MODEL PEMBELAJARAN MENINGKATKAN SOFT SKILLS MAHASISWA MELALUI PEMAHAMAN PROFIL PROSES BERPIKIR DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASAR TIPE KEPRIBADIAN

DISUSUN OLEH:
M.J. Dewiyani S
Tri Sagirani

PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI
STMIK SURABAYA
ABSTRAK
Permasalahan pada dunia pendidikan saat ini muncul disebabkan oleh  karena tuntutan  masyarakat yang semakin kompleks terhadap pendidikan tinggi untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi insan utuh. Perguruan Tinggi tidak cukup hanya mempersiapkan kemampuan dari segi materi (hard skills) saja, tetapi juga mempersiapkan perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja, soft skills,  juga harus dipersiapkan. Dari segi hard skills, pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu bagian penting dari matematika karena dengan kemampuan memecahkan masalah yang didapat, peserta didik dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.  Namun, karena sifatnya yang abstrak menyebabkan pemecahan masalah ini sering dianggap sulit oleh mahasiswa. Berdasarkan penelitian terdahulu, Dewiyani (2010), menemukan bahwa salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, yaitu dengan mengenal proses berpikir mahasiswa yang digolongkan berdasar tipe kepribadian dalam memecahkan masalah.
Dengan memanfaatkan hasil tersebut, dan melalui metode kualitatif dan pengembangan, penelitian kali ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa berdasar tipe kepribadian. Hal ini dimungkinkan,  karena dengan tipe kepribadian yang berbeda,  akan membawa pengaruh pada perilaku personal maupun interpersonal yang berbeda, yang menjadi unsur penting dalam pengembangan kinerja. Ini berarti bahwa profil proses berpikir juga akan berpengaruh terhadap perilaku personal maupun interpersonal mahasiswa.
          Temuan yang didapat dari kajian ini menunjukkan bahwa atribut soft skills setiap tipe kepribadian berbeda, dan dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang mengedepankan pemahaman profil proses berpikir berdasar penggolongan tipe kepribadiannya. Berdasar hasil temuan yang didapat, diusulkan agar model pembelajaran ini dapat diperluas pada mata kuliah yang lain.

Kata kunci : model pembelajaran, meningkatkan soft skills, profil proses berpikir, pemecahan masalah matematika, tipe kepribadian


ABSTRACT

The Problems in education today is arise because an increasingly complex society demands of higher education in preparing students to become fully human. Higher Education is not only to prepare in terms of material capabilities (hard skills), but also the demands on personal behaviors and interpersonal skills to develop and maximizing performance, soft skills, should also be prepared. In terms of hard skills, problem solving (problem solving) is one important part of mathematics because by problem-solving skills, learners can use it to solve problems in everyday life. However, because of its abstract, problem solving is often considered to be difficult by students. Based on earlier research, Dewiyani (2010),  found a way to overcome this difficulty, that is by knowing the thought process of students classified based on personality types in solving problems.

By utilizing these results, and through a qualitative and development method, this study aims to develop learning models that can improve soft skills of students based on the attributes of personality types. It is possible, because with a different personality types, it will take effect on the behavior of different personal and interpersonal, that become an important element in the development of performance. It means that the profile of the thinking process will also affect the personal and interpersonal behaviors of students.
The findings obtained from this study indicate that the soft skills of each attribute is different for every personality type, and can be enhanced through learning model that emphasizes understanding the thinking process profile based on classification of personality type. Based on the findings obtained, it is proposed that this learning model can be expanded to other courses .

Key words : learning models, enhance soft skills, profiles of the thinking process, solving mathematical problems, personality type.



