PROGRAM PEMBEBASAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KOTA MAKASSAR

Dr. Sukardi Weda, S.S., M.Hum., M.Pd., M.Si.
Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengetahui kondisi awal sebelum pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar, (ii) mengetahui efisiensi program tersebut dalam pendayagunaan sumberdaya program, (iii) mengetahui efektifitas program tersebut terhadap pembebasan biaya operasional sekolah kepada siswa,   dan (iv) mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar.  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe formatif untuk mengetahui proses dan sumatif untuk mengetahui outcome. Sedangkan tipe penelitian ini adalah penelitian evaluasi, yakni mengevaluasi kebijakan pemerintah. Responden dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa. Jumlah keseluruhan responden yang sekaligus menjadi unit anĂ¡lisis dalam penelitian ini adalah 323 orang, terdiri atas siswa 157 orang, orang tua siswa sebanyak 123 orang, dan guru dan kepala sekolah sebanyak 43 orang. Selain itu, pedoman perencanaan pendidikan berdasarkan evaluasi, strategi peningkatan mutu layanan pendidikan dasar 9 tahun, dan rekomendasi kebijakan dan model Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah yang disarankan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Setelah Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah diimplementasikan oleh pemerintah Kota Makassar, maka permasalahan seperti: sulitnya akses, terdapatnya siswa putus sekolah (DO), dan lain-lain dapat dihindari. Mutu layanan pendidikan dasar 9 tahun juga mengalami peningkatan setelah ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah.

Kata-Kata Kunci:  Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, Mutu Layanan Pendidikan, Rekomendasi Kebijakan, Makassar


SCHOOL OPERATIONAL BUDGET FREE PROGRAM TO IMPROVE THE QUALITY OF BASIC EDUCATION SERVICE IN MAKASSAR
  Abstract
This research aims to find out  (i) pre-existing condition before the implementation of school operational budget free program, (ii) efficiency of the program, (iii) effectiveness of the program, and (iv) supporting and obstacle factors of the program The research employed qualitative design. This research is evaluative research because it behaves to know the effect of government policy. The type of evaluative research employed in this research is formative and summative type. Formative type is employed to see the process and summative is intended to see the outcome of the program. There are 323 people participate in this research as unit analysis. They are students (157), teachers and school principals (43), and students’ parents (123). The research findings reveal that after implementing the school operational budget free program in Makassar municipality, there is no students drop out from school. Educational quality of 9 basic education improves after the program implementation.

Keywords:    School operational budget free program, policy   recommendation, Makassar



A. PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan di bidang pendidikan adalah terdapatnya sejumlah anak putus studi (drop out), siswa mengulang, dan penduduk yang tidak/belum pernah sekolah. Sensus terakhir BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2000 melaporkan bahwa 69 persen dari 203.456.005 penduduk belum menuntaskan pendidikan dasar 9 tahun (Media Indonesia, 2006: 24). Depdiknas juga mencatat, sebanyak 1,5 juta anak di Indonesia belum mendapatkan pendidikan dasar. Selain itu, sebanyak 2,5 persen dari total 25 juta siswa SD – SMP yang telah bersekolah terpaksa putus sekolah karena terbentur masalah ekonomi (Media Indonesia, 2006: 23).
Penyebab utama angka putus sekolah tersebut tiada lain adalah faktor kemiskinan, seperti dilaporkan oleh SMERU bahwa lebih dari 70% pekerja anak dan anak-anak bukan pekerja yang putus sekolah menyebutkan bahwa variabel-variabel yang berkaitan dengan kemiskinan (misalnya ”alasan biaya,” ”alasan keuangan,” dan ”untuk membantu orang tua”) adalah alasan utama mereka meninggalkan bangku sekolah (SMERU, 2003: 16).  Laporan ini diperkuat oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2003 yang mengatakan bahwa alasan tidak/belum pernah/tidak bersekolah lagi adalah karena tidak ada biaya, responden juga mengatakan bahwa mereka bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan (BPS, 2003: 13).
Dalam konteks itulah, maka pemerintah berkewajiban untuk menyediakan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  yang bermutu kepada setiap warga negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,” dan Ayat (2) "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dengan amanat konstitusi tersebut maka pemerintah Kota Makassar menyelenggarakan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah (Sekolah Bersubsidi Penuh) kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP).
Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  di Kota Makassar telah memasuki tahun kedua. Evaluasi terhadap Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar perlu dilakukan karena program ini bukanlah program sesaat, tetapi program jangka panjang pemerintah pusat, karenanya perlu dipikirkan bagaimana program ini dapat berlangsung secara berkelanjutan.  Untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah tersebut perlu langkah-langkah evaluasi yang tepat. Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas program tersebut terhadap mutu layanan pendidikan, maka dilakukan penelitian untuk mengevaluasi efektifitas Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah tersebut.

Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1)            Bagaimana kondisi awal sebelum pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar?
2)            Bagaimana efisiensi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar dalam pendayagunaan sumber daya program?
3)            Bagaimana efektifitas Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar terhadap keringanan dan pembebasan biaya operasional sekolah?
4)            Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1)            mengetahui kondisi awal sebelum pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar.
2)            mengetahui efisiensi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah dalam pendayagunaan sumber daya program.
3)            mengetahui efektifitas Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah terhadap keringanan dan pembebasan biaya operasional sekolah di Kota Makassar.
4)            mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar.




B. KAJIAN PUSTAKA
1) Evaluasi Efektifitas Program
Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek mencapai sasaran  dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dalam rangka peningkatan mutu kinerja program atau proyek tersebut, seperti diungkapkan oleh Hikmat (2004: 3) bahwa evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek.
Evaluasi program adalah upaya penelitian yang dilakukan secara sistematis dan obyektif dengan tujuan mengkaji proses dan hasil dari suatu kegiatan/program/kebijakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk menentukan sejauhmana hasil atau nilai yang telah dicapai program. Sekaitan dengan ini, Moekijat (1981: 15) mengatakan bahwa evaluasi atau penilaian berarti penentuan nilai.
Nilai disini adalah tingkat keberhasilan suatu program yang diketahui setelah melakukan suatu evaluasi yang cermat terhadap program dengan menggunakan indikator-indikator keberhasilan. Evaluasi sangat diperlukan dalam rangka keberlanjutan (sustainability) program tersebut. Evaluasi juga dilakukan sebagai perhitungan ketepatan terhadap suatu program/kegiatan sehingga program dapat memberikan nilai investasi yang memadai (Djamin, 1993).
Sejalan dengan pendapat Djamin ini, Hikmat, dkk (2005: 17) memberikan batasan tentang pentingnya evaluasi program/kegiatan antara lain: (i) memperlihatkan keberhasilan atau kegagalan program/kegiatan; (ii) menunjukkan dimana dan bagaimana perlu dilakukan perubahan-perubahan; (iii) memperlihatkan bagaimana kekuatan atau potensi dapat ditingkatkan; (iv) memberikan informasi untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan; dan (v) membantu untuk dapat melihat konteks dengan lebih luas serta implikasinya terhadap kinerja program/kegiatan.
Dalam kegiatan evaluasi, faktor efektifitas dan efisiensi merupakan hal utama yang menjadi titik perhatian para evaluator. Efektifitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional, konsep efisiensi memperlihatkan nisbah antara biaya dan keuntungan yang harus dipikul  dalam mengejar tujuan-tujuan tersebut. Dengan perkataan lain, efisiensi memperhatikan masalah jumlah masukan (seperti bahan baku, uang, manusia) yang diperlukan untuk memperoleh tingkat keluaran yang ditentukan atau tujuan tertentu (Steers, 1985: 61 – 62).
Penelitian efektifitas program perlu dilakukan untuk menemukan informasi tentang sejauhmana manfaat dan dampak yang ditimbulkan oleh program kepada penerima program. Hal ini juga menentukan dapat tidaknya suatu program dilanjutkan.
Dalam evaluasi program, ada sejumlah pendekatan yang sering digunakan oleh para evaluator atau peneliti, antara lain: evaluasi dampak, evaluasi pencapaian tujuan, evaluasi kebutuhan (need), evaluasi proses (formative), evaluasi outcome (sumative).

