PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA INGGRIS MAHASISWA PASCA SARJANA DENGAN ONE-TIME STRATEGY TRAINING

Oleh
Suciana Wijirahayu

Abstract
            Limited  duration of the English course,  the size of the class and the heterogenety of the input in their English mastery are the factors that might influence the students’ unsatisfactory reading proficiency at UHAMKA  Magister Education Administration (MAP) Graduate  Program. Therefore, the role of language learning strategy will influence the successfulness of the student in learning foreign language. From the finding of previous research by Wijirahayu (2006), it is found that there are limited language learning strategies especially in reading known  by non English department students. By training language learning strategies to students, it is hoped that the English proficiency of the graduate students especially reading could be increased. The hypothesa that was tested in this study is  whether One Time Strategy Training that is given to the students could improve students’ English Proficiency especially their reading skill.
            Two cycles of action research is used in this study. SILL ( Strategy Inventory for Language Learning) adapted in Indonesian and TOEFL test especially reading are used  as instruments. The subjects of this research are 50 students of MAP UHAMKA Graduate program that join English subject.
            The result of this action research shows that One-Time Strategy Training could improve the language learning strategies used by the students and increase their  English proficiency especially their reading skill. The percentage of the correct anwer chosen by the student increased from 37 percent to 73 percent in the end of the training.
            The improvement of language proficiency in reading is also followed by the increasing of language learning strategies used that were  trained in the strategy training. Those strategies are: strategy 8, 16, 18, 19, 22, 23, 24 and 27. The utilization of those strategies relates to the use of  scanning for detail strategy and using context for vocabulary and other strategies in anwering TOEFL that has been intruduced in one-time strategy training. In this study there is also indication of improvement in metacognitive strategy especially strategy 33, 36 and 37 that has a relation with the goal of reading.

Abstrak
            Dilandasi kenyataan  bahwa waktu perkuliahan bahasa Inggris mahasiswa Pasca Sarjana UHAMKA  (MAP) yang sangat terbatas ( 16 kali pertemuan @ 100 menit), dengan input mahasiswa dengan latar belakang kemampuan berbahasa Inggris yang heterogen maka efektifitas peningkatan kemampuan berbahasa Inggris khususnya reading  rendah. Peranan strategi belajar bahasa Inggris mahasiwa dalam hal ini  akan menentukan  keberhasilan atau kegagalan siswa. Dari hasil penelitian sebelumnya ternyata penguasaan dan pemakaian strategi belajar bahasa Inggris mahasiswa khususnya  reading rendah. Bila  One-time strategy training diberikan pada mahasiswa diharapkan  penguasaan  bahasa Inggris mahasiswa Pasca Sarjana khususnya reading dapat ditingkatkan. Maka hipotesa yang ingin diuji  dalam penelitian ini adalah : Apakah One Time Strategy Training dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris  mahasiswa Pasca Sarjana UHAMKA khususnya reading.
            Metode Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Action Research dengan 2 siklus dengan lama penelitian delapan bulan sampai pembuatan laporan. Instrumen penelitian yang dipakai di setiap siklus Action Research adalah SILL (Strategy Inventory for Language Learning) yang sudah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh Peneliti dan TOEFL Test khususnya reading. Subjek penelitian adalah 50 mahasiswa Pasca Sarjana MAP UHAMKA yang mengikuti mata kuliah bahasa Inggris.
            Dari hasil analisa data dan pembahasan dalam dua siklus action research ini dapat disimpulkan bahwa One Time Strategy Training dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa Pasca Sarjana MAP UHAMKA khususnya reading. Peningkatan kemampuan reading dapat diamati dari peningkatan prosentase jawaban benar untuk soal reading dari TOEFL dari 37% menjadi 73%.
            Peningkatan kemampuan membaca juga diikuti dengan peningkatan penggunaan strategi dalam belajar bahasa yang berkaitan dengan membaca yang dicanangkan dalam strategi planning yaitu strategi 8, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 27. Peningkatan penggunaan strategi belajar bahasa ini diantaranya berkaitan dengna penggunaan scanning for detail dan using context for vocabulary dan strategi untuk menjawab soal-soal reading pada TOEFL yang lainnya yang telah dperkenalkan dengan    One time strategy training.  Dalam penelitian ini juga dapat diamati meningkatkatkan metacognitif strategi yang berkaitan dengan tujuan membaca diantaranya strategi 33, 36 dan 37.



