UPAYA MENIGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI PELATIHAN BERFORMAT



Zulkarnaini

Abstract: Lack of ability to design acceptable research proposal was the main reason why most teachers in the city of Pariaman, West Sumatera, did not conduct classroom action research. This was also made worse by most trainings which focused on theories rather than driving participants to generate classroom action research proposals. This action research was done to solve the problem facing teachers in designing classroom action research proposals. The action chosen was ‘formatted training’. The participants were asked to identify one most feasible problem, among the various learning problems, to be solved through classroom action research. Then, the participants were asked to find five reasons why they chose the problem. After that, they were also asked to predict the initial data, formulate the problem, up to the title of the research. In the next cycle, the participants still used the format to determine main points in theories and action hypotheses. After cycle two, most proposals generated by the participants were acceptable.

Kata Kunci: kemampuan guru, menyusun proposal penelitian tindakan kelas, pelatihan berformat

PENDAHULUAN
Melakukan penelitian merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Meskipun demikian, guru jarang melakukan penelitian. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru untuk melakukan penelitian, kurangnya pengalaman, waktu untuk mengadakan penelitian sangat terbatas, dan adanya pandangan sebagian besar guru bahwa melakukan penelitian membutuhkan banyak uang. Untuk itu dicarikanlah formula penelitian yang paling cocok dengan tugas keseharian guru sebagai seorang pendidik, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bahkan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang secara eksplisit menyatakan bahwa setiap guru wajib melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
Namun demikian, berdasarkan survey di lapangan masih banyak guru yang belum melaksanakan penelitian tindakan kelas. Ini disebabkan oleh masih banyaknya guru yang menemui kesulitan dalam menyusun proposal penelitian. Kesulitan itu terlihat pada ketidakmampuan guru dalam melahirkan proposal-proposal yang layak untuk penelitian. Selain daripada itu, ada hambatan psikologis yang tergambar dalam pernyataan guru bahwa menulis itu sulit dan berat untuk dilaksanakan. Padahal guru pada umumnya sudah mendapat informasi awal, bahkan pelatihan menyusun proposal penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas. Ini berarti bahwa secara teoritis mereka sudah memiliki konsep awal tentang konsep penelitian tindakan kelas, penyusunan proposal, dan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya terdapat hambatan teknis dan hambatan psikologis.
Selain daripada itu, kesulitan yang dihadapi oleh para guru pada dasarnya bersumber dari teknik pelatihan yang diikuti. Pelatihan yang diikuti pada umumnya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek (satu atau dua hari). Nara sumber atau pelatih biasanya menjelaskan konsep-konsep, teori-teori, dan rambu-rambu penyusunan proposal kepada peserta. Selesai penjelasan, mereka diberi tugas menyusun proposal. Tugas tersebut dikerjakan di luar jam pelatihan. Adanya informasi, konsep, teori, dan rambu-rambu yang diterima bukan mempermudah mereka menyusun proposal, justru menimbulkan kesulitan karena banyaknya hal ideal yang harus dikerjakan. Dengan demikian semakin komplekslah kesulitan yang mereka hadapi.
Berdasarkan latar belakang di atas, ada dua hal pokok yang menjadi alasan untuk pelaksanaan pelatihan ini. Pertama, tugas pokok LPMP di antaranya adalah fasilitasi sumber daya pendidikan. Dalam lingkup ini, LPMP berkewajiban melakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme serta fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di propinsi. Kedua, sumber daya pendidikan di antaranya adalah pendidik (guru). Guru bertugas pada satuan-satuan pendidikan di Sumatera Barat. Guru mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya di bidang pengembangan profesi, khususnya karya tulis ilmiah. LPMP sesuai dengan tugasnya berkewajiban membantu (fasilitasi) pendidik yang bertugas pada satuan pendidikan tersebut.
Melalui pelatihan ini ditawarkan format-format yang harus diisi oleh peserta pelatihan. Jika format itu diisi dengan benar, pada saatnya peserta pelatihan telah menyelesaikan bagian-bagian tertentu pada proposalnya. Artinya, dengan format itu terjadi manipulasi kegiatan yang memanipulasi kesadaran peserta. Dengan manipulasi melalui format itu ada dua hal yang akan terjadi. Pertama, kesulitan menyusun proposal teratasi dan hambatan psikologis tertanggulangi.
Kajian teori
Banyak konsep atau pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) yang dapat dipahami. Para pakar telah mengungkapkan berbagai pengertian dengan berbagai argumen. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Depdiknas, 2004). Selain dari pada itu, Johnson (2005) menyatakan:
’Action research can be defined as the process of studying a real school or classroom situation to understand and improve the quality of actions or instructions. It is a systematic and orderly way for teachers to observe their practice or to explore a problem and a possible course of action. Action research is also a type of inquiry that is preplanned, organized, and can be shared with others.’