2) Pendekatan Evaluasi Program
Pendekatan yang digunakan dalam rangka evaluasi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah di Kota Makassar adalah evaluasi formatif dan outcome (sumatif).
Di dalam evaluasi ini terdapat beberapa faktor penting yang harus diketahui sebagai proses yang sistematis. Secara keseluruhan, sistem evaluasi program/kegiatan meliputi: kondisi awal (pre-existing condition), masukan (inputs), aktivitas, keluaran (outputs), manfaat (outcomes), dampak (impacts), dan faktor pendukung dan penghambat program.
a.       Kondisi awal adalah keadaan atau situasi yang terjadi sebelum program digulirkan, dapat berupa kondisi permasalahan, prioritas masalah dan kebutuhan, potensi dan sumber, intervensi/upaya yang telah dilaksanakan, kebijakan dan program yang sudah ada, dan sebagainya.
b.      Masukan (inputs) adalah faktor-faktor utama yang digunakan dan mempengaruhi langsung jalannya aktifitas program.
c.       Aktifitas adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama program berlangsung.
d.      Keluaran (outputs), yaitu yang dikeluarkan langsung/hasil dari kegiatan program, dapat berupa kenaikan hasil fisik, keluaran jumlah, volume, dan sebagainya. Keluaran juga mencerminkan indikator hasil fisik dari pencapaian tujuan spesifik/khusus (objectives).
e.       Manfaat (outcomes), yaitu kegunaan/faedah/manfaat langsung yang dapat dinikmati karena adanya investasi program, yang dapat berupa baik kenaikan fisik hasil produksi, perubahan sikap dan perilaku, perbaikan kualitas, perubahan tingkat kemampuan, kesediaan berbuat lebih baik, dan sebagainya. Umumnya juga disebut hasil fungsional atau merupakan indikator fungsional dari pencapaian tujuan spesifik/khusus (objectives).
f.       Dampak (impacts), yaitu akibat yang timbul karena adanya suatu investasi program (baik positif maupun negatif). Umumnya dalam jangka waktu lebih lama dari manfaat langsung dan merupakan indikator pencapaian tujuan umum (goals).
g.      Faktor-faktor antara, yang mempengaruhi keberlangsungan program secara tidak langsung, baik berasal dari dalam lingkungan program (faktor internal) maupun berasal dari luar lingkungan program (faktor eksternal). Faktor-faktor ini dapat berupa faktor pendukung atau faktor penghambat program yang akhirnya mempengaruhi keseluruhan keluaran (outputs) program.

C. METODE PENELITIAN
1) Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan tipe penelitian ini adalah penelitian evaluasi, yakni mengevaluasi kebijakan pemerintah daerah tentang Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, dan jenis penelitian evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif (proses) dan sumatif (outcome).

2) Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di 3 sekolah dasar (SD) dan 2 sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Makassar. Seluruh proses penelitian bermula dari pembuatan proposal yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010, penyusunan instrumen penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei -  September 2010. Selanjutnya pada minggu pertama bulan September  2010, dilakukan penyusunan laporan. Pelaksanaan seminar dan perbaikan draft laporan akhir pada minggu kedua bulan Oktober 2010. Selanjutnya, penyerahan laporan akhir penelitian ke Bappeda Kota Makassar  pada minggu keempat bulan Oktober 2010.

3) Teknik Penarikan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik penarikan sampel probabilita yakni secara ”teknik random atas dasar strata yang proporsional”(proportional stratified random sampling). Teknik penarikan sampel stratifikasi ini dipilih karena kemampuannya untuk lebih tepat menduga populasi karena variasi dalam populasi dapat terwakili dalam sampel, teknik ini juga sangat berguna dalam penelitian ini karena  populasi penelitian ini cenderung heterogen. Unit analisis penelitian ini berjumnlah 323 orang terdiri atas guru dan kepala sekolah sebanyak 43 orang, orang tua siswa 123 orang, dan siswa sebanyak 157 orang.