1.         PENDAHULUAN
            Kenyataan yang dijumpai di perguruan tinggi di Indonesia adalah  penguasaan bahasa Inggris  mahasiswa Pasca Sarjana   tidak  memuaskan khususnya membaca teks dalam bahasa Inggris. Padahal teks-teks dalam bahasa Inggris sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar.  Di duga, di antara faktor penyebabnya selain kualitas input dan  keterbatasan waktu dalam mata kuliah bahasa Inggris ditambah lagi kurangnya pemakaian bahasa Inggris di luar kampus karena bahasa Inggris adalah bahasa asing di Indonesia.  Bila keterbatasan ini tidak ditunjang dengan penguasaan  strategi belajar bahasa asing yang dapat di peroleh dan dimanfaatkan secara optimal maka efektifitas belajar bahasa Inggris mahasiswa tidak optimal.
            Dari angket yang dirancang oleh Oxford (1990) yaitu SILL (Strategy Inventory for Language Learning) yang diisi oleh 50  mahasiswa Program S2 Administrasi Pendidikan UHAMKA di akhir tahun 2006 didapatkan informasi bahwa prosentase mahasiswa yang menggunakan strategi belajar bahasa Inggris kurang dari 30%. Bahkan kurang dari 30% prosentase mahasiswa yang memanfaatkan memory, cognitive, metacognitive, dan compensation strategy yang diperlukan diantaranya untuk menguasai  reading. Dari interview didapatkan informasi bahwa mereka belum menggunakan beberapa strategi tersebut karena belum mengenalnya.
            Menurut Oxford (1990), dengan menggunakan SILL (Strategy Inventory for Language Learning)  pengajar bahasa Inggris dapat  mengetahui strategi-strategi mana yang belum dimanfaatkan oleh siswa sehingga dapat memberikan training strategi meliputi strategi yang belum mereka ketahui. Semakin banyak strategi yang dikuasai dan dimanfaatkan oleh siswa akan semakin efektif proses belajar bahasa Inggris. Hal ini juga didukung oleh hasil studi Chamot and Kupper (1989), Chamot and O' Malley (1994), Oxford and Nyikos (1989) yang menunjukkan bahwa pembelajar bahasa yang efektif menggunakan lebih banyak vareasi strategi dan memanfaatkannya secara lebih tepat dalam belajar bahasa.
            One-time strategy training yang meliputi belajar dan berlatih satu atau lebih strategi dengan latihan yang sesuai dan dapat dilakukan di program bahasa regular (Oxford: 1990:202) sehingga dapat diaplikasikan di kampus seperti di program Pasca Sarjana. One-time strategy training memberikan informasi yang sesuai pada para mahasiswa tentang strategi tertentu yang dapat diajarkan dalam beberapa pertemuan. Dengan memberikan training strategi belajar bahasa tersebut diharapkan para mahasiswa dapat mengenal dan menguasai strategi  tertentu yang sebelumnya tidak dikuasai sehingga dengan keterbatasan waktu perkuliahan  dapat membantu efektifitas mereka dalam belajar bahasa Inggris.
            Dilandasi kenyataan  bahwa waktu perkuliahan bahasa Inggris mahasiswa Pasca Sarjana UHAMKA  (MAP) yang sangat terbatas ( 16 kali pertemuan @ 120 menit), dengan input mahasiswa dengan latar belakang kemampuan berbahasa Inggris yang heterogen maka efektifitas peningkatan kemampuan berbahasa Inggris khususnya reading  rendah. Peranan strategi belajar bahasa Inggris mahasiwa dalam hal ini  akan menentukan  keberhasilan atau kegagalan siswa. Dari hasil penelitian sebelumnya ternyata penguasaan dan pemakaian strategi belajar bahasa Inggris mahasiswa khususnya  reading rendah. Bila One-time strategy training diberikan pada mahasiswa diharapkan  penguasaan  bahasa Inggris mahasiswa Pasca Sarjana khususnya reading dapat ditingkatkan. Maka hipotesa yang ingin diuji  dalam penelitian ini adalah : Apakah One Time Strategy Training dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris  mahasiswa Pasca Sarjana UHAMKA khususnya reading.
            Tujuan penelitian ini adalah menerapkan One Time Strategy Training dalam pelatihan strategi belajar bahasa Inggris khususnya reading strategy, untuk membantu mahasiswa meningkatkan strategi belajar bahasa Inggris khususnya strategi membaca. Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan strategi belajar dan mengajar bahasa Inggris dalam kegiatan di kelas sehingga mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam belajar bahasa khususnya dalam memahami reading teks.

2.         TINJAUAN PUSTAKA
            Berkaitan dengan penelitian ini ada serangkaian teori dan temuan dari penelitian sebelumnya tentang belajar bahasa Inggris dan strategi dalam belajar bahasa Inggris.

2.1.      Definisi Strategi Belajar Bahasa

            Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang secara umum berarti seni berperang (Oxford, 1989:6). Kata yang lain yang berkaitan adalah tactics, yang berarti alat untuk mencapai keberhasilan. Dua ekspresi  tersebut mempunyai karakteristik : rencana, kompetisi, manipulasi secara sengaja dan usaha untuk mencapai tujuan. Strategi belajar bahasa dalam hal ini adalah usaha yang dilakukan oleh pembelajar bahasa untuk mendukung pemerolehan, penyimpanana, penguasaan, dan penggunaan informasi.  Oxford menambahkan bahwa strategi adalah specific action yang dilakukan oleh pembelajar untuk membuat proses belajar lebih mandiri, efektif, dan bisa diaplikasikan pada situasi yang berbeda. 

2.1.1.   Cognitive Strategies
            Ada 4 set strategi kognitif menurut Oxford (1990:43), seperti tercantum pada bagan di bawah ini yaitu: latihan, penerimaan, pengiriman pesan, analisa, dan penciptaan masukan dan keluaran
            Strategi untuk menerima dan mengirimkan pesan merupakan alat yang penting untuk belajar bahasa. Strategi tersebut diantaranya digunakan untuk mendapatkan ide secara cepat, sehingga membantu siswa untuk mencari ide pokok melalui skimming dan menemukan ide spesifik yang dicari melalui scanning. Dengan kata lain, siswa tidak perlu focus pada setiap kata perkata untuk mendapatkan informasi tersebut. Strategi lain dalam kelompok ini adalah menggunakan sumber-sumber informasi yang ada untuk pemahaman dan penyampaian pesan (produksi). Oxford (1990:44) menegaskan bahwa strategi ini membantu siswa untuk mendapatkan berbagai sumber, tertulis maupun tidak untuk mamahami dan menyampaikan pesan dalam bahasa Inggris.
Diagram of Cognitive Strategies 2

            Strategi menganalisa dan menyimpulkan adalah strategi yang biasa digunakan oleh siswa. Oxford (1990) mengatakan bahwa siswa yang belajar bahasa khususnya yang dewasa cenderung “reason out” bahasa asing yang mereka pelajari. Mereka membetuk suatu model dalam pikiran mereka berdasarkan analisa, perbandingan, menciptakan  aturan-aturan umum, dan merefisi aturan tersebut saat mereka mendapat cukup informasi yang baru. Proses ini sangat bermanfaat. Akan tetapi, kadangkala siswa membuat kesalahan misalnya dengan tidak mengkaji ulang aturan umum yang telah mereka pelajari atau mentrasfer ekspresi dari satu bahasa ke bahasa yang lain misalnya dari bahasa ibu ke bahasa Inggris.

2.1.2    Compensation Strategies
            Strategi kompensasi memungkinkan siswa menggunakan bahasa yang baru secara komprehensif dari keterbatasan pengetahuan bahasa yang ada. Strategi kompensasi ditujukan untuk mengatasi hambatan tata bahasa khususnya perbendaharaan kata. Ada 10 set strategi kompensasi yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: menebak secara pintar dan mengatasi keterbatasan dalam berbicara dan menulis.
            Strategi menebak yang juga disebut differencing meliputi lingkup secara linguistik maupun non linguistic yang luas untuk menebak makna atau arti ketika siswa tidak mengetahui keseluruhan kata-kata yang ada dalam sebuah ekspresi bahasa. Seorang pelajar bahasa yang baik saat dihadapkan pada ekspresi yang tidak dia ketahui akan menebak secara pintar. Sebaliknya, siswa yang belajar  bahasa yang kurang baik akan panik dan segera mencari kata-kata yang tidak dia ketahui di kamus. Hal tersebut yang menghambat profisiensi. Oxford juga menambahkan bahwa menebak sebenarnya merupakan kasus spesifik bagaimana siswa memproses informasi, menginterpretasi data dengan memanfaatkan konteks dan pengalaman secara spontan. Hal ini merupakan pengalaman yang menjadi sumber dari menebak secara pintar bagi ahli bahasa maupun pemula.

