Bagaiman Agar Siswa Menyukai Kita Guru (Bagian kedua)


Pada bagian pertama sudah diuraikan agar siswa menyukai guru, sang guru, seorang guru hendaknya menerapkan prinsip pergaulan, sering berinteraksi dengan siswa; saling menyukai dan mencari hal-hal yang mungkin ada kesamaan hobi,  atau ketertarikan lain dengan siswa. Nah pada bagian dua ini akan diuraikan 5 kiat lain.


5.Cara Menarik Simpati Siswa
 
Buatlah siswa menjadi nyaman. Ketika masuk kelas jangan langsung materi yang disampaikan. Jangan langsung membuka pelajaran. Mulailah dengan ngobrol ringan. Tanya kabar, tanya apakah di rumah banyak kesibukan dan lain-lain. Saya tidak bisa membuat siswa bersimpati ketika dia merasa tak nyaman di dekat saya.
Suatu ketika saya bertemu untuk pertama kali (seorang siswa sangat pendiam—banyak gurupun menilai demikian). Dia susah diajak bicara. Aduh. Ngomong gini gak respon, ngemeng gitu gak respon, memeongkucing juga gak respon . Kalaupun saya bisa mengaum, dia pun saya rasa gak respon. Disuruh menulis gak mau. Aduh. 

Kemudian pada pertemuan pertama di kelas, dia menangis pada saat sesi perkenalan diri. Dia menangis karena diledekin kawan-kawannya. Saya gak tahu harus ngomong apa, ujung-ujungnya saya biarkan aja, sambil meminta siswa yang lain agar tertib (tidak ribut). Kemudian di tengah pelajaran ada senam khusus, saya bingung “eh kok dia mau ikut (senam)”. Tampaknya dia tipe siswa kinestetik. 

Untuk sementara ini saya menyimpulkan dia harus dibuat nyaman dulu, setelah itu barulah dia mulai suka. Karena saya pun pakai prinsip “sering berinteraksi” dengannya, saya sampai sekarang alhamdulilah, saya menyukainya. Dia minta dibantu mengerjakan soal bahasa indonesia, fisika, dan pendidikan kewarganegaraan, saya mau-mau aja. Dia pun tak pernah menolak ketika saya ajak sholat. Semoga tetap istiqomah, amin.
Sebaliknya Andaakan merasakan resah jika menghabiskan waktu bersama orang yang uring-uringan atau suka mencela, padahal cuma lima menit bersamanya. Orang seperti itu cuma mendatangkan aura negatif. Ini pun pernah saya alami, ada siswa yangtidak dekat lagi dengan saya. Saya menduga kuat, itu karena saya mencelanya, “kok lambat paham sih?” Kalimat begini aja membahayakan saya. Tentu lebih berbahaya lagi bagi dia. Dampaknya, dia memilih guru yang lain ketimbang saya. Memilih guru yang menyamankannya. 

6.Menyesuaikan diri
 
Percakapan mungkin akan lebih positif dan menyenangkan jika kedua belah pihak saling sesuai.Kita secara alam bawah sadar terdorong untuk menyukai seseorang ketika dia “berpenampilan seperti kita.” Misalnya dia menggunakan pakaian polos tanpa garis-garis entah coklat, hijau, abu-abu dan seterusnya. Kita cenderung pula senang kepada orang yang gerak tubuhnya, kata-katanya atau uangkapannya sama dengan kita. 

Saya kira prinsip ini benar, sepanjang komunikasi dengan siswa—secara tak sadar gerak—tubuh saya sama dengan gerak tubuh lawan bicara ketika saya dan dia nyaman dalam obrolan.
Jadi, pertama, sesuaikan sikap dan gerak tubuh. Misalnya, jika dia mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuk, maka ikuti pula perilaku itu. Jika dia mengisayaratkan dengan gerak tangan dengan gaya tertentu, maka ikuti juga. Tapi jangan sampai tampak dibuat-buat. Supaya tidak dibuat-buat, bayangkan kebaikan yang pernah dia buat.
Kedua, sesuaikan gaya bicara. Saya pernah tak semangat dalam mengajar, dampaknya siswa ngobrol dengan kawan-kawannya (tentu saja kawannya itu lagi semangat). Dia menjadi tidak menyukai saya. Oleh karenanya jika nada bicaradia rendah maka lakukanlah hal yang sama. Jika cepat maka tiru juga, cepat. 

