BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Masalah dan Arti Kegunaan Penelitian
Dari tahun ke tahun
permasalahan dalam bidang studi matematika adalah kurangnya keterampilan siswa
dalam operasi aritmatika. Misalnya perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Guru selalu
saja mengeluhkan rendahnya keterampilan siswa tersebut. Lalu dari mana
membenahinya?, Padahal
keterampilan tersebut harus mereka kuasai di tingkat dasar. Membahas
temuan awal di SMAN 2 Bontang terkait dengan hasil belajar matematika yang
belum maksimal khususnya Pangkat akar dan Logaritma. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata ulangan pokok bahasan pangkat
akar dan logaritma siswa SMAN 2
Bontang kelas X tahun pelajaran 2009/2010 rata-ratanya 59 dari nilai KKM 65.
Pokok bahasan pangkat akar dan logaritma
merupakan pokok bahasan yang banyak berkontribusi pada bidang studi lain serta
materi selanjutnya yang membutuhkan manipulasi aljabar. Siswa sering
menunjukkan kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut terutama pada
perhitungan eksponen, logaritma dan bentuk akar. Untuk itu secara khusus yang
menjadi latar belakang penyusunan karya tulis ini dibagi menjadi tiga bagian :
a.
Kurangnya Keterampilan Siswa Yang Berkaitan dengan Materi
Pangkat Akar dan Logaritma.
Kesulitan belajar siswa dalam
menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan Pokok Bahasan Pangkat Akar
dan Logaritma masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena lemahnya
keterampilan siswa dalam operasi hitung bilangan.
b.
Tidak adanya Motivasi Internal Siswa untuk Belajar
Siswa tidak terampil
menggunakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Salah
satu indikator adalah laporan Third International mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 1999 yang merupakan kriteria acuan, rendahnya daya
saing siswa Indonesia di ajang international (Indonesia di peringkat 34 dari 38
negara) ini menunjukkan lemahnya kemampuan penguasaan matematika siswa di
negara kita. Fakta empirik yang ditemukan penulis melalui kegiatan observasi di kelas, pembelajaran
yang terjadi monoton sehingga siswa terlihat jenuh karena kurang diberdayakan,
mereka diperlakukan sebagai objek yang harus duduk manis memperhatikan guru
yang sedang menerangkan. Selain itu pembelajaran yang berlangsung seolah-olah
hanya untuk sekelompok siswa tertentu. Berikut ini data proses pembelajaran
matematika di kelas X SMA Negeri 2 Bontang:
Tabel 1.1 Kondisi Pembelajaran Siswa Kelas X SMA Negeri
2 Bontang
Proses Pembelajaran
|
Kelas
|
||||
X-A
|
X-B
|
X-C
|
X-D
|
X-E
|
|
Metode bervariasi
|
Ya
|
Ya
|
Belum
|
Belum
|
Ya
|
Partisipasi Siswa
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Uraian data tersebut di atas
sangat menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas,
dengan mengimplementasikan sejarah matematika dalam pembelajaran dengan
menggunakan kartu yang disebut kartu narasi.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar deskripsi di
atas maka dikemukakan permasalahan sebagai berikut:
a.
Apakah
penggunaan kartu-kartu narasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
b.
Bagaimana
efektifitas pemanfaatan kartu-kartu narasi untuk mengenalkan sejarah matematika
dan ilmuan matematika pada zamannya, pada pengajaran pokok bahasan pangkat akar
dan logaritma.
c.
Apakah
siswa dapat menguasai pokok bahasan pangkat akar dan logaritma dengan baik
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan kartu-kartu narasi?.
d.
Bagaimanakah
persepsi dan kesan siswa terhadap penggunaan Kartu-kartu narasi matematika
dalam pembelajaran pangkat akar dan logaritma?.
1.3
Tujuan
dan Manfaat Hasil Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
a.
Ingin
mengetahui seberapa besar partisipasi siswa mengikuti pelajaran dengan
penggunaan kartu-kartu narasi dalam pembelajaran matematika.
b.
Memberikan
bentuk baru cara mempelajari matematika yang menarik dan tidak membosankan bagi
siswa.
c.
Ingin
mengetahui seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi pangkat akar dan
logaritma dengan menggunakan kartu dalam pelaksanaan pembelajaran.
d.
Untuk
mengumpulkan persepsi dan kesan siswa (refleksi) tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media kartu – kartu narasi.
1.3.2 Manfaat Hasil
Penelitian
Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk:
a.
Memperkaya
strategi yang dapat mempermudah guru dalam mengajarkan pokok bahasan pangkat
akar dan logaritma pada siswa,
b.
Memberikan
siswa suatu pengalaman belajar matematika yang menyenangkan, menambah wawasan,
dan meningkatkan motifasi internal siswa,
c.
Memberikan
alternatif wawasan kepada guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi
pembelajaran pangkat akar dan
logaritma, dan
d.
Memperkaya
pengalaman bagi guru untuk melakukan tindakan kreatif dan inovatif di dalam proses belajar mengajar guna
memotifasi siswa (Depdiknas, 2003:3).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Efektifitas Media dalam
Pembelajaran
Penggunaan
media alternatif dalam pengajaran diyakini banyak pihak akan memudahkan transfer of learning. Seperti yang
dikemukakan oleh Mujiyanto (2007) dalam makalah penggunaan media pendidikan
pada pengajaran matematika di sekolah menengah pada pelatihan Jardiknas bahwa,
media sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk untuk
peningkatan pendidikan matematika. Kemampuan guru dalam memilih dan menetapkan metode atau media sangat menentukan keberhasilan
proses pembelajaran.
Pada dasarnya atmosfer pembelajaran merupakan
hasil sinergi dari tiga komponen pembelajaran utama, yakni siswa, kompetensi
guru, dan fasilitas pembelajaran. Ketiga komponen tersebut menurut Abdul Halim Fathoni
(2007) dalam makalahnya pada akhirnya bermuara pada area proses dan model
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran matematika
antara lain memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya matematika dan
memberi peluang untuk bangkitnya kreatifitas.