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keprihatinan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi saat ini terletak pada kurangnya sinergi antara perguruan tinggi dalam mempersiapkan tenaga kerja dan perusahaan sebagai pengguna, yang disebabkan oleh karena kurangnya kesadaran perguruan tinggi pada kebutuhan perusahaan dalam penyediaan sumber daya manusia yang mumpuni. Saat ini telah ditemukan, penyebab utama kegagalan dalam bekerja diantaranya disebabkan karena lulusan perguruan tinggi sebagian besar tidak menguasai beberapa ketrampilan seperti kejujuran, kemampuan bekerja sama, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah dan lain sebagainya. Kemampuan-kemampuan tersebut memang luput diajarkan oleh perguruan tinggi, dan baru disadari dalam dekade terakhir. Padahal, menurut survey yang diadakan oleh National Assocation of  Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2002 di Amerika Serikat (dalam Szul, 2002), dari hasil jajak pendapat pada 457 pengusaha diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Prestasi hanyalah menempati urutan 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan universitas. Kualitas-kualitas yang tidak terlihat wujudnya (intangible) ternyata lebih diperlukan. Seseorang dengan kemampuan yang luar biasa, namun tidak memiliki kemampuan bekerja sama, misalnya, akan sangat menyulitkan bagi organisasi tersebut. Kemampuan seperti disebut di atas, dikenal dengan nama soft skills.  
Demikian pentingnya soft skills bagi seorang lulusan perguruan tinggi saat bekerja, maupun berwiraswasta, menyebabkan perguruan tinggi saat ini mulai berusaha untuk mengajarkan soft skills kepada  mahasiswanya, meskipun banyak diantaranya belum bersistem. Pada penelitian ini, soft skills akan diimplementasikan dengan sistem, yang dikenal sebagai soft skills management system. Pada soft skills management system, pencapaian soft skills yang diharapkan harus direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, agar dapat terlihat dengan jelas arah perkembangan dan pencapaiannya.
Di lain pihak, sebagai pengajar tentu menyadari bahwa setiap peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga cara belajar maupun atribut soft skills yang dimiliki  juga tergantung dari karakter masing-masing. Perbedaan  ini oleh para ahli psikologi diyakini akibat perbedaan tipe kepribadian. Pada penelitian ini akan digunakan penggolongan tipe kepribadian berdasarkan David Keirsey, yang membagi tipe kepribadian menjadi 4 tipe yaitu tipe Rational, Idealis, Artisan dan Guardian.
Dengan menggabungkan  penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani (2010) maka penelitian ini menjadi penting, karena dapat  dibuat terobosan dalam meningkatkan atribut soft skills mahasiswa, yaitu dengan membuat model pembelajaran matematika melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
B. Rumusan Masalah
Berdasar pada uraian di dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Atribut soft skills apa sajakah yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, berdasar pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika?
2. Bagaimanakah mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah  yang ada, tujuan penting dari penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa. Secara khusus tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menentukan atribut soft skills yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, berdasar pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika.
2. Mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
D. Ruang Lingkup
Model pembelajaran ini telah digunakan bagi mahasiswa semester satu pada mata kuliah Aljabar Linear di Jurusan Sistem Informasi.  Namun, secara lebih luas,  dapat pula digunakan oleh mahasiswa perguruan tinggi jurusan dan mata kuliah apapun, asalkan didahului oleh penelitian mengenai profil proses berpikir yang sesuai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Soft Skills
Patrick (2001) menyatakan soft skills didefinisikan sebagai kemampuan non teknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) tetapi sangat diperlukan. Begitu banyaknya atribut soft skills yang dikenal di masyarakat kita, diantaranya adalah Winning Characteristic, yang terdiri dari communication skills, organizational skills, leadership, logic, effort, group skills dan ethics. Soft skills memang berasal dari istilah  dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, dan optimasi. Soft skills memang 'berbeda' dengan hard skills yang menekankan pada IQ, artinya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
Soft skills dapat dikategorikan menjadi 2 hal yaitu, intra personal skills, yaitu kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk pengembangan kerja secara optimal, misalnya manajemen waktu, manajemen stress, dan berpikir kreatif,  sedangkan inter personal skills, yaitu ketrampilan seseorang dalam hubungan dengan orang lain untuk pengembangan kerja secara optimal, misalnya kemampuan memotivasi, kemampuan memimpin, dan kemampuan negoisasi. Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini kemampuan-kemampuan tersebut dikenal dengan nama atribut soft skills.
Illah Sailah (2006) menyatakan bahwa terdapat cukup banyak atribut soft skills dan dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berkembang dengan cara membiasakan diri untuk menjalaninya, hingga akhirnya menjadi karakter seseorang. Menurut Center for enterpreneurship education and develompnet, Halifax, Nova Scotia  (dalam Illah Sailah, 2006) terdapat 23 atribut soft skills yang mendominasi lapangan kerja. Dalam penelitan ini, akan digunakan 23 atribut soft skills tersebut. Jika dikategorikan ke dalam intra personal skills dan inter personal skills, maka atribut soft skills yang akan digunakan dalam penelitian ini menjadi:




Tabel 2.1. Atribut Soft Skills dan pengkodeannya
Kode
Intrapersonal skills
Kode
Intrapersonal skills
Kode
Interpersonal skills
R1
Inisiatif
R9
Kemampuan Analitis
E1
Dapat diandalkan
R2
Etika/integritas
R10
Mengatasi stress
E2
Komunikasi Lisan
R3
Berfikir Kritis
R11
Managemen diri
E3
Berkooperasi
R4
Kemauan Belajar
R12
Menyelesaikan persoalan
E4
Fleksibel
R5
Komitmen
R13
Meringkas
E5
Kerja dalam tim
R6
Motivasi
R14
Mandiri
E6
Mendengarkan
R7
Bersemangat
R15
Tangguh
E7
Berargumentasi logis.
R8
Kreatif
R16
Manajemen Waktu