Diagram of the Compensation Strategies

2.2.      Strategy Training

            Bila kita mengetahui  bagaimana siswa belajar bahasa  maka kita bisa membantu mereka belajar dengan lebih efektif. Dalam hal training strategi belajar bahasa Oxford (1990:201) menyebutkan bahwa strategi terbaik belajar bahasa tidak hanya berkaitan dengan strategi itu saja tetapi juga dengan perasaan, keyakinan dan tanggung jawab dalam belajar bahasa. Hal tersebut berkaitan erat dengan perubahan peran sebagai akibat dari penggunaan strategi belajar bahasa. Oxford menambahkan “Unless learners alter some of their old beliefs about learning, they will not be able to take advantage of the strategies they acquire in strategy training,”. Dengan kata lain strategy training juga meliputi aspek lain seperti fungsi bahasa yang digunakan di dalam kelas dan di luar kelas, tugas grup atau individu, accuracy atau fluency, learning versus acquisition, dan belajar bahasa yang yang berbeda dengan mata kuliah lainnya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

2.2.1.   Perlunya Strategy Training

Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan bahasa Inggris perlu belajar bagaimana belajar bahasa itu sendiri dan para dosen di sisi lain dalam hal ini perlu belajar bagaimana membantu proses tersebut. Walaupun belajar adalah bagian alamiah dari kehidupan manusia, kemampuan secara sengaja mengendalikan proses belajar dan menggunakan strategi belajar harus dipertajam melalui training. Grace Cho dan  Debra Decastro-Ambrostti ( 2002) dari hasil penelitiannya  menunjukkan bahwa Strategy Training khususnya diperlukan pada pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing  (EFL). Menurut Oxford (1990:201) bahwa belajar bahasa asing memerlukan partisipasi aktif dari mahasiswa. Bila yang harapan mahasiswa adalah kompetensi komunikasi yang layak dengan level tertentu, maka keaktifan mahasiswa dalam menggunakan  strategi belajar yang tepat sangat diperlukan. Dari hasil penelitian  Cho dan Debra (2002) dan Oxford (1990), siswa yang mendapatkan  Strategy Training, pada umumnya belajar bahasa  Inggris dengan lebih baik. Hasil penelitian Wijirahayu di Fakultas Ekonomi UHAMKA (2006) juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan strategi bahasa Inggris lebih banyak mempunyai kemampuan belajar bahasa lebih baik dibandingkan dengan yang  lainnya.
2.2.2.   Strategi Menjawab Soal-Soal Reading dari TOEFL
            Sharpe (2005:224), menyatakan ada 9 tipe soal reading dari TOEFL  dengan strategi penyelesaiannya. Diantara 9 tipe soal reading dan strategi yang harus digunakan untuk menyelsaikannya adalah : Previewing, Reading for Main Ideas, Using Context for Vocabulary, Scanning for Details, Making Inferences, Identifying Exceptions, Locating References, Referring to the Passage dan Reading Faster.
            Previewing adalah cara untuk mendapatkan kesan dari topik bacaan atau ide secara umum bukan untuk informasi spesifik dari bacaan. Yang dilakukan dalam Previewing adalah membaca kalimat pertama setiap paragraf dan kalimat terakhir dari bacaan.
            Reading for Main Idea adalah upaya untuk mengetahui tujuan penulis bacaan. Yang dilakukan dalam Reading for Main Idea adalah membaca dua kalimat pertama dari Bacaan.
            Using Context for Vocabulary digunakan untuk memahami isi bacaan tanpa melihat setiap perbendaharaan kata baru di kamus. Yang dilakukan dalam Using Context for Vocabulary adalah menebak makna kata-kata baru tersebut dimulai dari konteks kalimat, konteks paragraph dan konteks bacaan.
            Scanning for Details digunakan untuk menjawab pertanyaan  yang spesifik dari bacaan. Yang dilakukan dalam Snanning for Details adalah menemukan kata kunci  dari pertanyaan,  mencari kata tersebut atau sinonimnya secara cepat di bacaan, kemudian mencari jawaban pertanyaan dari informasi di sekitar kata tersebut.
            Making Inferences digunakan bila tidak ada pernyataan langsung dari bacaan tentang informasi yang ditanyakan pada soal. Yang dilakukan dalam Making Inferences adalah menggunakan Scanning for Details untuk mencari fakta-fakta dari kalimat-kalimat dalam bacaan yang bisa dipakai untuk membuat simpulan.
             Identifying Exceptions dilakukan untuk mencari informasi yang tidak ada di bacaan. Yang dilakukan dalam Identifying Exceptions adalah menggunakan Scanning of Details dari setiap pilihan jawaban untuk memastikan informasi yang mana yang tidak ada di bacaan.
            Locating References dilakukan untuk mencari subyek atau obyek yang di wakili oleh gata ganti. Untuk Locating References, yang perlu dilakukan adalah membaca beberapa kalimat sebelum dan sesudah kata ganti tersebut berada, kemudian dicocokkan dengan piliha jawaban. Bila tidak merubah arti maka itulah jawabannya.
            Referring to the Passage adalah mencari posisi informasi di bacaan. Yang dilakukan dalam Referring to the Passage adalah membaca pertanyaan kemudian melakukan Scanning untuk menemukan posisinya di bacaan.
             Reading Faster adalh kombinasi dari beberapa strategi yang telah disebut di atas. Untuk membaca cepat, yang dilakukan adalah membaca frasa bukan kata. Saat fokus pada bacaan, yang dilihat adalah seluruh baris dalam bacaan. Scanning for Details dilakukan untuk mencari fakta-fakta dan membuat simpulan. 

