PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS KONTEKS DAN ASESMEN AUTENTIK DI SMP/MTs PROVINSI MALUKU

Dr. I.H. Wenno, S.Pd, M.Pd

Abstrak:
Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan produk strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen autentik pada siswa, meneliti kualitas strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen, mengetahui dampak strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen autentik yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan prestasi siswa. Tipe penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan dengan model pengembangan yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Tahap-tahap pengumpulan data terdiri dari need assessment, pengembangan hasil need assesment, berupa penyusunan desain model pembelajaran termasuk penyusunan panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, penyusunan panduan model asesmen autentik melalui uji unjuk kerja, dan validasi  ketiga produk. Instrumen untuk pengumpulan data berupa rubrik unjuk kerja, instrumen kompetensi guru sains, minat siswa terhadap sains (aspek afektif),  sikap ilmiah siswa terhadap sains (aspek afektif), dan kemampuan siswa memecahkan masalah sains (aspek kognitif dan psikomotor).Teknik pengumpulan data menggunakan angket, observasi, wawancara dan tes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis data diskriptif kuantitatif dengan MANCOVA (multivariate analysis of covariance), dan deskriptif kualitatif dilanjutkan dengan uji pengaruh/perbedaan strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen autentik. Hasil analisis kebutuhan menunjukan bahwa dari segi sarana prasarana dalam pembelajaran sains SMP di Provinsi Maluku masih kurang. Dari segi proses pembelajaran, guru sains masih belum kreatif, model pembelajaran dan penilaian yang digunakan masih menggunakan model lama yang konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar sains siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen autentik sangat baik, bila dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran dan penilaian yang konvensional.

Kata-kata kunci: Strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan asesmen autentik
  

SCIENCE  TEACHING STRATEGY DEVELOPMENT  BASE ON CONTEXTUAL AND AUTHENTIC ASSESMENT MODELS OF STUDENTS ON JUNIOR HIGH SCHOOLS AT MOLLUCAS PROVINCE

Dr. I.H. Wenno, S.Pd, M.Pd

Abstract:
The aim of this research was to develop the products of science learning strategy base on contex and authentic assesment, to investigate the effect of science learning strategy base on contexl and authentic assesment towards the student learning increase. Research type was research and development (R and D) with models developed by Borg & Gall. The first step was need assessment, development of need assesment results include the learning models design, science learning strategy base on contex and authentic assesment  methodes based on students characterisation, and followed by authentic assesment models and validation of the products. The instruments used in this research were work sheets paper, science teacher competence instruments, students interest in science, scientific attitude of students, and problem solving  students abillity. The data was collected by quistionaire, talkative, and test. The data was collected analysed using quantitative discriptif by multivariate analysis of covariance (MANCOVA), and qualitative discriftif with followed by test of diference of science learning methodes.  The need assesment towards the facility of learning results shows that there was so much equipments of learning and teaching process must be added. On the other side  the models used by teacher include assesment was the old models. The results of this research shows that the physycs science teaching of students with science teaching methodes and authentic assesment is very good compare wih the old and convensional models used by teachers.  

Keywords: Contex science learning strategy, and autentic assessment



BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan bidang pendidikan di Provinsi Maluku telah digariskan dalam rencana strategis pembangunan pendidikan yaitu membangun kembali infrastruktur pendidikan yang hancur atau rusak akibat pertikaian dan mendorong peningkatan kualitas dunia pendidikan di Maluku melalui pengembangan berbagai perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), dan institusi yang diperlukan, sehingga dapat menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing yang handal.
            Secara umum, hasil UN di Maluku masih rendah (kelulusan tahun 2009 sampai sekarang) Gambaran di atas menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran di sekolah di Provinsi Maluku perlu ditingkatkan, termasuk di dalamnya strategi mengajar  sains. Strategi mengajar sains adalah tindakan guru melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa dengan menerapkan berbagai metode, pendekatan, model dan media pembelajaran yang berhubungan dengan tiga unsur, yaitu kreativitas, bahan ajar/bahan kajian, dan keterampilan proses sains. Dalam penerapan strategi mengajar sains dan asesmen autentik di sekolah saat ini guru sains belum memberi  kesempatan yang optimal kepada siswa untuk dapat mengembangkan kreativitasnya dan bagaimana menilai kompetensi siswa dalam proses pembelajaran sains tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor misalnya: (1) gaya mengajar guru sains yang selalu menyuruh siswa untuk menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut; (2) pembelajaran sains umumnya banyak dilakukan dengan cara menghafal dan sangat minim dengan kerja laboratorium; (3) masih banyak guru sains yang berpendapat bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan  dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep sains; (4) soal-soal ujian semester dan akhir kurang memotivasi siswa berpikir kreatif, karena soal-soal yang diajukan hanya dititik beratkan pada aspek kognitif yang umumnya instrumen berbentuk tes pilihan ganda, dan (5) fasilitas sekolah untuk menopang siswa mengembangkan kreativitasnya, terutama yang berkaitan dengan perkembangan sains dan teknologi umumnya kurang memadai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana mengembangkan strategi mengajar sains berbasis konteks dan model asesmen autentik pada siswa SMP/MTs kelas VII di Provinsi Maluku?
2.      Seberapa besar kualitas strategi mengajar sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang telah dikembangkan pada siswa SMP/MTs Kelas VII di Provinsi Maluku?
3.      Seberapa besar dampak dari pengembangan strategi mengajar sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan prestasi siswa dan guru sains SMP/MTs di Provinsi Maluku?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian   yang   akan   dilaksanakan ini   secara   rinci   bertujuan   untuk:
1.      Mengetahui strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan model asesmen autentik pada siswa SMP/MTs kelas VII di Provinsi Maluku
2.      Mengetahui kualitas strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang telah dikembangkan pada siswa SMP/MTs Kelas VII di Provinsi Maluku?
3.      Mengetahui dampak dari pengembangan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan prestasi siswa dan guru sains SMP/MTs di Provinsi Maluku?

D. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
            Produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebuah strategi mengajar sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik dalam bentuk buku panduan pada siswa SMP/MTs kelas VII di Provinsi Maluku, yaitu tindakan guru melaksanakan rencana, dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa yang dikombinasi dengan berbagai metode, pendekatan, model, dan media pembelajaran didasarkan pada karakteristik siswa yang didesain dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran berbasis kontekstual dan asesmen autentik yang dapat memberikan informasi secara tepat, serta terarah dalam peningkatan kualitas mengajar guru sains dan kemampuan siswa memecahkan masalah sains di sekolah.



BAGIAN II
KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Mengajar Sains Berbasis Konteks  
Strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa (goal oriented and student center). Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, pendekatan, model pembelajaran, metode dan media, serta asesmen dan tindakan lanjut) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Atau dapat dikatakan strategi sebagai sesuatu yang dipelajari dan dimodifikasi dalam berbagai bentuk teknik pembelajaran, sehingga membuat suasana mengajar yang humanis sesuai dengan karakteristik siswa (Heather, 1999: 5).

Lebih lanjut dikatakan oleh Kidsvatter et al., (1996: 196) bahwa strategi  formal yang dikembangkan berdasarkan  penelitian pembelajaran yang efektif dan menekankan pada hasil  belajar yang lebih tinggi adalah: a) pembelajaran aktif: fokus akademik, pembelajaran diarahkan oleh guru dengan menggunakan bahan   yang  terstruktur dan berurutan, b) pembelajaran masteri (pembelajaran tuntas): suatu pendekatan diagnostik individu pada pembelajaran di mana siswa melakukan pembelajaran dan diuji sesuai dengan  kecepatannya   untuk mencapai kompetensi, dan c) pembelajaran kooperatif: penggunaan tutor sebaya, pembelajaran bersama, dan kerjasama untuk mendorong siswa belajar. 

Dengan demikian strategi mengajar pada intinya adalah tindakan nyata atau praktek guru melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif, terarah, dan lebih efisien. Dengan kata lain strategi mengajar adalah teknik yang digunakan dalam melaksanakan/praktek mengajar di kelas. Oleh karena itu mengajar seharusnya diartikan sebagai menciptakan situasi, kondisi, dan kemudahan, memberi pengarahan dan bimbingan yang mengantar siswa melakukan sederetan proses secara berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mendefenisikannya, bukan menginformasikan pengetahuan secara verbal untuk diterima dan dihafal.
            Menurut Blanchard  (2005: 6), pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajarannya. Adapun hubungan antar komponen pembelajaran sains berbasis kontekstual.
 dengan segala isinya. Hubungan yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari gejala yang terjadi di alam. Menurut Winataputra, (1993), sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Carin dan Sund (1990: 4) menyatakan bahwa: “science is the system of knowing about the universe through data collected by observation  and controlled experimentation. As data are collected, are advanced to explain and account for what has been observed.
            Carin and Sund (1990: 2), dalam bukunya: Teaching Modern Science, menyatakan:
.........science is a human activity that has evolved as an intellectual tool to facilitate describing and ordering the environment. Once one accepts the idea that science does not exist in any other realm but the mind, it ceases to be “ thing”, an entity with its own existence. Though scientific truth or fact is ideally objective, it is subject to human perception and logic......As a method, science is relatively stable and universally applied, while as body knowledge, it is constantly changing.
Sains sebagai proses juga dapat meliputi kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat prosedur. Sementara nilai-nilai sains berhubungan dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, manfaat sains untuk sains dan kehidupan manusia, serta sikap dan tindakan (misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, hemat, dan pengambilan keputusan). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
 











Gambar 3.    Hubungan antara fenomena investigasi, proses santific, dan prodak santific (Carin & Sund, 1990:3)

C. Penerapan Strategi Mengajar Sains
            Penerapan strategi mengajar sains adalah tindakan guru melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.  Dalam penerapan strategi mengajar sains, guru sains perlu memperhatikan kurikulum, karakteristik siswa, lingkungan belajar dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, peranan strategi mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar yang humanis dan demokratis. Dengan strategi mengajar berbasis kontekstual ini diharapkan berkembangnya berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Strategi mengajar juga dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang dipakai oleh guru dalam kelas dan laboratorium yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tentang masalah yang di hadapi dalam proses belajar mengajar sains. Hal ini di lakukan karena strategi mengajar dapat membantu guru sains dan siswa secara bersama-sama dalam proses belajar dan mengajar (Muhibbin, 2000).
            Dalam strategi mengajar, guru sains dapat menerapkan berbagai metode, pendekatan, model dan media pembelajaran, misalnya; metode ceramah dialogis, metode cerdas, metode tanya jawa, metode diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode demonstrasi dan eksperimen, metode POEI, dan metode kerja kelompok, pendekatan discovery dan pendekatan pemecahan masalah dan model pembelajaran creative problem solving (CPS) yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, dan materi yang akan diberikannya.

D. Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Sains
            Target pembelajaran sains ini selain mengembangkan aspek kognisi juga meningkatkan keterampilan proses, sikap, kreativitas dan kemampuan aplikasi konsep (Yager, 1996:9). Mengingat antara belajar dan penilaian mempunyai hubungan yang erat, maka agar siswa terdorong untuk mengembangkan daya kreasi dan keterampilan berpikirnya hendaknya penilaian yang dilakukan tidak hanya ditujukan pada aspek penguasaan konsep saja, namun perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap proses belajar siswa atau aktivitas siswa, karya siswa, dan sikap siswa. Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa tersebut adalah menggunakan asesmen autentik. Asesmen autentik menuntut tertampilkannya kompetensi dan kreativitas serta inisiatif yang lebih luas dari diri siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Niddhi Khattri dkk. (1995: 80), bahwa penilaian terhadap berbagai aspek kinerja siswa memiliki pengaruh positif di kelas, karena melengkapi guru dengan acuan pedagogis yang membantu mengembangkan teknik instruksional yang efektif. Penilaian juga menyediakan informasi secara komprehensif mengenai kemajuan belajar siswa termasuk kekuatan dan kelemahannya.
            Arends (1997: 284) menyatakan bahwa asesmen autentik berkaitan dengan penilaian penampilan siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata. Menurut Glencoe (1999: 1) asesmen autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa kompetensi telah benar-benar dikuasai. Adapun prinsip-prinsip penilaian autentik, yaitu: a) proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran, b). Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata  bukan masalah dunia sekolah, c). penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guru, siswa dan esensi pengalaman belajar, d) penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif dan sensori-motorik).