Keterangan : R berarti soft skills dalam kategori Intrapersonal Skills
                      E berarti soft skills dalam kategori Interpersonal Skills
Untuk menjadi sarjana yang mumpuni, soft skills memang harus dikuasai dengan baik, selain hard skills (knowledge dan skills) yang telah dipelajari selama ini, agar lulusan perguruan tinggi tidak hanya menjadi robot yang melupakan unsur manusiawi.
Agar soft skills yang telah diyakini kepentingannya itu dapat dikuasai dengan baik, maka harus diimplementasikan melalui sebuah sistem, yang dikenal dengan nama soft skills management system. Melalui soft skills management system,maka pencapaiannya dilakukan dengan disadari dan disengaja, melalui sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian.
B. PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Anderson (dalam Suharnan, 2005) menyatakan bahwa masalah terjadi karena adanya  kesenjangan antara situasi saat ini dengan situasi mendatang, atau antara keadaan  saat ini dengan tujuan yang diinginkan. Dalam pembelajaran matematika, yang dimaksud dengan masalah matematika adalah soal matematika tidak rutin yang tidak mencakup aplikasi prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang sudah (baru saja) dipelajari di kelas. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam Walker, 2007) memberikan definisi dari pemecahan masalah matematika sebagai engaging in task for which the solution is not known in advance.
Beberapa keterampilan yang dikenal dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah adalah: (a) Memahami soal, memahami dan mengidentifikasi sesuatu dengan fakta atau informasi yang diberikan, dan sesuatu yang ditanyakan, kemudian diminta untuk mencari, atau membuktikan (b) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan: misalkan menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika, (c) Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan solusi dari masalah, (d) Menafsirkan solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula.
Dengan melihat materi maupun ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, maka dapat dipahami bahwa sebenarnya melalui pemecahan masalah matematika, cukup banyak atribut soft skills yang dapat dikembangkan, diantaranya, kemampuan komunikasi secara tertulis atau lisan untuk mengungkapkan pemikirannya, kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (tim) saat menyelesaikan soal-soal, kemampuan berpikir sintesis, kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan dalam memahami keragaman tipe mahasiswa lain, kemampuan bekerja secara mandiri, dan kemampuan berpikir analitik. Oleh karena itu, pemecahan masalah memang sangat sesuai untuk digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan atribut soft skills mahasiswa.
C. Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian.
Setiap peserta didik berbeda-beda. Dalam dunia pendidikan, perbedaan tingkah laku maupun sifat, nampak nyata terhadap insan-insan yang berperanan di dalamnya.
Perbedaan tingkah laku ini oleh ahli psikologi sering disebut sebagai Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai. Pada tahun 1984 David Keirsey, seorang professor dalam bidang psikologi dari California State University, menggolongkan  kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Rational, Idealist,  Artisan, dan  Guardian. Penggolongan ini didasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh energinya (Extrovert atau Introvert), bagaimana seseorang mengambil informasi (Sensing atau Intuitive), bagaimana seseorang membuat keputusan (Thinking atau Feeling) dan bagaimana gaya dasar hidupnya (Judging atau Perceiving).
Dewiyani (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa profil proses berpikir masing-masing tipe kepribadian dalam memecahkan masalah ternyata berbeda, misalnya dalam memahami masalah, sebagai langkah awal dalam menyelesaikan masalah,  tipe  Rational melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, kemudian disimbolkan, sementara itu, tipe  Idealist melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan menggerak-gerakkan bolpoin, sedang tipe Artisan melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan banyak melakukan gerakan tubuh, dan tipe Guardian melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil makna kalimat, memberi tanda pada bagian yang penting.
Dari salah satu langkah pemecahan masalah sudah dapat diketahui bahwa setiap kepribadian mempunyai profil proses berpikir yang berbeda. Hasil keseluruhan profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika yang didapat ini akan digunakan sebagai landasan bagi penentuan atribut soft skills yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian.
D. MODEL PEMBELAJARAN
Dengan memadukan pengertian model pembelajaran menurut Eggen (dalam Khabibah, 2006) dan Arends (dalam Khabibah, 2006), maka model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi dari model pembelajaran di sini adalah pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu pada pengembangan model pembelajaran ini akan dikembangkan komponen-komponen model pembelajaran antara lain : (1) rasional teoritik, (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, meliputi tujuan langsung (dampak instruksional) dan tidak langsung (dampak pengiring), (3) Sintaks, (4) prinsip reaksi, dan (5) Sistem pendukung/lingkungan belajar. Pengembangan suatu model pembelajaran dapat mengacu pada model pengembangan pendidikan secara umum karena model pembelajaran berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
Pada penelitian ini akan digunakan model umum dalam mendesain pembelajaran yang diciptakan oleh Plomp (dalam Khabibah, 2006). Plomp membagi menjadi 5 fase yaitu (1) Fase Investigasi Awal, (2) Fase desain, (3) Fase realisasi/konstruksi, (4) Fase tes, evaluasi, dan revisi dan (5) Fase implementasi. Kelima fase ini sesuai dengan prinsip pada soft skills management system yang telah disebut.




BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan atribut soft skills yang akan ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu, maka digunakan penelitian dengan jenis kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian jenis kualitatif  dipilih karena penentuan profil berpikir mahasiswa dan penentuan atribut soft skills berlatar alamiah dan instrumen utama penelitian ialah peneliti sendiri. Bersifat eksploratif,  karena hendak ditelusuri atribut soft skills mahasiswa. Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah pemilihan subjek penelitian, menentukan instrumen bantú penelitian, membuat prosedur pengumpulan data dan melakukan analisis data. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan fenomena dalam keadaan yang sesungguhnya (natural setting). Fenomena yang dimaksud adalah situasi mahasiswa dengan tipe kepribadian tertentu dalam menampakkan soft skills yang ada dalam dirinya, pada waktu mahasiswa tersebut diberikan soal pemecahan masalah.  Situasi mahasiswa akan ditinjau dari atribut-atribut soft skills yang telah ditetapkan untuk diamati. 
Setelah atribut soft skills yang akan ditingkatkan telah diketahui, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode pengembangan, karena salah satu tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa. Untuk menciptakan model pembelajaran itu, maka strategi yang digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah mengadaptasi model umum pembelajaran melalui Plomp (dalam Khabibiah, 2006). Pengembangan model pembelajaran meliputi 5 fase yaitu (1) Fase Investigasi Awal, (2) Fase desain, (3) Fase realisasi/konstruksi, (4) Fase tes, evaluasi, dan revisi dan (5) Fase implementasi.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk tahap pertama, data bersifat kualitatif, yaitu berupa hasil deskripsi atribut soft skills mahasiswa menurut tipe kepribadian tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan masalah kepada subjek penelitian yang telah digolongkan berdasar tipe kepribadian tertentu, kemudian diselesaikan secara bebas oleh subjek penelitian, yang berarti subjek penelitian  boleh berdiskusi dengan mahasiswa yang bukan menjadi subjek penelitian, maupun boleh juga diselesaikan secara individu. Pada waktu memecahkan masalah yang diberikan, subjek penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang menekan, sehingga suasana alami yang diinginkan dapat tercapai. Peneliti merekam ungkapan verbal dari subjek penelitian, dan mencatat perilaku (ekspresinya), termasuk hal-hal unik yang dilakukan ketika menyelesaikan masalah matematika tersebut. Dari hasil rekaman video yang ada, diharapkan dapat dilihat atribut soft skills yang ada pada diri mahasiswa tersebut.  Apabila terdapat data yang kurang, maka peneliti harus melakukan klarifikasi dengan mengadakan wawancara ulang.
Sedang pada penyusunan model pembelajarannya, data dikumpulkan berdasar fase dari Plomp.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan atribut soft skills yang harus dikembangkan pada masing-masing tipe kepribadian, maka instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri. Peneliti selain berperan sebagai pengelola penelitian, juga sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data yang tidak dapat digantikan dengan instrumen lainnya. Selain itu juga terdapat instrumen lembar tugas. Instrumen lembar tugas dalam penelitian ini adalah instrumen lembar tugas pemecahan masalah matematika, yang akan diberikan kepada masing-masing subjek.
Sedang pada penyusunan model pembelajaran, instrumen penelitian adalah lembar-lembar yang dibutuhkan dalam menyusun kelima fase menurut Plomp.
D. Metode Analisis Data
Dalam usaha untuk mendapatkan atribut soft skills,  proses analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Mentranskrip data verbal yang terkumpul (2) Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari rekaman, hasil pekerjaan subjek, wawancara, maupun pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan (3) Mengadakan reduksi data dengan membuat abstraksi (4) Menyusun dalam satuan-satuan yang selanjutnya dikategorikan dengan membuat coding (5) Menganalisis atribut soft skills  (6) Menganalisis hal-hal yang menarik (7) Menarik Kesimpulan.
Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif, dengan cara memaparkan karakteristik aspek-aspek model pembelajaran menurut pakar dan praktisi.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 8 mahasiswa jurusan Sistem Informasi, yang terdiri dari 2 mahasiswa dengan tipe Rational, 2 mahasiswa dengan tipe Idealist, 2 mahasiswa dengan tipe Artisan, serta 2 mahasiswa dengan tipe Guardian. Pengelompokkan mahasiswa menjadi tipe kepribadian, berdasar penggolongan dari David Keirsey.
B. Hasil Analisis Data
B.1. Analisis Data Atribut Soft Skills
Dari hasil pengamatan terhadap masing-masing tipe kepribadian pada saat menyelesaikan masalah matematika, dan hasil pekerjaan yang ada, didapatkan hasil  sebagai berikut :
B.1.1. Tipe Rational
               Tabel 4.1. Hasil pengamatan, hasil analisis dan atribut soft skills tipe Rational
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Atribut
Soft skills
Tidak memprakarsai untuk membentuk kelompok, maupun masuk ke dalam kelompok tertentu.
·    Suka menyendiri.
·    Merasa terganggu jika harus menyelesaikan masalah dengan berdiskusi.
·    Mandiri
(+) Kemauan Belajar (R4).
(+) Motivasi (R6).
(+) Mandiri (R14).
(+) Tangguh ((R15).
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Kerja dalam tim (E5).

Segera berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan serius, tanpa membuang waktu.
·    Serius
·    Fokus pada tujuan

(+) Komitmen (R5).
(+) Bersemangat (R7).
(+) Manajemen diri (R11).
(+) Dapat diandalkan (E1).
(+)Menyelesaikan persoalan (R12).
 (-) Berkooperasi (E3).
(-) Kerja dalam tim (E5).
Membaca soal secara urut dan utuh
Berpikir secara sintesis dan teratur.
(+)Kemampuan analitis (R9).
(+) Berpikir Kritis (R3).
(+)Meringkas (R13).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Kerja dalam tim (E5).
Mencari makna soal dalam memahami masalah.
Mempunyai analisis yang baik.
(+) Kemampuan analitis(R9)
 (-) Kerja dalam tim (E5).
Menuliskan kembali informasi yang dianggap penting untuk digunakan dalam penyelesaian masalah, dengan bantuan variabel.
·    Cermat dalam mengorganisasikan hal penting.
·    Mempunyai abstraksi yang tinggi.
(+) Integritas (R2).
(+) Motivasi (R6).
(+) Managemen diri (R11).
(+) Meringkas (R13)
(-) Kerja dalam tim (E5).

Mempunyai rencana pemecahan masalah secara detail.
Cermat dalam menyusun rencana
 (+) Meringkas (R13).
 (-)Kerja dalam tim (E5).
(-) Manajemen waktu(R16).
Memiliki prosedur penyelesaian masalah tanpa tanpa terpancang pada materi tertentu yang pernah didapatnya.
Memiliki daya kreativitas tinggi.
(+) Inisiatif (R1)
(+)Kreatif (R8).
(-) Komunikasi Lisan (E2)
(-) Kerja dalam tim (E5).
Setelah selesai menyelesaikan masalah, memeriksa kembali cara penyelesaian, dengan mengubah urutan penyelesaian.
·    Menghendaki kesempurnaan jawaban
·    Tidak mudah putus asa.
(+) Inisiatif (R1)
(+)Komitmen (R5).
(+)Tangguh (R15).
(-) Manajemen waktu (R16).
(-) Kerja dalam tim (E5).

Setelah menyelesaikan masalah, tipe ini mencoba untuk memeriksa jawaban dengan teman lainnya.
Ketika terjadi perbedaan jawaban, tipe ini mengulang kembali perhitungan.
Ketika terjadi perbedaan cara, tipe ini tidak mencoba memahami cara yang digunakan teman sekelompoknya. 
·    Menginginkan kesempurnaan, tanpa kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan
·    Kurang mampu menerima pendapat orang lain
(+)Inisiatif (R1).
(+) Berpikir kritis (R3).
(+) Kemauan belajar (R4).
(+) Kreatif(R8).
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Fleksibel (E4).
(-) Mendengarkan(E6).
Tidak menggunakan kesempatan untuk memamparkan pendapatnya ketika diberi waktu untuk memaparkan  hasil pekerjaan di depan kelas.
·    Tidak menyukai tampil di depan umum.
·    Lebih menyukai hal yang bersifat pribadi, sifat introvert mendominasi tipe ini.
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Fleksibel (E4)
(-) Mendengarkan (E6).
(-) Berargumentasi logis (E7).
Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
                      (-)  atribut soft skills yang harus ditingkatkan.
                      Kode atribut soft skills mengacu pada tabel 2.1.          