 

2.2.3.   One-Time  Strategy Training

Strategi belajar bahasa yang diajarkan dalam Strategy Training dapat dilakukan dengan dua cara yang berbeda yaitu   one-time strategy training, and long-term strategy training (Oxford, 1990:202).
             One-time strategy training meliputi belajar dan mengaplikasikan satu strategi atau lebih dengan tugas-tugas bahasa Inggris yang sesuai. Biasanya strategi ini digunakan untuk kelas bahasa Inggris dengan program regular. Training seperti ini memberikan informasi kepada siswa tentang pentingnya strategi tersebut, kapan strategi tersebut digunakan dan bagaimana mengevaluasi  keberhasilan strategi tersebut. Akan tetapi One-time strategy training tidak berkaitan dengan  strategy training jangka panjang. One-time strategy training bisa diajarkan hanya dalam beberapa pertemuan. Salah satu contohnya adalah mengajarkan Cognitive Strategies tertentu tanpa terkait dengan pendekatan strategi yang lain secara terintegrasi.
            Long-term strategy training, seperti  One-time strategy training, meliputi belajar dan mengaplikasikan satu strategi atau lebih dengan tugas-tugas bahasa Inggris yang sesuai. Hanya saja long-term training lebih lama dan meliputi lebih banyak lagi strategi.
            Mata kuliah Bahasa Inggris di Pasca Sarjana UHAMKA hanya disajikan dalam satu semester dengan 16 kali pertemuan.  Dalam hal ini  tipe pelatihan strategi yang sesuai dilaksanakan sdalam perkuliahan tersebut adalah One-Time Strategy Training.
            Oxford (1990:203) menawarkan delapan langkah dari sebuah model training strategi belajar bahasa yang dapat diadaptasikan untuk one-time strategy training. Step-step tersebut adalah sebagai berikut:
(1)   Menentukan language skill yang dibutuhkan siswa sesuai dengan ke waktu yang tersedia.
(2)    Memilih strategi-strategi belajar bahasa dengan baik
(3)   Mempertimbangkan integrasi dari beberapa training strategi
(4)   Mempertimbangkan factor-faktor yang berkaitan dengan motivasi
(5)   Mempersiapkan materi-materi dan aktifitas yang diperlukan
(6)   Melakukan training yang telah direncanakan dan diberitahukan kepada siswa
(7)   Mengevaluasi training strategi
(8)   Merevisi training strategi

Lima langkah pertama dari model training strategi di atas adalah persiapan, tiga langkah berikutnya adalah pelaksanaan, evaluasi dan revisi. Langkah pertama berkaitan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan aktifitas yang direncanakan.  Hal- hal tentang siapakah siswa, apakah mereka anak-anak atau orang dewasa, apakah mereka mahasiswa strata satu atau mahasiswa pasca sarjana  dan language skill yang dibutuhkan siswa disarankan untuk  dipertimbangkan.  Oxford juga menyarankan untuk pemilihan lebih dari satu alternatif strategi diantaranya, strategi yang pada umumnya bermanfaat dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai situasi bahasa dan tugas-tugas. Memilih sebagian strategi yang sangat mudah untuk dipelajari dan beberapa strategi lainnya yang bermanfaat yang lebih sulit untuk dikuasai. Dengan kata lain keseimbangan antara  pemilihan strategi yang mudah dan sulit untuk dikuasai.
Pemilihan materi dan latihan atau tugas-tugas yang diberikan dalam pelatihan disarankan sesuai dengan minat siswa atau yang menarik bagi siswa. Bila memungkinkan, disarankan untuk memberi kesempatan kepada  siswa  untuk memilih tugasnya sendiri dan mengevaluasi keberhasilan mereka sendiri dalam menguasai strategi-strategi belajar bahasa yang baru.  Bila siswa diberi kesempatan untuk mengekplorasi  bagaimana strategi-strategi tersebut dapat membantu mereka belajar bahasa, maka hal tersebut akan sangat membantu siswa. Hasil penelitian Oxford (1990:208) menunjukkan bahwa training strategi yang memberikan informasi kepada siswa tentang mengapa strategi tersebut bermanfaat, bagaimana strategi tersebut bisa diaplikasikan untuk menyelesaikan tugas-tugas (soal-soal) yang berbeda dan bagaimana siswa dapat mengevaluasi keberhasilan strategi tersebut akan lebih berhasil dibandingkan training strategi yang tidak demikian.
Langkah ke tujuh dari model training strategi adalah mengevaluasi training strategi. Komentar siswa tentang penggunaan strategi adalah bagian dari training strategi. Evaluasi diri dan observasi dari trainer selama training dan sesudahnya merupakan evaluasi dari keberhasilan training strategi.  Kriteria yang memungkinkan untuk mengevaluasi training adalah peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan tugas, peningkatan penguasaan language skill secara umum, kemampuan mempertahankan penguasaan strategi yang baru dikuasai secara terus menerus, penggunaan strategi tersebut untuk penyelesaian tugas-tugas atau soal-soal yang lain yang relevan dan perbaikan perilaku dalam belajar bahasa.
Langkah ke delapan dari model training strategi adalah revisi dari training strategi.   Hasil evaluasi dari training strategi seyogyanya digunakan untuk merevisi materi training. Dengan kata lain hasil evaluasi digunakan untuk mempertimbangkan kembali mulai dari langkah pertama training strategi sehingga memungkinkan siklus perbaikan yang lebih cepat dan siklus-siklus training strategi  berikutnya bila diperlukan.       
  
3.         METODE PENELITIAN
            Metode Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Action Research dengan 2 siklus dengan lama penelitian delapan bulan sampai pembuatan laporan. Instrumen penelitian yang dipakai di setiap siklus Action Research adalah SILL (Strategy Inventory for Language Learning) dari Oxford 1986  (yang sudah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh Peneliti dan TOEFL Test khususnya reading. Hasil analisa penguasaan strategi setelah mengikuti satu siklus One Time Strategy Training disajikan dalam bentuk grafik  hasil test TOEFL  (Reading) dan dipakai untuk pertimbangan Action di siklus berikutnya. Gambaran siklus Action Reasearch dan Instrumen penelitian disajikan di halaman berikut ini.



Gambar Siklus Penelitian


3.1.      Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah 50 mahasiswa Pasca Sarjana MAP UHAMKA yang mengikuti mata kuliah bahasa Inggris yaitu kelas B 18.1 dan B 18.2.