BAGIAN III
METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan
            Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (R&D). Dalam penelitian ini, akan dikembangkan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan asesmen autentik, yang merupakan tindakan guru melaksanakan rencana, dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan bertahap dan berkesinambungan selama 3 tahapan, dengan langkah-langkah seperti yang diuraikan di bawah ini:
Tahap I (Investigasi Awal)
            Pada tahapan ini terlebih dahulu dilakukan need assessment dengan menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang tujuannya adalah :
a)      Mengidentifikasi desain pembelajaran sains (perangkat pembelajaran: silabus dan RPP) yang digunakan.
b)      Mengidentifikasi kualitas mengajar guru sains.
c)      Mengidentifikasi pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dan laboratorium saat ini oleh guru sains SMP/MTs.
d)     Mengidentifikasi pendekatan, alat peraga, media dan model pembelajaran di kelas dan laboratorium yang digunakan.
e)      Mengidentifikasi sarana-prasarana pembelajaran sains (laboratorium).
f)       Mengidentifikasi dampak implementasi penerapan strategi  pembelajaran sains di kelas dan laboratorium.
g)      Mengidentifikasi model-model penilaian yang digunakan dalam menilai keterampilan dalam proses pembelajaran sains di kelas dan  di laboratorium.
h)      Mengidentifikasi cara belajar siswa dalam pembelajaran sains di kelas dan laboratorium.
Tahap II (Pengembangan Desain)
            Pada tahap kedua ini dilakukan  pengembangan hasil penelitian tahapan pertama, yakni penyusunan dan rancangan desain yang langkah-langkahnya adalah seperti berikut ini:
a)      Menyusun strategi mengajar sains berbasis kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Produk berupa strategi mengajar sains berbentuk buku panduan.
b)      Menyusun model asesmen autentik melalui uji unjuk kerja.
c)      Validasi  kedua produk tersebut di atas dengan melibatkan para ahli (expert), yaitu; (1) ahli penelitian R & D, (2) strategi mengajar, (3) belajar dan pembelajaran, (4) ahli pengukuran dan (5) desain (rancangan), sehingga ketiga produk tersebut memiliki validitas isi dan validitas konstruk  yang bisa dipertanggung jawabkan.

Tahap III (Implementasi)
Pada tahap ini akan dilaksanakan uji coba (eksperimen) tentang: (1) produk I; strategi mengajar sains berbasis kontekstual, dan (2) produk II; model asesmen autentik. Hasil penelitian yang diharapkan adalah :  
a)      Panduan strategi mengajar sains berbasis kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa pada SMP/MTs di Provinsi Maluku.
b)      Panduan model asesmen autentik melalui uji unjuk kerja.

2. Prosedur Pengembangan
Adapun pengembangan dan validasi strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan asesmen autentik, dapat dilihat pada Gambar 4.

            Diamond: Revisi 1Rounded Rectangle: Model Awal














Terpenuhinya kriteria  keefektifan dan keterlaksanaan model yang dikembangkan
 
Uji Validasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
 
Alur Pengembangan
 
Keterangan Gambar:
 

Oval: Model Akhir
Alur Revisi Model
 
 
 



Gambar 4. Diagram Alur Uji Strategi  Pembelajaran Sains dan Model Asesmen Autentik
Pada studi pendahuluan disusun desain strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang didasarkan pada kajian beragam teori, dan survei lapangan yang berkaitan dengan konsep dan tujuan pembelajaran sains di SMP/MTs. Setelah desain dibuat berbentuk buku panduan, maka desain tersebut divalidasi oleh para ahli (expert judgement), yakni: (1) penelitian, dan pengembangan, (2) belajar dan pembelajaran, (3) instrumen penelitian, (4) pengukuran, dan penilaian pendidikan dilanjutkan dengan uji coba, analisis, dan implementasi pengembagan strategi mengajar sains berbasis kontekstual dan model asesmen autentik.
Untuk lebih jelasnya diagram alur uji strategi mengajar sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik dapat dijelaskan di bawah ini:
a. Model Awal (Produk I)
            Pengembangan model awal dimulai dengan mengembangkan produk awal berdasarkan analisis kebutuhan (need assesment) dari hasil penelitian tahap pertama (studi deskriptif dan kajian konseptual), serta strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang dikembangkan mencakup identifikasi tujuan asesmen, identifikasi kompetensi sains, materi sains, meliputi kompetensi pemahaman konsep, penerapan dan kemampuan memecahkan masalah sains. 

b. Model Utama (Produk II)
Model utama adalah model pengembangan dari model awal setelah mendapatkan masukan dari ahli ilmu sains, dan ahli ilmu penilaian. Pada model utama, hasil penilaian para ahli (lembaran penilaian kualitas buku panduan) dilakukan untuk mengadakan perbaikan terhadap model yang dikembangkan, dilihat dari ketepatan isi (substansi), keterbacaan, kemenarikan, serta untuk mendapatkan legitimasi dari pihak yang terkait bidang keilmuan.

c. Model Operasional (Produk III)
            Model operasional adalah model pengembangan dari model utama setelah mendapatkan  masukan dari guru dan siswa yang nantinya akan menggunakan buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik.

