PEMETAAN PENDUDUK MISKIN DAN USIA SEKOLAH DI KOTA BANJARBARU

Oleh:
Suratno, Dwi Atmono, Supriyanto
(FKIP-Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)

  
Abstract
Poverty is a situation where an individual cannot afford his basic needs which in turn has immpact on his disability to accumulate his basic social power. This research is aimed at: 1) identifying the chool aged poor people in every village and sub district, 2) finding out the characteristics of poor population according to their age and school aged groups, (3) finding out the characteristics of school aged poor population according to status in the family, (4) finding out the characteristics of school aged poor population accurding to the number of their family members.
      The method used to do the mapping is a qualitative-descriptive method.
The number of the school aged poor population comes to 6,981 people out of 23,138 poor people, and the entire population is 156,193 people. The number of the school aged poor people is 4.47% and the poor people is 14.81% of the total number of the population. Based on the mapping, it is found that the number of the school aged poor people in the sub district of Landasan Ulin is 1,807 children, in the District of Lianganggang is 1,685 children, in the District of Cempaka is 1,249 children, in the District of Banjarbaru Selatan is 1,241 children, and in the District of Banjarbaru Utara is 999 children. Most of them come from a family who work as peasants (labour on other people’s farms), traders, construction workers, from private sector and those whose work is finding taxi passengers to get little share and miners. Generally they come from families with the average number of 3.81 members and earn about Rp. 6,523.08 one day/one person and not more than Rp. 135,608.05 a month. The relevant policy will be (1) The Inter Family Approach School Approach Program (Sekolah PAK) for those who are not in school yet, and additional time for remedial course for those who have been sent to school, (2) The Visiting Teacher Program for those who are not in school and who are already in school. 

Key words: mapping, school aged poor population, The Inter Family School Approach (sekolah PAK)






Pemetaan Penduduk Miskin dan Usia Sekolah di Kota Banjarbaru
Oleh:
Suratno, Dwi Atmono, Supriyanto
(FKIP-Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)
ontar_ria@yahoo.com

Abstrak
Kemiskinan merupakan keadaan di mana seorang individu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar yang berdampak pada ketidakmampuan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi penduduk miskin usia sekolah di setiap kelurahan dan kecamatan, (2) mengetahui karakteristik penduduk miskin menurut kelompok umur dan usia sekolah, (3) mengetahui karakteristik penduduk miskin usia sekolah menurut status dalam keluarga, dan (4) mengetahui karakteristik penduduk miskin usia sekolah menurut jumlah anggota keluarga.
Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk melakukan pemetaan.
Penduduk miskin usia sekolah mencapai 6.981 jiwa dari jumlah penduduk miskin 23.138 jiwa. Jumlah penduduk seluruhnya 156.193 jiwa. Jumlah penduduk miskin usia sekolah 4,47%, dan jumlah penduduk miskin 14,81% dari total penduduk seluruhnya. Berdasarkan pemetaan ditemukan penduduk miskin usia sekolah di Kecamatan Landasan Ulin:1.807 anak, di Kecamatan Liang Anggang:1.685 anak; di Kecamatan Cempaka:1.249 anak; di Kecamatan Banjarbaru Selatan: 1.241 anak dan di Banjarbaru Utara: 999 anak. Mereka kebanyakan berasal dari orangtua yang pekerjaannya buruh tani, pedagang, tukang bangunan, swasta dan jasa makelar taksi dan pendulang. Pada umumnya mereka berasal dari keluarga dengan tanggungan keluarga rata-rata 3,81 jiwa, dengan  penghasilan perkapita sehari rata-rata Rp. 6.523,08 dan sebulannya tidak lebih dari Rp. 135.608,05. Kebijakan yang relevan adalah: (1) Program Sekolah Pendekatan Antar Keluarga (Sekolah PAK) untuk yang belum sekolah dan tambahan waktu belajar remedial untuk yang sudah belajar; (2) Program guru kunjung untuk anak yang sudah sekolah maupun yang belum sekolah.