4) Teknik Pengumpulan Data
Teknik utama pengumpulan data adalah wawancara mendalam (indepth interview), Kuesioner, dan studi kepustakaan (dokumen). Ketiga langkah dalam pengumpulan data ini dengan sendirinya membentuk suatu model triangulasi (triangulation model). Dalam penelitian ini, juga dilengkapi dengan teknik audiovisual meliputi perekaman suara dan dokumen gambar (foto).
Wawancara Mendalam (Indepth Interiew). Untuk mendapatkan data primer kualitatif langsung dari para informan yakni kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Penulis menggunakan pedoman wawancara  (interview guide) yang berisi pokok-pokok pertanyaan yang diajukan langsung kepada informan tersebut. Untuk itu peneliti menentukan sejumlah informan penelitian yang dinilai dapat merepresentasikan obyek permasalahan yang diteliti. Wawancara dilaksanakan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan, serta pewawancara merekam informasi yang disampaikan oleh informan. Wawancara juga dilakukan kepada orang tua siswa dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan semi terbuka, dan peneliti menulis jawaban-jawaban dari para responden.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Awal Sebelum Pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah
Sebelum Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassar, ada beberapa kondisi awal yang perlu dikemukakan, yang selanjutnya akan diperbandingkan dengan keadaan setelah berlangsungnya program. Kondisi awal tersebut menyangkut minat orang tua untuk menyekolahkan putera/puteri mereka, kesempatan siswa dari keluarga tidak mampu untuk mengakses pendidikan dasar, dan angka putus sekolah (drop out).
Informasi yang diperoleh dari sejumlah guru dan kepala sekolah menunjukkan bahwa para orang tua memiliki minat yang kurang untuk menyekolahkan putera-puteri mereka, yakni sebanyak 21 orang (48,84%) mengatakan bahwa minat orang tua masih kurang untuk menyekolahkan anak mereka sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah.  Terdapat 13  orang (20,93%) yang mengatakan bahwa orang tua memiliki minat tinggi tapi tekendala biaya, seperti tampak pada grafik 5:

Grafik 5. Kondisi Awal
Sebelum pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, terdapat 67,64 persen responden memberikan jawaban bahwa siswa dari kelompok miskin mengalami kesulitan akses pendidikan dasar 9 tahun, seperti tampak pada grafik 6 berikut:




Grafik 6. Akses Pendidikan Dasar 9 Tahun

Sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, 29 (67,64%) responden dari guru dan kepala sekolah memberikan jawaban bahwa siswa dari kelompok miskin mengalami kesulitan akses pendidikan dasar 9 tahun. Hanya 4 atau 9,3%  responden mengatakan bahwa siswa dari keluarga tidak mampu tidak mengalami kesulitan akses pendidikan dasar 9 tahun. Dalam kaitannya dengan putus sekolah (drop out), terdapat 31 orang (72,09%) mengatakan bahwa sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, terdapat siswa putus sekolah. Hanya 10 orang atau 24.07% yang mengatakan bahwa sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, tidak ada siswa yang drop out, dan dua diantaranya (4,65%) yang tidak memberikan jawaban seperti tampak pada grafik 6. Adapun alasan responden tentang terdapatnya siswa  drop out adalah cukup variatif, seperti membantu orang tua (46,51%), tidak ada biaya sekolah/transpor (34,88%), dan tidak menjawab (18,60%).

Grafik 6. Putus Studi (Drop Out)

2. Efisiensi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dalam Pendayagunaan Sumber Daya Program
1).  Masukan (Inputs) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  Menurut Kepala Sekolah dan Guru

Masukan program meliputi kualifikasi pendidikan dan pengalaman staf, keterlibatan staf, sarana-prasarana untuk program, struktur orangisasi/manajemen program, pemahaman juklak/juknis, dan ketersediaan dana dari Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah .
Profesionalisme dan kualitas para staf yang terlibat dalam program cukup baik, mereka dapat memahami dengan baik petunjuk-petunjuk pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah . Pengalaman staf program didukung oleh pendidikan yang cukup memadai, dan dengan disertai pengabdian yang tulus untuk senantiasa meningkatkan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat.