d. Model Teruji (Pruduk IV)
            Model teruji adalah tahapan pengembangan dari model operasional setelah dilakukan uji kelayakan dan uji lapangan kepada siswa dan guru dengan cara simulasi di dalam kelas. Uji lapangan dilakukan dalam bentuk penerapan strategi mengajar sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik oleh peneliti dan guru untuk melakukan penilaian kepada siswa dalam proses pembelajaran sains di kelas dan laboratorium.

e. Model Akhir (Produk V)
            Model Akhir adalah model yang sudah teruji, kemudian diimplementasikan di dalam kelas dan laboratorium yang sesungguhnya dan diuji keefektifan dan keterlaksanaannya. Kefektifan yang diuji adalah keefektifan dalam peningkatan pemahaman sains, kemampuan siswa memecahkan masalah sains, sikap siswa terhadap sains, dan minat siswa belajar sains. Perlakuan dilakukan selama satu semester.
           


f. Tahap Pengujian Keefektifan dan Keterlaksanaan Model
            Setelah produk IV, strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik lengkap (baik) melalui proses pengembangan, selanjutnya dilaksanakan uji keefektifan. Tahap pengujian keefektifan, dan keterlaksanaan model dilakukan dengan penelitian kuasi eksperimen. Keefektifan yang diuji adalah keefektifan dalam peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah sains, sikap siswa terhadap sains, dan minat siswa terhadap sains. Perlakuan dilakukan selama satu semester.
            Dalam uji keefektifan model teruji, digunakan penelitian kuasi eksperimen yang secara skematis digambarkan sebagai berikut:
 

O1                   X1                    O2

 


O3                   X2                    O4
Gambar 5.  Desain: Pretest-Postest Control Group Design (Uji Keefektifan Produk)

Keterangan:
O1       =   Uji awal  pada kelompok perlakuan.
O2       =   Uji akhir pada kelompok perlakuan.
O3       =   Uji awal pada kelompok kontrol.
O4       =   Uji akhir pada kelompok kontrol.
X1        =   Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran sains    berbasis konteks dan model asesmen autentik.
X2        =    Proses pembelajaran dan asesmen konvensional.

C. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba IV (Produk Teruji)
Uji coba dimaksudkan untuk memperoleh data secara lengkap yang dapat digunakan sebagai bahan revisi produk IV. Aspek yang divalidasi dalam tahap uji coba meliputi: pengembangan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik.

2. Subjek Uji Coba Produk IV
Subjek uji coba atau responden yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari siswa SMP/MTs kelas VII dan guru sains. Pemilihan subjek uji coba pada masing-masing tahap didasarkan karakteristik dan jumlah subjek uji coba. Artinya, penentuan subjek uji coba pada tahap pertama ke tahap berikutnya, ragam karakteristik dan jumlahnya semakin meningkat. Subjek penelitian ini tersebar di 2 Kabupaten di Provinsi Maluku, yakni, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) (4 Sekolah), yakni; SMP Negeri 1 Kairatu, SMP Negeri 4 Kairatu, MTs Waimital, SMP 5 Kairatu, SMP Negeri 1 Seram Barat, SMP Kristen Seram Barat dan  Kota Ambon (2 Sekolah), yakni; SMP  Negeri 7 Ambon dan SMP Negeri 8 Ambon. Adapun jumlah subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel  1.

Tabel  1. Sebaran Subjek Penelitian pada 2 Kabupaten di Provinsi Maluku
Subjek Penelitian
(Kabupaten Seram Bagian Barat)
Subjek Penelitian
(Kota Ambon)
Total
Guru Sains
Siswa
Guru Sains
Siswa
Ã¥SG
Ã¥SS
24
90
9
42
33
132
J    u   m   l    a    h
33
132

Keterangan:
  • Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB)
1. SMP Negeri 1 Kairatu (22 siswa dan 6 orang guru)
2. SMP Negeri 4 Kairatu (18 siswa dan 6 orang guru)
3. SMP Negeri 5 Kairatu (15 siswa dan 4 orang guru)
4. MTs Waimital ( 15 siswa dan 2 orang guru)
5. SMP 1 Seram Barat (10 siswa dan 4 orang guru)
6. SMP Kristen Seram Barat (10 siswa dan 2 orang guru
  • Kota Ambon
1. SMP Negeri 7 Ambon (21 siswa dan 5 orang guru)
2. SMP Negeri 8 Ambon (21 siswa dan 4 orang guru)
Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar peta Provinsi Maluku di bawah ini:

 
Gambar 3.3.  Lokasi Penelitian pada Dua Kabupaten di Provinsi Maluku




BAGIAN IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Pembelajaran Sains
Setelah peneliti melakukan analisis kebutuhan, dan penelitian tahap awal proses pembelajaran sains pada 8 sekolah  yang tersebar pada 2 Kabupaten di Provinsi Maluku, hasil pembelajaran sains bervariasi, ada yang tinggi, sedang dan rendah  dengan minat, sikap dan kemampuan memecahkan masalah yang variatif juga. Dengan demikian peneliti mencoba untuk mengembangkan sebuah strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sains dan kualitas hasil belajar siswa. Pengembangan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang diterapkan dalam proses pembelajaran sainsa mampu mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran sains, siswa dapat bekerja secara kooperatif, mampu mengajukan pertanyaan, baik secara individual maupun secara kelompok di kelas dan laboratorium, dan dapat menghasilkan suatu panduan yang spesifik sesuai dengan pembelajaran sains di kelas dan laboratorium di Provinsi Maluku. Dari hasil uji coba terbatas pada 4 sekolah diperoleh hasil, seperti Tabel 2 di bawah ini yang menggambarkan nilai rata-rata, standar deviasi dari variabel-variabel penentu keefektifan strategi mengajar sains berbasis konteks  dan model asesmen autentik.
Tabel. 2.  Data Hasil Uji Coba Terbatas
Kegiatan
Variabel
N
Rata-rata
Standar Deviasi
Nilai t hitung
df
t-tabel
Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
Sikap