Arikunto (2006) juga mengemukakan definisi penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Disamping itu, Kunandar (2008: 42) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research), dan penelitian ini bagian dari pada penelitian pada umumnya.
Dari berbagai konsep dasar penelitian tindakan kelas di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian reflektif. Artinya, penelitian diawali dengan refleksi. Melakukan refleksi berarti melihat, meninjau, memikirkan, mengkaji, dan merenungkan hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Subjek refleksinya adalah pembelajaran, praktik pembelajaran. Dengan refleksi itu akan ditemukan hal yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki dalam pembelajaran.
Suatu penelitian yang baik adalah penelitian yang direncanakan dengan baik, dilaksanakan dengan baik, dan dilaporkan dengan baik. Sebagaimana juga ditegaskan oleh Johnson bahwa penelitian tindakan adalah sejenis inkuiri yang direncanakan sebelumnya (preplanned). Untuk itu perancangan proposal yang berterima perlu mendapat perhatian serius.
Pelatihan berformat adalah pelatihan dengan menggunakan format. Isi format merupakan komponen-komponen yang diperlukan untuk mengisi proposal penelitian tindakan kelas. Ada empat format yang dipergunakan pada pelatihan ini, yaitu: 1) Format 1 (F1) yang isinya pengajuan masalah, 2) Format 2 (F2) tentang penyeleksian masalah yang isinya sebagai instrumen untuk melihat kelayakan permasalahan yang diajukan, 3) Format 3 (F3) tentang landasan teori dan hipotesis tindakan, dan 4) Format 4 (F4) yang isinya adalah metodologi penelitian.
Format 1 (F1) memiliki sembilan kolom. Kolom pertama berisi nomor urut; kolom kedua berisi permasalahan; kolom ketiga sampai kolom kedelapan berisi kriteria; dan kolom kesembilan berisi keterangan.
Format 2 (F2) memiliki lima kolom. Kolom pertama berisi permasalahan terseleksi atau terpilih; kolom kedua berisi akibat; kolom ketiga berisi sebab; kolom keempat berisi alasan menetapkan permasalahan; dan kolom kelima berisi data awal.
Format 3 (F3) memiliki enam kolom. Kolom pertama berisi permasalahan terseleksi; kolom kedua berisi variabel penelitian; kolom ketiga berisi rumusan masalah; kolom keempat berisi tujuan penelitian; kolom kelima berisi manfaat penelitian; dan kolom keenam berisi judul penelitian.
Format 4 (F4) memiliki empat kolom. Kolom pertama berisi tentang judul penelitian; kolom kedua berisi pokok-pokok teori dan penelitian yang relevan (jika ada); kolom ketiga berisi kerangka berpikir; dan kolom keempat berisi hipotesis tindakan.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berpikir dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Masalah pada penulisan proposal penelitian tindakan kelas adalah mengidentifikasi permasalahan yang layak untuk dijadikan masalah penelitian tindakan kelas, mencari penyebab perlunya masalah itu dipecahkan, merumuskan judul penelitian, dan kerangka teori yang melandasi penelitian.
2. Permasalahan-permasalahan tersebut dipecahkan dengan pelatihan berformat
3. Masalah-masalah dalam penyusunan proposal terpecahkan



Secara diagramatis kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:



Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut, “Kemampuan guru menyusun proposal PTK dapat meningkat melalui pelatihan berformat pada guru-guru kota Pariaman.”

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di kota Pariaman, propinsi Sumatera Barat. Hal ini didasarkan pada permintaan Kepala Dinas Pendidikan kota Pariaman kepada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat. Kepala Dinas meminta nara sumber melatih para guru dalam penelitian tindakan kelas. Guru-guru yang dilatih adalah guru SD, guru SMP, dan guru MTs se kota Pariaman yang berjumlah 49 orang. Pelatihan berlangsung di Wisma Pondok Indah, kota Pariaman yang sekaligus menjadi tempat penelitian.
Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan yakni dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2008. Rentangan waktu yang enam bulan itu digunakan untuk penyusunan proposal penelitian, penyelesaian administrasi di LPMP, pengumpulan data, dan penyusunan laporan penelitian.
Subjek penelitian ini adalah guru-guru SD, SMP, dan MTs se kota Pariaman yang berjumlah 49 orang. Rincian kuota yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan kota Pariaman dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Sebaran Subjek Penelitian
NO TINGKAT SEKOLAH JUMLAH KETERANGAN
01 Sekolah Dasar (SD) 28 orang
02 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16 orang
03 Madrasah Tsanawiyah 5 orang
Jumlah 49 orang