B.1.2. Tipe Idealist
Tabel 4.2. Hasil pengamatan, hasil analisis dan atribut soft skills tipe Idealist
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Atribut Soft skills
Tidak memprakasai untuk membentuk kelompok, namun bergabung dengan suatu kelompok dimana terdapat teman yang telah dianggapnya akrab.
Sebenarnya lebih menyukai kesendirian, namun sedikit  mempunyai toleransi untuk hidup berkelompok.
(+) Bersemangat (R7)
(+) Mandiri (R14).
 (-) Berkooperasi (E3)
(-) Kerja dalam tim (E5).
Cenderung bekerja sendiri, tidak berdiskusi dengan teman sekelompoknya pada waktu menyelesaikan pemecahan masalah.
Merasa terganggu jika harus menyelesaikan masalah dengan berdiskusi
(+) Mandiri (R14)
(-)Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-)Kerja dalam tim (E5).
Berusaha untuk mengerjakan soal dengan sebaik mungkin.
Menyukai kesempurnaan
(+) Inisiatif (R1)
(+)Komitmen (R5).
(+)Tangguh (R15).
(-) Manajemen waktu (R16).
(-) Kerja dalam tim (E5).
Membaca soal tidak secara urut, namun pada pertanyaan terlebih dahulu.
Ingin mengetahui terlebih dahulu tugas pokok yang harus diselesaikannya.
(+) Kemauan Belajar (R4)
(+) Komitmen (R5).

Mencari inti kalimat agar dapat memahami masalah.
Mempunyai analisis yang baik.
(+) Berpikir kritis (R3)
(+) Kemampuan analitis (R9).
Menuliskan kembali informasi yang dianggap penting untuk digunakan dalam penyelesaian masalah, tanpa bantuan variabel,
Cermat dalam mengorganisasikan hal penting.

(+)Kemampuan analitis (R9). (+) Meringkas (R13).
(+) Mandiri (R14).
(+) Dapat diandalkan (E1)

Tidak memandang penting rencana pemecahan masalah. 
Lebih menyukai segera menyelesaikan masalah, agar pekerjaan segera dianggap selesai.
(+) Integritas (R2)
(+) Komitmen (R5).
(-) Dapat diandalkan (E1).
(-) Mengatasi stress (R10).
Menggunakan  prosedur penyelesaian masalah dengan menggunakan prosedur yang pernah didapatnya dari mata kuliah sebelumnya.
·    Taat asas
·    Kurang berani mencoba terobosan baru
(+)Komitmen (R5).
(-) Berkooperasi (E3).
Setelah selesai menyelesaikan masalah, memeriksa kembali pada perhitungan yang telah dilakukan. 
·    Menghendaki kesempurnaan jawaban.
·    Tidak mudah putus asa.
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Kreatif (R8).
Setelah menyelesaikan masalah, tipe ini mencoba untuk memeriksa jawaban dengan teman lainnya.
Ketika terjadi perbedaan jawaban, tipe ini tetap meyakini kebenaran jawabannya dan tidak berusaha untuk mengulang kembali perhitungan.
Ketika terjadi perbedaan cara, tipe ini tidak mencoba memahami cara yang digunakan teman sekelompoknya. 
·    Menghendaki kesempurnaan jawaban.
·    Kurang mampu menerima pendapat orang lain
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Menyelesaikan  masalah (R12)
(+)Kreatif(R8)
(-)Komunikasi Lisan (E2).
(-) Mendengarkan (E6).
(-) Berargumentasi logis (E7).
(-)Managemen diri (R11).
(-) Kerja dalam tim (E5).
(+) Mandiri (R14).

Tidak menggunakan kesempatan untuk memamparkan pendapatnya ketika diberi waktu untuk memamparkan hasil pekerjaan di depan kelas .
·    Tidak menyukai tampil di depan umum.
·    Lebih menyukai hal yang bersifat pribadi, sifat introvert mendominasi tipe ini.
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Fleksibel (E4)
(-) Mendengarkan (E6).
(-) Berargumentasi logis (E7).
(+) Mandiri (R14)
Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
                      (-)  atribut soft skills yang harus ditingkatkan.
Kode soft skills mengacu pada tabel 2.1.

B.1.3. Tipe Artisan
Tabel 4.3. Hasil pengamatan, hasil analisis dan atribut soft skills tipe Artisan
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Atribut Soft skills
Segera berusaha untuk bergabung dengan suatu kelompok dan dengan sangat aktif berusaha untuk meleburkan diri dengan kelompoknya.
·    Pandai bergaul.
·    Sifat sosial tinggi.
(+)Komunikasi lisan (E2).
(+) Berargumentasi  logis (E7)
(+) Berkooperasi (E3).
(+) Bersemangat (R7)
(+) Kreatif(R8).
(+) Fleksibel (E4)
(-) Komitmen (R5).
(-) Managemen diri (R11).
Tidak segera menyelesaikan soal yang dihadapi, namun menggunakan waktu awal untuk bersosialisasi.
Kurang pandai mengorganisasi waktu (lebih banyak waktu digunakan untuk bersosialisasi)

(-) Motivasi (R6)
(-) Managemen waktu  (R16).
(-) Managemen diri (R11).
Sangat menyukai diskusi, hampir tidak  pernah mengerjakan sendiri masalah yang dihadapinya.
Kurang mandiri, dan menggunakan kepandaian bergaul untuk menyelesaikan masalah.
(-) Mandiri (R14)
(-)Komitmen (R5)
(+)Komunikasi Lisan (E2)
(+) Berkooperasi (E3)
Membaca soal secara urut, namun tidak semua dibaca secara utuh, beberapa dilewati
Kurang teliti.
(-) Kemampuan Analitis(R9)
(+) Bersemangat (R7)

Mencari inti kalimat agar dapat memahami masalah.
Mempunyai analisis yang baik.
(+) Kemampuan analitis (R9)
Tidak membuat catatan tentang informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal, namun hanya mengatakannya kepada teman sekolompoknya.
Kurang menyukai hal yang detail dan teratur
(-) Integritas (R2).
(-) Manajemen diri (R11).
(-) Meringkas (R13).
(-) Tangguh (R15) .