Dengan menggunakan alat peraga
maka :
a.
Proses
belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa,
minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan
bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
b.
Konsep
abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit implementasinya dan karena
itu lebih dapat dipahami dan dimengerti.
c.
Hubungan
antara konsep abstrak matematika dengan benda – benda di alam sekitar akan
dapat dipahami.
d.
Konsep
– konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit.
2.2
Pembelajaran Matematika yang Kreatif dan
Menyenangkan
Ada pandangan yang mengatakan
bahwa belajar itu jangan dihapal, menurut penulis itu keliru, karena
bagaiamanapun juga, menghapal itu sudah menjadi keharusan dalam pembelajaran.
Taksonomi Bloom mengungkapkan bahwa untuk penilaian (assessment) dari hasil pembelajaran harus menyentuh ranah
ingatan (remember) atau sering
dikenal dengan istilah C1. Jadi penulis berpendapat bahwa menghapal itu perlu
dalam pelajaran matematika, tanpa hapalan yang baik, seorang siswa tidak akan
mampu mengerjakan soal-soal dengan baik. Namun demikian harus diingat juga jika
belajar matematika hanya dihapalkan saja maka tidak akan mempunyai arti dan
tidak mempunyai landasan yang kuat. Sukahar (dalam Sudarmono, 2006 : 16)
menyatakan bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar yang berkenaan
dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut urutan logis. Belajar
matematika tidak ada artinya kalau hanya dihapalkan saja, belajar matematika
baru bermakna jika dimengerti karena
matematika mempunyai sistem
dan struktur, oleh sebab itu belajar matematika haruslah bertahap dan
berkelanjutan.
Apabila pembelajaran aktif
penekanannya adalah bagaimana siswa secara aktif mengkonstruksi pemahamannya
tentang sesuatu yang dipelajarinya, maka pembelajaran kreatif penekanannya
bagaimana guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran matematika ini mampu
memfasilitasi proses belajar mengajar sehingga memberi suasana yang kondusif
untuk belajar siswa. Motivasi yang merupakan syarat utama agar
pembelajaran matematika itu menyenangkan merupakan kunci dari pembelajaran yang
efektif. Gagne dalam Setiawan (2004 : 14) menyatakan bahwa ”motivasi untuk
pembelajaran adalah dorongan utama yang mengakibatkan seseorang dengan senang
hati, terdorong untuk meraih suatu
tujuan.” Salah satu hambatan dalam pembelajaran matematika menurut Setiawan
(2004) adalah bahwa banyak siswa yang tidak tertarik pada matematika, termasuk
di dalamnya pangkat akar dan logaritma. Ada beberapa langkah menurut penulis,
yang harus dilakukan oleh guru, supaya pembelajaran matematika itu menyenangkan.
Langkah-langkah tersebut adalah:
- Memberikan sikap positif kepada
matematika.
- Mengajar dengan multi metode
(multimethode) atau metode yang bervariasi.
- Menggunakan alat peraga/media sebagai
permainan.
Dengan
adanya motivasi yang baik, siswa akan lebih mudah dan senang belajar
matematika. Motivasi dalam pembelajaran adalah usaha untuk menyediakan kondisi
sehingga seseorang terdorong untuk belajar lebih baik.
2.3 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada prinsipnya adalah proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber
belajar atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja
dirancang (Suliana, 2005). Belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa
pembelajar.
Dari
segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring.
Selanjutnya dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri
sebagai sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian dalam belajar.
(Dimyati & Mudjiono, 2002).
2.4 Sejarah Matematika
2.4.1 Perkembangan
Matematika
Perkembangan matematika dilihat dari
produktivitas baik kuantitatif maupun kualitatif dari waktu ke waktu makin
meningkat dan sangat cepat. Perbandingan
ini dikaitkan dengan skala waktu. Ada dua macam pembagian mengikuti waktu atau
periode perkembangan. Yang pertama, pembagian waktu ke dalam tiga periode,
yakni, "dahulu", "pertengahan", dan "sekarang".
Pembagian ini berdasarkan pertumbuhan matematika sendiri dan daya tahan hidup
sesuai zamannya. Yang kedua, pembagian menurut cara konvensional dalam tujuh skala
waktu menurut penemuan naskah yang dapat dihimpun, yakni (1) Babilonia dan
Mesir Kuno, (2) Kejayaan Yunani (600 SM - 300), (3) Masyarakat Timur dekat
(sebagian sebelum dan sebagian lagi sesudah (2)), (4) Eropa dan masa
Renaissance, (5) Abad ke-17, (6) Abad ke-18 dan 19, dan (7) Abad ke-20.
Pembagian ini mengikuti perkembangan kebudayaan Eropa. Setiap periode, baik yang membagi menjadi 3 ataupun 7, memiliki ciri khas
yang umum. Pada periode "dahulu", ciri khasnya adalah empiris,
mendasarkan pada pengalaman (indera) hidup manusia. Periode
"pertengahan" mulai dengan analisis (Descartes, Newton, Leibniz,
Galileo), sedangkan pada periode "sekarang" ciri khasnya adalah
metode abstraksi dan generalisasi. Mohaini Mohamed dalam bukunya Matematikawan
Muslim Terkemuka menyatakan “Jika matematika dipisahkan dari sejarahnya
matematika cenderung mengalami kehilangan makna apabila dibandingkan dengan
pelajaran lain. Pada saat salah seorang matematikawan terkenal, Descartes,
menyebut bilangan negatif sebagai suatu kesalahan dan menghindari penggunaannya, bukanlah sekadar suatu hiburan semata di kelas. Jika seorang
siswa mengetahui bahwa dibutuhkan waktu yang lama sebelum konsep bilangan
negatif diterima secara luas. Maka ia tidak akan terlalu berkecil hati jika
konsep bilangan negatif tersebut tidak dapat dipahaminya dengan mudah. Hal ini
mengandung makna suatu yang sulit dan abstrak di masa kini mungkin menjadi
suatu yang mudah di masa yang akan datang.