Pendidikan peserta bervariasi, mulai dari SLTA (SPG), Diploma Dua (D2), Diploma Tiga (D3), dan Strata Satu (S1). Rata-rata peserta berpendidikan S1. Pada umumnya S1 dengan berbagai disiplin ilmu. Pengalaman mengajar guru yang menjadi subjek penelitian ini adalah 15 sampai 26 tahun. Golongan paling rendah IIIc dan paling tinggi IVa. Jenis kelamin peserta mayoritas perempuan, hanya tujuh orang guru laki-laki. Denga data tersebut dapat dilihat secara umum karakteristik subjek dari sisi tempat bertugas, pendidikan, lama mengajar, golongan, dan jenis kelamin.
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data hasil dan data proses. Data hasil berupa hasil kerja peserta pelatihan. Proposal hasil kerja peserta dilihat sebagai hasil pelatihan. Data proses adalah data yang dikumpulkan ketika proses kegiatan berlangsung. Data itu berupa kesungguhan, kedisiplinan, dan sistematika kerja peserta.
Data hasil dilihat dari proposal yang dihasilkan oleh peserta. Komponen yang dilihat dari proposal adalah: a) relevansi antar kompnen, b) kebenaran rumusan tiap komponen, dan c) penggunaan bahasa penyajian. Untuk mengumpulkan data ini dilakukan kajian atau telaah terhadap proposal yang siap dan dikumpulkan oleh peserta. Jadi, dalam konteks ini sumber datanya adalah hasil kerja peserta berupa proposal penelitian tindakan kelas.
Data proses diambil melalui pengamatan pada setiap kegiatan. Pengamatan dilakukan terhadap kesungguhan peserta, kedisiplinan melakukan kegiatan, dan sistematika kerja berdasarkan format yang disediakan. Pengamatan dilakukan pada setiap kali pertemuan dengan menggunakan instrumen yang disiapkan untuk itu.
Instrumen yang digunakan untuk mencatat kajian dokumen berupa daftar cek yang dikategorikan atas lima kategori untuk poin a) yakni sangat relevan diberi kode 5, relevan diberi kode 4, kurang relevan kode 3, tidak relevan kode 2, dan sangat tidak relevan kode 1. Untuk poin b) menggunakan kode 5 untuk sangat tepat, kode 4 untuk tepat, kode 3 untuk kurang tepat, kode 2 untuk tidak tepat, dan kode 1 untuk sangat tidak tepat. Untuk poin c) juga menggunakan kode yang sama, yakni 5 untuk sangat komunikatif, 4 untuk komunikatif, 3 untuk kurang komunikatif, 2 untuk tidak komunikatif, dan 1 untuk sangat tidak komunikatif.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data proses selain catatan deskriptif, diutamakan menggunakan daftar cek. Daftar cek dibuat dibuat atas lima kategori, yakni kode 5 untuk sangat, kode 4 untuk netral, kode 3 untuk kurang, kode 2 untuk tidak, dan kode 1 untuk sangat tidak.
Data-data yang dikumpulkan dianalisis melalui analisis deskriptif komparatif. Ini maksudnya adalah data dideskripsikan dan dibandingkan. Khusus untuk data proses pembandingan dilakukan antar siklus dengan mengacu kepada indikator kinerja. Data proses siklus pertama dibandingkan dengan data proses siklus kedua dan ketiga, kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja. Dengan perbandingan itu akan tergambar peningkatan dalam proses.
Adapun indikator kinerja penelitian ini adalah: a) Enam puluh persen peserta melaksanakan proses dengan kategori 4 untuk setiap aspek yang dinilai, dan b) Enam puluh persen peserta menyelesaikan proposal dengan kategori 4 untuk tiap aspek yang dinilai.
Prosedur penelitian ini mengikuti pola kerja penelitian tindakan. Tindakan dilakukan atas tiga siklus. Siklus dalam konteks penelitian tindakan ini adalah fase atau tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan oleh peserta (subjek) penelitian. Jadi siklus bukan berarti putaran dalam konteks perbaikan tindakan seperti yang ada pada penelitian tindakan kelas. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Kegiatan dianggap satu siklus apabila menyelesaikan pengisian format. Untuk siklus pertama peserta menggunakan dua format, yaitu format 1 dan format 2 (F1 dan F2). Untuk siklus kedua dan ketiga, peneliti menggunakan masing-masing satu format. Langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
1) Peserta diminta untuk mengidentifikasi lima hal (permasalahan) yang harus diperbaiki atau ditingkatkan dalam pembelajaran. Kelima hal tersebut dituliskan pada kolom 2 format F1.
2) Peserta diminta untuk menyeleksi atau menyaring kelima hal tersebut dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan dan memberi centang (V) atau silang (X) pada kolom tiga sampai delapan format F1 tersebut.
3) Peserta diminta memilih satu dari permasalahan yang terseleksi dan yang paling layak untuk dijadikan permasalahan penelitian tindakan kelas dengan cara melingkari salah satu nomor di depan permasalahan pada kolom 1 format F1.
4) Permasalahn yang terseleksi tersebut beserta lima sebab, lima akibat, lima alasan memilih permasalahan itu, serta prediksi data awal permasalahan, lalu mengisikannya pada format F2.
5) Permasalahan yang terseleksi tersebut kembali diisikan pada kolom 1 format 3 (F3), kemudian peserta diminta untuk menentukan variabel penelitiannya, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan judul penelitian, lalu diisikan masing-masingnya pada kolom 2, 3, 4, 5, dan kolom 6. Sampai pada langkah kelima ini bagian awal pengajuan masalah selesai dipersiapkan, dan pada tahapan ini dianggap siklus pertama.
6) Pada siklus berikutnya (siklus 2 dan siklus 3) peserta tetap menggunakan format dengan bimbingan peneliti. Format-format yang akan diisi adalah format 4 dan format 5. Format 4 untuk kajian teori dan hipotesis tindakan, dan format 5 mengenai jenis data, sumber data, dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data proses yang dikumpulkan pada tahap ini adalah kesungguhan, kesisiplinan, dan sistematika kerja. Peserta yang hadir pada siklus (tahap) pertama ini 49 orang orang atau seratus persen. Setelah menerima penjelasan tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan format yang dipergunakan, peserta mulai melakukan kegiatan. Pertanyaan pertama yang diajukan peneliti setelah penjelasan adalah, “Apakah ada hal yang harus Anda tingkatkan atau Anda perbaiki dalam praktik-praktik pembelajaran di kelas?” Serentak mereka menjawab “ada” dan “banyak”. Ketika ditanya berapa banyak, mereka hampir serentak menjawab sangat banyak. Dari situlah langkah pertama pengisian format dimulai. Hasil yang didapat pada tahap pertama (siklus pertama) pengisian format F1 dan F2 adalah seperti pada table berikut.
Tabel 2. Data Proses Siklus Pertama