Kata Kunci: pemetaan, penduduk miskin usia sekolah, sekolah PAK


A. Pendahuluan
Kemiskinan di Indonesia masih tetap menjadi isu hangat, terlebih sejak terjadinya krisis.. Kemiskinan juga telah menjadi isu dunia, banyak negara berkomitmen untuk memerangi angka kemiskinan. Di Indonesia komitmen untuk mengurangi kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai program pembangunan, seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT), Pembangunan Kawasan Terpadu (PKT), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Program pengembangan Kecamatan (PNPM-PPK) untuk daerah perdesaan,  Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk daerah perkotaan, dan lain-lain program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh tiap-tiap departemen. Kesemua program tersebut ditujukan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, selanjutnya masyarakat diharapkan dapat mandiri dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
Upaya pengentasan kemiskinan seyogyanya dimaksudkan sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat. Upaya tersebut setidaknya memerlukan 5 (lima) hal pokok, yaitu: pertama, bantuan dana sebagai modal usaha; kedua, pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat; ketiga, penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat; keempat, pelatihan bagi aparat dan masyarakat; dan kelima, penguatan kelembangaan sosial ekonomi masyarakat.
Dalam kerangka tersebut upaya pemberdayaan dapat dilihat dari tiga sisi, pertama, menciptakan suasana yang memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat; kedua, memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki masyarakat; dan ketiga,  mencegah timbulnya persaingan yang tidak seimbang serta menciptakan kemitraan atau kebersamaan. Secara konkret upaya ini harus diawali dengan usaha pengentasan kemiskinan. Usaha pengentasan kemiskinan baik yang struktural maupun kultural, dan yang relatif maupun absolut, harus berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktur ekonomi rakyat. Selain menyangkut aspek kemiskinan juga menyangkut aspek-aspek nonmaterial (Ala, 1981: 4). Begitu kompleksnya penyebab kemiskinan, sehingga masyarakat miskin selalu terperangkap dalam “Perangkap Kemiskinan” yang merupakan suatu mata rantai (Chambers (1988: 145). Untuk mengatasi kemiskinan, telah banyak kebijakan yang ditawarkan, seperti misalnya strategi pembangunan yang mengutamakan kebutuhan dasar (basic needs oriented development strategy), yang mengkombinasikan pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan, khususnya untuk daerah perdesaan. Perlunya jaminan sosial guna memperluas secepat mungkin kesempatan kerja yang menghasilkan untuk seluruh masyarakat (Ul Haq,1983: 15). Sementara Giddens (2000: 136) berpandangan tentang adanya investasi human capital, bukan bantuan ekonomi secara langsung.
Pada umumnya dimensi kemiskinan di Kalimantan Selatan disebabkan karena masyarakat tidak berdaya untuk mengakses sumber daya alam yang banyak terdapat di sekitarnya. Selain itu penyebabnya adalah rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya derajat kesehatan masyarakat, terbatasnya lapangan kerja yang tersedia, dan terbatasnya akses terhadap permodalan (Bappeda Provinsi Kalsel, 2007).
Menurut data dari BPS Kalimantan Selatan, pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin sebanyak 231.000 orang (7,19% dari total penduduk), dan pada tahun 2005 sebanyak 335.700 orang (7,23% dari total penduduk) yang berarti terdapat kenaikan sebanyak 104.700 orang (0,6% dari jumlah penduduk Kalimantan Selatan). Pada tahun 2007 penduduk miskin di Kalimantan Selatan sebanyak 233.500 orang (7,01% dari total penduduk). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2005, maka terdapat penurunan sebanyak 102.200 orang (0,22%) dari jumlah penduduk Kalimantan Selatan (Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan, 2007).
Untuk Kota Banjarbaru yang luas wilayahnya mencapai 362,27 km2 dan berpenduduk 150.496 jiwa, sebelum pemekaran jumlah penduduk miskin menurut BPS Kota Banjarbaru  jumlahnya mencapai 7.033 KK atau 23.181 anggota rumah tangga (ART). Penduduk miskin ini terdistribusi di 3 (tiga) kecamatan Kota Banjarbaru, yaitu Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Cempaka, dan Kecamatan Banjarbaru. Berhubung wilayah Kota Banjarbaru termasuk wilayah perkotaan, maka karakteristik penduduk miskin perlu diidentifikasi secara cermat.  Kajian yang memfokuskan pada karakteristik penduduk miskin ini perlu dilakukan, agar kebijakan untuk pengentasan kemiskinan tidak dibuat secara seragam, tetapi disesuaikan dengan kelompok sasaran,  sehingga intervensi program akan lebih tepat sasaran, dan tujuan program pemberdayaan masyarakat akan segera terwujud.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi penduduk miskin usia sekolah yang tersebar di setiap kelurahan dan kecamatan, (2) mengetahui karakteristik penduduk miskin menurut kelompok umur dan usia sekolah di setiap kecamatan/kelurahan, (3) mengetahui karakteristik penduduk miskin usia sekolah menurut status dalam keluarga, dan (4) mengetahui karakteristik penduduk miskin usia sekolah menurut jumlah anggota keluarga.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) pemerintah Kota Banjarbaru dapat mengambil dan menetapkan kebijakan yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta karakteristik masing-masing wilayah dan kelompok masyarakat miskin usia sekolah, (2) masyarakat miskin dapat mengikuti program pengentasan kemiskinan sesuai usia sekolah berdasarkan potensi dan kemampuan diri.

B. Kajian Pustaka
1. Kemiskinan
a. Pengertian kemiskinan :
a)   Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos 2007)
b) Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk  makanan dan non makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos 2004).
c)   Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang tambahan dengan keuntungan-keuntungan  non material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan  transportasi  yang  dibutuhkan  oleh masyarakat   (Suharto, 2004).

d) Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (1) modal produktif atau aset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan), (2) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (3) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (4) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (5) pengetahuan dan keterampilan, dan (6)  iformasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, 2004).
e)  Kemiskinan dapat dikatakan sebagai  kesejahteraan yang kurang, dilihat dari banyak dimensi, antara lain pendapatan yang rendah, ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dasar dan layanan jasa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup yang bermartabat. Kemiskinan juga meliputi rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan, keterbatasan akses terhadap air bersih dan sanitasi, keamanan fisik yang kurang memadai, dan kurangnya kebebasan berpendapat, serta ketidakcukupan kapasitas kesempatan untuk hidup lebih baik. Kriteria batas kemiskinan adalah $ 1.25. (World Bank, 2000).
Dari berbagai pandangan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kemiskinan merupakan keadaan atau kondisi di mana seorang individu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya untuk hidup layak minimal sesuai dengan kebutuhan hidup minimum baik makanan maupun non makanan dan berdampak pada ketidak mampuan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial.
b. Dimensi Kemiskinan
David Cox  (2004) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi:
a)    Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi memghasilkam pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
b)    Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat terpinggirkannya pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakikat dan percepatan pertumbuhan perkotaan)
c)    Kemiskinan sosial, Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas.
d)    Kemiskinan konsekuesional. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk. 
Pada sisi yang lain, SEMERU (2001) menyatakan, bahwa kemiskinan memiliki berbagai dimensi:
a)                 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).
b)     Tidak adanya akses terhadap kebutuhan terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
c)      Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
d)                Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal.
e)                 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.
f)                 Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.
g)     Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
h)                Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
i)                  Ketidakmampuan dan ketidak-beruntungan sosial (Suharto, 2004).