Tidak memandang penting rencana pemecahan masalah. 
Lebih menyukai segera menyelesaikan masalah, terutama dengan kerja sama teman sekelompok, agar pekerjaan segera dianggap selesai.
(+) Menyelesaikan persoalan (R12)
(-) Managemen diri (R11)
(-) Dapat diandalkan (E1)
Menggunakan  prosedur penyelesaian masalah tanpa terpancang pada materi tertentu yang pernah didapatnya
Memiliki daya kreativitas tinggi.
(+) Berpikir kritis (R3)
(+) Kreatif (R8)

Setelah selesai menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah dilakukan, bersama dengan teman sekelompoknya. 
Tidak mementingkan kesempurnaan jawaban, telah merasa puas dengan hasil yang ada.
(+) Inisiatif (R1).
(+) Kerja dalam tim (E5).
(-) Kemauan belajar (R4)
(-)Tangguh (R15).
(-) Manajemen waktu (R16).

Setelah masalah dianggap selesai dikerjakan, maka tipe ini segera menggunakan waktu untuk berbincang-bincang dengan teman sekelompoknya, dan kehadirannya mampu membuat kelompok menjadi antusias.
Sifat sosial dan kemampuan beradaptasi tinggi.
(+) Komunikasi lisan (E2)
(+) Berkooperasi (E3)
 (-) Dapat diandalkan (E1)
Segera menggunakan kesempatan untuk memaparkan pendapatnya ketika diberi waktu untuk memamparkan hasil pekerjaan di depan kelas .
Menyukai tampil di depan umum.
(+) Komunikasi lisan (E2)
(+) Mendengarkan (E6)
(+) Berargumentasi logis (E7)


Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
                      (-)  atribut soft skills yang harus ditingkatkan.
Kode soft skills mengacu pada tabel 2.1.
B.1.4. Tipe Guardian
Tabel 4.4. Hasil pengamatan, hasil analisis dan atribut soft skills tipe Guardian
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Atribut Soft skills
Segera berusaha untuk membentuk kelompok, membagi tugas, dan memimpin diskusi dalam kelompok. 
·    Berjiwa pemimpin.
·    Mampu mengatur teman sebaya.
·    Mampu memotivasi teman.
(+) Kerja dalam tim (E5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Mandiri (R14).
(+) Dapat diandalkan (E1)
(+) Komunikasi Lisan (E2).
(+) Berkooperasi (E3).

Segera memimpin kelompok untuk menyelesaikan masalah.  
Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menyelesaikan masalah.
(+)Menyelesaikan persoalan (R12).
(+) Managemen waktu (R16)
(-) Managemen diri (R11).
Mengambil bagian secara aktif dalam diskusi kelompok, dan mampu menggerakkan anggota kelompok untuk aktif berdiskusi. 
Mempunyai banyak cara untuk dapat mengaktifkan teman sekelompok.
(+) Dapat diandalkan (E1).
(+) Motivasi (R6).
(+) Komunikasi lisan (E2).
(-) Managemen diri (R11).
Membaca soal secara urut dan utuh
Berpikir secara sintesis dan teratur.
(+) Berpikir kritis (R3).
(+) Kemauan Belajar (R4).
(+) Kemampuan analitis (R9).

Memahami makna soal agar dapat memahami masalah.
Mempunyai analisis yang baik.
(+)Kemampuan analitis (R9).

Tidak membuat catatan tentang informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal.
Kurang menyukai hal yang detail dan teratur
(-) Managemen diri (R11).
(-) Meringkas (R13).

Mempunyai rencana pemecahan masalah yang matang.  
Menyukai kesempurnaan
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Bersemangat (R7).
(+) Kreatif (R8).
(+) Tangguh (R15).
(+) Berargumentasi logis (E7)
Menggunakan  prosedur penyelesaian masalah tanpa terpancang pada materi tertentu yang pernah didapatnya.
Memiliki daya kreativitas tinggi.
(+)Kreatif (R8).
Setelah selesai menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah dilakukan. 
·    Menghendaki kesempurnaan jawaban.
·    Tidak mudah putus asa.
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Kreatif (R8).
(-) Mengatasi stress(R10)

Setelah masalah selesai dikerjakan, segera memimpin teman sekelompok untuk membuat laporan, mengatur personil yang akan ditugasi untuk memaparkan hasil, dan lain sebagainya.
·    Mampu memimpin.
·    Menutup penyelesaian masalah dengan baik.
(+) Motivasi (R6).
(+) Dapat diandalkan (E1)
(+) Komunikasi Lisan (E2).
(+) Fleksibel (E4)
(+) Kerja dalam tim (E5).


Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
                      (-)  atribut soft skills yang harus ditingkatkan.
Kode soft skills mengacu pada tabel 2.1.