No Peserta Memperlihat-kan Kategori
Jml
5 4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Iml % Jml %
1. Kesung-guhan 0 06 12,24 33 67,34 10 20,40 0 49
2. Kedisi-plinan 0 09 18,36 30 61,22 10 20,40 0 49
3. Kesiste-matisan 0 03 06,12 24 48,97 22 44,89 0 49
Rata-rata 0 06 29 10 0
Persentase 0% 12,21 59,18 20,40

Data tersaji adalah data tahap pertama yang terdiri dari dua kali pertemuan. Data pertemuan pertama dan kedua digabung kemudian dibagi dua. Itulah data yang ditampilkan pada tabel di atas.
Data hasil kerja dikumpulkan satu minggu setelah kegiatan tahap pertama. Isian format satu (F1) menjadi dasar untuk menyusun bagian pendahuluan proposal. Setelah dilakukan penilaian terhadap proposal dengan kriteria seperti diungkapkan sebelumnya, terlihat data seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Data Hasil Siklus Pertama

No Hasil Kerja Peserta Memper-lihatkan Kategori
Jml
5 4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Iml % Jml %
1. Relevansi Antarkom-ponen 0 0 09 18,36 30 61,22
10 20,40 0 0 49
2. Kebenaran Rumusan Tiap Komponen 0 0 06 12,24 33 67,34 10 20,40 0 0 49
3. Kekomu-nikatifan (penggunaan bahasa) 0 0 03 06,12 24 48,97 22 44,89 0 0 49
Rata-rata 0 06 29 10 0
Persentase 0% 12,21 59,18 20,40
Pada tahap pertama (siklus pertama) data proses menunjukkan, rata-rata pada posisi 4 hanya 12,21 persen dengan rincian untuk kesungguhan 12,24 persen, disiplin 18,36, dan kesistematisan dalam kerja 06,12. Data ini menggambarkan, bahwa aktifitas peserta masih jauh dari yang diharapkan pada indikator kinerja. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang berpengaruh pada kesungguhan adalah, informasi yang diberikan peneliti diawali dengan suruhan agar peserta mencatat lima hal yang perlu diperbaiki dan atau ditingkatkan dalam praktik-praktik pembelajaran. Mereka umumnya tahu bahwa banyak hal yang akan ditingkatkan, tetapi mereka kurang bersungguh-sungguh menentukan yang menjadi prioritas untuk lima hal yang diminta.
Sebanyak 18,36 persen peserta menunjukkan disiplin dalam mengisi format (F1 dan F2) yang disediakan. Mereka yang mengisi dengan disiplin jumlahnya juga masih jauh dari harapan pada indikator kinerja. Hal itu terjadi karena peserta beranggapan, pengisian format ini tidak banyak kaitannya dengan proposal yang akan disusun. Selain itu peserta masih belum merasakan manfaat pengisian format sebagai landasan penyusunan proposal.
Kesistematisan peserta dalam mengisi format masih sangat sedikit. Hanya 06,12 persen. Sebagian besar peserta cendrung mengisi format F1 tidak secara berurutan. Belum tuntas pengisian satu kolom mereka sudah pindah ke kolom yang lain. Padahal isian satu kolom berhubungan dengan kolom lain. Bahkan hubungannya hierarkis. Khusus untuk pengisian yang sistematis ini pada dasarnya secara psikologis bertujuan untuk menata cara bepikir. Supaya peserta berpikir sistemik, berpikir logis, dan berpikir teratur. Hal itulah yang masih sangat rendah perolehan peserta dari data yang ada itu.
Data hasil kerja yang terkumpul tidak jauh berbeda dengan data proses. Hasil kerja peserta yang berada pada kategori (4) untuk relevansi sebanyak 18,36 persen, untuk ketepatan rumusan komopenen 12,24 persen, dan untuk kekomunikatifan 06,12 persen. Ketiga aspek yang dilihat pada hasil kerja peserta, ternyata masih jauh dari yang diharapkan oleh indikator kinerja. Kenyataan-kenyataan itu memberikan gambaran yang kompleks tentang cara berpikir, cara kerja, dan cara menuangkan isian format F1 ke dalam bentuk tulisan.