13
20
33
84,46
103,85
96,21
8,100
8,56
12,68
42,12
31
1,70

Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
Minat

13
20
33
105,92
114,40
111,06
12,44
5,81
9,79
7,07
31
1,70

Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
KMMSF

13
20
33
15,77
16,00
15,91
2,49
1,97
2,16
2,08
31
1,70

Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
Kompetensi
Guru

13
20
33
150,46
169,50
162,00
30,30
12,48
22,92
6,35
31
1,70

   Sumber: Data Penelitian

Setelah peneliti melakukan uji coba terbatas pada 2 sekolah di Provinsi Maluku,  dilanjutkan dengan pengujian yang lebih luas pada 4 sekolah, yakni SMP Negeri 1 Kairatu, SMP Negeri 4 Kairatu, SMP Negeri 5 dan SMP Negeri 8 Ambon.
            Data hasil pengujian strategi mengajar sains-fisika berbasis kontekstual dan model asesmen autentik pada SMP Negeri 1, SMP Negeri 4 Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan SMP Negeri 8 Ambon dengan jumlah siswa 132 siswa, ditunjukan pada Tabel 3 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 3  terlihat bahwa pengujian dua kali, yaitu 3 dan 4. Model ini dapat dinyatakan efektif apabila nilai uji coba ke-4 lebih besar dari uji coba ke-3.

Tabel  3. Data Uji Coba yang Lebih Luas pada SMP/MTs di Provinasi Maluku
Kegiatan
Variabel
N
Rata-rata
Standar Deviasi
Nilai Min
Nilai Max
Nilai t hitung
df
t-tabel
Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
Sikap

88
132
220
80,00
99,49
91,32
7,30
8,23
12,44
67,00
82,00
67,00
98,00
121,0
121,0
42,12
218
2,00

Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
Minat

88
132
220
103,41
115,88
110,89
11,22
5,81
10,38
72,00
99,00
72,00
132,0
129,0
132,0
8,17
218
2,00

Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
KMMSF

88
132
220
14,72
15,58
15,23
2,55
2,00
2,27
8,00
10,00
8,00
19,00
19,00
19,00
7,82
218
2,00

Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
Kompetensi
Guru

13
20
33
165,40
178,68
162,00
30,35
12,44
22,92
101,0
147,0
101,0
196,0
195,0
196,0
6,35
30
2,02

   Sumber: Data Penelitian

Dari hasil penelitian di atas, dapat digambarkan juga bahwa respon siswa dan guru sains terhadap produk strategi mengajar sains-fisika berbasis konteks, dan model asesmen autentik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel  4. Data Respon Siswa dan Guru Sains
No
Skor Respons Siswa dan
Guru Sains
Frekuensi
Kategori Respons Siswa dan Guru Sains
Siswa
Guru
1.
2.
3.
4.
5.
> 72
54 - 71
36 -  53
18 – 35
< 18
56
38
20
12
6
11
5
4
-
-
Sangat Positif
Positif
Sedang
Negatif
Sangat Negatif

J u m l a h
132
20


2. Deskripsi Varibel Penentu Kualitas dan Dampak Prodak yang Dihasilkan
a. Variabel Kompetensi Guru Sains
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian menyangkut kompetensi guru sains yang berhubungan dengan tahap awal pembelajaran, proses pembelajaran dan tahap asesmen dan tindakan lanjut pada 20 guru sains di SMP/MTs, dengan kualifikasi kompetensi dapat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel  5.  Konversi Kompetensi Guru dalam Mengajar Sains di SMP/MTs
Interval Skor
Frekuensi
(f)
Presen
(%)
Klasifikasi Kompetensi Guru dalam Mengajar
> 185
150 – 185
114 – 150
79 – 114
< 79
2
17
1
-
-
10,0
85,0
5,0
-
-
Sangat Efektif atau Sangat Kompeten
Efektif atau Kompeten
Cukup Efektif atau Sedang
Tidak Efektif atau Kompeten Rendah
Sangat Tidak Efektif/Tidak Kompeten
J u m l a h
20
100

Dari Tabel 5 di atas, lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram kompetensi guru sains-fisika dalam proses pembelajaran, seperti tampak pada     Gambar.1.
Gambar 1. Diagram Kompetensi Mengajar Sains di SMP/MTs

Rata-rata nilai kompetensi guru sebesar 178,68, dan dapat dikatakan bahwa guru sains-fisika di SMP/MTs Provinsi Maluku kompeten/efektif di dalam melaksanakan proses belajar mengajar sains-fisika di kelas dan laboratorium.

b. Variabel Sikap Siswa terhadap Sains-Fisika
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian menyangkut sikap siswa terhadap sains-fisika dengan melibatkan 132 siswa di SMP/MTs, dengan kualifikasi dapat dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel  6.  Konversi Sikap Siswa terhadap Sains
Interval Skor
Frekuensi
(f)
Presen
(%)
Kualifikasi Sikap Siswa terhadap Sains-Fisika
> 109
88 - 109
68 - 88
47 – 68
< 47
13
111
8
-
-
9,85
84,09
6,06
-
-
Sangat Positif atau Sangat Tinggi
Tinggi atau Positif
Cukup atau Sedang
Rendah/Negatif
Sangat Negatif atau Rendah
J u m l a h
132
100

Dari Tabel 4.5 di atas, lebih jelanya dapat digambarkan dalam bentuk diagram sikap siswa terhadap sains-fisika, seperti tampak pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Sikap Siswa terhadap Sains-Fisika di SMP/MTs
Rata-rata nilai sikap siswa terhadap sains-fisika sebesar 99,49, dan dapat dikatakan sikap siswa SMP/MTs di Provinsi Maluku positif di dalam proses belajar mengajar sains-fisika di kelas dan laboratorium.