2.5 Kerangka Berpikir
Penggunaan
kartu narasi dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pangkat akar dan
logaritma ini tepat digunakan, karena dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa sehingga pada akhirnya meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Proses ini memerlukan interaksi siswa dengan sumber belajar. Media
ini juga secara langsung memberikan pengalaman belajar yang unik dan
menyenangkan karena diselingi dengan narasi atau pengalaman para ilmuan
matematika, sehingga proses belajar siswa semakin bermakna.
2.6 Hipotesis Tindakan
Memperhatikan
landasan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan
dirumuskan sebagai berikut: “dengan penggunaan kartu narasi akan meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan pangkat kar dan logaritma di kelas XC SMA Negeri 2. Bontang”.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research). Yang
dilaksanakan di SMAN 2 Bontang dari
tanggal 14 Juli sampai dengan 27 Agustus 2010, yang terdiri dari tiga siklus.
Adapun prosedur penelitian tindakan
ini adalah :
a. Sasaran penelitian: Perubahan yang diinginkan oleh
penulis adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa dapat ikut
aktif, tidak melamun dan sibuk mengerjakan aktivitas lain di luar pelajaran. Serta mampu menyelesaikan permasalahan
yang diberikan saat aktivitas kelas berlangsung. Menimbulkan situasi belajar
yang kondusif yang pada akhirnya siswa mampu dan terampil menguasai materi pangkat,
akar dan logaritma.
b. Perencanaan: (a) menentukan topik pembelajaran
dan identifikasi permasalahan siswa dalam mempelajari topik tersebut, (b) menyiapkan
sumber belajar dan membuat rancangan pembelajaran menggunakan metode kartu
narasi, (c) memilih kelas, observasi di awal pembelajaran, mempelajari
karakteristik siswa, membuat rencana pengajaran materi bentuk pangkat akar dan
logaritma, rencana tindakan, membuat lembar evaluasi, membuat kuesioner,
pedoman wawancara dan lembar observasi.
c. Pelaksanaan tindakan: Guru bersama siswa membicarakan proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan, (i) lamanya kegiatan yang
akan berlangsung, (ii) menerapkan tindakan yang mengacu pada
rencana pengajaran kemudian mengundi siswa yang bertugas membaca kartu, (iii) siswa melakukan latihan aktifitas kelas bentuk pangkat akar dan logaritma.
d. Pengamatan dan Refleksi : guru mengamati dan mencatat semua aktivitas
siswa selama pelaksanaan tindakan, melakukan observasi dengan menggunakan
format observasi.
e.
Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan penilaian yang telah disusun berupa tes
tertulis, hasil pengamatan yang menggambarkan keaktifan, dan antusias siswa
terhadap proses pembelajaran. Kemudian melakukan
evaluasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
3.2 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XC SMAN 2 Bontang tahun pembelajaran 2010/2011 semester ganjil. Dengan jumlah siswa 33 orang siswa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi : siswa,
guru, dan teman sejawat yakni guru bidang studi matematika ( yang mengajar di
kelas yang berbeda, tapi pada pokok bahasan yang sama) untuk kelengkapan data sekunder.
Serta proses belajar mengajar.
3.3.2 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan
data kualitatif dan data kuantitaf. Data kualitatif diperoleh melalui catatan lapangan, cheklist
observasi berupa angket dan lembar observasi partisipasi siswa serta wawancara.
Sedangkan data kuantitatif berupa nilai siswa yang diperoleh melalui tes
formatif.
3.3.3
Instrumen dan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah observasi; hasilnya dipergunakan untuk
memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa. Sedangkan alat pengumpul data
berupa lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas/partisipasi siswa
dalam pembelajaran matematika.
§ Lembar refleksi
§ Angket
§ Pedoman Wawancara
§ Catatan Lapangan
§
Checklist Observasi
§ Tes formatif
§ Data sekunder
3.4. Analisis dan Refleksi
§ Refleksi
Pada akhir siklus guru dan
siswa melakukan refleksi untuk mengukur keberhasilan penggunaan media kartu
narasi dalam pembelajaran. Membahas dan menetapkan apakah
pelaksanaan tindakan telah memenuhi kriteria keberhasilan.
§ Analisa Data
-
Untuk
menganalisa pelaksanaan tindakan, peneliti menyiapkan rambu-rambu analisa
pembelajaran dengan menggunakan kartu narasi. Aspek yang diteliti adalah
pelaksanaan proses belajar mengajar yang meliputi perhatian siswa, keaktifan
siswa dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan. Untuk tes
formatif di akhir siklus penilaian menggunakan Skor maksimal ideal 100.
Pelaksanaan tindakan dianggap
memenuhi kriteria atau sukses apabila 85% dari semua siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran matematika di SMAN 2 Bontang tahun pelajaran 2010/2011 untuk
pokok bahasan pangkat akar dan logaritma adalah 65. Sedangkan Kriteria Ideal
untuk partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa
yang terlibat aktif 100%, siswa yang
bertanya 70%, mengajukan pendapat 70%, menjawab pertanyaan 75%, dan siswa yang
mengerjakan tepat waktu 100%.
3.4.1 Validitas Instrumen
Khusus untuk tes formatif
digunakan bentuk uraian yang berpedoman pada apa yang akan diteliti. Bentuk ini
dipilih karena dipandang lebih sesuai dengan masalah yang diteliti. Untuk
memperoleh Validitas isi yang memadai, maka tes disusun berdasarkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Tes formatif ini dikonsultasikan dan didiskusikan
dengan guru bidang studi matematika di SMAN
2 Bontang. Sedangkan untuk pedoman wawancara menggunakan panduan dengan sistem
pertanyaan terbuka, sehingga siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai proses belajar mengajar dengan kartu narasi.