2. Pemberdayaan 
a. Pengertian dan Indikator Pemberdayaan
a) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).
b) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).
c) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan nama rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).
d) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi kehidupan terhadap sesuatu. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parson, 1994)
e) Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk  (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan dan (b) berpatisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Kesimpulannya, pemberdayaan sebagai proses merupakan kegiatan untuk memperkuat keberdayaan kelompok lemah termasuk individu yang mengalami kemiskinan dalam masyarakat. Sementara pemberdayaan sebagai tujuan, menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan dan kemampuan  memenuhi kebutuhan hidup  baik fisik, ekonomi, maupun sosial. Pemberdayaan sebagai tujuan sering digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai proses. 

b. Pendekatan Pemberdayaan
Munrut Ife (1995) pemberdayaan memuat arti kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan tidak hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas :
a)      Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup; kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, dan pekerjaan.
b)      Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
c)      Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan-gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
d)     Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
e)      Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.
f)        Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa
g)    Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan.
Parson (1994) mengemukakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif.  Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya


C.  Metode Penelitian
            Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Wilayah penelitian meliputi seluruh kelurahan dan kecamatan di Kota Banjarbaru. Data sekunder berupa buku-buku dan dokumen-dokumen lain bersumber dari BPS dan Bappeda Kota Banjarbaru, sedangkan data primer diperoleh dari observasi yang dilakukan di  5 (lima) kelurahan sebagai representasi semua Kecamatan baik di kota maupun pinggiran. Observasi dilakukan di tempat-tempat yang merupakan kantong-kantong kemiskinan. Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi fisik rumah, sanitasi, dan kondisi lingkungan sekitar. Sumber data primer diperoleh dari para informan yaitu penduduk miskin yang mewakili berbagai kelompok, seperti kepala keluarga, istri, dan anggota keluarga lainnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.. Wawancara dilakukan terhadap beberapa warga miskin sebagai informan kunci. Analisis data meliputi : reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari pola dan temanya. Selanjutnya penyajian data dengan cara mengorganisasikan dan menyusun dalam pola hubungan sehingga data menjadi mudah dipahami. Terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

D. Hasil dan Pembahasan
1. Kondisi Geografis dan Kependudukan
Kota Banjarbaru merupakan salah satu kabupaten/kota di  Kalimantan Selatan. Wilayah Kota Banjarbaru terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 20 (duapuluh kelurahan). Berdasarkan data penduduk tahun 2008, jumlah rumah tangga di Kota Banjarbaru mencapai 43.889 dengan jumlah penduduk sekitar 164.216 jiwa, terdiri dari 83.735 laki-laki dan 80.481 perempuan, dengan sex ratio mencapai 104,00. Mengenai luas wilayah dan jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk dan jumlah rumah tangga, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Kepadatan, dan Jumlah Penduduk Per Rumah Tangga di Kota Banjarbaru Pada Setiap Kecamatan/Kelurahan Tahun 2008

Kecamatan/Kelurahan
Luas (km2)
Jumlah Penduduk
Jumlah
 RT
Kepadatan Per Km2
Jumlah Penduduk Per RT
Liang Anggang
87,89
25.092
7.087
286
4,3
Landasan Ulin Barat
45,36
11.038
3.049
244
3,7
Landasan Ulin Tengah
23,86
7.679
1.481
322
5,2
Landasan Ulin Utara
18,67
6.375
2.557
342
3,2
Landasan Ulin
92,33
38.274
10.515
415
3,37
Landasan Ulin Timur
18,67
12.084
3.006
647
4,0
Guntung Payung
15.25
5.922
1.741
388
3,4
Syamsuddin Noor
18,67
8.702
2.636
466
3,3
Guntung Manggis
39,74
11.566
3.132
291
3,7
Cempaka
146,70
27.498
6.233
187
4,3
Palam
14,75
3.115
742
212
4,1
Bangkal
29,80
4.015
987
135
4,0
Sungai Tiung
21,50
8.327
1.875
387
4,3
Cempaka
80,65
12.041
2.629
149
4,5
Banjarbaru Utara
24,44
36.228
9.686
1.482
3,7
Loktabat Utara
14,24
13.533
3.798
267
3,6
Mentaos
1,62
7.673
2.098
1.295
3,6
Komet
2,44
3.702
904
370
3,6
Sungai Ulin
6,14
11.320
2.886
470
3,9
Banjarbaru Selatan
21,96
36.477
10.759
1.661
3,2
Loktabat Selatan
8,58
7.624
2.507
889
3,1
Kemuning
3,61
7.173
1.997
1.987
3,1
Guntung Paikat
2,47
8.862
2.463
3.588
3,1
Sungai Besar
7,3
12818
3.792
1.756
3,4
Jumlah    
373,32
163.569
44.280
439
3,7
Sumber Data : BPS Kota Banjarbaru, Tahun 2008 dan 2009

2.      Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kota Banjarbaru antara lain: terdiri dari 88 buah sekolah negeri, 100 buah sekolah swasta. Jumlah murid seluruhnya 37.603 orang, dan jumlah guru 2.831 orang. Rincian dari sekolah, jumlah guru dan jumlah murid dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.



Tabel 2
Jumlah Sekolah, Kelas, Guru, dan Murid Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan
Sekolah
Kelas
Ruang Kelas
Guru
Murid

Neg.
Swt
Neg.
Swt
Neg.
Swt
Neg.
Swt
Neg.
Swt
STK
1
59
6
178
6
154
20
330
117
4.435
SD/MI
68
12
598
94
577
84
1006
161
18.144
1.962
SMTP/MTs.
12
12
148
76
135
85
392
224
4.993
2.702
SMTP Tbk
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
SMU/MA
4
13
65
72
68
68
191
273
2.076
2.114
SMK
3
4
37
31
28
31
132
102
955
105
Jumlah
88
100
854
451
814
422
1.741
1.090
26.285
11.318
Sumber Data : BPS Kota Banjarbaru, Tahun 2008.

            Selain fasilitas pendidikan tingkat sekolah dasar dan menengah, terdapat perguruan tinggi negeri dan swasta antara lain: Universitas Lambung Mangkurat dengan 8 (delapan) Fakultas di dalamnya, dan Politeknik Kesehatan Banjarmasin, serta 15 (lima belas) perguruan tinggi swasta lainnya.