7.Beri Kesempatan dia Berbuat kebaikan untuk Anda
 
Ada kecenderungan bahwa kita menjadi lebih tidak menyukai orang lain setelah kita menyakitinya (bukan berarti kita cenderung menyakiti orang-orang yang tidak kita sukai). Secara sengaja, pun demikian secara tak sengaja, kita terdorong secara alam bawah sadar untuk tidak menyukainya. Ada teori yang menyatakan bahwa kita merasa tidak nyaman ketika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan cara kita melihat diri kita sendiri. 

Seperti yang saya contohkan sebelumnya, siswa ingin dihargai bahwa dia sedang mencari jawaban yang benar bukan malahsampai berkata kepadanya—siswa SMP—“kokgini aja kamu gak bisa jawab, anak SD aja bisa jawab?” Itu artinya saya melupakan cara dia melihat dirinya sendiri. Akibatnya dia mencari guru lain, yaitu guru yang membuatnya nayaman karena tidak bertentangan dengan caranya melihat diri sendiri.
Kita akan lebih menyukai seseorang setelah kita berbuat baik padanya. Jika kita berbuat baik kepada siswa, kemungkinan besar kita akan merasakan bahwa kita menebar sikap positif kepadanya.
Di sini keyword-nya, jika Anda bisa membuat siswa berbuat kebaikan (meski kecil ataupun sedikit) pada Anda, hal itu akan membangkitkan perasaan suka dia pada Anda. Jangan keseringan Anda berbuat baik kepada siswa, sementara Anda tidak memberi kesempatan kepadanya untuk meminta tolong ambilkan spidol, tolong ambilkan remote AC, tolong hapuskan papan tulis ini, tolong bantu kasih ini ke kawan-kawan! Kalau tidak, Anda akan rugi meskipun Anda adalah orang baik. Kenapa? Karena Anda tidak mampu membuatnya semakinmenyukai Anda. 

8.Tampil /konyol
 
Ingin lebih disukai siswa? Lakukan sesuatu yang konyol atau memalukan dan tersenyumlah pada diri sendiri. Awalnya ini sulit. Tapi saya sudah mencoba. Saya awalnya direspon dengan “gak cocok Bapak kayak gitu”. Mungkin, karena saya lupa tersenyum.
Kemudian hari ketika saya konyol dengan tampilan yang lain, mereka tampak senang. Saya tampil konyol dengan goyang Michael Jackson dan tidak lupa tersenyum.
Di kesempatan lain ,saya tampil konyol dengan goyang ayam, seperti gerakan tarik dan turun ketika memompa ban sepeda. Saya direkam saat itu—tanpa saya sadari—boleh jadi malah menurunkan harga diri. Kalau Anda tersenyum, orang tak menilai tentang harga diri, tapi menilai Anda menyenangkan mereka. Mungkin begitu. Jadi berhati-hatilah! 

Bagaimana jika Anda sudah tua? Mungkin bisa pakai goyang Gangnam Style. Huhu. Repot. Tentu saja gunakan kekonyolan yang lain. Setiap orang tumbuh dengan keterampilan yang berbeda. Biasanya modalnya tiga: visual, auditorial, atau kinestetik. Bagi guru yang kinestetik boleh lakukan gerakan konyol, bagi guru yang modalnya visual boleh gambarkan sesuatu yang lucu di papan tulis (yang ini pernah juga saya coba), bagi guru yang modalnya auditorial bisa bercerita tentang kisah-kisah konyol (yang ini pernah juga saya coba).
Jika Anda menunjukkan pada orang lain bahwa Anda tidak terlalu menjaga penampilan, hal itu akan membuat mereka merasa lebih dekat dengan Anda dan ingin berada di sekitar Anda. Tidak ada orang yang menyukai orang yang suka pamer atau orang yang begitu bangga akan dirinya dan mengggap dirinya sempurna. Ini pernah saya alami, padahal saya cuma bercanda saat itu. Mungkin karena saya lupa tersenyum sehingga orang menilai pamer. 