c. Variabel Minat Belajar Sains
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian menyangkut minat belajar sains-fisika dengan melibatkan 132 siswa di SMP/MTs, dengan kualifikasi dapat dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel  7.  Konversi Minat Belajar Sains
Interval Skor
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Kualifikasi Minat Belajar Siswa
> 126
102 - 126
78 - 102
> 54 - 78
< 54
3
128
1
-
-
2,27
96,97
0,78
-
-
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
J u m l a h
132
100


Dari Tabel 7 di atas, lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram minat belajar sains-fisika, seperti tampak pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Minat Belajar Siswa
Rata-rata nilai minat belajar siswa sebesar 115,88, dapat dikatakan bahwa minat belajar siswa SMP/MTs di Provinsi Maluku tinggi di dalam proses belajar mengajar sains-fisika di kelas dan laboratorium.
 d. Variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Sains-Fisika
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian menyangkut kemampuan memecahkan masalah sains-fisika dengan melibatkan 132 siswa di SMP/MTs, dengan kualifikasi dapat dapat dilihat pada Tabel 8.


Tabel  8.  Konversi Kemampuan Memecahkan Masalah Sains

Interval Skor
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Kompetensi  Proses Belajar Mengajar
> 16
12 - 16
8 - 12
4 - 8
< 4
48
82
2
-
-
2,27
96,97
0,78
-
-
Sangat Baik
Baik
Sedang/Cukup
Kurang
Sangat Kurang
J u m l a h
132
100

Dari Tabel 8 di atas, lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram kemampuan memecahkan masalah sains-fisika, seperti tampak pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Kemampuan Siswa Memecahsalah Sains
Rata-rata nilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sebesar 15,58, dan dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sains SMP/MTs di Provinsi Maluku baik.
Hasil rangkuman analisis deskriptif variabel penentu keberhasilan prodak yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel. 9. Rangkuman Rata-Rata Nilai Variabel Penentu
No.
Variabel Penentu
Rata-Rata Nilai
Kriteria
1.
Kompetensi Guru Sains-Fisika
178,68
Kompeten
2.
Sikap Siswa terhadap Sains-Fisika
99,49
Positif
3.
Minat Belajar Siswa
115,88
Tinggi
4.
Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Sains-Fisika
15,58
Baik
Analisis data yang dilakukan untuk menguji model dari penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, di antaranya:
1.  Keefektian Strategi Pembelajaran Sains berbasis Konteks dan Model Asesmen Autentik
Keefektifan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik ditinjau dari 3 aspek, yaitu terjadi peningkatan sikap terhadap sains, minat terhadap sains dan kemampuan memecahkan masalah sains antara kelompok pertama yang dibandingkan dengan kelompok yang kedua dengan diberikan perlakuan strategi mengajar sains-fisika berbasis kontekstual dan model asesmen autentik (kelompok eksperimen) dan kelompok kedua diberikan model pembelajaran dan model asesmen yang konvensional (kelompok kontrol). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis
Aspek
Kelompok
Rata-Rata
Standar Deviasi
Jumlah Sampel
Sikap terhadap sains-fisika
Perlakuan
Kontrol

99,49
80,00

7,30
8,23
132
Minat terhadap sains-fisika
Perlakuan
Kontrol

115,88
103,41

99,0
72,0
132
Kemamppuan memecahkan masalah sains-fisika
Perlakuan
Kontrol

15,58
14,72
10,0
8,0
132

2. Uji Homogenitas matrik kovarian
            Penggunaan teknik MANCOVA mengasumsikan bahwa matrik kovarian variabel dependen sama atau homogen pada kedua kelompok perlakuan. Adapun rumusan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) untuk pengujian homogenitas matrik kovarian adalah sebagai berikut:
Ho : Matrik kovarian sama pada kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Ha : Matrik kovarian berbeda pada kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
            Hasil uji homogenitas matrik kovarian  dengan statistik Levene dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel. 11. Hasil Uji Homogenitas
Nilai Levene Statistic
Fhit
P
Kesimpulan

20.16

1,10

0,05

Homogen
           
Berdasarkan Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa asumsi homogenitas matrik kovarian variabel dependen terpenuhi (P>0,05).

3. Uji Pengaruh Prodak Penelitian
            Estimasi MANOVA untuk pengujian pengaruh prodak mengenai efek perlakuan terhadap variabel dependen (post tes, secara multivariat dan univariat) setelah mengontrol 3 variabel kovariat (pre tes), menggunakan program SPSS-Release 13. Uji signifikansi multivariat didasarkan pada nilai probabilitas (P) dari 4 nilai Pillai’s Trace, Wilks Lamda, Hotelling Trace dan Roy’s Largest Root yang ditransfer ke dalam nilai “F”.
            Untuk uji multivariat, kriteria pengujian : jika probabilitas (P)>0,05, maka Ho diterima dan jika probabilitas (P) < 0,05, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil uji pengaruh prodak penelitian yang dilakukan dengan pengujian multivariat analisis kovariat dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji Multivariat
Efek
Wilks Lamda
Fhit
P
1.   Pre tes Sikap
2.   Pre tes Minat
3.   Pre tes Kemampuan Memecahakan Masalah Sains-Fisika
0,60
0,30
1,60