Grafik 6. Kualifikasi Pendidikan dan Pengalaman Staf

2) Masukan (Inputs) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  menurut Orang Tua Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen responden dari orang tua mengetahui putera-puteri mereka mendapat subsidi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dari pemerintah Kota Makassar.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 102 orang (82,92%) mengatakan bahwa ada sosialisasi tentang Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  di sekolah, dan hanya 21 orang (17,07%) mengatakan tidak ada sosialisasi. Biasanya sosialisasi tentang informasi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dari sekolah melalui rapat-rapat yang diadakan di sekolah yang dihadiri oleh kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan orang tua siswa.
Adapun penjelasan yang disampaikan pada saat penyampaian informasi perihal Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  di sekolah atau melalui rapat di sekolah adalah tentang biaya Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, yakni terdapat 54 orang (43,90%), buku-buku gratis sebanyak 27 (21,95%) responden dari orang tua, terdapat 9 orang (7,31%) mengatakan perlengkapan gratis, terdapat 3 orang (2,43%) mengatakan wajib belajar 9 tahun. Sementara 4 orang atau 3,25% mengatakan mutu pendidikan, dan 8 orang atau 6,50% mengatakan pentingnya Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, dan tidak memberikan jawaban sebanyak 20 orang (16,26%).
Adapun media yang digunakan untuk menyosialisasikan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  adalah elektronik, cetak, buku, pengumuman, rapat, surat, dan brosur, seperti tampak pada grafik 13 berikut.
Grafik   13. Media Informasi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah

3) Masukan (Inputs) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  Menurut Siswa
Data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa 107 orang (68,15%) dari siswa mengetahui mereka mendapat subsidi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dari pemerintah  Kota Makassar dan terdapat 50 orang (31,84%) yang tidak mengetahui jika mereka mendapat subsidi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah dari Pemerintah Kota Makassar, seperti tampak pada grafik 14.

Grafik 14. Pengetahuan tentang Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah
Para responden dari siswa mengetahui bahwa mereka mendapat subsidi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dari pemerintah Kota  Makassar. Informasi tentang subsidi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  tersebut diperoleh siswa dari kepala sekolah, guru di kelas, TV, dan surat kabar. Adapun persentase pendapat siswa tentang sumber informasi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  adalah dari kepala sekolah sebanyak  117 orang (74,52%), dari guru sebanyak 25 orang (15,92%), dari televisi sebanyak 3 orang (1,91%), dan dari surat kabar sebanyak 2 orang (1,27%), seperti terlihat pada grafik 15.
Siswa juga berpendapat bahwa sosialisasi tentang Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  pernah dilakukan di sekolah, yakni terdapat 157 orang siswa (100%) mengatakan pernah. Adapun tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi di sekolah adalah pada saat upacara, di dalam kelas, dan di sekolah. Dari 157 siswa, terdapat 56 orang (35,66%) mengatakan pada saat berlangsungnya upacara, dan terdapat 16 orang (10,19%) mengatakan di ruang kelas, dan terdapat 85 siswa atau 54,14% mengatakan di sekolah.
Adapun penjelasan yang diberikan pada saat sosialisasi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  kepada siswa adalah biaya Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, buku-buku gratis, dan siswa diharapkan rajin belajar. Dalam kaitannya dengan penjelasan tersebut, terdapat 85 siswa (54,14%) mengatakan biaya Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, 48 siswa (30,57%) mengatakan buku-buku gratis, dan terdapat 24 atau 15,28% siswa mengatakan penjelasan yang diberikan adalah para siswa diharapkan supaya rajin belajar.

4)  Keluaran (Outputs) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  Menurut Kepala Sekolah dan Guru

Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  telah dijalankan oleh staf di sekolah sesuai dengan tahapan program yang telah direncanakan, yaitu dimulai dengan rapat antara kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua siswa, pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan, ketersediaan data, proses alokasi dan seleksi, mekanisme pengambilan dan penyaluran dana, kegunaan dana, monitoring dan evaluasi, adminsitrasi, pengaduan masyarakat, dan bentuk pertanggungjawaban, dan lain-lain.

Grafik 19. Alokasi dan Seleksi Dilakukan Melalui Mekanisme Rapat
Terdapat 40 orang (93,02%) responden mengatakan bahwa peserta rapat alokasi dan seleksi adalah kepala sekolah, guru, komite sekolah dan staf, dan hanya 3 orang diantaranya  atau 6,97% mengatakan pemkot/dinas pendidikan kota. Seluruh responden (100%) juga mengatakan bahwa alokasi dan seleksi dilaksanakan tepat sasaran.
Tentang kepuasan penerima Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah, terdapat 32 orang (74,41%) mengatakan bahwa penerima dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  merasa puas, dan hanya 11 orang (25,58%) mengatakan tidak puas. Mengenai penyaluran dana, terdapat 39 orang (90,69%) mengatakan bahwa dana telah disalurkan sesuai dengan prosedur, dan hanya 4 orang (4,30%) mengatakan tidak sesuai dengan prosedur, seperti tampak pada grafik 20.