3.      Pemetaan Penduduk Miskin
Hasil pemetaan penduduk miskin di tingkat Keluarga di semua Kelurahan dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 3
Penduduk Miskin Kota Banjarbaru Tahun 2010

No.
KECAMATAN
DESA
PENDUDUK
SELURUHNYA
MISKIN
MISKIN USIA SEKOLAH
1
LANDASAN ULIN
Landasan Ulin Timur
11,099
1,752
512
Guntung Payung
4,951
1,009
288
Syamsuddin Noor
9,086
1,697
492
Guntung Manggis
10,718
1,834
515

Lanjutan Tabel 3
2
LIANG ANGGANG
Landasan Ulin Barat
4,437
2,122
676
Landasan Ulin Selatan
6,168
741
236
Landasan Ulin Tengah
5,873
1,056
308
Landasan Ulin Utara
6,133
1,707
465
3
CEMPAKA
Palam
2,946
511
241
Bangkal
3,795
576
176
Sungai Tiung
7,874
1,286
380
Cempaka
11,387
1,643
452
4
BANJARBARU UTARA
Loktabat Utara
14,442
1,119
265
Mentaos
7,763
773
287
Komet
3,744
373
113
Sungai Ulin
12,512
1,059
334
5
BANJARBARU SELATAN
Loktabat Selatan
6,866
690
247
Kemuning
6,243
750
281
Guntung Paikat
7,714
883
295
Sungai Besar
12,442
1,557
418

Jumlah

156,193
23,138
6,981

Secara keseluruhan jumlah Kepala Keluarga dari seluruh penduduk yang bermukim di Kota Banjarbaru berjumlah 7.033 buah dengan rincian jumlah anggota rumah tangga mencapai 23.181 orang.

4.      Identifikasi Kelompok Umur dan Usia Pendidikan Pada Penduduk Miskin
Berdasarkan isi Tabel 3, diidentifikasi jumlah penduduk miskin menurut kategori umur dan diperoleh data penduduk miskin per Kecamatan dan per Kelurahan, yang dapat diamati pada Tabel-tabel berikut. Berdasarkan tabel-tabel tersebut maka pada setiap Kecamatan dan Kelurahan dapat diketahui komposisi jumlah penduduk miskin menurut usia pendidikan.






Tabel 4
Penduduk Miskin Kecamatan Landasan Ulin Th. 2010
NO
DESA
PENDUDUK
TOTAL
MISKIN
JUMLAH
<16 o:p="" th="">
16 - 30 TH
31 - 45 TH
>45 TH
1
Landasan Ulin Timur
11,099
1,752
512
468
441
330
2
Guntung Payung
4,951
1,009
288
272
276
173
3
Syamsuddin Noor
9,086
1,697
492
440
415
350
4
Guntung Manggis
10,718
1,834
515
450
493
376

Tabel 5
Penduduk Miskin Kecamatan Liang Anggang Th. 2010
NO
DESA
PENDUDUK
TOTAL
MISKIN
JUMLAH
<16 o:p="" th="">
16 - 30 TH
31 - 45 TH
>45 TH
1
Landasan Ulin Barat
4,437
2,122
676
584
501
361
2
Landasan Ulin Selatan
6,168
741
236
166
145
164
3
Landasan Ulin Tengah
5,873
1,056
308
294
254
200
4
Landasan Ulin Utara
6,133
1,707
465
472
387
383

Tabel 6
Penduduk Miskin Kecamatan Cempaka Th. 2010
NO
DESA
PENDUDUK
TOTAL
MISKIN
JUMLAH
<16 o:p="" th="">
16 - 30 TH
31 - 45 TH
>45 TH
1
Palam
2,946
511
241
118
103
114
2
Bangkal
3,795
576
176
146
120
134
3
Sungai Tiung
7,874
1,286
380
336
221
349
4
Cempaka
11,387
1,643
452
437
321
433

Tabel 7
Penduduk Miskin Kecamatan Banjarbaru Utara Th. 2010
NO
DESA
PENDUDUK
TOTAL
MISKIN
JUMLAH
<16 o:p="" th="">
16 - 30 TH
31 - 45 TH
>45 TH
1
Loktabat Utara
14,442
1,119
265
314
265
275
2
Mentaos
7,763
773
287
163
152
171
3
Komet
3,744
373
113
96
87
77
4
Sungai Ulin
12,512
1,059
334
340
214
171

Tabel 8
Penduduk Miskin Kecamatan Banjarbaru Selatan Th. 2010
NO
DESA
PENDUDUK
TOTAL
MISKIN
JUMLAH
<16 o:p="" th="">
16 - 30 TH
31 - 45 TH
>45 TH
1
Loktabat Selatan
6,866
690
247
168
155
120
2
Kemuning
6,243
750
281
199
164
106
3
Guntung Paikat
7,714
883
295
212
189
187
4
Sungai Besar
12,442
1,557
418
405
376
348
           
            Berdasarkan isi Tabel 4 sampai dengan Tabel 8, dapat dirangkum jumlah penduduk usia pendidikan di seluruh wilayah Kecamatan dan Kelurahan sebagaimana termaktub pada Tabel 9, sementara itu rincian untuk setiap individu dan rumah tangga dapat dicermati pada rangkuman data penduduk miskin usia pendidikan per individu dan rumah tangga (tidak dilampirkan). Jumlah penduduk miskin usia sekolah mencapai 6.981 jiwa dari jumlah penduduk yang miskin sejumlah 23.138 jiwa. Jumlah penduduk seluruhnya adalah 156.193 jiwa, berarti jumlah penduduk miskin usia sekolah mencapai 4,47% dari total penduduk seluruhnya, dan jumlah penduduk miskin mencapai 14,81% dari total penduduk seluruhnya. Jumlah ini jika dibiarkan tanpa intervensi kebijakan yang relevan dengan penuntasan wajib belajar dan lainnya di bidang pendidikan, dimungkinkan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