7,47
326,56
64,1
0,00
0,00
0,00
      Perlakuan
1,67
39,96
0,00

Produk akhir dari penelitian ini adalah berupa strategi pembelajaran sains berbasis konteks, model asesmen autentik dan sejumlah instrumen lainnya, yakni instrumen sikap siswa terhadap pembelajaran sains, minat siswa terhadap pembelajaran sains, kemampuan siswa memecahkan masalah sains (KMMS), instrumen tingkat penguasaan siswa, kompetensi guru dalam mengajar sains, dan mudul pembelajaran sains-fisika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa memecahkan masalah sains siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan asesmen autentik sangat baik, bila dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran, dan penilaian yang konvensional. Hal ini disebabkan karena  dengan melakukan variasi pembelajaran dengan berbagai metode, media, dan pendekatan pembelajaran, serta asesmen unjuk kerja, maka kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran sains-fisika akan lebih sempurna.  Menurut Heather (1999: 5) bahwa strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa (goal oriented and student center). Lebih lanjut dikatakan oleh Kidsvatter et al., (1996: 196) bahwa strategi  formal yang dikembangkan berdasarkan  penelitian pembelajaran yang efektif dan menekankan pada hasil  belajar yang lebih tinggi adalah: a) pengajaran aktif: fokus akademik, pembelajaran diarahkan oleh guru dengan menggunakan bahan   yang  terstruktur dan berurutan, b) pembelajaran masteri (pembelajaran tuntas): suatu pendekatan diagnostik individu pada pembelajaran di mana siswa melakukan pembelajaran dan diuji sesuai dengan  kecepatannya   untuk mencapai kompetensi, dan c) pembelajaran kooperatif: penggunaan tutor sebaya, pembelajaran bersama, dan kerjasama untuk mendorong siswa belajar.  Kenyataan ini terjadi pada siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik ini, khususnya untuk materi besaran, satuan, dan pengukuran, di mana siswa sendiri yang melakukan  kegiatan pembelajarannya. Dikatakan bahwa pembelajaran menjadi lebih otomatis, karena kemampuan secara otomatis dalam melaksanakan suatu modivikasi pembelajaran sains yang dikombinasi keterampilan merupakan hal utama yang mempengaruhi sikap, minat, kemampuan memecahkan masalah sains dan motivasi siswa untuk belajar, sehingga dengan demikian akan mempengarui hasil belajar mereka. Lebih lanjut dikemukakan bahwa strategi pembelajaran yang efisien untuk mengajarkan fakta-fakta salah satunya adalah dengan variatif metode, pendekatan dan model pembelajaran serta dapat menerapkan asesmen autentik, terutama dalam pembelajaran sains.
Dengan demikian, maka strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik, menjadi model yang sesuai untuk mengajarkan materi besaran, satuan, dan pengukuran dalam meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah sains khususnya untuk siswa kelas VII SMP/MTs di Provinasi Maluku. 


























BAGIAN V
SIMPULAN  DAN  SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data untuk pengujian hipotesis dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.            Menghasilkan sebuah buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan.
2.            Kualitas buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang dikembangkan dalam proses pembelajaran sains dapat dikategorikan baik, dan jika dibandingkan dengan kriteria keefektifan model, yakni nilai sikap, minat dan kemampuan memecahkan masalah sains meningkat pada hasil uji coba prodak.
3.             Dampak dari pengembangan buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan model asesmen autentik sangat positif terhadap siswa, di mana beberapa komponen yang dapat mengukur keberhasilan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang diterapkan dalam proses pembelajaran sains, yakni variabel sikap siswa terhadap pembelajaran sains, minat belajar sains dan kemampuan memecahkan masalah sains dapat dikategorikan baik.
4.            Dampak dari pengembangan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik positif terhadap peningkatan kompetensi guru sains dalam mengajar, baik di kelas maupun di laboratorium.
5.            Hasil pengujian strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik pada SMP/MTs di Provinsi Maluku dapat dikategorikan efektif. Dari hasil analisis terlihat bahwa nilai rata-rata uji coba 4 lebih besar dan berbeda secara signifikan dengan nilai uji coba 3 dan dapat digambarkan bahwa variabel sikap pada uji coba 3 memiliki nilai rata-rata 80, 00, standar deviasi 7,30 dan pada uji coba 4 nilai rata-rata-rata 99, 49 dan standar deviasi 8,23. Variabel minat siswa terhadap sains pada uji coba 3 memiliki nilai rata-rata 103,41 dan standar deviasi 11,22 dan pada uji coba 4 nilai rata-rata 115,88 dan standar deviasi 5,81. Variabel pemecahan masalah pada uji coba 3 memiliki nilai rata-rata 14,72 dan standar deviasi 2,55 sedangkan pada uji coba 4 memiliki nilai rata-rata 15,58 dan standar deviasi 2,00. Untuk variabel kompetensi guru sains-fisika pada uji coba 3 nilai rata-rata 150,46, standar deviasi 30,30, sedangkan pada uji coba 4 memiliki nilai rata-rata 169,50 dan standar deviasi 12,44.
6.            Hasil uji multivariat analisis kovariat dapat dikatakan bahwa ada pengaruh/perbedaan yang signifikan, yakni nilai Fhit untuk ketiga variabel, yakni; Fhit = 7,47;  326,56; dan 64,1 lebih besar dari nilai Ftab, yakni: 26,5.
7.            Adanya respons positif dari guru sains dan siswa terhadap penerapan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik.