B.2. Pengembangan Model Pembelajaran Meningkatkan Soft Skills Mahasiswa.
Dari hasil analisis atribut soft skills yang didapat, maka dikembangkan model pembelajaran dengan tujuan mempertahankan atribut soft skills yang telah dimiliki, dan meningkatkan atribut soft skills yang masih dirasa kurang.
Dengan mengadaptasi model umum pembelajaran melalui Plomp, maka didapatkan pengembangan model sebagai berikut :
B.2.1. Fase investigasi awal.
Berdasar analisis terhadap tuntutan lingkungan maka permasalahan yang  akan dikaji ialah mengembangkan model pembelajaran untuk meningkatkan soft skills mahasiswa. Dalam pembelajaran, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif untuk berkolaborasi dan pengajar memfasilitasi terjadinya kolaborasi dan interaksi antar peserta didik. Oleh karena itu dalam fase ini dilakukan kajian terhadap:
 (1) Penyadaran kepada peserta didik akan pentingnya soft skills dan atribut soft skills yang harus dipertahankan maupun yang harus dikembangkan.  
 (2) Teori-teori belajar,
 (3) Teori tentang model pembelajaran.
Hasil yang didapat dari fase ini adalah :


Tabel 4.4. Hasil Fase Investigasi Awal.
TIPE
Intra Personal Skills (R)
Inter Personal Skills (E)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
1
2
3
4
5
6
7
R
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
-
-
-
-
-
-
I
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
A
+
-
+
-
-
-
+
+
+
-
-
+
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
G
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan  : R = tipe Rational              ;  A = tipe Artisan
                       I  = tipe Idealist                           ;   G = tipe Guardian 
                      Kode menggunakan penomeran di tabel 2.1.
                       Tanda + berarti harus dipertahankan
                      Tanda – berarti harus ditingkatkan                  
Dari tabel 4.5. terlihat atribut soft skills yang harus dipertahankan, dan atribut soft skills yang harus ditingkatkan. Dengan menggunakan tabel 4.5, akan dirancang model pembelajaran yang dengan disadari akan dapat meningkatkan atribut soft skills yang masih dirasa kurang.
B.2.2.  Fase Desain dan B.2.3.  Fase Realisasi
Pada kedua  fase ini dirancang dan direalisasi model pembelajaran yang dapat mempertahankan atribut soft skills yang positif, dan meningkatkan atribut soft skills  yang masih dirasa kurang.  Model pembelajaran ini digunakan pada mata kuliah Aljabar Linear, topik Sistem Persamaan Linear. Kegiatan yang dilakukan pada fase ini meliputi:
   (1) merancang dan menyusun sintaks pembelajaran yang mengetengahkan pembelajaran yang terutama dapat meningkatkan atribut soft skills yang masih dirasa kurang.
   (2) merancang dan menentukan lingkungan belajar atau sistem sosial yaitu situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut, seperti peran pendidik dan aktivitas yang harus dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung,
   (3) merancang dan menyusun prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada pendidik bagaimana harus memberikan intervensi kepada peserta didik serta bagaimana memandang dan merespon setiap perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik selama pembelajaran,
  (4) merancang dan menentukan  sistem pendukung yaitu syarat / kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar dan media yang diperlukan dalam pembelajaran,
 (5) merancang dan menyusun dampak dari pembelajaran. Dampak di sini ada dua macam yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring.
Hasil dari tahap 1 pada fase ini, berupa sintaks pembelajaran, yang digambarkan seperti pada gambar 4.1. di bawah ini :
1. Menyiapkan 4 buah perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS) yang telah disesuaikan  berdasar tipe kepribadian sekaligus atribut soft skills.
2. Membagi peserta didik berdasar tipe kepribadian menurut David Keirsey.
Persiapan pendidik sebelum pelajaran  :
1.  Pemberian soal pemecahan masalah yang meskipun materi sama, namun menggunakan pendekatan berbeda, dengan tujuan untuk meningkatkan atribut soft skills yang diperlukan (sebagai contoh umum, bagi tipe Rational dan Idealist, lebih diperbanyak atribut soft skiils dalam hal inter personal skills).
2. Memonitor dan evaluasi peningkatan atribut soft skills yang dituju pada masing-masing tipe kepribadian. 
3. Memberikan umpan balik sesuai tujuan.
Siklus 1-2-3 bisa diulang sampai tujuan tercapai.
4. Konstruksi atribut soft skills yang ingin ditingkatkan

1.  Refleksi pengalaman belajar peserta didik.
2. Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar peserta didik (terutama penekanan pada atribut soft skills).
3. Tanggapan dari peserta didik.
4.  Pembiasaan pada kehidupan sehari-hari peserta didik.
5. Doa penutup 
Gambar 4.1. Sintaks Model Pembelajaran Meningkatkan Soft skills
Kegiatan penutup:  
1. Sapaan awal (ucapan selamat pagi/siang/malam, motivasi).
2. Ajakan doa.
3. Aturan perkuliahan (ingatan akan kedisiplinan, tugas, keaktifan, dan lain sebagainya).
4. Penyadaran arti pentingnya soft skills.
5. Penyampaian atribut soft skills pada masing-masing peserta didik. 
6. Apersepsi (menghubungkan materi dengan pengetahuan awal peserta didik)
7. Menyampaikan ruang lingkup materi.
8. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 
Kegiatan inti :  
Kegiatan pendahuluan :
 