Relevansi antarkomponen pada bagian pendahuluan proposal pada dasarnya sangat diperlukan. Akan tetapi peserta belum melakukan seperti yang diharapkan. Misalnya relevansi antara rumusan masalah dengan tujuan penelitian, antara tujuan dengan manfaat atau kontribusi penelitian. Hal itu terjadi karena alur berpikir peserta yang masih belum sistematis. Selain itu mereka terlihat belum membiasakan diri untuk mengaitkan anatas satu komponen dengan komponen lain dalam penyusun proposal penelitian.
Data proses yang dikumpulkan pada siklus kedua sama dengan tahap pertama. Data itu adalah kesungguhan, kedisiplinan, dan sistematika kerja. Peserta yang hadir pada siklus (tahap) kedua ini 49 orang orang atau seratus persen. Setelah menerima penjelasan tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan format yang dipergunakan, peserta mulai melakukan kegiatan. Lebih lengkap terlihat gambaran pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Data Proses Siklus Kedua

No Peserta Memper-lihatkan Kategori
Jml
5 4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Iml % Jml %
1 Kesung-guhan 0 22 44,89 21 42,85 08 16,32 0 49
2 Kedisip-linan 0 25 51,02 20 40,81 04 08,16 0 49
3. Kesiste-matisan 0 19 38,77 20 40,81 10 20,40 0 49
Rata-rata 0 21 20 08 0
Persentase 0% 44,89 41,49 14,96

Data hasil kerja dikumpulkan satu minggu setelah kegiatan tahap pertama. Isian format satu (F1) menjadi dasar untuk menyusun bagian pendahuluan proposal. Setelah dilakukan penilaian terhadap proposal dengan kriteria seperti diungkapkan sebelumnya, terlihat data seperti pada tabel berikut ini.


Tabel 5. Data Hasil Siklus Kedua


No Hasil Kerja Peserta Memper-lihatkan Kategori
Jml
5 4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Iml % Jml %
1 Relevansi Antarkom-ponen 0 0 35 71,42 05 10,20 09 18,36 0 0 49
2 Kebenaran Rumusan Tiap Komponen 0 0 37 75,51 08 16,32 04 08,16 0 0 49
3 Kekomu-nikatifan (penggunaan bahasa) 0 0 35 71,42 06 12,24 08 16,32 0 0 49
Rata-rata 0 36 06 07 0
Persentase 0% 79,59 12,92 14,28

Pada tahap kedua (siklus kedua) data proses menunjukkan, rata-rata pada posisi 4 naik menjadi 44,89 persen dengan rincian untuk kesungguhan 44,89 persen, disiplin 51,02 dan kesistematisan dalam kerja 38,77. Data ini menggambarkan, bahwa aktifitas peserta meningkat dan menuju indikator kinerja yang diharapkan. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang berpengaruh pada kesungguhan adalah, informasi yang diberikan peneliti semakin dipahami oleh peserta. Peserta semakin menyadari, bahwa proses kerja berlangsung hierarkis. Jika pekerjaan awal tidak dilakukan, pekerjaan berikut akan terganggu. Keasadaran itulah yang membuat peserta semakin bersungguh-sungguh, bekerja sistematis, dan berdisiplin.
Data hasil kerja yang terkumpul juga menunjukkan peningkatan seperti data proses. Hasil kerja peserta yang berada pada kategori (4) untuk relevansi meningkat menjadi 79,59 persen, untuk ketepatan rumusan komopenen 12,92 persen, dan untuk kekomunikatifan 14,28 persen. Ketiga aspek yang dilihat pada hasil kerja peserta, ternyata mulai bergerak menuju angka yang diharapkan oleh indikator kinerja. Kenyataan-kenyataan itu memberikan gambaran yang kompleks tentang cara berpikir, cara kerja, dan cara menuangkan isian format ke dalam bentuk tulisan mulai meningkat. Peningkatan itu ada hubungan dengan kesadaran pada proses berpikir peserta. Kesadaran bahwa pengisian format dengan benar akan sangat berpengaruh terhadap lahirnya proposal yang benar.
Data proses yang dikumpulkan pada siklus ketiga ini sama dengan tahap pertama. Data itu adalah kesungguhan, kedisiplinan, dan sistematika kerja. Peserta yang hadir pada siklus (tahap) pertama ini 49 orang orang atau seratus persen. Setelah menerima penjelasan tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan format yang dipergunakan, peserta mulai melakukan kegiatan. Lebih lengkap terlihat gambaran pada table berikut ini.
Tabel 6. Data Proses Siklus Ketiga