Menunjukkan bahwa Anda bisa tertawa pada diri sendiri membuat Anda jauh lebih mudah didekati dan disukai. Pernah saya melihat wajah seorang siswa sebagai “wajah benci kepada saya.” Meskipun cuma satu orang, tapi saya merasa kebenciannya cukup merepotkan saya. Mungkin itu karena saya terlalu menjaga penampilan, tampil ‘dingin’ dan ‘penting’ meskipun saya berniat tampil percaya diri. Mungkin yang tampak olehnya, malah keangkuhan. Aduh.
Dengan tidak terlalu menjaga penampilan, dan mengakui kesalahan kita akan melukis di atas peta dunia bahwa kita percaya diri. Jangan takut orang lain mengetahui kesalahan Anda, tetaplah bisa tertawa atas kesalahan Anda sendiri dan tetap percaya diri, Anda akan disukai siswa. 

9.Positive Thinking
 
Boleh kita buka lembaran buku Ibrahim Elfiky atau yang sejenis untuk mendalami Positive Thinking, karena saya sendiri bukan ahli dalam hal ini. Ternyata tak seorang pun ingin berada di sekitar orang yang pesimis dan depresi. Kita semua mencari, menyukai, dan mengagumi orang yang positive thinking apalagi tentang tujuan hidup ini. Ini perkecualian dari kaidah “kita menyukai orang yang memilki kesamaan dengan kita.”
Positive thinking pernah saya terapkan ketika mau tampil dalam diklat untuk Promosi. Saya pejamkan mata tarik napas, lupakan beban karena itu negative thinking. Hasilnya tidak ada kegugupan sedikitpun di permulaan penampilan. Padahal saya selalu gugup sejak SD, SMP,SMA, Kuliah, pasca kuliah masih juga. Setahu saya penampilan pertama itu penting bagi siswa dan kesannya di kemudian hari.
Pemurung yang menyukai berada di lingkungan pemurung? Tapi itu hanyalah menikmati kesamaan sikap. Segera setelah dia menyadariitu tidak bermanfaat maka dia akan memutuskan hubungan dengan orang-orang pemurung itu.
Ada siswa saya yang tampak bawaannya happy-happy aja, padahal dia tak banyak cakap, tapi dia mengundang saya untuk menyukainya. Mungkin selain karena positive tihinking-nya juga karena kekonyolan serta kemampuannya membuat saya nyaman. 

Positive thinking , saya kira, juga mengarahkan Anda untuk tidak hanya belajar dari orang yang se-umuran, positive thinking mampu mengarahkan Anda mengambil pelajaran dari siapapaun. Termasuk dari yang lebih muda dari Anda atau bahkan dari siswa Anda.
Dua orang siswa saya rajin puasa senin-Kamis. Saya sudah lama membuat jeda (istirahat dari puasa Senin-Kamis) pasca ada di lingkungan kerja karena pertimbangan tuntutan standar kualitas guru (semangat, tidak mengantuk dan seterusnya). Tapi karena mereka orang yang positive thinking, saya menyukai apa yang ia sukai. Mereka bisa, kenapa saya tidak bisa? Saya pun berpuasa senin-kamis. Ternyata puasa tidak menghambat keaktivan kita. Jadi, intinya, kita suka kepada orang yang antusias, bergairah, periang, dan aktif. 


Demikianlah 9 tip atau kiat bagaimana kita guru dicintai oleh murid. Dengan mereka mencintai gurunya maka diharapkan mereka patuh dan tidak lagi membangkang kepada guru sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di kehendaki.


Note:
Gambar diambil dari google

No comments:

Post a Comment