Grafik 20. Penyaluran Dana

Dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  yang diperoleh dari bank pada umumnya langsung disalurkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan disamping karena dana tersebut tidak boleh untuk disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan, dipinjamkan kepada pihak lain, membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid, membangun gedung/ruangan baru, membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran, menanamkan saham, dan membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan kelebihan jam mengajar, tetapi juga karena memang sekolah sangat membutuhkan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan proses pembelajaran di sekolah.

5) Keluaran (Outputs) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  Menurut Orang Tua Siswa
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 93 orang responden (75,60%) dari orang tua mengatakan bahwa sosialisasi pernah dilakukan oleh sekolah kepada orang tua siswa, dan hanya 30 orang (24,39%) yang mengatakan bahwa sosialisasi tentang Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  tidak pernah dilakukan oleh pihak sekolah kepada orang tua siswa, seperti tampak pada grafik 27.


Tabel  3. Jenis kegiatan kesiswaan yang dibiayai Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah
 menurut orang tua siswa


Jenis Kegiatan
Orang Tua Siswa
Ya
%
Tidak
%
Tidak tahu
%
Total
Total
%
Pembelajaran
111
90,24
8
6,50
4
3,25
123
100
Program remedial
112
91,05
3
2,43
4
3,25
123
100
Program pengayaan
67
54,47
16
13,00
40
32,52
123
100
Olahraga
117
95,12
2
1,62
4
3,25
123
100
Kesenian
123
100
0
0
0
0
123
100
Pramuka
118
95,93
2
1,62
3
2,43
123
100
Palang merah remaja
120
97,56
1
0,81
2
1,62
123
100

Disamping pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru dan kegiatan kesiswaan seperti disebutkan di atas, dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  juga digunakan untuk pembiayaan ulangan di sekolah, seperti ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah (UAN), dan laporan hasil belajar siswa, seperti tampak pada tabel 4.
Mayoritas responden menjawab bahwa jenis-jenis ulangan di sekolah telah dibebaskan (tidak lagi dipungut biaya). Ini mencerminkan bahwa penyaluran dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  untuk membebaskan siswa dari berbagai macam ulangan telah terlaksana dengan baik.




6)  Keluaran (Outputs) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  Menurut Siswa
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa program pembebasan biaya operasional sekolah  telah membantu pembelian alat/perlengkapan sekolah, seperti buku, pulpen, baju seragam, dan baju olahraga, namun masih sangat minim, seperti tampak pada tabel 7.

Tabel  7. Bantuan Pembelian Alat/Perlengkapan Sekolah

Jenis Bantuan
Siswa
Ya
%
Tidak
%
Tidak tahu
%
Total
Total
%
Buku
97
67,78
2
1,27
58
36,94
157
100
Pulpen/pensil
93
59,23
15
9,55
49
31,21
157
100
Baju seragam
69
43,94
62
39,49
26
16,56
157
100
Baju olahraga
56
35,66
72
45,85
29
18,47
157
100