3.4.2
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada
setiap kegiatan observasi dari setiap siklus, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan analisis
meliputi:
a.
Tingkat
partisispasi atau keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dengan kategori
tinggi, sedang, dan rendah.
b. Hasil belajar siswa berupa nilai ulangan harian (tes formatif) untuk SK I, KD 1.1 (terlampir).
c.
Tingkat keberhasilan metode kartu narasi, dengan kategori
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
Untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah penelitian, maka data
yang telah dikumpulkan yaitu hasil evaluasi tindakan yang terdiri dari evaluasi
proses dan evaluasi hasil dianalis dengan menggunakan analisis deskriptif dan
kualitatif.
Untuk menganalisa evaluasi
hasil, peneliti membuat tes formatif untuk
mengukur pemahaman siswa. Setiap nomor mempunyai bobot yang sama. Dengan skor maksimal ideal 100. Cara pengambilan kesimpulan pada
penelitian tindakan ini yaitu dengan merangkum hasil tes, hasil penyebaran
angket, dan hasil observasi siklus I, II, dan siklus III. Selanjutnya menyusun,
mengolah, dan menyajikannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga menjadi
data yang bermakna.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil
Penelitian
Suharsimi, dkk (2006 : 83)
mengemukakan bahwa hasil penelitian dan pembahasan menyajikan uraian masing - masing
siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi yang berisi tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.
4.1.1
Paparan Hasil Penelitian.
4.1.1.1 Hasil Observasi Pratindakan
Dari observasi diketahui bahwa pada saat proses belajar
mengajar pangkat akar dan logaritma, guru tidak menggunakan media pembelajaran
dalam pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran, guru hanya menggunakan metode
ceramah.
4.1.1.2 Hasil
Pratindakan
Berdasarkan
hasil observasi pratindakan diperoleh
data sebagai berikut:
a.
Kemampuan
siswa masih sangat rendah dalam hal operasi aljabar arimatika. Siswa masih malu
mengungkapkan pendapat.
b.
Sebanyak
20 orang mengatakan tidak tahu apa yang
telah dipelajari.
c.
Kurang
semangat untuk belajar dan tidak termotivasi
4.1.2.3 Hasil Tindakan
Siklus
1
|
Siklus 1
diadakan pada tanggal 16, 21, 23dan 28 Juli 2010
|
Perencanaan:
Sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas guru
mengadakan persiapan rencana pembelajaran meliputi penentuan topik pembelajaran dan
identifikasi permasalahan siswa dalam mempelajari topik tersebut, menyiapkan
sumber belajar dan membuat rancangan kartu pembelajaran yang disebut kartu
narasi, memilih kelas, observasi di
awal pembelajaran, mempelajari karakteristik siswa, membuat rencana
pengajaran materi Bentuk pangkat akar dan logaritma, rencana tindakan,
membuat format evaluasi dan format observasi. Persiapan untuk siklus 1
disusun dan dikembangkan berdasarkan program untuk semester 1 kelas X Tahun
Pelajaran 2010/2011. Rencana pembelajaran dirancang untuk 4 pertemuan (@ 2 x
45 menit).
Pengamatan:
Untuk guru dan siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada tahap kegiatan.
Pada tahap awal kegiatan pembelajaran :
§ siswa tampak kurang
tertarik informasi guru tentang penggunaan media kartu narasi dalam pembelajaran. Siswa merasa mereka
tidak pantas untuk bermain-main seperti itu, karena asumsi mereka sudah
remaja.
§ Guru sedikit mengalami
kendala karena sebagian siswa masih malu untuk membaca kartu ketika mendapat
tugas membaca, siswa masih malu/enggan untuk mengeraskan suara.
§ Siswa masih kesulitan
dalam operasi aljabar bentuk akar.
§ Siswa masih kesulitan
dalam penjumlahan bilangan negatif.
§ Siswa juga masih enggan
menerima anggota kelompok lain untuk bekerja sama.
§ Selama proses
pembelajaran berlangsung guru sekaligus sebagai researcher melakukan
penilaian proses dan pengamatan terhadap kinerja individu maupun dalam
kelompok, Aspek partisipasi siswa yang diamati selama proses pembelajaran
berlangsung meliputi :
1.
Kinerja individu:
terlibat aktif, ketepatan waktu, seberapa besar partisipasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
2.
Kegiatan:
mengajukan pendapat, bertanya, menjawab, serta mengerjakan lembar kerja yang
diberikan.
§ Pada tahap ini,
walaupun masih mengalami beberapa kendala penampilan guru masih dapat
dikategorikan ”sangat baik” (skor 4) karena dapat melakukan sebagian besar
kegiatan yang direncanakan. Sedangkan siswa
dikategorikan ”cukup” (skor 2) karena ada beberapa kegiatan yang belum
dapat dilakukan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari lembar observasi pada siklus 1
partisipasi siswa dalam pembelajaran :
Refleksi
Guru
Berdasarkan hasil pengamatan yang diuraikan sebelumnya,
perlu diadakan langkah-langkah perbaikan untuk pelaksanaan tindakan/siklus 2
sebagai berikut :
|
Pelaksanaan:
Pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 16
Juli 2010. Pada awal pertemuan guru memberi salam pada siswa dan menjelaskan
tujuan pembelajaran pada hari itu. Guru juga menjelaskan tentang penggunaan
media pembelajaran dalam pokok bahasan Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma.
Sub pokok bahasan Bilangan berpangkat. Secara rinci sebagai berikut :
1.
Siswa dibagi
menjadi 6 kelompok.
2.
Memberi
penjelasan teknis dan alur pembelajaran.
3.