3.2.      Lokasi dan Waktu Penelitian
            Action Research untuk meningkatkan strategi belajar bahasa Inggris mahasiswa Pasca Sarjana  dilakukan  Pasca Sarjana UHAMKA khususnya Magister Administrasi Pendidikan. One Time Strategy Training diberikan dalam perkuliahan bahasa Inggris pada mahasiswa Pasca Sarjana dan  dilaksanakan 1 kali dalam satu minggu dan setiap tatap mula dilakukan selama 100 menit. Refleksi  dilakukan setelah 4 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus action research
Penelitian dimulai bulan April 2008 dengan perencanaan tindakan dan media pengenalan komunikasi sederhana dalam bahasa Inggris. Tindakan dimulai bulan Juli, diakhiri bulan september 2008 dan pembuatan laporan penelitian bulan Nopember.

4.         HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum dari angket SILL (Strategy Inventory for Language Learning) yang diisi di awal perkuliahan diketahui kurang dari 50 % dari mahasiswa MAP UHAMKA dalam penelitian ini menggunakan strategi memory dan kognitif.  Strategi tertentu yang diperlukan dalam membaca seperti skimming (strategi 18) dan 19 (Saya mencari persaman kata dalam bahasa Indonesia yang serupa dengan kata-kata baru dalam bahasa Inggris), dan strategi 22 (Saya berusaha untuk tidak menterjemahkan kata perkata) perlu diperkuat.
Kurang dari 50%  mahasiswa dalam penelitian ini menggunakan strategi kompensasi khususnya strategi 24 “Untuk memahami kata-kata baru dalam bahasa Inggris yang tidak saya kenal, saya menebak ” dan  strategi 27 “Saya membaca dalam bahasa Inggris tanpa melihat setiap arti kata di kamus.”
Walaupun demikian strategies metakognitif 33, 34 and 36, 37 dan 38 diantaranya tentang perencanaan dan tujuan memperbaiki kemampuan bahasa Inggris: “Saat memikirkan kemajuan saya dalam belajar bahasa Inggris” digunakan oleh lebih dari lima puluh persen dari mahasiswa MAP dalam penelitian ini. Hal ini menandakan adanya motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu penguatan strategi afektif khususnya strategi 41 yaitu”Saya memberikan penghargaan atau mentraktir diri sendiri bila saya melakukannya dengan baik” perlu diperkuat untuk menambah motivasi belajar. 

4.1.      SIKLUS 1
Sebelum training strategi dilaksanakan, mahasiswa diminta mengerjakan soal reading dari TOEFL model test yang terdiri dari 4 teks dan 45 soal pilihan ganda selama 45 menit. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan mahasiswa kepada target kemampuan yang sedianya akan dicapai dan mengenali tingkat kesulitan yang dihadapi yang hendak dijembatani dengan training strategi. Hasil jawaban akan dibandingkan dengan jawaban di setiap akhir siklus action research. Dari hasil tanya jawab dengan mahasiswa diketahui bahwa rata-rata 37% bisa dijawab dengan benar. Akan tetapi dari tanya jawab didapatkan informasi bahwa mereka tidak yakin sepenuhnya bagaimana bisa menjawab soal tersebut dengan benar (strategi menjawabnya). Hal ini disebabkan karena mereka belum mengenal strategi-strategi yang bisa digunakan untuk memahami reading teks khususnya untuk menjawab soal-soal reading dari TOEFL.

4.1.1.   Previewing
            Previewing adalah cara untuk mendapatkan kesan dari topik bacaan atau ide secara umum bukan untuk informasi spesifik dari bacaan. Yang dilakukan dalam Previewing adalah membaca kalimat pertama setiap paragraf dan kalimat terakhir dari bacaan.  Jadi bila teks terdiri dari 3 paragraf, disarankan untuk membaca empat kalimat yaitu kalimat pertama setiap paragraf (ada 3 kalimat) dan kalimat terakhir dari bacaan.
            Kesan biasanya didapat karena saat previewing ada frasa atau kata yang diulang-ulang sehingga dapat mengingatkan siswa pada pengetahuan yang telah didapat sebelumnya (background knowledge). Pemahaman terhadap teks jadi lebih mudah dan kesiapan dalam menjawab soal-soal yang berkaitan dengan teks menjadi lebih baik.
            Ditemukan dalam penelitian ini bahwa mahasiswa belum pernah diperkenalkan pada previewing sehingga tidak menggunakan strategi tersebut saat mengerjakan soal reading.  Hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan lebih lama. Ketika para mahasiswa langsung diminta untuk mengaplikasikan strategi ini pada teks contoh, mereka sangat antusias karena ada harapan untuk bisa menjawab soal dengan lebih cepat dan tepat.
            Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan saat pelatihan strategi ini diantaranya adalah:  Apakah  previewing dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan detail? dan  Kapan strategi ini digunakan.
            Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah previewing digunakan untuk mengenali topik dari bacaan. Sedangkan untuk detail ada strategi-strategi yang lain yang harus dikuasai diantaranya adalah Scanning for detail. Previewing sebaiknya dilakukan setiap ada teks atau bacaan yang baru karena topiknya akan berbeda.