No
Peserta Memper-lihatkan Kategori
Jml
5 4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Iml % Jml %
1 Kesung-guhan 0 40 81,63 05 10,20 04 08,16 0 49
2 Kedisip-linan 0 44 89,79 05 10,20 0,0 0.0 0 49
3 Kesiste-matisan 0 37 75,51 10 20,40 02 04,08 0 49
Rata-rata 0 40 6 3 0
Persentase 0% 82,31 13,60 06,12

Data hasil kerja dikumpulkan satu minggu setelah kegiatan tahap pertama. Isian format satu (F1) menjadi dasar untuk menyusun bagian pendahuluan proposal. Setelah dilakukan penilaian terhadap proposal dengan kriteria seperti diungkapkan sebelumnya, terlihat data seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Data Hasil Siklus Ketiga


No Hasil Kerja Peserta Memper-lihatkan Kategori
Jml
5 4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Iml % Jml %
1 Relevansi Antarkom-ponen 0 0 44 89,79 05 10,20 0,0 0,0 0 0 49
2 Kebenaran Rumusan Tiap Komponen 0 0 40 81,63 05 10,20 04 08,16 0 0 49
3 Kekomu-nikatifan (penggunaan bahasa) 0 0 37 75,51 10 20,40 02 04,08 0 0 49
Rata-rata 0 40 06 03 0
Persentase 0% 82,31 13,60 06,12

Pada tahap ketiga (siklus ketiga) data proses menunjukkan, rata-rata pada posisi 4 naik menjadi 82,31 persen dengan rincian untuk kesungguhan 81,63 persen, disiplin 89,79, dan kesistematisan dalam kerja 75,51. Data ini menggambarkan, bahwa aktifitas peserta meningkat dan menuju indikator kinerja yang diharapkan. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang berpengaruh pada kesungguhan adalah, informasi yang diberikan peneliti semakin dipahami oleh peserta. Peserta semakin menyadari, bahwa proses kerja berlangsung hierarkis. Jika pekerjaan awal tidak dilakukan, pekerjaan berikut akan terganggu. Keasadaran itulah yang membuat peserta semakin bersungguh-sungguh, bekerja sistematis, dan berdisiplin.
Data hasil kerja yang terkumpul juga menunjukkan peningkatan seperti data proses. Hasil kerja peserta yang berada pada kategori (4) rata-rata meningkat. Untuk relevansi meningkat menjadi 82,31 persen, untuk ketepatan rumusan komopenen 13,60 persen, dan untuk kekomunikatifan 06,12 persen. Ketiga aspek yang dilihat pada hasil kerja peserta, ternyata mulai bergerak menuju angka yang diharapkan oleh indikator kinerja. Kenyataan-kenyataan itu memberikan gambaran yang kompleks tentang cara berpikir, cara kerja, dan cara menuangkan isian format ke dalam bentuk tulisan mulai meningkat. Peningkatan itu ada hubungan dengan kesadaran pada proses berpikir peserta. Kesadaran bahwa pengisian format dengan benar akan sangat berpengaruh terhadap lahirnya proposal yang benar.

Tabel 8. Perbandingan Lengkap Antarsiklus pada

No Aspek dan Kategori Siklus Pertama Siklus Kedua Siklus Ketiga Rata-rata
Jml Persen Jml Persen Jml Persen Jml Persen
1 Data Proses
a. Kesungguhan
4 06 12,24 22 44,89 40 81,63
3 33 67,34 21 42,85 05 10,20
2 10 20,40 08 16,32 04 08,16
b. kedisiplinan
4 09 18,36 25 51,02 44 89,79
3 30 61,22 20 40,81 05 10,20
2 10 20,40 04 08,16
c. kesistematisan
4 03 06,12 19 38,77 37 75,51
3 24 48,97 20 40,81 10 20,40
2 22 44,89 10 20,40 02 04,08
02 Data Hasil
a. relevansi antarkomponen
4 09 18,36 35 71,42 44 89,79
3 30 61,22 05 10,20 05 10,20
2 10 20,40 09 18,36
b. kebenaran rumusan
4 06 12,24 37 75,51 40 81,63
3 33 67,34 08 16,32 04 10,20
2 10 20,40 04 08,16 04 08,16
c. kekomunikatifan
4 03 06,12 35 71,42 37 75,51
3 24 48,97 06 12,24 10 20,40
2 22 44,89 08 16,32 02 04,08