Tiap kelompok
bersama guru, mengundi nama siswa yang akan mendapat tugas membaca kartu
narasi.
4.
Setelah membaca
selama 5 menit guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
materi kartu tersebut.
5.
Setelah itu guru
memberikan penguatan dan menyimpulkan materi yang dipelajari hari itu.
6.
Guru sekaligus
sebagai researcher melakukan observasi.
Pertemuan
2 Pertemuan ini dilaksanakan
pada tanggal 21 Juli 2010. Guru mengundi siswa yang membaca kartu, kali ini
dengan tema-mengenalkan ilmuan-ilmuan Matematika. Setelah siswa
menyelesaikan tugasnya, guru kemudian
mendiskusikan dengan siswa tema pada ilmuan pada hari itu. Selanjutnya
mengaitkan dengan materi yang terdahulu tentang materi pangkat bulat negatif
dan nol, notasi ilmiah, serta bentuk akar. Soal latihan aktivitas kelas, maka
guru melakukan observasi dengan cara mengecek pekerjaan siswa kemudian berdiskusi
mengenai pekerjaan mereka. Setelah itu guru menanyakan siswa tentang kendala
mereka menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Pertemuan
3
Pertemuan ini dilaksanakan tanggal 23 Juli 2010.
Pada pertemuan ini guru mengundi siswa untuk membaca kartu narasi. Tema kali
ini adalah tentang ilmuan yang berjasa menemukan konsep angka nol. Yang
mendapat tugas adalah kelompok I setelah siswa menyelesaikan tugas yang
diberikan, kemudian diganti dengan kartu yang bertema operasi aljabar bentuk
akar. Guru mereview apa yang telah didapat pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan berikutnya guru memeriksa pemahaman siswa terhadap operasi aljabar
bentuk akar. Guru mengevaluasi pertemuan pada hari itu, dan membagikan lembar
refleksi pada akhir pertemuan.
Pertemuan 4
Pada pertemuan ini siswa yang hadir lengkap
sebanyak 33 orang, setelah mengatur posisi duduk siswa. Memerintahkan siswa
merapikan buku dan tasnya, guru kemudian memeriksa pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajari pada tiga pertemuan sebelumnya. Setelah yakin
siswa memahami materi yang telah dipelajari, guru kemudian melakukan evaluasi
dalam bentuk tes formatif 1 untuk siklus I.
Refleksi Siswa
Seperti yang telah dijawab oleh siswa dalam lembar
refleksi :
Pertanyaan pertama, apakah pembelajaran pangkat
akar dan logaritma dengan menggunakan kartu sesuai untuk diterapkan ? ya
(11), agak sesuai (18), tidak (6).
Pertanyaan kedua, apakah pembelajaran bentuk
pangkat akar dan logaritma menyenangkan ? ya (17), agak menyenangkan (10), tidak
(8). Pertanyaan ketiga,
apakah pembelajaran dengan kartu narasi memudahkan kalian untuk memahami
materi ini ? ya (18), kadang-kadang (9), belum (8).
|
Siklus
2
|
Siklus 2 diadakan pada
tanggal 30 Juli, 4, 6 dan 13 Agustus
2010
|
Perencanaan :
Dalam perencanaan tindakan 2,
guru merencanakan pembelajaran dengan menggunakan Media kartu. Hal-hal yang disiapkan adalah sebagai
berikut: (1) rencana pembelajaran lengkap dengan membenahi kekurangan
berdasarkan hasil refleksi siklus 1, dari segi performance guru dan siswa,
soal latihan dan tes formatif untuk
materi pangkat rasional, (2) materi pembelajaran pangkat rasional diadaptasi
dari buku matematika kelas X semerter I terbitan Esis Karangan Sri
Kurnianingsih, dkk., (3) untuk mengetahui respon siswa dalam pembelajaran
guru membuat angket kembali dan menyebarkannya kepada siswa. (4) Guru
memberikan motivasi kepada siswa dengan menugaskan siswa membaca kartu
sejarah perkembangan matematika, tokoh-tokoh matematika dunia, yang diselingi
dengan materi yang dikemas dalam sebuah kartu, kemudian melanjutkan
berdiskusi mengenai topik hari itu.
Pengamatan :
Pada pertemuan 1, siswa masih malu dan
enggan, namun pada pertemuan 2 siswa
sudah mulai terbiasa dengan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Untuk
itu penampilan guru ’sangat baik’ (skor 4), dan siswa dapat dikategorikan
’baik’ (skor 3). Malah beberapa siswa mengaku waktu tidak terasa saat
pelajaran matematika berlangsung. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya,
mereka menanti pelajaran matematika dengan senang hati. Masih ada 9 orang siswa yang
mengalami kesulitan yang sama. Misalnya, belum begitu memahami penggunaan
aturan atau sifat-sifat logaritma dalam menyelesaikan soal latihan yang
diberikan: Latihan aktivitas kelas halaman 42, buku paket Matematika Ia
karangan Sri Kurnianingsih, dkk., namun guru terus memotifasi sehingga siswa
tidak malu untuk menunjukkan hasil kerja mereka, serta berani bertanya.
Berikut pengamatan guru saat
pengajaran berlangsung
Refleksi Guru :
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diuraikan sebelumnya, guru mencatat adanya kekurangan
pada pelaksanaan siklus 2 ini, meski dapat diminimalisir sebagai berikut :
1.
Pada saat
kegiatan pembelajaran guru perlu mengatur waktu sehingga tidak terlalu lama
mereview penggunaan peraga karena antusiasme siswa.
