Di
era digital, hubungan semakin mudah terjalin. Hanya dengan beberapa ketukan
jari di aplikasi kencan atau media sosial, seseorang bisa mengenal orang baru,
mengobrol intens, bahkan merasa dekat meski belum pernah bertemu langsung.
Namun, ada satu fenomena yang kian sering terjadi: ghosting.
Day Cream pelembut kulit yang nyaman dipakai setiap hari
Ghosting adalah situasi ketika seseorang
tiba-tiba menghilang tanpa kabar, memutus komunikasi tanpa alasan yang jelas,
dan meninggalkan pihak lain kebingungan. Jika dulu orang bisa menghindar dengan
jarang bertemu, kini cukup dengan berhenti membalas pesan atau memblokir
kontak, hubungan pun berakhir begitu saja.
Mengapa Ghosting Begitu Sering
Terjadi?
Ghosting marak di era digital karena
teknologi memudahkan seseorang untuk menghilang begitu saja. Dengan satu klik,
kontak bisa diblokir dan jejak komunikasi terputus. Banyak orang memilih jalan
ini karena tidak nyaman menghadapi konflik, merasa bersalah jika harus berkata
jujur, atau sekadar ingin menghindari drama. Selain itu, hadirnya aplikasi
kencan dan media sosial memberi ilusi bahwa selalu ada pilihan lain yang lebih
baik, sehingga komitmen dalam hubungan seringkali dianggap sepele.
Di sisi lain, ghosting juga kerap
mencerminkan kurangnya kematangan emosional. Alih-alih berkomunikasi dengan
dewasa, sebagian orang lebih memilih kabur tanpa penjelasan. Inilah yang
membuat fenomena ini semakin sering terjadi di tengah kehidupan serba instan
dan cepat berubah.
Dampak Ghosting pada Korban
Bagi yang ditinggalkan, ghosting bisa
menimbulkan luka emosional yang cukup dalam. Tidak adanya penjelasan membuat
korban sering terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian, bertanya-tanya
apakah ada kesalahan yang mereka lakukan. Rasa tidak nyaman ini sering kali
berlanjut menjadi penurunan rasa percaya diri, di mana korban merasa tidak
cukup baik atau bahkan tidak layak dicintai. Lebih jauh lagi, pengalaman pahit
ini dapat membuat seseorang kesulitan membuka diri kembali, karena ada
ketakutan bahwa hal serupa akan terjadi di hubungan berikutnya.
Cara Menghadapi Ghosting dengan
Sehat
Meski menyakitkan, ghosting bukanlah
akhir dari segalanya. Langkah pertama untuk menghadapinya adalah menerima
kenyataan bahwa tidak semua hubungan berakhir dengan penjelasan yang jelas.
Menghentikan usaha untuk memaksa jawaban dari seseorang yang memilih pergi
justru akan mempercepat proses pemulihan. Hal penting lain adalah tidak
menyalahkan diri sendiri, sebab ghosting lebih banyak mencerminkan sikap dan
cara pelaku menghadapi masalah, bukan nilai diri korban.
Membicarakan pengalaman ini dengan orang
terdekat juga bisa membantu meredakan beban emosional, karena dukungan sosial
mampu membuat seseorang merasa tidak sendirian. Setelah itu, alihkan perhatian
pada diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, entah itu hobi,
pekerjaan, atau aktivitas positif lain. Dengan begitu, luka hati perlahan bisa
sembuh. Dari pengalaman pahit ini, seseorang juga bisa belajar mengenali
tanda-tanda awal ketidakseriusan dalam hubungan sehingga lebih bijak dalam
menjalin ikatan di masa depan.