4.1.2.   Reading for Main Ideas
            Reading for Main Idea adalah upaya untuk mengetahui tujuan penulis bacaan. Yang dilakukan dalam Reading for Main Idea adalah membaca dua kalimat pertama dari Bacaan. Ada empat jenis pertanyaan yng disarankan dijawab dengan strategi ini yaitu: What is the topic? What is the main idea?  What is the title? What is the subject?
            Pertanyaan yang diajukan siswa saat pelatihan strategi ini adalah: Mengapa dua kalimat yang dibaca? Jawabannya adalah ada kemungkinan kalimat pertama adalah kalimat pengantar, bukan kalimat utama. Oleh karena itu sebaiknya dibaca dua kalimat pertama supaya tidak terjebak di kalimat pertama ketika menjawab salah satu dari empat pertanyaan tersebut di atas. 
            Dari hasil pelatihan juga didapatkan temuan bahwa bila materi strategi disajikan dalam bahasa Inggris seperti aslinya, para mahasiswa lebih antusias karena merasa yakin bahwa yang menyaankan strategi tersebut adalah pembuat soal TOEFL itu sendiri.
            Dari pemahaman adanya satu ide utama yang dituangkan dalam kalimat utama di setiap paragraf, para mahasiwa juga bisa belajar bagaimana menulis paragraf yang baik dengan cara mendukung satu kalimat utama dengan kalimat-kalimat penjelas yang menjadi bukti dari ide yang dituangkan di kalimat utama.
4.1.3.   Using Contexts for Vocabulary
            Using Context for Vocabulary digunakan untuk memahami isi bacaan tanpa melihat setiap perbendaharaan kata baru di kamus. Yang dilakukan dalam Using Context for Vocabulary adalah menebak makna kata-kata baru tersebut dimulai dari konteks kalimat, konteks paragraph dan konteks bacaan.
            Dari observasi yang dilakukan saat pelatihan strategi menebak kata-kata yang digaris bawahi dari konteks kalimat, didapatkan temuan bahwa para mahasiswa perlu membiasakan diri menggunakan strategi ini karena mereka belum mengenal strategi ini sebelumnya.
            Pengetahuan tentang part of speech yaitu posisi kata dalam kalimat yang berkaitan dengan tata bahasa juga perlu dikuasai sehinngga bisa menebak dengan cermat. Bila dari konteks kalimat siswa belum bisa menebak, maka konteks paragraf yang mengacu pada satu ide utama juga perlu dikuasai atau menebak dari konteks yang lebih luas yaitu konteks bacaan tau teks yang mengacu kepada satu topic. Bila keahlian dalam menebak ini diterapkan tidak hanya dalam menjawab soal, yaitu ketika mahasiswa membaca referensi dalam bahasa Inggris, maka kemampuan ini akan sangat menguntungkan dan membantu mahasiwa memahami dengan lebih cepat tanpa seringkali mencari makna kata di kamus.

4.1.4.   Scanning for Details
            Scanning for Details digunakan untuk menjawab pertanyaan  yang spesifik dari bacaan. Yang dilakukan dalam Scanning for Details adalah menemukan kata kunci  dari pertanyaan,  mencari kata tersebut atau sinonimnya secara cepat di bacaan, kemudian mencari jawaban pertanyaan dari informasi di sekitar kata tersebut.
            Dari hasil observasi dan tanya jawab terhadap mahasiswa diketahui bahwa memulai menjawab dari kta kunci yang ada di pertanyaan adalah hal yang baru bagi mahasiswa. Sekali lagi para mahasiswa harus menyesuaikan diri untuk memanfaatkan strategi ini.
            Bila para mahasiswa tidak terbiasa menggunakan kata kunci yang dikenal dengan content word yang berupa kata benda, kata kerja atau kata sifat, jawaban spesifik akan dicari dengan memabaca bacaan secara berulang sampai menemukannya.
Bila hal ini dilakukan, maka waktu yang diperlukan untuk menjawab soal akan lebih lama.
            Kata kunci dalam pertanyaan bisa berupa kata tanya itu sendiri dan beberapa kata yang spesifik atau unik dari pertanyaan yang bisa dicari kata yang sama di teks atau padanannya. Bila secara cepat kita bisa temukan kata atau padanan kata tersebut di teks, maka jawaban pertanyaan tersebut biasanya ada di seputar kata kunci tersebut, sebelum atau sesudahnya.
            Saat pelatihan, mahasiswa menggunakan contoh teks dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks tersebut. Dari tanya jawab diketahui bahwa mahasiwa bisa lebih mudah dan cepat menemukan jawaban pertanyaan yang spesifik dari teks sehingga para mahasiswa bisa lebih percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

4.1.5.   Refleksi
Di akhir siklus pertama, setelah mahasiswa diperkenalkan dengan previewing, reading or main ideas, using context for vocabulary dan scanning for detail mahasiwa  diminta untuk mengerjakan 45 soal reading dari TOEFL yang serupa dengan Pre-Test dalam waktu 45 menit. Walaupun belum memuaskan terdapat peningkatan prosentase jawaban benar dari mahasiwa dari 37% menjadi 53% seperti terlihat pada grafik di bawah ini, Peningkatan secara individual juga terlihat walaupun belum memuaskan. 
            Dari analisa jawaban mahasiswa dan tanya jawab diketahui bahwa mahasiswa belum bisa memanfaatkan strategi-strategi yang telah mereka pelajari secara optimal karena kurang latihan dan belum menguasai strategi-strategi lain yang juga diperlukan untuk menjawab soal-soal tersebut. Maka pada siklus 2 action research ini strategi-strategi yang lain seperti making inference, identifying exception, locating reference, referring to the passage dan reading faster diperkenalkan pada mahasiswa.
            Pada siklus 2 para mahasiwa  diminta bekerjasama secara berkelompok (4 orang) untuk mengidentifikasi strategi-strategi yang cocok soal-soal yang sudah pernah mereka kerjakan. Dengan bekerjasama diharapkan rasa percaya diri para mahasiswa bisa berkembang karena bisa belajar dari teman sekelompok bagaimana menggunakan strategi yang tepat untuk soal tertentu. Hasil diskusi di laporkan di kelas sehingga bisa saling berbagi pengalaman dengan kelompok lain.

4.2.      SIKLUS 2
4.2.1.   Making Inferences
            Making Inferences digunakan bila tidak ada pernyataan langsung dari bacaan tentang informasi yang ditanyakan pada soal. Yang dilakukan dalam Making Inferences adalah menggunakan Scanning for Details untuk mencari fakta-fakta dari kalimat-kalimat dalam bacaan yang bisa dipakai untuk membuat simpulan.
            Pertanyaan yang diajukan saat strategi inidiperkenalkan kepada para mahasiswa adalah kapan strategi ini diperlukan? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah making inference diperlukan saat pertanyaan yang diajukan jawabannya tidak bisa langsung ditemukan dengan strategi scanning for detail. Untuk menjawab soal seperti ini, maka pembaca disarankan untuk menggunakan kalimat-kalimat penjelas yang ditemukan pada paragraf yang berkaitan dengan jawaban untuk membuat simpulan dari jawaban pertanyaan tersebut.
            Dari contoh soal yang berkaitan dengan making inference para mahasiwa sangat terkesan dengan simpulan tentang dua jenis asam yaitu asam kuat dan asam lemah yang tidak disebutkan secara eksplisit. Sehingga untuk menjawab pertanyaan: What kind of acid is sulfuric acid? dan What kind of acid is boric acid? akan lebih mudah bila kesimpulan tentang adanya  dua jenis asam diperoleh. 