Refleksi Siswa :
Pertanyaan pertama, apakah pembelajaran bentuk
pangkat akar dan logaritma dengan menggunakan alat peraga sesuai untuk
diterapkan? ya (20), agak sesuai (9), tidak (6). Pertanyaan kedua, apakah pembelajaran pokok
bahasan bentuk pangkat akar dan logaritma dengan menggunakan kartu
menyenangkan? ya (19), agak menyenangkan (11), tidak (5). Pertanyaan ketiga,
apakah pembelajaran dengan menggunakan kartu narasi, dapat meningkatkan
motivasi belajar anda ? ya (19), kadang-kadang (10), belum (6).
|
Pelaksanaan :
Pertemuan
1
Sama halnya dengan pelaksanaan tindakan siklus
1, guru mengawali pertemuan dengan salam dan menjelaskan bahwa mereka masih
menggunakan media kartu.
Guru menjelaskan tentang perkembangan matematika
dari tinjauan sejarah matematika. Lalu memotivasi siswa untuk lebih
menghargai kesempatan yang ada untuk mengeksplor kemampuan mereka di bidang
ilmu pengetahuan. Tentu dengan mempelajari matematika. Sebab matematika
adalah alat bagi ilmu pengetahuan (mathematics
is a tools). Kemudian Siswa diberi
tugas untuk membaca kartu narasi Leonhard Euler, karena ada kaitannya dengan
materi pembelajaran pangkat rasional, sifat-sifat bilangan
berpangkat. Karena waktu terbatas maka materi dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya.
Pertemuan
2
Pertemuan ini diawali dengan memberi salam,
kemudian guru melanjutkan dengan memotivasi siswa, kali ini mengenal Diophantus (250-200 SM)
yang
merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia ia yang mengembangkan konsep-konsep
aljabar Babilonia. Seorang
matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku
karangan pertama tentang sistem aljabar. Serta Isaac Newton ilmuan yang paling
berpengaruh lahir di Inggris tahun 1642. Di usia yang relatif muda 21-27
tahun dia sudah meletakkan dasar-dasar teori ilmu pengetahuan di bidang
Matematika dan Fisika, dan merevolusi bidang astronomi. Baik guru maupun siswa sudah
tidak mengalami kesulitan melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mulai aktif
dan secara bergantian ingin mendapat giliran membaca.
Pada pertemuan ini guru menjelaskan materi
persamaan pangkat sederhana dengan bilangan pokok yang sama. Selanjutnya guru
memberikan tugas mandiri pada setiap siswa, dan menunjuk siswa menyelesaikan
di depan kelas. Pada tahap ini siswa sudah semakin mahir menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan persamaan pangkat sederhana, tetapi ada
beberapa siswa yang masih
memerlukan bimbingan.
Pertemuan 3
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus
2010. Pada pertemuan ini guru mengucapkan salam, kemudian memberi motivasi
kepada siswa mengenai perkembangan matematika. Guru melanjutkan materi
pembelajaran pangkat sederhana. Siswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami bentuk eksponen sederhana, tetapi setelah guru memberi penjelasan
secara klasikal, kemudian menugaskan siswa secara berkelompok untuk menjawab
soal latihan yang diberikan. Pada tahap ini siswa dapat menyelesaikan
soal-soal yang diberikan. Serta bisa mengerjakan soal secara mandiri, dan
sudah termotivasi untuk menyelesaikan soal sendiri.
Pertemuan 4
Pada pertemuan ini siswa yang hadir lengkap
sebanyak 33 orang, setelah mengatur posisi duduk siswa. Memerintahkan siswa
merapikan buku dan tasnya, guru kemudian memeriksa pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajari pada tiga pertemuan sebelumnya. Setelah yakin
siswa memahami materi yang telah dipelajari, guru kemudian melakukan evaluasi
dalam bentuk tes formatif untuk siklus
II.
|
Siklus
3
|
Siklus ke tiga dilaksanakan tanggal 18, 20, 25,
dan 27 Agustus 2010
|
Perencanaan :
Berdasarkan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan
untuk siklus III. serta
kriteria keberhasilan seperti yang ditetapkan pada siklus pertama dan siklus
kedua. Tindakan yang dilakukan pada siklus ketiga ini ditetapkan berdasarkan
hasil refleksi pada siklus kedua, yaitu:
1.
Proses
pembelajaran masih tetap menggunakan media kartu. Guru tetap mengundi siswa
yang akan mendapat tugas membaca kartu.
2.
Adanya diskusi
dengan guru dan siswa tentang materi
pada hari itu. Menugaskan siswa untuk maju mengerjakan tugas yang diberikan.
3.
Waktu untuk
menyelesaikan tugas ditetapkan bersama-sama dengan siswa.
Pengamatan:
Pengamatan terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung pada siklus ketiga dilakukan oleh guru. Instrumen yang digunakan
berupa lembar observasi yang telah disediakan seperti pada siklus pertama dan
kedua. Aspek partisipasi siswa yang diamati selama proses pembelajaran
berlangsung sama dengan pada siklus pertama dan kedua yaitu kinerja individu
berupa hasil tes formatif siklus III, maupun kinerja kelompok (terlibat
aktif, dan ketepatan waktu). Selama proses pembelajaran berlangsung guru
melakukan penilaian proses pada cara siswa mengajukan pendapat, bertanya
serta menjawab pertanyaan.
Refleksi :
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ini, terdapat temuan-temuan
sebagai berikut :
1.
Tingkat
partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlihat mengalami kemajuan, Keinginan
siswa untuk terlibat aktif mencapai 33 orang, bertanya 23 orang, mengajukan
pendapat 22 orang, dan menjawab
pertanyaan dengan benar 27 orang.
2.
Penggunaan media
kartu sangat efektif, hal ini terlihat dari meningkatnya motivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memiliki tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat waktu.
3.
Berdasarkan
instrumen penilaian minat siswa terhadap mata pelajaran matematika diperoleh,
skala 10 – 16 tidak berminat 0 siswa, skala 17 – 24 kurang berminat 1 siswa,
skala 25 – 32 berminat 5 siswa, dan skala 33 – 40 sangat berminat 27 siswa.
|
Pelaksanaan :
Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan kartu narasi
dan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II. Pada pertemuan ini banyak
siswa yang hadir 32 orang.