Tabel 9
Jumlah Penduduk Seluruhnya, Miskin dan Miskin Usia Sekolah (<16 banjarbaru="" di="" kota="" o:p="" tahun="">
No.
KECAMATAN
DESA
PENDUDUK
SELURUHNYA
MISKIN
MISKIN USIA SEKOLAH
1
LANDASAN ULIN
Landasan Ulin Timur
11,099
1,752
512
Guntung Payung
4,951
1,009
288
Syamsuddin Noor
9,086
1,697
492
Guntung Manggis
10,718
1,834
515
2
LIANG ANGGANG
Landasan Ulin Barat
4,437
2,122
676
Landasan Ulin Selatan
6,168
741
236
Landasan Ulin Tengah
5,873
1,056
308
Landasan Ulin Utara
6,133
1,707
465
3
CEMPAKA
Palam
2,946
511
241
Bangkal
3,795
576
176
Sungai Tiung
7,874
1,286
380
Cempaka
11,387
1,643
452
4
BANJARBARU UTARA
Loktabat Utara
14,442
1,119
265
Mentaos
7,763
773
287
Komet
3,744
373
113
Sungai Ulin
12,512
1,059
334
5
BANJARBARU SELATAN
Loktabat Selatan
6,866
690
247
Kemuning
6,243
750
281
Guntung Paikat
7,714
883
295
Sungai Besar
12,442
1,557
418

Jumlah

156,193
23,138
6,981
Sumber: Tabel 7 sampai dengan Tabel 11

Dilihat dari karakteristik penduduk miskin menurut kelompok umur dan usia sekolah di setiap kecamatan/kelurahan, ternyata  persebaran jumlah anak usia sekolah yang orangtuanya miskin di Kecamatan Landasan Ulin: 1.807 anak, di Kecamatan Liang Anggang: 1.685 anak; di Kecamatan Cempaka: 1.249 anak; di Kecamatan Banjarbaru Selatan: 1.241 anak dan di Kecamatan Banjarbaru Utara: 999 anak. Status pekerjaan orangtua mereka kebanyakan anak buruh tani, pedagang, tukang bangunan, swasta dan jasa makelar taksi serta pendulang.

5.      Analisis Kebutuhan Pendidikan Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Kota Banjarbaru mencapai 14,81% dan dari jumlah ini terdapat penduduk miskin usia sekolah mencapai  4,47%. Dalam rangka meningkatkan mutu layanan di bidang pendidikan dan agar mencapai penuntasan wajib belajar 12 tahun, maka perlu diketahui faktor latar yang memungkinkan dirumuskannya kebijakan untuk penuntasan wajib belajar yang bersumber dari masyarakat. Untuk kepentingan menggali data kebutuhan pendidikan bagi kelompok yang tak terjangkau layanan pendidikan ini diperlukan studi mendalam melalui survei, wawancara dan angket.
            Jumlah kepala keluarga yang disurvei mencapai  40 orang kepala keluarga dengan rincian di Kecamatan Banjarbaru Utara 8 (delapan) orang; Banjarbaru Selatan 6 (enam) orang; Landasan Ulin 10 (sepuluh) orang; Cempaka 10 (sepuluh) orang; dan di Liang Anggang 6 (enam) orang. Mereka adalah penduduk miskin yang memiliki anak usia sekolah dan anaknya sedang sekolah di SD/MI atau SMP/MTs.. Hal-hal yang diwawancarakan menyangkut aspek-aspek yang terkait dengan layanan pendidikan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat baik berupa sosialisasi maupun bentuk bantuan intervensi lain seperti bantuan fisik, dana, sarana dan prasarana untuk kepentingan sekolah anak yang sedang sekolah di pendidikan dasar (SD/MI atau SMP/MTs.). Dua program pemerintah yang relevan dan bersinggungan langsung dengan masalah layanan pendidikan untuk masyarakat penyandang miskin dikaji sebagai fokus penelitian, yakni program BOS (bantuan operasional sekolah) dan RASKIN (bantuan beras untuk keluarga miskin). Kepada kelompok responden keluarga miskin dan memiliki anak usia sekolah dilakukan survei dan diwawancarai tentang masalah ke-dua program pemerintah tersebut.
Selain variabel identitas responden, kepada mereka diwawancarai tentang hal-hal yang berkaitan dengan status dalam keluarga (suami/isteri/anak/warga batih), usia, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan utama, penghasilan rata-rata (perhari/perbulan) dan pendapat mereka tentang realisasi program bantuan operasional sekolah (BOS) dan bantuan beras untuk keluarga miskin (RASKIN). Keempatpuluh orang kepala keluarga yang disurvei ini dalam kategori keluarga miskin dengan rata-rata tanggungan keluarga mencapai 3,81 jiwa dengan usia rata-rata 41,2 tahun. Penghasilan mereka rata-rata per hari Rp. 6.523,08 dan per bulan rata-rata Rp. 135.608,05. Sebagian besar telah menerima bantuan beras untuk penduduk miskin (RASKIN) dan juga termasuk kategori penerima bantuan operasional sekolah (BOS) untuk anak-anaknya yang sedang sekolah. Terdapat dua (2) orang yang tidak menerima RASKIN maupun BOS yakni responden yang berasal dari Kecamatan Banjarbaru Selatan 1 (satu) orang dan dari Kecamatan Cempaka 1 (satu) orang, keduanya beralasan tidak tahu-menahu tentang program BOS dan RASKIN. Selanjutnya jika ditanya tentang realisasi program itu, 33 (tigapuluh tiga) orang menyatakan benar telah terealisasi dengan baik, sementara  ada 7(tujuh) orang yang menyatakan tidak terealisasi dengan alasan tidak termasuk yang didata oleh petugas atau tidak terdaftar di RT dan ada satu orang yang merasa tidak tahu.
            Bantuan program BOS dan RASKIN sangat dihajatkan oleh kepala keluarga dari kelompok penduduk miskin, mereka merasakan manfaatnya. Program BOS dirasakan oleh mereka untuk memenuhi peralatan dan perlengkapan sekolah terutama untuk membeli buku dan tas sekolah. Sementara itu program RASKIN dirasakan manfaatnya karena dapat mengurangi kebutuhan hidup dan beban hidup sehari-hari meskipun pada beberapa keluarga bantuan itu dirasa belum cukup atau hanya sekedar dirasa mengurangi jatah pengeluaran belanja untuk jatah beras saja.  Meskipun begitu program RASKIN telah terbukti dapat memberi manfaat setidaknya dapat meringankan beban keluarga penduduk miskin. Mereka yang tidak menerima bantuan program BOS atau RASKIN merasa kecewa dan menyalahkan pihak petugas yang tidak mendata mereka sebagai anggota kelompok penerima bantuan.
Jika ditanyakan atas pendapat mereka tentang ketepatan sasaran dari program BOS, hampir seluruh responden menjawab bagus, namun demikian ada beberapa yang menyatakan belum tepat sasaran karena mereka kebetulan tidak terdaftar sebagai penerima program BOS, dan ada lagi seorang responden dari Kecamatan Cempaka menyatakan bahwa realisasi program BOS tidak sesuai karena pernah dapat beasiswa Rp. 350.000,00 tetapi yang diterima Rp. 35.000,00, selain itu pernyataan yang dilontarkan dengan ungkapan menyangkal bahwa ‘SPP gratis tetapi buku bayar’.  Pada sisi yang lain tanggapan mereka terhadap bantuan program RASKIN, hampir seluruhnya menyambut baik, ‘bagus sekali’, tetapi ada yang masih menyayangkan karena belum tepat sasaran, tidak merata ke seluruh warga miskin, tidak ajeg terkadang dapat, terkadang tidak dapat, dan uangnya kurang. Selain itu mereka juga menyayangkan akan kualitas beras yang dibagikan yang rata-rata di bawah kualitas beras yang biasa dikonsumsi sehari-hari, ungkapan mereka menyatakan bahwa ‘rasanya tidak nyaman’.
Tentang harapan untuk peningkatan mutu layanan pendidikan terutama untuk suksesnya wajib belajar 12 tahun, dapat dihimpun pernyatan responden sebagaimana pada tabel berikut. Hampir semua responden di semua wilayah yang disurvei memiliki harapan bahwa program-program seperti BOS dan RASKIN tetap dipertahankan dan dilanjutkan bahkan khusus untuk layanan pendidikan diharapkan dapat gratis total. Sementara itu untuk bantuan RASKIN perlu ditingkatkan kualitas bantuannya agar layak konsumsi. Harapan para responden selain hal-hal
Tabel 10
Rangkuman Harapan dan Saran Dari Responden Penduduk Miskin

