KARDOBA

Kardoba, sayup-sayup dan sepi

Kudaku zanggi bulan purnama

Dan buah zaitun di kantung pelana

Walau-pun kukenal jaring jalanya

Rasakan tak sampai ke Kardoba

Itulah bait-bait puisi yang di tulis oleh Lorna Lorca. Saya tidak tahu pasti apa yang ada di dalam benak sang penyair ketika menulis puisi tersebut. Semula saya kira Lorca itu adalah seorang penyair muslim yang menangisi kejatuhan Kardoba dan lenyapnya islam dari bumi Spanyol. Namun akhirnya saya tahu, Lorna Lorca bukan seorang Muslim

Terlepas dari muslim atau tidaknya sang penyair, namun syair itu menggambarkan kegemasan dan kepedihan hati kita terhadap nasib warga muslim yang hancur dan lenyap dari Kardoba dan Spanyol pada umumnya setelah bercokol disana selama lebih kurang 800 tahun.

Dimulai dari kesah heroik Tarik bin Ziad yang akan dikenang oleh sejarah, dengan pasukannya yang tidak terlalu besar mendarat di Spanyol, kemudian membakar armada kapa-kapalnya, sehingga hanya memunculkan dua pilihan kepada pasukannya, menang atau mati, tidak ada jalan mundur. Kisah ini berlanjut dengan kemenangan gemilang dari generasi kegenerasi muslim di bumi Eropa. Kemajuan teknologi dan pengetahuan yang akhirnya mendatangkan kemakmuran yang berlimpah limpah.

Kemakmuran yang berlimpah-limpah inilah yang sebenarnya menjadi malapetaka. Para muslim tidak lagi hidup sebagai mana layaknya tuntutan islam. Pesta mabuk-mabukan, mengumbar nafsu syawat adalah kebiasan mulai dari raja-raja sampai kepada rakyat. Saling berebut kekuasaan, bunuh membunuh sesama muslim untuk melanggengkan kekuasaan, peperangan tujuannya tidak lagi mengembangkan islam tapi lebih banyak karena keserakahan dan mendapatkan perempuan-perempuan cantik untuk dijadikan hamba sahaya untuk pemuas nafsu. Pada akhirnya kerajaan islam di sana terpecah-pecah menjadi kerajaan kerajaan kecil yang lemah dengan kepentingan sendiri-sendiri. Dan seperti sudah diramalkan, bahwa umat islam tidak akan berjaya jika jalan hidupnya tidak lagi berpegang pada tuntutan Quran dan hadis. Begitulah nasib kaum muslimin di Spanyol, merka dilindas oleh kerajaan kristen katolik Ratu Isabela dan Ferdinan Aragon. Mereka hanya punya pilihan murtad pindah agama atau mati dipancung atau di tiang gantungan. Rata-rata mereka lebih sayang pada nyawa dan pindah agama.

Pada mulanya banyak dari mereka pindah agama menjadi kristen karena ketakutan tapi tetap secara sembunyi sembunyi menjalankan syariat islam, namun apa yang terjadi, yang ketahuan berpura-pura pindah agama ini hukumannya dibakar- hidup hidup setelah mereka melalui penyiksaan yang amat keji. Dari generasi kegenerasi, secara beransur namun pasti, islam menghilang dari bumi Spanyol. Kelalaian satu generasi menyebabkan kemusnahan yang sangat menghina

Kadoba, sayup-sayup dan sepi

1 comment:

  1. tarik bin ziad panglima dengan strategi tiga kutub/ penghujung hati yng utuh-ampuh. itu tergali dahulu dan berikutnnya tanpa bayak generasi resesapi makna spiritual. makna ini diselubungi oleh makana antusiastis dan patriotis-dunia fatamorgana. Seyogyanya tiga faktor aspek makna itu mustahil tak berkait erat satu dengan yang lainnya. Hanya faktor patriotis rupanya baru dapat dijabarkan secara ( ages: chronologis dst. ). Sedangkan duanya menanti petunjuk dari Pencipta-kita. ssemoga kita merolehnya. Amin.

    ReplyDelete