Pertemuan 1
Proses PBM menggunakan media kartu narasi untuk memotivasi siswa,
tema kali ini adalah Aplikasi Logaritma dan guru mendiskusikan dengan siswa
penemuan John Napier tentang logaritma. Selanjutnya menentukan logaritma
suatu bilangan, menentukan logaritma suatu bilangan dengan tabel dan
kalkulator. Pada pertemuan ini guru sangat menekankan pada pengamatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Pertemuan 2
Pertemuan ini dilaksanakan tanggal 20 Agustus
2010. Pertemuan ini membahas materi antilogaritma. Pertemuan ini difokuskan
untuk menggali pemahaman siswa terhadap materi logaritma. Guru menugaskan
siswa untuk membaca materi yang ada di kartu, kemudian guru mendiskusikan
dengan siswa cara menentukan antilogaritma suatu bilangan dengan menggunakan
tabel dan kalkulator. Kemudian guru melakukan refleksi untuk pertemuan itu
secara lisan.
Pertemuan 3
Pertemuan ini
dilaksanakan tanggal 25 Agustus 2010, guru dan siswa terlibat diskusi seputar
penemuan logaritma yang ditemukan pertama kali oleh John Napier. Kemudian guru menjelaskan kegunaan
logaritma untuk perhitungan. Guru fokus menjelaskan mengenai materi tentang
logaritma, mereview pemahaman siswa. Guru siswa menunjuk siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
Pertemuan 4
Pertemuan ini
difokuskan untuk membahas hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan dalam
kelompoknya selama 10 menit. Mereview pemahaman siswa, setelah itu mengatur
posisi siswa, memerintahkan siswa untuk menyimpan buku dan merapikan tasnya,
kemudian mengatur posisi duduk siswa yang dilanjutkan dengan tes
formatif untuk siklus III.
|
§ Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari lembar
observasi pada setiap siklus partisipasi
siswa dalam pembelajaran :
Tabel 3. 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pada tiap Siklus
|
||||||||||||||||||||
No
|
Kelompok
|
Banyak Siswa dan Aspek yang diamati
|
||||||||||||||||||
Terlibat
|
Bertanya
|
Mengajukan
|
Menjawab
|
Tepat
|
||||||||||||||||
aktif
|
Pendapat
|
Pertanyaan
|
Waktu
|
|||||||||||||||||
1
|
Diopahantus
|
2
|
4
|
6
|
2
|
3
|
4
|
1
|
3
|
4
|
2
|
3
|
6
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
||||
2
|
Archimedes
|
2
|
4
|
5
|
2
|
3
|
5
|
1
|
3
|
3
|
1
|
4
|
5
|
-
|
Ya
|
Ya
|
||||
3
|
Newton
|
2
|
3
|
6
|
2
|
3
|
3
|
1
|
3
|
4
|
1
|
3
|
4
|
-
|
Ya
|
Ya
|
||||
4
|
Khawaritzmi
|
2
|
3
|
6
|
2
|
3
|
3
|
1
|
4
|
4
|
1
|
3
|
4
|
-
|
-
|
Ya
|
||||
5
|
John
Napier
|
3
|
3
|
5
|
2
|
4
|
4
|
1
|
2
|
3
|
2
|
3
|
3
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
||||
6
|
Phythagoras
|
2
|
3
|
5
|
1
|
4
|
4
|
1
|
3
|
4
|
2
|
2
|
5
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
||||
Jumlah
|
16
|
20
|
33
|
13
|
20
|
23
|
8
|
18
|
22
|
10
|
18
|
27
|
3
|
5
|
6
|
|||||
Persentase
|
48%
|
61%
|
100%
|
39%
|
61%
|
70%
|
24%
|
54%
|
67%
|
30%
|
54%
|
81%
|
42%
|
71%
|
100%
|
|||||
Mengacu pada hasil tes formatif,
terdapat peningkatan yang cukup signifikan pada nilai rata-rata siswa secara
klasikal maupun kelompok. Presentase ketuntasan siswa secara klasikal hasil tes formatif pada siklus 1
diperoleh persentase ketuntasan siswa 61 %. Pada siklus kedua ada 24 orang atau sekitar 73 %. Terdapat 9 orang
siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan hasil tes formatif pada siklus ke tiga persentase
ketuntasan meningkat mencapai 97%, setiap kelompok juga mengalami peningkatan
dalam setiap siklusnya. meski masih ada satu siswa memperoleh nilai di bawah
kriteria ketuntasan minimal.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian ini akan mengacu
pada empat masalah utama dalam penelitian ini.
4.2.1
Analisis Sikap Siswa Terhadap Proses Pembelajaran
Penggunaan media kartu dalam
pembelajaran memberikan suasana belajar yang menyenangkan (joyfull learning). Secara umum, siswa terkesan dengan proses
pembelajaran, siswa juga bersemangat untuk melakukan tugas yang diberikan oleh
guru, serta mengerjakan sendiri hasil aktivitas kelas. Suasana pembelajaran
tidak tegang, sesekali diantara siswa jadi tutor bagi siswa lainnya (peer teaching), mereka saling memberi komentar
dan berdiskusi dengan siswa yang lain tentang materi pembelajaran, dan
pengalaman belajar yang telah disampaikan oleh guru mengenai implikasi sejarah
yang disajikan dalam media kartu.
Beberapa siswa masih malu dan
enggan untuk membaca kartu ketika mendapat giliran, siswa masih bingung
menentukan hasil perkalian atau penjumlahan bilangan berpangkat maupun bentuk
akar. Menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat dalam menentukan solusi dari
suatu permasalahan.