No.
Responden Asal Kecamatan
Harapan dan Saran
Bantuan Lain yang diperlukan
1
Liang Anggang
(6 orang)
1.      Pendataan langsung kepada yang bersangkutan
2.      Perlu ada bimbingan belajar
3.      Bantuan program tetap dilanjutkan dan diteruskan untukjenjang pendidikan selanjutnya.
4.      Jumlah dan besar bantuan ditambah.
Les tambahan di sekolah, kursus keterampilan, dan mengaji.
2
Banjarbaru Selatan
(6 orang)
1.      Layanan pendidikan semua gratis baik SPP, buku dan lainnya.
2.      Kualitas bantuan layak untuk diterima.
3.      Pemda memiliki Tim Analisis Kebutuhan Bantuan yang handal.
4.      Program tetap dilanjutkan dengan peningkatan ketepatan sasaran.
5.      Kualitas beras bantuan harap ditingkatkan.
Les tambahan di sekolah dan gratis.

3
Banjarbaru Utara
(8 orang)
1.      Buku pelajaran digratiskan dan tiadakan bentuk-bentuk sumbangan.
2.      Kualitas dan jumlah bantuan ditingkatkan.
3.      Ketepatan waktu layanan ditingkatkan.
4.      Program dilanjutkan untuk semua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar.
Les tambahan di sekolah dan gratis atau tambahan waktu belajar.
4
Landasan Ulin
(10 orang)
1.      Sekolah untuk SD dan SMP gratis, termasuk buku pelajaran digratiskan.
2.      Beasiswa untuk anak yang tidak mampu dan tepat sasaran.
3.      Program dilanjutkan.

5
Cempaka
(10 orang)
1.         Gratiskan layanan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar.
2.         Lakukan pengawasan realisasi bantuan sampai di tingkat operasional/bawah.
3.         Program tetap dilanjutkan, diikuti dengan peningkatan kualitas dan jumlah/besar bantuan.
Les tambahan di sekolah atau tambahan waktu belajar dan gratis.



Saran dari para responden, mengharuskan pemerintah untuk memikirkan alternatif kebijakan tentang perlunya kebijakan afirmative yang memungkinkan adanya peluang aksesibilitas bagi mereka. Semua bentuk layanan semestinya dapat dinikmati secara gratis, sebagaimana yang diharapkan, misalnya les tambahan atau tambahan waktu belajar di sekolah secara gratis. Saran ini memerlukan  tindak lanjut pemikiran pentingnya diversifikasi layanan pendidikan bagi anak usia sekolah yang orangtuanya termarginalkan aksesnya terhadap layanan pendidikan akibat miskin. Bentuk layanan pendidikan bagi mereka memerlukan kajian tersendiri, setidaknya harus dapat mengakomodasi kepentingan subjek kelompok penyandang kemiskinan yang diikuti penyediaan alokasi sumberdaya pemerintah daerah yang memadai.
Jika peta penduduk miskin usia sekolah telah diketahui dan telah teridentifikasi subjek sasaran secara jelas, maka dapat ditempuh dua pendekatan untuk peningkatan layanan pendidikan, khususnya untuk penuntasan wajar 12 tahun. Pertama, dapat ditempuh melalui kebijakan pemisahan subjek secara kluster wilayah. Karakteristik setiap kluster wilayah dengan potensinya dipetakan, kemudian dirumuskan model pengembangan penuntasan wajar pendidikan dasar untuk setiap satuan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik subjeknya. Bentuk dan pola layanan dirancang dan ditentukan oleh pemerintah daerah. Kedua, dilakukan pengkajian mendalam harapan dan saran dari para responden untuk diajak merumuskan bentuk layanan pendidikan gratis untuk anak-anaknya dengan melibatkan langsung mereka dalam konteks gugus sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk dapat melakukan akses layanan pendidikan. Alternatif dan rumusan intervensi kebijakan seperti yang diajukan sebagai gagasan ini diuraikan pada sesi berikut.

6.      Alternatif Kebijakan Intervensi Pendidikan Bagi Penduduk Miskin
Harapan dan saran responden merupakan titik tolak untuk membuat rumusan alternatif kebijakan intervensi yang berbasis pada hajat hidup penduduk penyandang kemiskinan. Untuk itu rumusan berikut ditawarkan sebagai alternatif kebijakan yang mungkin dapat digunakan sebagai intervensi peningkatan mutu layanan pendidikan secara gratis kepada mereka. Kedua alternatif kebijakan yang ditawarkan ini masih model tentatif dan memerlukan telaah tersendiri melalui penelitian.
Pada alternatif yang pertama masih diperlukan kajian tentang pengembangan model Program Sekolah Pendekatan Antar Keluarga baik untuk kluster wilayah perkotaan maupun pinggiran. Sementara alternatif yang kedua diperlukan kajian lebih mendalam terhadap sujek sasaran secara individual, dan dilakukan penyamaan persepsi tentang bentuk dan model layanan yang sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing subjek. 
Tabel 11
Alternatif Kebijakan Intervensi Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan
Bagi Penduduk Miskin Usia Sekolah
No.
Alternatif
Bentuk
Prosedur
1
Penuntasan berdasar kluster wilayah
Program Sekolah Pendekatan Antar Keluarga (Sekolah PAK) untuk yang belum sekolah dan tambahan waktu belajar remedial untuk yang sudah belajar.
-    Pendataan (sudah ada)
-    Pembentukan kluster dan penunjukkan sekolah pembina program.
-    Pembentukan gugus/kelompok berdasarkan kemampuan.
-    Pembuatan RAPBP (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Program)
-    Tes bekal awal belajar subjek sasaran.
-     Pengembangan kurikulum dan modul belajar.
-     Rekruitmen dan pelatihan guru dan tutor sebaya.
-     Pembuatan program pertemuan remedial (semester, bulan, mingguan).
-     Monitoring dan evaluasi.
-     Pelaporan
2
Penuntasan berdasar karakteristik subjek sasaran
Guru kunjung untuk anak yang sudah sekolah maupun yang belum sekolah.
-    Pendataan subjek (sudah ada)
-    Analisis kebutuhan layanan pendidikan menurut standar kompetensi dan karakteristik subjek.
-    Pembuatan RAPBP (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Program)
-    Pengembangan kurikulum dan modul belajar.
-    Pembuatan program pembelajaran guru kunjung.
-    Monitoring dan evaluasi.
-    Pelaporan.



E. Simpulan dan Saran
1.      Simpulan
  1. Jumlah penduduk miskin usia sekolah di Kota Banjarbaru mencapai 6.981 jiwa dari jumlah penduduk yang miskin sejumlah 23.138 jiwa. Jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan pemetaan ini adalah 156.193 jiwa, dengan demikian jumlah penduduk miskin usia sekolah mencapai 4,47% dari total penduduk seluruhnya, sementara itu jumlah penduduk miskin mencapai 14,81% dari total penduduk seluruhnya. Karena jumlah penduduk terus mengalami perkembangan, maka angka ini selalu bergerak secara tentatif.
  2. Dilihat dari karakteristik penduduk miskin menurut kelompok umur dan usia sekolah dapat dipetakan jumlahnya, antara lain di setiap Kecamatan tercatat Landasan Ulin: 1.807 anak, Liang Anggang: 1.685 anak; Cempaka: 1.249 anak; Banjarbaru Selatan: 1.241 anak dan di Banjarbaru Utara: 999 anak.
  3. Dilihat segi status pekerjaan orangtuanya kebanyakan anak usia sekolah berasal dari orangtua yang pekerjaannya buruh tani, pedagang, tukang bangunan, swasta dan jasa makelar taksi dan pendulang.
  4. Dilihat dari asal keluarganya, anak-anak usia sekolah yang miskin berasal dari keluarga yang rata-rata tanggungan keluargnya 3,81 jiwa atau minimal 3 jiwa dengan  tingkat  penghasilan  perkapita per hari rata-rata Rp. 6.523,08 dan per bulan rata-rata Rp. 135.608,05.

2.      Saran-saran
a.         Dalam rangka memperhatikan harapan dan saran dari para subjek penerima bantuan layanan kesejahteraan oleh Pemerintah Daerah setempat perlu diperhatikan dua hal (1) meningkatkan mutu dan efektivitas semua bentuk bantuan dan layanan kepada masyarakat, dan (2) setiap realisasi bantuan program perlu dilakukan kajian evaluasi tentang dampak pemberdayaan bagi masyarakat sasaran dan lainnya sehingga dapat disusun tindak lanjut yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat sasaran.
b.         Dalam rangka merumuskan alternatif kebijakan tentang peningkatan mutu layanan pendidikan dalam kerangkan penuntasan wajar 12 tahun perlu disusun kebijakan untuk memberikan layanan pendidikan secara gratis dengan mutu yang layak pada jenjang pendidikan dasar. Untuk memberikan akses layanan pendidikan bagi kelompok anak usia sekolah yang berasal dari keluarga miskin, perlu ditempuh model Program Sekolah Pendekatan Antar Keluarga (Sekolah PAK) untuk yang belum sekolah dan tambahan waktu belajar remedial untuk yang sudah belajar, serta pola layanan model Guru kunjung untuk anak yang sudah sekolah maupun yang belum sekolah bagi keluarga miskin.

Daftar Pustaka
·         Ala, Andre Bayo, 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi KemiskinanYogyakarta : Liberty.

·         Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan, 2007, “Arah Kebijakan Umum Pengentasan Kemiskinan Propinsi Kalimantan Selatan’, makalah pada Sosialisasi Program PNPM-PPK Tahun 2007 di Hotel Pesona Banjarmasin, 19 November 2007.

·         Bappeda dan BPS Kota Banjarbaru, 2009. Kota Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2009

·         Bappeda dan BPS Kota Banjarbaru, 2006. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Kota Banjarbaru Tahun 2006.

·         Bappeda dan BPS Kota Banjarbaru, 2006. Produk Domestik Regional Bruto Kota Banjarbaru Tahun 2005.

·         Chambers, Robert, 1983. Pembangunan Desa : Mulai Dari Belakang. Jakarta : LP3ES.

·         Giddens, Anthony, 2000. The Third Way : Jalan Ketiga Pembaruan Demokrasi Sosial. Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama.

·         Gilbert, Alan dan Josef Gugler, 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : Tiara Wacana.

·         Kian Wie, The, 1981. Pemerataan Kemiskinan Ketimpangan. Jakarta : Sinar Harapan.

·         Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

·         Sumodiningrat, Gunawan, 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Bina Rena Pariwara.

·         Ul Haq, Mahbub, 1983. Tirai Kemiskinan : Tantangan-tantangan Untuk Dunia Ketiga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

·         Wahyu, 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin : FKIP Unlam.

·         World Bank, 2000. World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. Washington, DC: World Bank.



BIODATA PENELITI
a.       Nama dan Gelar                      : Dr. Suratno, M.Pd.
b.      Jenis Kelamin                          : Pria
c.       NIP                                         : 195702061981031001
d.      Pangkat/Golongan                  : Pembina Utama Muda/IV-c
e.       Program Studi/Jurusan            : Pendidikan Ekonomi/Pendidikan IPS
f.       Bidang Keahlian                     : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
g.      Pendidikan                              :
·         S1        :  Pend. Ekonomi Perusahaan FKIS-IKIP Malang, 1980
·         S2        : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, IKIP Jakarta, 1985
·         S3        : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, UNY, 2009.
h.      Alamat Rumah                        :  Jln. A. Yani Km. 4,5
              Buncit Indah I No. 36, Rt. 7
              Banjarmasin (70249)
i.        Nomor HP                               :  081 2500 4704
j.        Alamat e-mail                          :  ontar_ria@yahoo.com
k.      Pengalaman Jabatan    :
·         Ketua P3AI UNLAM, 2011-Sekarang
·         Ketua Micro Teaching FKIP UNLAM, 20010-sekarang.
·         Konsultan Lapangan bidang Finance and Project Management pada Second Junior Secondary Education Project, ADB Loan No. 1573/1574-INO wilayah Kalimantan Selatan dibawah koordinasi PPA Consultant Jakarta, Tahun 2002-2003
·         Konsultan Lapangan Management Local Education Centre di Kalimantan Selatan pada Extension Private Junior Secondary Education Project (Package II – Project Operation and Management Consultant), ADB Loan No. 1359-INO Propinsi Kalimantan Selatan dibawah koordinasi PT. Multi Area Conindo (MACON) Jakarta, Tahun 2001-2002
·         Konsultan Pendidikan bidang Finance and Project Management pada Bagian Proyek Peningkatan SLTP Swasta Kalimantan Selatan , Private Junior Secondary Education Project( Package II – Project Operation and Management Consultant), ADB Loan No. 1359-INO dibawah koordinasi PT. Multi Area Conindo (MACON) Jakarta, Tahun 1997-2000.
·         Konsultan Lapangan bidang Operation Management pada Senior Secondary Education Project, ADB Loan No. 1360-INO; PPIU Kalimantan Selatan, Tahun 1996-1997.
l.        Pengalaman Penelitian            :
·         Evaluasi Kebijakan Implementasi KTSP Pada SD/MI di Kalimantan Selatan, 2010.
·         Pengembangan Model Asesmen Teman Sejawat Kompetensi Akuntansi Berbasis Model Pembelajaran Kolaboratif, 2009.
·         Studi Dampak Pemanfaatan Internet Terhadap Perilaku Guru dan Siswa di Kabupaten Barito Kuala, 2009.
·         Pemetaan Penduduk Miskin dan Usia Sekolah di Kota Banjarbaru, 2009.
·         Studi Kebijakan Mutu dan Relevansi Pendidikan di Kalimantan Selatan, 2007.
·         Manajemen Pengelolaan Perguruan Tinggi Tinjauan Implementasi pada Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Tahun 2003.
m.    Daftar Publikasi (Seminar, artikel, dll.):
·         Seminar/Simposium:
                                                              i.      Pemanfaatan Asesmen Kinerja Berbasis Adversity Quotient (AQ) dalam Pembelajaran, Seminar Nasional Surat Nomor: 027/HIMA PEKON/09/2010 Tanggal 19 Oktober 2010
                                                            ii.      Pengembangan Model Asesmen Teman Sejawat Kompetensi Akuntansi Berbasis Model Pembelajaran Kolaboratif, Simposium Nasional Puslitjak, Balitbang Kemdiknas  Tanggal 4-6 Agustus 2009.
                                                          iii.      Metodologi Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research /CAR), Workshop di Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Surat Nomor In.01/Kj.TMA/PP.001/161/09 Tanggal 3 Agustus 2009.
                                                          iv.      Asesmen Teman Sejawat sebagai Alternatif Penilaian Sikap Berbasis Pembelajaran Kolaboratif, 2009.
·         Artikel Jurnal:
                                                              i.      Asesmen Teman Sejawat pada pembelajaran Kolaboratif Pemecahan Masalah Akuntansi Perusahaan Jasa, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 13 Nomor 2, 2009. ISSN 1410-4725
                                                            ii.      Studi Kebijakan Mutu dan Relevansi Pendidikan di Kalimantan Selatan (Telaah Implementasi Kebijakan di Tingkat Sekolah) Jurnal LITBANGDA ISSN 1907-6193 Volume 3 Nomor 3 (Juli-September 2008)
                                                          iii.      Efektivitas Distribusi Buku Paket SD/MI tahun 1997/1998 Analisa Komparatif di Propinsi Kalsel, Kalimantan Scientiae, Edisi No. 56 Th. XVIII Vol. Agustus 2000
·         Buku Referensi:
                                                              i.      Akuntansi Perusahaan Jasa (Bahan Penunjang Praktikum), Penerbit: Multi Pressindo Yogyakarta, 2009
                                                            ii.      Asesmen Pembelajaran di sekolah panduan bagi Guru dan calon Guru, Penerbit: Multi Pressindo Yogyakarta, 2009.
                                                          iii.      Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini, Penerbit: Multi Pressindo Yogyakarta, 2009.



No comments:

Post a Comment