete