(PTK)UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE PETA KONSEP / MIND MAP (Pemetaan Pikiran) PADA SISWA KELAS 7 F SMP NEGERI 2 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2010 - 2011


Sukasmo , S.Pd . 2010. Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA Fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melalui penerapan Metode Peta Konsep / Mind Map ( Pemetaan Pikiran ) di SMP Negeri 2 Kaliwungu Kelas VII F Tahun Pelajaran 2010 – 2011

 Latar Belakang dari penelitian tindakan kelas ini adalah sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas menjadi masalah yang dihadapi SMP Negeri 2 Kaliwungu khususnya untuk mata pelajaran fisika menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana aktifitas siswa dan hasil belajar fisika serta respon siswa pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melalui model pembelajaran dengan Peta Konsep di kelas VII-F SMP Negeri 2 Kaliwungu. Dan tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan aktifitas siswa, mengetahui hasil belajar siswa, dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran di kelas VII-F SMP Negeri 2 Kaliwungu.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini dicoba untuk diatasi dengan model pembelajaran dengan Metode Peta Konsep. PTK dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-F semester 1 SMP Negeri 2 Kaliwungu yang berjumlah 40 siswa. Data diperoleh melalui observasi, pemberian tes uji kompetensi, dan penyebaran angket. Kemudian dianalisilis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktifitas siswa meningkat dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab soal - soal. Hasil belajar siswa meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif. Dengan demikian dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran dengan metode peta konsep siklus I dan siklus II, disimpulkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan di SMP Negeri 2 Kaliwungu dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan.

Kata kunci: Hasil belajar , model pembelajaran dengan metode peta konsep






 [A1]Abstract berbahasa inggeris ditambahkan juga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar  Belakang
Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan hal, tugas, latihan, yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi sangat penting/dominan berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran  sering dijumpai hal-hal yang tidak mendukung dalam rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau keinginan siswa dalam belajar yang relatif  masih rendah, beberapa kompetensi dasar  sebagai  tujuan pembelajaran yang belum mampu tercapai sesuai dengan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan upaya atau langkah konkret untuk meningkatkan minat atau motivasi belajar pada siswa. Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan hal , tugas , latihan , yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi sangat penting / dominan berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas  VII  SMP Negeri 2 Kaliwungu Kabupaten Kendal,  khususnya kelas  VII F (dibandingkan Enam kelas pararel lainnya). Setidaknya hal ini tampak dari hasil  tes materi Besaran dan satuan pada mata pelajaran IPA Fisika pada semester Ganjil tahun 2010 - 2011 (ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes tertulis pertama hingga kedua, hanya ada 20% hingga 40% dari 40 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.
Rendahnya kemampuan para siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus kesulitan belajar, yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan kesulitan belajar memahami materi Besaran dan Satuan. Mengenai masalah ini, guru IPA Terpadu  kelas  VII mengidentifikasi penyebab siswa  kelas  VII F ‘gagal’ dalam belajar IPA Fisika berkaitan dengan kesulitan mengenali pikiran utama atau ide pokok dalam materi Besaran dan Satuan selain rendahnya minat dan motivasi mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari  wawancara dengan siswa diperoleh informasi mengenai penyebab siswa sulit memahami isi dari materi Besaran dan Satuan,
Selama ini pembelajaran IPA Fisika dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1) memberi sebuah materi Besaran dan Satuan yang diambil guru dari berbagai sumber, bukan dari buku pelajaran atau LKS (lembar kerja siswa) dengan alasan materi Besaran dan Satuan yang ada pada buku sudah  diisi soal-soalnya oleh siswa di rumah, (2) meminta siswa membaca materi tersebut dalam waktu yang ditentukan guru, misalnya 15 menit, (3) meminta siswa mencari kata-kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) menugasi beberapa siswa untuk menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi siswa mengerjakan soal  (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku tugas dengan waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8) membahas jawaban soal-soal tersebut, serta (9) menilai hasil tes tertulis. Prosedur tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas Memahami materi melalui tahap Peta Konsep lebih dahulu guna membangun skemanya tentang isi Materi .
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan atau menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep / model pembelajaran Peta Konsep atau mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini diduga dapat meningkatkan minat belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang belajar.
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh , cara membuat catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
Merefleksi fenomena di atas, peneliti  menetapkan untuk mengadakan mind map / Peta Konsep pada kegiatan pemamahaman materi Besaran dan Satuan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun  alasan pemilihan strategi tersebut sebagai berikut ini. Pertama, adanya mind map / Peta Konsep dapat membantu siswa dalam mengatur fokus perhatiannya sehingga menghindarkannya dari pemberian fokus berlebihan pada  materi yang kurang penting, atau sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang penting. Kedua, adanya mind map / Peta Konsep  memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan memahami materi Besaran dan satuan  dengan tujuan yang jelas, yakni menemukan informasi untuk menjawab materi Besaran dan Satuan. Ketiga, dengan dilatihnya siswa melakukan mind map / Peta Konsep sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, berarti  pembelajaran tidak hanya difokuskan pada hasil, tapi juga pada proses panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.
Langkah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan atau menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep/model pembelajaran mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran mind map ini diduga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar/tulisan yang menarik perhatian siswa yang belajar.
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep  ini merupakan solusi alternatif terbaik dan sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena memberikan berbagai kemudahan dalam belajar, seperti pemahaman konsep, menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih  menarik karena  konsep pengemasan yang lebih sederhana .



1.2       Rumusan  Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan permasalahan-permasalahan penelitian sebagai berikut.
1.   Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep   dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011
2.   Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep   dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011
Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu di SMP merupakan bagian dari kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA Terpadu yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan siswa dalam menyerap informasi yang terdapat dalam materi diatas , sehingga tesnya difokuskan pada kemampuan memahami isi materi. Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang belajar.. Kemampuan memahami materi adalah kemampuan menangkap makna, baik yang tersurat mapun tersirat, dalam materi Besaran dan Satuan pada Mata Pelajaran IPA Terpadu  yang diukur dengan tes pilihan ganda maupun uraian tentang isi materi Besaran dan Satuan .

1.3       Tujuan Penelitian
Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.   Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep  dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011
2.   Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian dirumuskan indikator-indikator sebagai berikut:
Aspek
Pencapaian
siklus terakhir
Cara mengukur
Keaktifan siswa dalam Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu ( Fisika )
    
75%
Diamati saat pembelajaran  dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakan keaktifan  dalam kegiatan Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu ( Fisika )

Motivasi  siswa dalam Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu ( Fisika )

75%
Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguh-annya dalam membaca materi yang dibagikan guru, menjawab pertanyaan, juga dalam mengerjakan tes tertulis.
Kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu ( Fisika ) secara benar
75%
Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang melakukan aktivitas Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu ( Fisika )
Kemampuan siswa dalam memahami isi materi
75%
Diukur dari hasil ulangan / tes d[A1] an dihitung dari jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar minimal  70% soal pada tes

1.4       Manfaat Penelitian
                        Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan  kualitas pendidikan dan / atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Yang perlu dikemukakan adalah manfaatnya bagi siswa, guru, serta komponen pendidikan terkait di sekolah sehingga Penelitian ini berguna :
Secara teoretis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi/acuan tentang peranan konsep pembelajaran mind map /  peta konsep pada proses belajar mengajar kaitannya dengan upaya meningkatkan minat  belajar siswa disekolah pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ), terutama pada siswa kelas 7  SMP Negeri 2  Kaliwungu tahun  pelajaran  2010-2011.
1.      Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan / pertimbangan bagi guru atau tenaga pengajar  agar  menggunakan konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini dalam mengajar, karena memiliki kelebihan dalam hal pemahaman konsep.
2.      Secara aplikatif penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi sekolah untuk menyiapkan media atau bahan pemebelajaran khususnya mengenai konsep pembelajaran mind map / peta konsep .
3.      Bagi para pemerhati pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian ini berfungsi sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan bahan ajar atau dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai konsep pembelajaran mind map / peta konsep  ini.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1       Pengertian Mind Map / Peta Konsep
Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Peta konsep (Concept Maps) memungkinkan terjadinya semua itu. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat (DePorter, dkk. 2000 dan DePorter dan Hernacki, 2002). Svantesson (2004) mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan kuliah  ketika membutuhkan struktur.
Peta konsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan.Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni (DePorter, dkk. 2000, DePorter dan Hernacki, 2002, Svantersson, 2004).
Pengertian Peta Konsep  Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif.  Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut : 
1.  Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. 
2.   Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi. 
3.   Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.  Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan   petunjuk   bagi  guru, untuk  menunjukkan  hubungan  antara   ide-ide   yang penting  dengan  rencana  pembelajaran. Sedangkan  menurut  Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.  
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep  adalah cara mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
Pemetaan pikiran peta konsep adalah suatu metode untuk membuat catatan untuk berpikir. Peta pikiran / peta konsep juga digunakan untuk memecahkan masalah untuk mengingat (menghafal) dan melakukan sesuatu pada saat kita sedang berpikir atau sewaktu pikiran memasuki otak kita (Isworo, Yatno: 2008)
Sebuah pemetaan pikiran / peta konsep dapat dibuat dengan kata-kata, warna-warni, garis dan gambar yang menarik. Adapun langkah-langkah pembuatan mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep  adalah sebagai berikut;
1.      Menuliskan   masalah yang akan dipecahkan  dalam bentuk lingkaran atau pohon, dibagian tengah kertas.
2.      Memuat cabang-cabang atau bagian kegiatan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
3.      Memuat ranting –ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan cabang-cabang tersebut
Mind map / peta konsep dalam proses pembelajaran dapat digunakan sebagai :
1.      Topik atau cabang masalah yang dapat dibentuk dengan gambar dan warna yang menarik, demikian pula dengan subtopik/rantingnya.
2.      Dalam mind map / peta konsep  banyak terdapat gambar karena nilai sebuah gambar adalah lebih dari seribu kata-kata.
3.      Hasil mind map / peta konsep dapat ditempelkan  di dinding, buku, yang dapat dilihat secara teratur atau berkala
4.      Gambar adalah produk sisi otak kanan yang kreatif, rincian detailnya dibuat oleh otak kiri yang  logis analitis. Efektifitas mengingat gambar adalah 80% (Sandy MC Gregor, 2005)
            Pengembangan pola pikir seseorang dapat dilakukan mulai dari menentukan tujuan pengembangan diri secara jelas mengenali potensi pola pikir dirinya. Identifikasi faktor-faktor  internal dan eksternal , secara terus menerus berani mencoba  belajar dari pengalaman  hingga melaksanakan evaluasi dan perbaikan secara terus-menerus.
            Mind map / peta konsep berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak bekerja. Manfaat lain yang dapat diberikan anatara lain :
1.      Mempercepat pembelajaran
2.      Melihat koneksi antar topik yang berbeda
3.      Membantu brainstrorming
4.      Memudahkan ide mengalir
5.      melihat gambaran besar
6.      Memudahkan mengingat
7.      menyederhanakan struktur

2.2       Pengertian Minat Belajar
Minat adalah sebuah keinginan mendasar seseorang secara tulus dalam berbuat, bertindak,menentukan atau melakukan pilihan sesuai dengan kriteria-kriteria yang dimiliki oleh seseorang. Minat juga merupakan suatu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, juga merupakan suatu gairah atau keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).
Jadi minat adalah suatu keinginan yang tulus dalam diri seseorang baik secara sadar maupun tidak untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang memberikan nilai kebaikan atau kesenangan kepada dirinya
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Minat adalah sebuah pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto, Agus : 1981).
Motivasi adalah dorongan secara sugestif pada seseorang untuk melakukan sesuatu oleh karena adanya stimulus/rangsangan akibat tindakan atau perlakuan seseorang baik secara positif maupun negatif. Motivasi juga merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang  secara sadar/tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Segala usaha yang dapat menyebabkan seseorang / kelompok orang tertentu tergerak melakuakan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).
Pengaruh dalam belajar  minat belajar merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang yang berusaha memperoleh kepandaian /ilmu dengan berlatih untuk mengubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman  (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989 )
Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan materi atau bahan ajar yang harus dipahami / dikuasai siswa, sehingga dalam hal ini siswa harus secara sadar masuk dalam lingkungan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu jika dalam diri siswa tidak tumbuh minat untuk melakukan kegiatan pembelajaran, maka target pencapaian hasil belajar akan sulit dilakukan siswa.
Konsep pembelajaran mind map adalah konsep pembelajaran dengan menggunakan pemetaan berpikir dengan menguraikan tema-tema  ke dalam sub-sub tema hingga kepada penjabaran yang lebih terperinci atau menjabarkan suatu konsep yang detail/ rumit menjadi suatu konsep yang mudah dan sederhana.
Konsep pembelajaran yang mengemas materi/bahan ajar menjadi simpel atau sederhana adalah langkah efektif untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar mendapatkan hasil yang optimal. Dengan demikian konsep pembelajaran mind map  adalah model/konsep pembelajaran yang paling ideal untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa.


2.3       Hipotesis Tindakan
      Penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep diduga dapat meningkatkan  minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ), terutama pada siswa kelas 7F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011
  
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1       Populasi dan Sampel
            3.1.1    Populasi
      Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011.
           
            3.1.2    Sampel
      Sampel dalam penelitian ini adalah  siswa kelas 7F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011, yang berjumlah 40 siswa sebagai respondennya.

3.2       Teknik Pengambilan Data
                        Teknik pengambilan data dalam penelitian ini antara lain :
            3.2.1    Random Sampling
Random sampling adalah teknik penentuan subjek penelitian yang dilakukan secara acak.

            3.2.2    Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang digunanakan adalah tes/evaluasi. Instrumen ini bertujuan  untuk pengambilan data penelitian sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan yang telah dicapai siswa dalam belajar. Instrumen penilaian ini berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 item soal yang berkaitan dengan materi Besaran dan satuan.

3.2       Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan memasukan data hasil jawaban responden atas pertanyaan/soal  yang telah diberikan dengan menggunakan rumus sederhana  yaitu deskriptif persentase, yaitu :

                        Hasil yang dicapai   X 100%
                        Skor maksimal
Sehingga dapat diperoleh gambaran hasil pencapaian belajar antara siklus I yang menggunakan konsep pembelajaran klasik dengan siklus II yang menggunakan konsep pembelajaran mind map, dengan menggunakan jenis penilaian kuantitatif (angka) dengan rentang nilai 0- 100. Pencapaian nilai menggambarkan kemampuan sebagai gambaran kemampuan belajar yang dimiliki siswa sebagai subjek yang belajar.

3.3       Variabel  Penelitian
                        Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.      Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010 - 2011.
2.      Penggunaan konsep  mind map (pemetaan pikiran) dalam pembelajaran.


3.4       Penerapan Konsep  Pembelajaran Mind Map
Konsep pembelajaran mind map menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Guru menuliskan masalah yang akan dipecahkan  dalam bentuk lingkaran atau pohon, dibagian tengah kertas atau papan white board
2.      Guru membuat cabang-cabang atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
3.      Guru membuat ranting – ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan cabang-cabang tersebut.
4.      Guru menugaskan kelompok kelas yang sudah terbentuk dengan membuat sebuah konsep mind map untuk menguraikan sebuah masalah.
5.      Guru menetapkan waktu pembuatan peta konsep kepada masing-masing keolmpok.
6.      Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil pemetaan konsep.
7.      Guru melakukan monitoring terhadap terhadap masing-masing kelompok untuk mengevaluasi hasil kinerja kelompok dengan menggunakan pemetaan konsep.
8.      Guru membuat simpulan atas hubungan-hubungan hasil kinerja setiap kelompok dengan menggunakan konsep mind map tersebut.
9.      Guru memberikan pujian/aplaus/reward kepada kelompok terbaik dalam pembuatan peta konsep maupun dalam penyajian peta konsep.








BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Kondisi Awal Responden
Keadaan subjek penelitian sebelum diadakan teratmen / perlakuan adalah sebagai berikut :
  1. Siswa mengalami kesulitan belajar, terutama dalam memahami konsep pembelajaran. Hal ini terbukti dengan kemampuan menjawab pertanyaan guru pada saat pelajaran yang relatif masih rendah.
  2. Kemampuan memahami kompetensi dasar yang belum maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pengajaran yang dilakukan guru kurang diminati anak yang imbasnya pada hasil belajar yang tidak optimal. Kurangnya cara penyapaian pengajaran yang lebih variatif  dan lebih kepada pemakaian metode klasik sehingga siswa tidak tergerak untuk meningkatkan minatnya dalam pembelajaran.
  3. Tugas-tugas yang diselesaikan siswa belum  dapat menjangkau esensi tugas yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang relatif masih rendah karena baik kondisi minat siswa maupun konsep pembelajaran yang dilakukan guru belum sesuai dengan   istuasi dan kondisi siswa yang sebenarnya.
  4. Hasil pemerolehan tes belajar siswa yang relatif masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil pencapaian nilai hasil belajar yang belum sesuai dengan standar  ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 60.
  5. Adanya minat atau motivasi belajar yang relatif masih rendah pada siswa. Hal ini didasarkan atas semua data atau temuan di lapangan melalui pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung tentang aktivitas atau kegiatan siswa yang cenderung tidak sesuai atau mendukung dengan kegiatan belajar, padahal tanpa minat, maka akan sullit bagi siswa untuk dapat memahami atau menguasai materi pembelajaran yang disampaikan guru.

  1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII-F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 40. hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam  siklus ini adalah sebagai berikut:
B.1. Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
A.                   Perencanaan
Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain
1.    Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP dan sistem penilaian.
2.    Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa.
3.    Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa mengenai materi besaran dan satuan.
B.                   Pelaksanaan tindakan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi  Besaran dan Satuan , pada siswa kelas 7 F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010 - 2011. Langkah-langkah dalam  siklus I  ini antara lain  sebagai berikut :
1.    Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa bagan, skema pohon faktor, pada sebuah kertas media, untuk menyampaikan  materi pelajaran mengenai Besaran dan Satuan.
2.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai  materi Besaran dan Satuan.
3.    Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut :
·         Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang  Besaran dan Satuan ,  pada bagian tengah kertas dalam bentuk lingkaran atau pohon.
·         Membuat cabang-cabang masalah (topik) tentang Besaran dan Satuan secara lebih terperinci.
·         Membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Besaran dan Satuan .

4.    Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas yakni tentang Besaran dan Satuan, dengan memberikan batasan waktu mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan materi pembahasan  melalui konsep mind map tersebut.
5.    Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
6.    Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan  nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian  sebelumnya. Hasil penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :
Pada awal dimulai pembelajaran dapat dilihat
1.    Siswa kurang bersemangat bekerja secara kelompok dalam pembalajaran.
2.    Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran  dengan metode Peta Konsep.
3.    Siswa malas menjawab pertanyaan  dan saling menunggu teman atau kelompok lainnya.
4.    Aktivitas interaksi dalam kelompok, menyamakan persepsi, saling menanyakan dalam kelompok masing kurang
5.    Kurang disiplin dan percaya diri dalam menjawab soal masih merupakan butir yang lemah.
6.    Waktu tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu model pembelajaran dengan metode Peta Konsep kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I diatas dilakukan upaya sebagai berikut:
1)    Memotivasi siswa dengan menunjukkan alat-alat peraga yang akan digunakan dalam Metode Peta Konsep berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2)    Peneliti perlu mengelola waktu dengan baik.
3)     Memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk lebih disiplin dan percaya diri sehingga mengetahui dan memahami pertanyaan agar dapat menjawab dengan tepat.
4)    Perlu bimbingan yang intensif  melatihkan pentingnya berfikir bersama dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan setelah dilakukan tindakan-tindakan terjadi perubahan suasana kelas, antara lain:
1)    Siswa mulai terbiasa dengan kondisi pembelajaran menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dan mulai memahami langkah-langkahnya.
2)    Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran..
3)    Siswa sudah bisa melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dengan cepat melaksanakan pembentukan kelompok dan bersemangat bekerja dalan kelompoknya.
4)    Siswa mendengarkan soal yang dibacakan dengan penuh perhatian, menganalisia setiap pertanyaan dan sangat antusias untuk menjawab pertanyaan.
5)    Suasana pembelajaran semakin menyenangkan saat masing-masing kelompok berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari jawaban dengan antusias mencari tahu jawaban yang benar melalui peragaan.

C.                   Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas siklus pertama dilakukan observasi tentang aktifitas siswa dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan dengan metode Peta Konsep. Dalam observasi yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa yang menjadi aspek penilaiannya meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil belajar siswa melalui tes tertulis berupa soal-soal uji kompetensi berkaitan dengan materi yang dipelajari, yaitu besaran  dan satuan.
Hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

KETERANGAN
SIKLUS I
Prosentase rata-rata aktivitas siswa
72.79
Prosentase rata-rata hasil belajar siswa
68.64

Sedangkan grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
Gambar 1  Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus I

D.                   Refleksi
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1.    Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran tersebut masih baru bagi siswa.
2.    Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktifitas siswa mencapai 72,79%. Hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan untuk analisis deskriptif aktifitas seluruh siswa masuk dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar siswa diperoleh dari nilai uji kompetensi yang telah dianalisis dengan hasil nilai rata-rata seluruh siswa mencapai 68,64%, dan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 40 siswa kelas VII-F sebanyak 32 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 8 siswa yang tidak tuntas. Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.
3.    Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas, bersemangat bekerja dalam kelompoknya, dan dengan antusias mencari tahu jawaban pertanyaan yang benar melalui peragaan.
4.    Waktu pembelajaran masih tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka dibuat perencanaan untuk pelaksanaan siklus II agar dapat dicapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1)    Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam pembelajaran.
2)    Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal yang diberikan dengan tepat.
3)    Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa untuk  melatihkan pentingnya berfikir bersama dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
4)    Menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa dan memberikan tugas begi siswa yang belum tuntas.
5)    Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
6)    Menyusun angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep , untuk mengetahui respon siswa.

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan metode Peta Konsep siklus I dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:

1.            Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan  dan menjenuhkan.
2.            Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
3.            Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses pembelajaran.
4.            Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik dalam menguasai IPA Fisika.
5.            Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
6.            Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
7.            Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
8.            Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
9.            Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10.         Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.

Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:


Kategori Respon Siswa
Nomor Item Angket
Jml skor
Prosentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(%)
Sangat Setuju (SS)
24
23
24
25
23
23
24
25
25
23
240
59.85
Setuju
(S)
14
16
14
14
14
14
15
14
14
15
144
35.91
Tidak Setuju (TS)
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
14
3.49
Sangat Tidak Setuju (STS)
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
3
0.75













Jumlah
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
400
100

Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar  10  Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep



























Siklus II
Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan yang terjadi seperti yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah:
1)      Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
2)      Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktivitas siswa telah memenuhi memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan masuk dalan kriteria baik. Untuk evaluasi hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh hasil nilai rata-rata mencapai 68,64%, dengan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 48 siswa kelas VII-F sebanyak 40 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 10 siswa yang tidak tuntas Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.
3)      Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep  di kelas dan lebih bersemangat bekerja dalam kelompoknya.
4)      Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum terlaksana dengan baik.
Maka untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai pada siklus I, dibuat perencanaan kembali untuk siklus II berdasarkan refleksi tersebut. Sama seperti pada siklus I, siklus II ini juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a)      Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan perencanaan kembali yang disusun pada akhir siklus I, yaitu:
1)      Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam pembelajaran.
2)      Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal pertanyaan yang diberikan dengan tepat.
3)      Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa.
4)      Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
5)      Menyusun angket tanggapan siswa terhadap tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Angket disebar setelah pembelajaran siklus II selesai.
b)      Pelaksanaan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi  Satuan baku dan tidak baku , pada siswa kelas 7 F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010 - 2011. Langkah-langkah dalam  siklus II ( tindakan utama) ini antara lain  sebagai berikut :
7.      Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa slide power point , skema Peta Konsep  dengan media powerpoint yang disajikan di depan kelas , untuk menyampaikan  materi pelajaran mengenai Satuan baku dan tidak baku .
8.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai  materi Satuan baku dan tidak baku .
9.      Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut :
·         Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang  Satuan baku dan tidak baku ,  pada slide powerpoint yang disediakan guru di depan kelas.
·         Siswa bersama – sama diajak mengisi cabang-cabang masalah (topik) tentang Satuan baku dan tidak baku ke dalam slide powerpoint yang telah disediakan secara lebih terperinci.
·         Siswa bersama dengan guru membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Satuan baku dan tidak baku.

10.  Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas yakni tentang Satuan baku dan tidak baku , dengan memberikan batasan waktu mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan materi pembahasan  melalui konsep mind map tersebut.
11.  Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
12.  Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind map ini.

Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan  nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian  sebelaumnya. Hasil penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :

1)      Kegiatan pembelajaran semakin mengarah pada pembelajaran dengan metode Peta Konsep.

2)      Siswa sudah terbiasa dengan kelompoknya dan bekerja sama dengan kelompok dalam memecahkan soal-soal dari guru.
3)      Siswa lebih berani dan percaya diri mengemukakan pendapatnya dalam menyampaikan alasan-alasan dari jawaban yang diberikan mengenai peragaan yang disajikan.
4)      Siswa menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan peragaan langsung dan meyimak alasan yang tepat dari Guru yang menjadi kunci jawabannya.
5)      Suasana pembelajaran lebih menyenangkan lagi saat masing-masing kelompok berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari jawaban dengan antusias.
6)      Pengelolaan waktu sudah lebih baik dari siklus I, dapat menyelesaikan pembelajaran hingga penilaian sampai pada penyebaran angket dengan tepat waktu.
7)      Pada akhir pembelajaran siklus II angket disebarkan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
c)      Pengamatan
1) Hasil observasi aktifitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II  dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel  2  Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus II

KETERANGAN
SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas siswa
83.13
Prosentase rata-rata hasil belajar siswa
79.33

Jika disajikan dalam bentuk grafik grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

Gambar 9  Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus II
 













2)  Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
11.  Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan  dan menjenuhkan.
12.  Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
13.  Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses pembelajaran.
14.  Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik dalam menguasai IPA Fisika.
15.  Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
16.  Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
17.  Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
18.  Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
19.  Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
20.  Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Kategori Respon Siswa
Nomor Item Angket
Jml skor
Prosentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(%)
Sangat Setuju (SS)
26
24
24
24
28
26
26
28
26
27
259
64.75
Setuju
(S)
11
13
13
14
10
12
12
11
13
11
120
30.00
Tidak Setuju (TS)
3
3
3
2
2
1
1
1
1
1
18
4.5
Sangat Tidak Setuju (STS)
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
3
0.75













Jumlah
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
400
100

Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar  10  Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep



 












d)     Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1)            Meningkatnya aktivitas siswa yang meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan yang telah menunjukkan peningkatan prosentase keaktifan siswa secara keseluruhan lebih dari 10%, yaitu pada siklus I sebesar 72,79 % menjadi 83,11 % pada siklus II dan masuk kriteria baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II.
2)            Peningkatan hasil belajar siswa dari hasil analisis nilai uji kompetensi siswa yang menunjukkan prosentase nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27 % pada siklus II dengan tingkat prosentase ketuntasan kelas siklus I sebesar 79,17 % dan siklus II sebesar 97,8 %. Prosentase nilai rata-rata dan prosentasi ketuntasan kelas mengalami peningkatan lebih dari 10 %.  Jumlah siswa yang tuntas, dari siklus I  meningkat pada siklus II dimana pada siklus II hanya satu siswa saja yang dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan klasikal yang dicapai telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 80 %.
3)            Respon siswa terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan prosentase sebesar 61,3 % kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju (TS) 8,9 %, dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah prosentase sangat setuju dan setuju mencapai 90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju sekali.

Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Kaliwungu, jika dibuat dalam bentuk tabel dan grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4  Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Kaliwungu        
KETERANGAN
SIKLUS I
SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas siswa
72.79
83.13
Prosentase rata-rata hasil belajar siswa
68.64
79.33
                       

                                    Jika disajikan dalam bentuk grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:











Gambar  11  Grafik peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Kaliwungu

  1. Pembahasan Hasil Penelitian
Model pembelajaran dengan metode Peta Konsep ini menempatkan siswa untuk lebih banyak mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah, ketepatan berfikir ilmiah, berinteraksi dalam kelompok, dan pemahaman materi melalui peragaan langsung.
Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, tidak terlaksananya bagian penutup disebabkan masih belum terampil dalam pembelajaran Peta Konsep akibatnya waktu tidak cukup.  Untuk itu dilakukan perengelolaan waktu dengan baik pada siklus II.
Masih kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling berinteraksi, meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah kurangnya bimbingan guru dalam mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam kelompok. Guru hanya membimbing melakukan peragaan dan menjawab kuis.
Hasil observasi pembelajaran siklus II  berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Bimbingan intensif baik dari segi menganalisis dan menjawab setiap pertanyaan dalam Peta Konsep secara berkelompok maupun mengajarkan keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas melakukan peragaan, berfikir bersama (berinteraksi, meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab pertanyaan cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa meningkat dari kriteria baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II. Ini berarti sudah di atas indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik dan dampak positifnya adalah meningkatnya aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.
Ketidaktuntasan hasil belajar  siswa pada siklus I  ada hubungannya dengan masih ada siswa yang bekerja sendiri dalam pembelajaran Peta Konsep atau menjawab pertanyaan pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang pintar.
Bentuk pertanyaan yang dirancang peneliti berdasarkan peragaan yang berkaitan dengan deskripsi suatu konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi melihat peragaan dan mendengarkan  pertanyaan yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab dan memacu siswa untuk berfikir ilmiah terhadap peragaan-peragaan yang disajikan agar siswa dapat menjawab soal kuis secara kelompok kemudian mencari tahu jawabannya melalui pembuktian dari peragaan yang ditampilkan sehingga pemahaman siswa pada materi yang diajarkan menjadi lebih meningkat.
Pemahaman siswa yang meningkat berpengaruh langsung pada kemampuan siswa mengerjakan soal-soal uji kompetensi yang diberikan sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Ketidaktuntasan siswa pada siklus I disebabkan siswa masih kurang mengerti dan belum terbiasa menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep sehingga kurang menguasai juga materi yang diajarkan. Pada siklus II siswa menjadi lebih antusias terhadap pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktifitas siswa dan meningkatkan pula hasil belajar siswa sehingga ketuntasan belajar meningkat. Peningkatan terjadi pada aktifitas siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan.
Dari respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan merupakan hal baru, siswa merasa senang mengikuti pelajaran, kuis lebih mudah dipahami, memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa pembelajaran fisika yang menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep mendapat respon positif dari siswa.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN



A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan metode Peta Konsep  dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi Besaran dan Satuan pada siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Kaliwungu Kabupaten Kendal  Tahun Pelajaran 2010/2011. Rerata ulangan harian sebelum tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33 pada siklus II. Prosentase rata rata aktivitas siswa sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada siklus I dan 83,13 pada siklus II.

B.     Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, disarankan kepada rekan guru yang mempunyai permasalahan dengan karakteristik kelas dan penyebab masalah yang (relatif) sama direkomendasikan untuk :
1)            Mengaplikasikan  teknik pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah terhadap rendahnya  motivasi, keterlibatan berproses  dan prestasi belajar siswa sekaligus sebagai upaya inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
2)            Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan bahan diskusi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya guru dalam menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui penggunaan strategi yang tepat dan menarik.
3)            Memberikan masukan dan koreksi demi kesempurnaan dan meningkatnya wawasan penulis dalam karya-karya penelitian selanjutnya
C.    Saran-saran
1)              Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus penelitian diharapkan tetap dilanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih signifikan.
2)              Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validitasnya belum memuaskan, siklus berikutnya dapat mencoba dengan intrumen yang lebih standar.
3)              Pada akhir siklus kedua,  tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang ditentukan belum maksimal. Siklus berikutnya diharapkan dapat lebih meningkatkan keterlibatan berproses siswa, prestasi hasil belajar dan respon positif siswa.
 DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi. 2005  Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hatimah Ilhat, dkk. 2007. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan. Jakarta:   Universitas Terbuka.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Proyek pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga kependidikan dirjen dikti depdikbud.
Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama Widya.


BIODATA PENULIS

1
Nama Lengkap
SUKASMO, S.Pd
2
Tempat / Tgl. Lahir
Sukoharjo, 13 Juni 1971
3
N I P
19710613 199512 1 001
4
Jenis Kelamin
Laki - laki
5
Pangkat/Gol. Ruang
Pembina/IV a
6
Unit Kerja
SMP Negeri 2 Kaliwungu Kendal
7
Jabatan
Guru
8
Mata Pelajaran
IPA Fisika
9
Alamat Sekolah
Jl. Srogo Plantaran, Kec. Kaliwungu
Kabupaten Kendal 53172
10
Telepon Sekolah
(0294) 3686866
11
Alamat Rumah
RT 02/RW 10 Demangan Krajan Kulon,Kec. Kaliwungu – Kab. Kendal
12
Telepon sekolah
HP
1.      (0294)3686866
2.      081325720520
13
ALamat E-mail
sukasmo@gmail.com










4 comments:

  1. izin copy untuk belajar membuat PTK. Terima kasih Pak.

    ReplyDelete
  2. terima kasih gan atas sharing ilmunya...tapi sayang gambar2nya tdk tampil
    salam blogger

    ReplyDelete
  3. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete
  4. Terimakasih, sangat bermanfaat, mohon ijin copast ya.

    ReplyDelete