Pada
bagian pertama telah dibahas pengertian dan bentuk-bentuk bullying,
factor-faktor yang mempengaruhi dan cirri-ciri siswa yang biasa menjadi
korban. Pada bagian dua ini akan dibahas dampak bullying bagi korban,
akibat terjadinya dan reaksi yang biasanya terjadi pada korban.
Dampak bagi korban yang terkena bullying menurut Riauskina dkk (2005) yaitu:
a. Kesehatan Fisik;
Pengaruh
bullying bisa dilihat pada korban. Siswa yang sering sakit kepala,
sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah,bisa merupakan tanda-tanda siswa korban bullying. Demikian juga sakit dada. Jeleknya lagi dampak fisik ini dapat mengakibatkank kematian.
b. Menurunnya Kesejahteraan Psikologis dan Penyesuaian Sosial yang buruk.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Riauskina dkk, ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi negative namun
tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat
berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak
berharga.
c. Kesulitan Menyesuaikan diri dengan Lingkungan Sosial.
Korban ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
d. Timbulnya Gangguan Psikologis.
Rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala gejala gangguan stress pasca trauma.
Akibat terjadinya bullying, ada beberapa hal yang harus dicurigai ( Argiati, 2009):
a. Anak pulang sekolah dengan pakaian seragam robek atau rusak, atau pulang sekolah kelaparan meskipun telah dibawakan bekal makanan atau uang jajannya pun dirampas.
b. Turunnya prestasi belajar dan sulit konsentrasi.
c. Mengurung diri, penakut, gelisah.
d. Menangis, marah-marah/uring-uringan.
e. Suka membawa barang-barang tertentu (sesuai yang diminta pem “bully”).
f. Berbohong.
g. Melakukan perilaku bullying pada orang lain, menjadi kasar dan dendam.
Reaksi korban bullying
Rata-rata korban bullying tidak pernah melaporkan kepada orangtua dan guru bahwa mereka telah dianiaya atau ditindas anak lain di sekolahnya.
Sikap diam sang korban ini tentunya beralasan. Alasan yang utama, mereka berpikir bila melaporkan kegiatan bullying
yang menimpanya tidak akan menyelesaikan masalah. Jika korban
melaporkan pada guru, guru akan memanggil dan menegur sang pelaku bullying, berikutnya pelaku bullying akan kembali menghadang sang korban dan memberikan siksaan yang lebih keras (Sejiwa, 2008). Maka menurut para korban bullying, mendiamkan perilaku bullying adalah pilihan terbaik.
Selain
itu, anak-anak bisa jadi telah mempunyai suatu sistem nilai, misalnya
bahwa mengadukan orang lain bukanlah sifat yang ksatria. Mengadukan
orang lain adalah wujud sifat kekanak-kanakan, manja, lemah dan sama
sekali tidak dewasa. Bagi sang korban lebih baik menanggung penderitaan
ini sendiri daripada melanggar tata nilai di kalangan anak-anak dan
mengadukan anak lain.
Pelaku Bullying (Argiati, 2009)
a. Orangtua,
sebagai pendidik utama dan pertama anak dalam menegakkan disiplin
kadang terlalu keras. Sehingga anak merasa mendapat ancaman maupun
perlakuan keras dari orangtuanya.
b. Guru,
sebagai pendidik kedua di sekolah dalam menegakkan disiplin kadang
terjadi benturan dengan anak hal ini dikarenakan aturan yang diterapkan
di rumah dan di sekolah berbeda.
c. Teman sekolah atau teman bermain, yang paling sering terjadi adalah teman, karena berbagai macam alasan.
1. Pengembangan Model
Berbagai penelitian, mengenai reaksi terhadap bullying. Banyak pengasuh sekolah percaya bahwa cara yang paling tepat untuk mengurangi school bullying adalah disiplin dan mengembangkan supervisi. School bullying dapat berbentuk verbal seperti ancaman, mengejek, atau ancaman fisik, seperti serangan maupun pencurian (Hendershot,
dkk, 2006). Kekuatan fisik dan psikologis yang tidak seimbang, baik
yang nyata atau yang merupakan anggapan juga merupakan makna lain dari bullying (Woods & White, 2005).
Dampak
Kesehatan fisik Kesejahteraan psikologis: marah, dendam, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam Kesulitan menyesuaikan diri
dengan lingkungan Sering bolos Ingin pindah sekolah Pengalaman yang
tidak menyenangkan trauma Gangguan psikologis: cemas, PTSD
(post-traumatic stress disorder), depresi, keinginan bunuh diri. (Bersambung ke Bagian ke-tiga)
Catatan :
1. Laporan penelitin yang lengkap bisa dilihat di https://menulisbersamaaswir.blogspot.com/2015/09/pengembangan-model-penanganan-tindakan_13.html
2. Ilustrasi gambar diambil dari google
No comments:
Post a Comment