E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1)  Kesimpulan
Penelitian mengenai efektifitas dan efisiensi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  di Kota Makassar ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
a)      Sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah , orang tua siswa terutama siswa dari kelompok miskin merasa kesulitan untuk menyekolahkan putera-puteri mereka, dan sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  digulirkan oleh pemerintah Kota Makassar, terdapat sejumlah peserta didik yang mengalami putus sekolah. Disamping itu, sebelum ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah , siswa tidak mampu tidak dapat mengakses pendidikan dasar 9 tahun. Setelah Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  diimplementasikan oleh pemerintah Kota Makassar, maka permasalahan seperti: sulitnya akses, terdapatnya siswa putus sekolah (DO), dan lain-lain dapat dihindari. Mutu layanan pendidikan juga mengalami peningkatan setelah ada Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah .
b)      Sarana dan prasarana program yang tersedia cukup memadai. Struktur organisasi dan manajemen Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  juga cukup baik yang terdiri dari kepala sekolah, guru, komite sekolah dan komite-komite kelas, dan mekanisme kerjanya berjalan dengan baik sesuai prinsip administrasi dan manajemen organisasi yang baik, yakni ada ketua, sekretaris, bendahara dan lain-lain. Semua staf pengelolah Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah   senantiasa mengadakan rapat dalam rangka implementasi program sebagaimana mestinya. Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah   telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan program yang telah direncanakan, yaitu dimulai dengan rapat antara kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan orang tua siswa, pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan, ketersediaan data, proses alokasi dan seleksi, mekanisme pengambilan dan penyaluran dana, kegunaan dana, monitoring dan evaluasi, administrasi, pengaduan masyarakat (UPM), dan bentuk pertanggungjawaban. Orang tua mampu dan orang tua tidak mampu mengetahui putera-puteri mereka mendapat subsidi dari Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dari Pemerintah Kota Makassar melalui sosialisasi yang dilakukan oleh pihak sekolah. Demikian halnya dengan paras siswa, mengetahui bahwa mereka memperoleh subsidi Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  dari sekolah melalui sosialisasi intensif yang dilakukan oleh pihak sekolah.
c)      Manfaat yang diperoleh masyarakat melalui Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah   adalah  (i) melalui Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah , anak umur 7 hingga 15 tahun dapat memperoleh kemudahan akses pendidikan dasar 9 tahun. Disamping itu, orang tua siswa juga tidak merasa terbebani lagi dari pembayaran biaya operasional sekolah.
d)     Ketika Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  digulirkan oleh pemerintah, dampak yang dapat dirasakan oleh siswa adalah (i) prestasi, motivasi dan kepercayaan siswa meningkat, dan (ii) siswa dapat terhindar dari putus sekolah (drop out). Dengan demikian,  dampak positif Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun berhasil memenuhi targetnya. 
e)      Faktor-faktor pendukung program dari sisi internalnya adalah tersedianya SDM pengelolah Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  yang cukup berkualitas dan profesional, berjalannya mekanisme organisasi sesuai prinsip-prinsip administrasi yang baik. Faktor pendukung dari luar program adalah terjalinnya kerjasama, komunikasi dan kordinasi yang baik dan harmonis antara pihak sekolah dengan komite sekolah. Faktor penghambat program dari sisi eksternalnya adalah kalau tim pengawas datang ke sekolah, maka biaya transpor mereka ditanggung oleh sekolah (kepala sekolah) meskipun tidak ada dalam juknis. Disamping itu, keterlambatan penyaluran dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah , dan alokasi dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  yang sangat minim juga merupakan faktor penghambat.

2)  REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan beberapa rekomendasi kepada pemerintah sebagai berikut:
a)      Strategi pembangunan dan  peningkatan mutu pendidikan sebagai dampak lanjutan dari peningkatan mutu layanan pendidikan  hendaknya  tetap memberikan peluang kepada masyarakat dan orang tua yang tergolong mampu untuk ikut berpartisipasi dalam hal pendanaan kegiatan proses belajar mengajar (KBM) di sekolah.
b)      Untuk mewujudkan layanan pendidikan yang bermutu, tetap diperlukan perhatian pemerintah dan pemerintah daerah untuk meningkatkan anggaran pembangunan di bidang pendidikan, sama pentingnya dengan anggaran pembangunan di bidang ekonomi, hukum, dan bidang sosial lainnya.
c)      Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, pemerintah, pemerintah daerah, perusahaan melalui program CSR, orang tua siswa (masyarakat) perlu bersinergi untuk mewujudkan anggaran pendidikan yang memadai sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

F. USULAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM
Mengacu pada strategi dan model pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disusun suatu usulan pelaksanaan Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sebagai dampak lanjutan dari peningkatan mutu layanan pendidikan dasar 9 tahun melalui Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  sebagai berikut:
a)      Alokasi dana Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  perlu menjadi skala prioritas pemerintah dan pemerintah daerah, karena mutu layanan pendidikan dan pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari pendanaan yang memadai.
b)      Memberikan kebebasan (fleksibilitas) kepada kepala sekolah dan guru selaku pengelolah Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  di sekolah untuk menerjemahkan hal-hal (item-item) yang tertuang dalam juklak Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  sesuai dengan prinsip otonomi pendidikan dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan demikian pihak sekolah dapat dengan leluasa mengatur dana (budget) Program Pembebasan Biaya Operasional Sekolah  yang diperolehnya, dan kemudian menyalurkannya melalui skala prioritas yang telah ditentukan bersama melalui rapat/musyawarah antara pihak sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa.
c)      Peran aktif komite sekolah dalam hal pencarian dana dari masyarakat, perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) dan donor lainnya perlu ditingkatkan dalam rangka membantu pembiayaan kegiatan-kegiatan kesiswaan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkam mutu layanan pendidikan bagi peserta didik di sekolah.
d)     Sarana dan prasarana proses belajar mengajar (KBM) di sekolah supaya segera ditingkatkan, baik buku-buku pelajaran/referensi untuk perpustakaan, alat peraga di laboratorium, dan alat bantu belajar (learning aids) di kelas maupun ruangan/gedung sekolah yang kondusif.











DAFTAR PUSTAKA


Bantuan Khusus Murid (BKM): Apakah Layak Menggantikan Program Beasiswa JPS?. 2003. Dalam SMERU  No. 06: Apr-Jun/2003.

Djamin, Zulkarnain. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Hikmat, Harry. 2004. Panduan Monitoring dan Evaluasi Proyek Pembangunan Sosial. Makalah tidak dipublikasikan. Jakarta.

Hikmat, Harry. 2004. Aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi Perlindungan Sosial. Makalah Lokakarya Nasional Monev Penanggulangan Kemiskinan – Bappenas. Jakarta.

Hikmat, Harry, dkk. 2005. Panduan Standarisasi Monitoring dan Evaluasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta: Departemen Sosial RI.


Himpunan Perundang-Undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). 2005. Bandung: Nuansa Aulia.

Human Development Report 2005. New York: UNDP. Diakses pada tanggal 5 Juli 2006.

Indonesia Human Development Report 2004. Jakarta: BPS, BAPPENAS, dan UNDP.

Kumpulan Perundangan Perlindungan Hak Azasi Anak. 2006. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Siswa SD dan SMP Putus Sekolah. 2006. Media Indonesia.

Statistik Pendidikan 2003,  Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2003. Jakarta: BPS – Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia.

BIODATA PENULIS


Identitas Pribadi:

Nama dan Gelar          : Dr. Sukardi Weda, S.S., M.Hum., M.Pd., M.Si.
Tempat/Tgl. Lahir       : Parepare, 5 Januari 1969
Alamat                        : Jl. Goa Ria, Perumahan Griya Pratama Sudiang C2 No. 2 (Depan SD   Inpres Laikang) Sudiang, Makassar Sulawesi Selatan 90242
                                      HP 085656377350 sukardiweda@yahoo.com
Jenis Kelamin              : Laki-Laki (L)
Pekerjaan                     : 1. Dosen Tetap Fakultas Bahasa dan Sastra UNM
                                      2. Komisioner KPID Sulawesi Selatan, 2011 – 2014

Pendidikan Formal:

S1 Sastra Inggris Universitas Hasanuddin, 1993
S2 English Language Studies, PPS – Unhas, 1998
S2 Manajemen Pendidikan, PPS – UNM, 2003
S2 Sosiologi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2006
S2 Magister Manajemen, Unhas, On going
S3 Ilmu Linguistik: Bahasa Inggris, Unhas, 2005

Pendidikan Non Formal:

1.      Intensive English Course and Leadership and Social Justice Training, SILC, University of Arkansas, USA, 2006
2.      Broadcasting training, STIKOM Fajar, 2009
3.      Domestic Non Degree Training (DNDT) on Literature in Languaage Teaching, UGM, Yogyakarta, 2009
4.      Pelatihan Audit Mutu Akademik Internal, UGM – UNM, 2010
5.      Training of Trainer Literasi Media, Bali, 2011

Lain-Lain:
Telah menulis lebih dari 100 artikel populer dan ilmiah di bidang pendidikan, bahasa, isu sosial dan politik, media, dan lain-lain.




No comments:

Post a Comment