4.2.2.   Identifying Exceptions
            Identifying Exceptions dilakukan untuk mencari informasi yang tidak ada di bacaan. Yang dilakukan dalam Identifying Exceptions adalah menggunakan Scanning of Details dari setiap pilihan jawaban untuk memastikan informasi yang mana yang tidak ada di bacaan.
            Dari hasil pengamatan, bila para mahasiswa sudah menguasai scanning or detail maka mereka akan menikmati menggunakan strategi tersebut untuk mencari perkecualian ( exception ) yang diminta. Karena  ada 4 pilihan jawaban maka akan ada 4 content words yang bisa dimanfaatkan untuk mencari perkecualian.
4.2.3.   Locating References
            Locating References dilakukan untuk mencari subyek atau obyek yang di wakili oleh gata ganti. Untuk Locating References, yang perlu dilakukan adalah membaca beberapa kalimat sebelum dan sesudah kata ganti tersebut berada, kemudian dicocokkan dengan pilihan jawaban. Bila tidak merubah arti maka itulah jawabannya.
            Kata ganti seperti “it, “its, “them, atau “their  akan ditanyakan menggantikan kata apa di bacaan. Dari hasil pengamatan diketahui akan lebih mudah bagi para mahasiswa untuk menjawab bila mahasiswa mengenal plural noun (benda jamak) atau sebaliknya dalam bahasa Inggris. Konsep part of speech yang berkaitan deng posisi kata dalam tata bahasa juga bisa membantu menemukan jawaban yang berkaitan dengan kata ganti.

4.2.4.   Referring to the Passage
            Referring to the Passage adalah mencari posisi informasi di bacaan. Yang dilakukan dalam Referring to the Passage adalah membaca pertanyaan kemudian melakukan Scanning untuk menemukan posisinya di bacaan.
            Dari hasil pengamatan, penguasaan strategi scanning for detail dan making inferences akan membantu mahasiswa menjawab soal yang berkaitan dengan referring to the passage.

4.2.5.   Reading Faster
Reading Faster adalah kombinasi dari beberapa strategi yang telah disebut di atas. Untuk membaca cepat, yang dilakukan adalah membaca frasa bukan kata. Saat fokus pada bacaan, yang dilihat adalah seluruh baris dalam bacaan. Scanning for details dilakukan untuk mencari fakta-fakta dan membuat simpulan.

4.2.6.   Refleksi
            Diakhir siklus 2 action research ini mahasiwa diminta untuk kembali menjawab soal yang telah mereka kerjakan di pre-test yaitu 45 soal dalam waktu maksimal 45 menit. Mahasiswa juga diminta untuk mengisi kembali angket SILL yang telah untuk mendapatkan informasi tentang strategi belajar bahasa yang telah mereka gunakan.
            Dari hasil prosentasi soal reading yang dijawab benar oleh mahasiswa dapat dilihat adanya peningkatan rata-rata prosentasi  kemampuan mahasiswa menjawab soal-soal reading dari 53% pada siklus pertama menjadi 73% pada siklus 2. Bila prosentase di siklus 2 dibandingkan dengan rata-rata prosentase pre-test (37%) maka peningkatan ini secara umum danggap cukup menghentikan siklus action research ini.  
            Secara individual di kelas 18.1 dapat dilihat ada 3 siswa yang prosentase nilainya kurang dari 60 persen (52%). Bila diamati pre-test dari mahasiswa tersebut memang  rendah yaitu kurang dari 20% jadi diduga kemampuan dasar khususnya bahasa Inggris dari mahasiswa tersebut memang rendah. Dengan penguasaan strategi dalam menjawab pertanyaan reading yang telah diperkenalkan dalam one-time-strategy traning ini ternyata kemampuan reading mahasiswa khususnya dalam menjawab soal meningkat. Latihan membaca dan mengerjakan soal reading (TOEFL) dan peningkatan kemampuan dasar dalam belajar bahasa Inggris khususnya tata bahasa dalam ini diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.  
            Dari pengisian angket SILL (Strategi inventory for Language Learning) ditemukan adanya peningkatan penggunaan strategi khususnya yang diperlukan dalam menjawab soal-soal reading. Seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Dari 15 strategy planning yang sebelumnya prosentase penggunaanya kurang dari 50% 8 diantaranya ada yang meningkat sampai 75% (strategi 18: “ Pertama-tama saya membaca bacaan dalam bahasa inggris dengan cepat kemudian saya membaca kembali dengan cermat.”). Peningkatan ini dimungkinkan karena penggunaan strategy scanning for detail. Selain  strategi 18, juga terlihat peningkatan yang signifikan pada strategi 8, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 27, 33. 36. 37, dan 38. Meningkatnya minat mahasiwa untuk mengulang pelajaran bahasa Inggris berkaitan dengan kebutuhan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca dengan strategi-strategi yang diperkenalkan (Strategi 8, 16). Penguasaan strategi scanning for detail ternyata juga meningkatkan penggunaan mencari strategi 19 yaitu mencari persamaan kata dalam bahasa Indonesia yang serupa dengan kata-kata baru dalam bahasa Inggris. Pengenalan strategy menebak dengan menggunakan konteks (using context for vocabulary) memungkinkan peningkatan strategi 22 “Saya berusaha tidak menterjemahkan kata perkata.” dan strategi 23 Saya meringkas informasi yang saya dengar atau saya baca dalam bahasa Inggris. Using context for vocabulary juga memungkinkan penpngkatan penggunaan strategi 24 (78%) “Untuk memahami kata-kata baru dalam bahasa Inggris yang tidak saya kenal saya menebak” dan strategi 27 “Saya membaca dalam bahasa Inggris tanpa melihat setiap arti kata di kamus.”  One time strategy training dalam penelitian ini juga meningkatkatkan metacognitif strategi yang berkaitan dengan reading diantaranya 33 “Saya mencoba mengetahui bagaimana cara menjadi pembelajar bahasa Inggris dengan lebih baik.”,  strategi 36 “Saya mencari kesempatan sebanyak mungkin untuk memperbaiki kemempuan bahasa Inggris saya.” dan strategi 37 “Saya mempunyai tujuan-tujuan yang jelas untuk memperbaiki kemampuan bahasa Inggris saya”




Keterangan:
MEMORY STRATEGY
1: 8      Saya sering mengulang pelajaran bahasa Inggris.
2: 9      Saya mengingat kata-kata atau frasa baru dalam bahasa Inggris dengan mengingat   posisinya di halaman buku,di papan atau di rambu-rambu lalu lintas.