B. Saran
            Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh, maka dalam rangka tindakan lanjut dari hasil penelitian ini disarankan sebagai berikut:
1.      Pada mata pelajaran sains sebaiknya guru sains SMP/MTs selalu melakukan evaluasi diri, sebagai refleksi tentang strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang diterapkan, sehingga siswa sebagai subjek benar-benar dapat belajar di dalam kelas dan laboratorium.
2.      Strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik perlu dikembangkan sebagai alternatif dalam pengembangan pembelajaran sains yang dapat membantu guru sains dalam menjelaskan materi kepada siswa.
3.      Pembelajaran sains yang ada di kurikulum sekolah perlu dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai model, metode, pendekatan pembelajaran, dan media yang dapat mengembangkan pembelajaran yang demokratis, dan humanis.
4.      Guru sains perlu lebih banyak mengembangkan kegiatan pembelajaran di laboratorium bahkan di luar kelas, karena respons siswa akan lebih positif jika proses pembelajaran bervariasi (tidak hanya dilakukan di dalam kelas).
5.      Guru sains lebih banyak mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan memberi tugas secara kelompok dalam eksperimen yang membuat siswa aktif mengerjakannya, dan dapat menerapkan asesmen autentik dalam menilai proses belajar siswa, baik di kelas maupun dalam kegiatan-kegiatan eksperimen di laboratorium.
6.      Berkaitan dengan upaya meningkatkan minat, dan sikap siswa terhadap sains, hendaknya para guru sains dapat memberikan rangsangan rasa ingin tahu dengan cara memberikan latihan-latihan soal, dan tugas-tugas yang bersifat menantang di dalam pemecahan masalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri jawaban. Di samping itu guru sains perlu menciptakan suasana belajar yang kondusif, seperti penggunaan metode, model, pendekatan pembelajaran sains, dan media yang tepat dan alat bantu belajar yang menarik perhatian siswa, sehingga dapat memudahkan siswa belajar.
7.      Untuk kesempurnaan penelitian ini, perlu diadakan penelitian lanjutan yang lebih spesifik, dan detail terhadap keterkaitan antara indikator-indikator dalam variabel penelitian ini, selain itu perlu mengkaji lebih lanjut faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.




















DAFTAR PUSTAKA

Allen, M.J. 1980. The Learning Of High School. National Assessment Of Educational Progress. Educational Testing Service.
Anastasi., Urbina, S. 1997. Psychologycal Testing. New Jersey : Prentice-Hall Inc Published by Simon A Schuster/A Viacom Co Upper Saddle River.
Anonium. 2003. Rencana Strategi Provinsi Maluku. Ambon: Balitbangda Provinsi Maluku.
Anonium. 2005. Maluku dalam Angka. Pemprov Maluku.
Blanchard, A. 2005. Contextual Teaching and Learning. Diambil pada tanggal 15 Agustus 2008, dari http//www.horizonshelpr.org/contextual.htm.
Chance, dkk. 2005.  A Direct Comparison Of Conceptual Learning And Problem Solving Ability In Traditional And Studio Style Classrooms. An American Association Of Joernal Physics Teachers. 2005
Carin  and Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill Publishing Company.
-------------------- 1990. Teaching Modern Science. New York: Merrill Publishing Company.
Collette & Chiappetta. 1994. Science Instruction In The Midle And Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.
Dececo, J.P., Crafood, W. 1977. The Psychology of Learning and Intructional Educational Psychology. New York : Prentice Hall.
Djemari, M. 2007. Teknik Penyusunan Instrumen. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Depdiknas. 2002. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas.
--------------. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)
--------------- 2005. Kurikulum  SMP Mata Pelajaran Sains. Jakarta.
Glencoe, J. (1999). Alternate Assessment In The Science Classroom. New York: McGraw-Hill.
Herbert,  D. 1999. Teaching Elementary School Science. Calofornia: Berkeley
Hidayat, E. M. 1996. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Makalah  PPS IKIP.
Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.
Joyce, B. 2004. Models of Teaching. New York: Pearson.
Lawson, A.E. 1999. Science Theaching and The Development of Thinking. California: Publishing Company.
Linn, R.L. 1994. Performance Assessment. Journal Educational Researcher. 23 (9).
Kanginan, M. 1998. Penuntun Belajar Fisika SMP. Bandung : Ganeca.
Kerlinger,  F.N. 1989. Azas-Azas Penelitian Behavioral. Yogtyakarta: UGM Press
Kidsvatter, E.W. 1996. Teaching Strategy. New York: Publishing Co.inc.
Marcelo, A., Edward, F. 1992. Fundamnetal University Phisics, Terjemahan Lea Prasetyo dan Kosnul Hadi. Jakarta : Erlangga.
Margaret, E. B. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : Radja Grapindo Persada.
Merrill, R.H., Simon, S.B. 1996. Value and Teaching : Working With Values In The Classroom. Columbus, Ohio: Charles E Merill  Publishing,
Monk, J., Dillon, D. 1996. Learning To Teach Science: Activities For Student Teachers And Mentors. London: The Falmer Press
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Muslich. 2007. Pendekatan Kontekstual (CTL) Dalam Pembelajaran. Jakarta.
------------. 2006. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara.
Nitko, A.J. 1996. Educational Assessment of Students. New Jersey : Prentice Hall, Ins Englewood Ciffs.
Popham, W.J. 1995. Classroom Assessment. New York: McGraw-Hill, Inc
Prasetyo. 1992. Mengerti Fisika. Jakarta: Bumi Aksara.
Samani, M. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu Untuk SMP. Surabaya: PSM Unesa.
Sugiyono. 2006.  Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sukardjo. 2008. Buku Pegangan Kuliah: Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Suparno, P. 2004. Guru demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grasindo.
-------------- 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Sanata Dharma.
Suryosubroto. 2006. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyitno. 2000. Pemilihan Model - Model Pembelajaran Dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: UNESS
Winataputra. 1993. Model-model Pembelajaran Sains. Jakarta
Wyne Harlen. 2007. Asessmen of Learning. Los Angles: Sage Publications
Yager, R.E. 1996. Science Technology and Sociaty as Reforn. Icase Year Book.




 BIODATA PENULIS



 NAMA                                               :  Dr. I. H. Wenno, S.Pd, M.Pd
            (lengkap dengan Gelar*)

JENIS KELAMIN                             :    Laki-Laki
JUDUL MAKALAH                          :    Pengembangan Strategi Pembelajaran Sains Berbasis Konteks dan Asesmen Autentik di SMP/MTs Provinsi Maluku

            INSTANSI                                         :     FKIP Universitas Pattimura Ambon

            JABATAN                                          :     -

            ALAMAT PERSURATAN        :   Kampus PGSD Unpatti Ambon, Jl. Dr Tamaela Ambon-Maluku

            e-mail                                                  :      wennoiz@yahoo.co.id
    

            No. Telp./Fax.                                     :      0911-322188

HP                                                       :      081343018564


No comments:

Post a Comment