Sedang hasil dari  tahap 2 pada fase ini adalah lingkungan belajar yang dibagi menjadi 4 kelompok  berdasar tipe kepribadian menurut David Keirsey pada saat pengerjaan pemecahan masalah, dengan tujuan perangkat pembelajaran yang digunakan dapat bersesuaian dengan proses berpikir dan atribut soft skills yang harus ditingkatkan. Pengelompokkan ini akan mempermudah pendidik berkonsentrasi dalam meningkatkan atribut soft skills mahasiswa. Pendidik harus benar-benar memahami soft skills yang harus ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu. Di samping itu, peserta didik juga harus menyadari akan tujuan peningkatan soft skills pada dirinya.
Hasil pada tahap 3, yaitu prinsip reaksi, menggambarkan bahwa pendidik harus memberikan intervensi secara aktif kepada para peserta didik dalam upaya meningkatkan soft skills sesuai dengan hasil investigasi awal yang telah ditetapkan. Kegiatan ini harus dilaksanakan berulang-ulang mengingat tidak mudahnya meningkatkan atribut soft skills pada diri seseorang, dan sering hanya dapat dicapai melalui pembiasaan.
Hasil pada tahap 4, yaitu sistem pendukung adalah model pembelajaran yang sedang dirancang hanya dapat terlaksana jika seluruh peserta didik telah menyadari akan pentingnya soft skills dalam kehidupannya, dan berkemauan untuk meningkatkan atribut soft skills yang dinilai kurang.
Hasil pada tahap 5, yaitu dampak dari pembelajaran adalah pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada masing-masing peserta didik untuk peningkatan atribut soft skills nya.

B.2.4.. Fase Tes, Evaluasi dan Revisi.
Fase ini difokuskan pada dua hal yaitu
(1)  memvalidasi
(2) mengadakan uji lapangan prototipe model pembelajaran yang telah disusun.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada fase ini secara rinci adalah sebagai berikut
1) Memvalidasi model yang terdiri dari (a) meminta pertimbangan ahli tentang kelayakan prototipe model pembelajaran yang telah disusun. untuk kegiatan ini diperlukan instrumen berupa lembar validasi, (b) melakukan analisis hasil validasi dari validator.
2) Uji coba dilakukan untuk melihat apakah model pembelajaran yang dikembangkan praktis dan efektif.  Kegiatan yang dilakukan pada waktu uji coba adalah (a) melakukan uji coba lapangan, (b) melakukan analisi pada hasil uji coba, (c) melakukan revisi berdasar analisis terhadap hasil uji coba.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari pembahasan pada bab-bab di atas, diperoleh kesimpulan bahwa berdasar pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika, dapat diketemukan atribut soft skills yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, dan juga diketemukan atribut soft skills yang harus dipertahankan karena telah dipandang baik.
Setelah atribut soft skills yang akan dipertahankan maupun dikembangkan pada masing-masing tipe kepribadian didapat, kemudian pada penelitian ini juga telah berhasil  dikembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
Model pembelajaran yang dikembangkan ini memiliki kecenderungan mampu meningkatkan atribut soft skills mahasiswa, karena selain model pembelajarannya telah menggunakan prinsip pada soft skills management system, yaitu  meningkatkan soft skills melalui sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan  evaluasi, dan juga peningkatan atribut soft skills dilakukan secara sengaja dan disadari.
Model pembelajaran yang dikembangkan ini, memang baru diterapkan kepada 8 mahasiswa jurusan Sistem Informasi, tetapi  seluruhnya menyatakan bahwa model pembelajaran ini bermanfaat, karena didahului dengan penyadaran akan pentingnya soft skills dan atribut soft skills yang masih harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian. Kedelapan subjek merasakan manfaatnya secara nyata, tidak hanya pada mata kuliah ini, tetapi juga dalam kehidupan mereka sehari-hari.
B. Saran
Model pembelajaran untuk meningkatkan soft skills mahasiswa melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar penggolongan tipe kepribadian ini dapat dilanjutkan untuk diterapkan di kelas yang lebih besar, setelah kelas tersebut dibagi berdasar tipe kepribadian menurut David Keirsey. Pembuatan perangkat pembelajaran secara lengkap, merupakan kegiatan selanjutnya, demi sempurnanya model pembelajaran ini. Selain itu, mata kuliah  yang lain juga dapat menerapkannya dengan menggunakan kajian teoritis sesuai dengan masing-masing sifat keilmuannya.
Penyebaran diseminasi hasil penelitian kepada para pendidik,  merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan melalui bentuk Lokakarya Model Pembelajaran Meningkatkan Soft Skills Mahasiswa Melalui Pemahaman Profil Proses Berpikir Pemecahan Masalah Matematika Berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian. Lokakarya tersebut ditujukan utamanya kepada para pendidik dalam materi apapun di Perguruan Tinggi , dengan target :
1.    Peserta menyadari akan pentingnya soft skills bagi peserta didiknya.
2.    Peserta mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang model pembelajaran tersebut.
3.    Peserta mampu merancang dan membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dan Silabus yang bersesuaian dengan model pembelajaran yang dituju.
4.    Peserta mempunyai pengalaman nyata menerapkan RPP dan silabusnya dalam simulasi pembelajaran.
5.    Peserta mampu menggunakan dan mengevaluasi hasil untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Dewiyani, 2010, Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan Gender, Disertasi Program S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya.
Keirsey Temperament Sorter, http://www.answers.com/topic/keirsey-temperament-sorter, diakses 2 April 2008.
Khabibah,Siti, 2006, Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal terbuka Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar, Dissertasi Program Pasca Sarjana, Program Studi Pendidikan Matematika, Surabaya.
Patrick S. O'Brien, 2001, Making College Count: a Real Wolrd Look at How to Succeed in and After College, Monster.Com, USA.
Sailah, I., 2008, Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Tim Kerja Pengembangan Soft skills Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Suharnan, 2005, Psikologi Kognitif, Penerbit Srikandi, Surabaya
Szul L. F., 2002, Meeting the Demand: Teaching Soft Skills, Strategies and Resources to Develop Workplace Skills, Delta Pi Epsilon.
Walker, CM, 2007,  An Investigation of How African American Community College Students With Different Levels of Mathematics Anxiety Engage in Problem Solving Tasks , Dissertation College of Education, The Florida State University
  

No comments:

Post a Comment