COGNITIF STRATEGY
3:10    Saya mengucapkan atau menulis kata-kata baru dalam bahasa Inggris beberapa kali.
4:13    Saya menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan cara-cara yang berbeda.
5:16    Saya membaca untuk kesenangan dalam bahasa Inggris
6:17    Saya menulis catatan, pesan-pesan, surat-surat atau laporan dalam bahasa Inggris.
7: 18   Pertama-tama saya membaca bacaan dalam bahasa inggris dengan cepat kemudian saya membaca kembali dengan cermat.
8:19    Saya mencari persamaan kata dalam bahasa Indonesia yang serupa dengan kata-kata baru dalam bahasa Inggris
9:21    Saya menemukan makna baru dalam bahasa Inggris dengan membaginya dalam dua bagia yang saya mengerti.
10:22  Saya berusaha tidak menterjemahkan kata perkata.
11:23  Saya meringkas informasi yang saya dengar atau saya baca dalam bahasa Inggris.

COMPENSATION STRATEGY
12:24  Untuk memahami kata-kata baru dalam bahasa Inggris yang tidak saya kenal saya menebak
13:27  Saya membaca dalam bahasa Inggris tanpa melihat setiap arti kata di kamus.

METACOGNITIF STRATEGY
14:33 Saya mencoba mengetahui bagaimana cara menjadi pembelajar bahasa Inggris dengan lebih baik
15:34 Saya merencanakan jadwal supaya saya punya cukup waktu untuk belajar bahasa Inggris
16:36 Saya mencari kesempatan sebanyak mungkin untuk memperbaiki kemempuan bahasa Inggris saya.
17:37 Saya mempunyai tujuan-tujuan yang jelas untuk memperbaiki kemampuan bahasa Iinggris saya
18:38 Saya memikirkan kemajuan saya dalam belajar bahasa Inggris.

AFFECTIVE STRATEGY
19:41 Saya memberikan penghargaan atau mentraktir diri sendiri bila saya melakukannya dengan baik


5.         KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.      KESIMPULAN
            Dari hasil analisa data dan pembahasan dalam dua siklus action research ini dapat disimpulkan bahwa  One Time Strategy Training dapat meningkatkan strategi belajar bahasa yang dikuasai mahasiswa sekaligus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris  mahasiswa Pasca Sarjana MAP UHAMKA khususnya reading. Peningkatan kemampuan reading dapat diamati dari peningkatan prosentase jawaban benar untuk soal reading dari TOEFL dari 37% menjadi 73%.
            Peningkatan kemampuan membaca juga diikuti dengan peningkatan penggunaan strategi dalam belajar bahasa yang berkaitan dengan membaca yang dicanangkan dalam strategi planning yaitu strategi 8, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 27. Peningkatan penggunaan strategi belajar bahasa ini diantaranya berkaitan dengna penggunaan scanning for detail dan using context for vocabulary dan strategi untuk menjawab soal-soal reading pada TOEFL yang lainnya yang telah dperkenalkan dengan One time strategy training. Dalam penelitian ini juga dapat diamati meningkatkatkan metacognitif strategi yang berkaitan dengan tujuan membaca diantaranya strategi 33, 36 dan 37.

5.2.      SARAN
1.         Saran bagi para pengajar bahasa Inggris  untuk mengenalkan strategi dalam belajar bahasa kepada para siswanya. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan belajar bahasa khususnya bahasa Inggris debagai bahasa asing di Indonesia.
2.         Bila memungkinkan pelaksanaan training strategi, maka action research untuk pelaksanaan one time strategy training  maupun long term strategy training bisa dilakukan untuk meningkatkan penguasaan strategi belajar bahasa untuk meningkatkan potensi siswa dalam memperbaiki kemampuan bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA

Chamot, A.U. and Kupper, L. 1989. Learning Strategies in Foreign Language       instruction. Foreign Language Annals 22, 1:13-24.

Chamot, A.U. and O’Malley, J.M. 1987. The Cognitive Academic Language Learning       Approach: A bridge to the mainstream. TESOL Quarterly 21, 2:227-249.

Cho,G and DeCastro, D. 2002. Walking a mile in Their Shoes: Transforming Teachers’ Beliefs about English Language Learners. California State University, Fullerton, www.calstate.edu/itl/exchanges/print/print_1070.html

Oxford, R.L. 1986. Development and Psychometric testing of Strategy Inventory for Language      Learning (SILL): Appendix. Research Note 86-92. Alexandria, V.A: U.S. Army Research Institute, Department of Army. ADA 175452 Nov.

Oxford, R.L. and Nyikos, M & Crookall, D. 1989. Learning Strategies of University Foreign Language Students: A large-scale factor-analitic study. Unpublished manuscript.

Oxford, R.L.  1990. Language-learning Strategies: What Every Teacher Should Know. New York Newbury House Publisher.

Sharpe, J, P. 2005. How To Prepare For The TOEFL. The Ohio State University.

Wijirahayu, S. 2006. Language Learning Strategies Of The Forth Semester Students At The Economic Faculty in Prof.Dr. HAMKA Muhammadiyah University. Jakarta, Akses – Jurnal Ekonomi, Akuntansi & Manajemen. Vol. 8.




BIODATA

1.    Nama Lengkap dan Gelar   :     Ir. Suciana Wijirahayu, S.Pd. M.Pd
2.   NIP/ NPD                            :     D. 01.0452
3.   Tempat dan Tanggal Lahir   :     Malang, 31 Maret 1966
4.   Jenis Kelamin                       :     Perempuan
5.   Pangkat, Golongan              :     Penata Muda/IIIA
6.   Jabatan                                 :     Dosen Bahasa Inggris Pasca Sarjana UHAMKA
                                                         Dosen FKIP Jurusan Bahasa Inggris UHAMKA
7.   Alamat Kantor                     :     Pasca Sarjana UHAMKA Kampus Gandaria
                                                         Jl. Gandaria IV, Kramat Pela , Kebayoran Baru,
                                                         Jakarta Selatan 

No comments:

Post a Comment