Tabel 8 di atas memberikan informasi kompleks tentang hasil penelitian ini. Tabel ini menginformasikan peningkatan setiap aspek berdasarkan kategori setiap siklus. Kategoti 4 ternyata menunjukkan peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Kategori 3 dan 2 terleihat kecendrungan menurun pada setiap aspek dan item. Dengan demikian, pelatihan berformat ini secara substansial memang berhasil meningkatkan kompetensi guru dari satu fase (siklus) tindakan ke fase (siklus) berikutnya dalam proses dan hasil menyusun proposal penelitian tindakan kelas.
Kinerja penelitian ini ditetapkan pada kategori 4. Untuk lebih jelas diungkapkan kembali indikator kinerja penelitian ini sebagai berikut: (1) enam puluh persen peserta melaksanakan proses dengan kategori 4 untuk setiap aspek yang dinilai; (2) enam puluh persen peserta menyelesaiakan proposal penelitian tindakan kelas pada kategori 4 tiap aspek yang dinilai. Berdasarkan inidkator kinerja itu, kategori yang dijadikan perhatian adalah kategori 4. Kategori-kategori yang lain (1,2,3, dan 5) tidak dibahas hanya sekedar ditampilkan pada penelitian ini.
Pada proses ada tiga aspek yang diteliti yakni aspek kesungguhan, kedisiplinan, dan kesistematisan dalam pengisian format. Ketiga aspek itu memperoleh data pada tiga kategori yakni 4,3, dan 2. Kategori 5 dan 1, tidak memperoleh data. Untuk kepeerluan melihat indikator kinerja penelitian, ketiga aspek yang berada pada kategori 4 dijumlahkan dan dibagi tiga. Diperoleh data rata-rata proses pada kategori 4.
Pada hasil juga ada tiga aspek yang diamati. Ketiga aspek itu adalah relevansi antarkomponen dalam proposal, kebenaran rumusan pada setiap komponen, dan kekomunikatifan dalam penulisan. Ketiga aspek itu memperoleh data pada kategori 4,3, dan 2. Kategori 5 dan 1 tidak memperoleh data. Untuk keperluan melihat indikator kinerja penelitian, ketiga aspek yang berada pada kategori 4 dijumlahkan dan dibagi tiga. Diperoleh data rata-rata proses pada kategori 4. Data proses dan data hasil rata-rata pada kegori 4 itulah yang ditampilkan pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 10
Perbandingan Rata-rata Komulatif Antarsiklus pada Kategori 4

No Data dan Kategori Siklus Pertama Siklus Kedua Siklus Ketiga Rata-rata
Jml Persen Jml Persen Jml Persen Jml Persen
01 Data Proses
4 06 12,21 21 44,89 40 82,31
02 Data Hasil
4 06 12,21 36 79,59 40 82,31

Tabel 10 ini menginformasikan peningkatan yang terjadi pada tiap siklus unntuk proses dan hasil pada kategori 4. Rata-rata siklus pertama untuk hanya 6 orang atau 12,21 persen yang berada pada kategori 4. Pada siklus dua meningkat menjadi 21 orang atau 44,89 persen. Pada siklus tiga meningkat menjadi 40 orang atau 82 persen. Peningkatan-peningkatan pada proses itu pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor pertama adalah karena langkah-langkah pelatihan berformat dirancang secara simultan. Jika pelatihan berformat pertama tidak diselesaikan, pelatihan berikut tidak dapat diikuti. Peserta secara bertahap menyadari hal itu, oleh karena itu baik kesungguhan mapun kedisiplinan dan kesistematisan bekerja mereka upayakan memeprbaikinya dari satu sikulus ke siklus berikut.
Faktor kedua adalah motivasi yang timbul dari dalam diri peserta. Target yang ditetapkan adalah tersusunnya proposal yang memadai. Dengan target itu, peserta merasa memiliki arah yang jelas tentang capaian. Dengan arah itu mereka mencoba berdisiplin, bersungguh-sungguh, dan bekerja sistematis. Faktor ketiga adalah pengaruh format yang disediakan. Format tersebut ditata sedemikian rupa. Isiannya harus mengikuti pola pelatihan. Jika isiannya tidak dibuat dengan cara yang sistematis, akibatnya menimbulkan masalah setelah penulisan proposal. Berpengalaman dalam pengisian format pada siklus pertama, peserta meminimalisir kesalahan yang sama pada sikulus kedua. Begitu seterusnya, sehingga terjadi pengingkatan dari satu siklus ke siklus berikut.
Data hasil memperlihatkan hal yang sama, yakni peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Pengisian format dengan benar bermuara kepada penulisan proposal. Artinya, hal-hal yang dituangkan ke dalam format menjadi bahan mentah untuk proposal. Isi yang ada pada setiap format menjadi substansi pada proposal. Format 1 (F1) misalnya, merupakan substansi dari bagian pertama proposal. Jika F1 diisi dengan benar, isian pada bagian pertama proposal terakomodasi oleh isian format ini. Begitu juga halnya dengan format-format yang seperti yang dijelaskan pada bagain sebelumnya.
Data hasil menggambarkan pada siklus pertama rata-rata pada ketegori 4 hanya enam orang atau 12,21 persen. Pada siklus kedua meningkat menjadi 36 orang atau 79,59 persen. Pada siklus ketiga menjadi 40 orang atau 82,31 persen atau sama dengan siklus ketiga pada proses. Peningkatan tersebut terjadi karena dua hal. Kedua hal itu adalah pengisian format yang sudah benar dan motivasi untuk menyelesaikan proposal. Artinya, bahan yang akan dijadikan isi proposal telah tersedia di dalam format. Bahan itulah kemudian yang akan diolah, dikembangkan, diungkapkan menjadi tulisan. Sekurang-kurangnya, syarat utama untuk menulis sudah tersedia di dalam format, yakni bahan yang akan ditulis (bahan tulisan). Faktor kedua adalah motivasi. Motivasi yang tinggi menjadi daya dorong bagi peserta untuk berlatih menyelesaikan proposal. Oleh karena itu, terjadi pengingkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Indikator kinerja penelitian ditetapkan, enam puluh persen peserta menempati posisik pada kategori 4. Hal itu meliputi proses dan hasil pelatihan. Data proses dan data hasil menunjukkan pada siklus ketiga capaian adalah 40 orang atau 82,31 persen. Dengan demikian, capaian hasil penelitian ini lebih tinggi dara indikator kinerja yang ditetapkan. Dengan demikian, hipotesis tindakan yang diajukan bahwa kemampuan guru menyusun proposal penelitian tindakan kelas dapat menignkat melalui pelatihan berformat, dapat diterima. Artinya, dengna pelatihan berformat terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun proposal.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian. Kedua jenis data itu adalah data proses dan data hasil. Data proses meliputi kesungguhan, kedisiplinan, dan kesitematisan dalam bekerja. Data hasil meliputi hasil kerja peserta berupa proposal penelitian. Pada hasil, hal yang dilihat adalah relevansi antarkomponen, kebenaran rumusan, dan kekomunikatifan.
2. Kategori yang ditetapkan untuk melihat hasil adalah 5, 4, 3, 2, dan 1. Rentangan menyatakan sangat positif dan sangat tidak positif. Dari rentangan itu ditetapkan kinerja. Kinerja tersebut adalah sekurang-kurangnya 60 persen peserta mencayapi kategori 4.
3. Hasil penelitian menurut sikulus terlihat sebagai berikut: (1) untuk proses siklus pertama 12,21 persen atau 6 orang, siklus kedua 44,89 persen atau 21 orang, dan siklus ketiga 82 persen atau 40 orang; (2) untuk hasil siklus pertama 12,21 persen atau 6 orang, siklus kedua 79,59 persen atau 36 orang, dan siklus ketiga 82,31 atau 40 orang.
4. Berdasarkan data tersebut, pelatihan berformat ternyata dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun proposal penelitian tindakan kelas. Dengan demikian, hipotesis tindakan yang diajukan yaitu, ”kemmapuan guru menyusun proposal PTK dapat meningkat melalui pelatihan berformat,” dapat terjawab atau terbukti.
Saran
1. Saran praktis disampaikan kepada para guru yang berminat untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas diawali dengan penyusun proposal. Penyusunan proposal dapat dilakukan dengan menggunakan format yang seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
2. Saran birokratis disampaikan kepada para pengambil keputusan, bahwa penelitian-penelitian praktis yang berfungsi menfasilitasi guru perlu diperbanyak. Dengan demikian akan lahir berbagai metode dan tekni menfasilitasi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
3. Saran teoretis disampaikan kepada para peneliti, terutama penelitian terapan atau penelitian praktis. Penelitian sederhana ini mungkin dapat ditindaklanjuti untuk melahirkan metode dan teknik yang lebih mangkus untuk melatih guru dalam pengembangan profesi umumnya dan penelitian tindakan kelas khususnya.

REFERENSI
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumis Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PMPTK
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Margono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rustam, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Ketenagaan Perguruang Tinggi, Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdiknas
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yusuf, A.Muri. 2005. Metode Penelitian, Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press

No comments:

Post a Comment