Terjadi peningkatan cukup signifikan bukan
hanya dari prestasi tes tertulis, tetapi dari segi perfomance siswa, guru, situasi
belajar, dan keterampilan siswa juga terjadi peningkatan ini dapat dilihat dari
observasi guru pada saat pelaksanaan rata-rata siswa setiap kelompok meningkat cukup signifikan. Hal ini dapat kita lihat dari hasil tes formatif
tiap siklus, serta hasil pengamatan dan refleksi siswa tentang pembelajaran bentuk
pangkat, akar dan logaritma pada pertanyaan pertama 11 siswa menjawab pada
siklus 1 bahwa penggunaan media dalam pembelajaran sesuai untuk diterapkan,
pada siklus 2 meningkat menjadi 20 siswa, ini membuktikan bahwa penggunaan
media kartu dalam pembelajaran mayoritas dipilih siswa karena relatif baru dan
memberi warna dalam situasi belajar sesuai dengan kondisi siswa.
Pertanyaan kedua, 17 siswa pada siklus
1 memilih bahwa pembelajaran bentuk pangkat akar dan logaritma dengan
menggunakan media kartu narasi menyenangkan, pada siklus 2 sebanyak 20 siswa
meski masih ada 5 siswa yang menyatakan tidak. Dari catatan lapangan diperoleh data bahwa ke lima
siswa ini memang sejak awal tidak begitu antusias dalam pembelajaran, dan itu
bukan hanya pada pelajaran matematika tetapi juga pada pelajaran lain. Rata – rata siswa pada kelompok Khawaritzmi dan Diophantus pada siklus 1 dan
siklus 2 berada dibawah kriteria ketuntasan minimal. Tetapi hal ini masih bisa
diminimalisir, sebab pada pertemuan sebelumnya siswa mulai membuka diri dan
mulai menyadari bahwa penggunaan media memberi warna lain, dan menambah wawasan
siswa dalam proses belajar mengajar matematika di kelas.
4.2.2 Analisis Pemahaman dan
Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Narasi
Salah satu cara agar siswa
menyenangi belajar matematika adalah dengan mengusahakan sebanyak mungkin siswa
terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Setiawan (2004 : 16) mengatakan salah
- satu cara untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
tentu dengan memanfaatkan media atau alat peraga. Berdasarkan observasi bahwa beberapa kelompok siswa menunjukkan prestasi belajar yang sangat memuaskan,
sementara beberapa kelompok siswa prestasinya meningkat
menjadi memuaskan, antusiasme siswa dalam belajar tidak bisa diabaikan.
Kelompok Khawaritzmi cukup perhatian dalam belajar, namun inisiatif dan
keterampilan siswa memang kurang sehingga guru banyak membutuhkan waktu untuk
membimbing kelompok ini. Hal yang membahagiakan adalah ungkapan siswa saat proses
belajar tengah berlangsung :
” bu soalnya lagi...” atau saat
bel tanda pelajaran usai
” masak sih dah habis jamnya, perasaan kita baru masuk tadi”,
di lain
waktu saat bel masuk baru berbunyi siswa memberi tahu guru untuk segera masuk
”bu, ini jam pelajaran ibu sekarang”
sederhana pengungkapannya namun hampir jarang
terjadi pada pelajaran eksak (MIPA). Rata – rata siswa ”senang” jika guru tidak
masuk atau masuk tapi terlambat. Yang ditangkap oleh guru dari ungkapan siswa
tersebut adalah guru merasa diinginkan kehadirannya, serta kesediaan siswa
untuk belajar, dan ini ditandai dengan rata-rata prestasi belajar siswa pada
tes formatif siklus I, siklus II dan siklus III pada tabel berikut :
Tabel 3. 4. Rata-rata Kelompok tiap Siklus
Nilai Rata-rata
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Siklus 3
|
Kel. Diopahantus
Kel. Phytagoras
Kel. Archimedes
Kel. John Napier
Kel. Newton
Kel. Khawaritzmi
|
58, 50
69, 20
72, 20
69, 40
62, 67
53, 17
|
63,00
79, 00
79, 00
77, 40
68, 50
61, 83
|
72, 33
86, 00
86, 20
86, 00
77, 17
72, 00
|
Berdasarkan tabel di atas rata-rata siswa kelompok Phytagoras,
Archimedes, dan John Napier sangat memuaskan pada siklus 3, meski masih ada siswa
kelompok khawaritzmi yang tidak memenuhi KKM. Namun jika dilihat secara individu (lihat lampiran
4) terjadi kenaikan nilai tiap individu maupun peningkatan dalam
setiap kelompok. Pada siklus 1 persentase tingkat ketuntasan siswa adalah 61%,
sedangkan pada siklus 2 persentasenya menjadi 70, 91%, dan pada siklus 3
persentase kelulusan siswa 97% atau 32 orang siswa. Ini berarti sudah lebih
dari 85% siswa tuntas memahami materi bentuk pangkat, akar dan logaritma menggunakan
media kartu narasi. Artinya penelitian ini dikatakan berhasil karena telah melampaui
kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Meskipun tidak terlepas dari
kelemahan, namun keuntungan dari media kartu ini adalah memberikan wawasan
historis dalam pembelajaran matematika, terjadi kerjasama dan diskusi antara
guru dan siswa, maupun antara siswa sendiri. Hal ini sesuai dengan rekomendasi
dari The Cocroft Report yang pada
hakikatnya merupakan laporan dari The
Commette of Inquiry into the training of Mathematics in Schools, yang diketuai
oleh Dr.W.H.Cockroft dari Great Britain, banyak dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika di berbagai negara termasuk Indonesia. Dengan laporan yang diberi judul ”mathematics Counts”
menggarisbawahi lingkup tugas guru dalam pembelajaran disetiap jenjang
pendidikan salah satunya adalah meliputi aktivitas diskusi antara guru dan
siswa, siswa dan siswa, adanya practical
work, serta problem solving. Dari
hasil uraian di atas, maka penggunaan media kartu narasi sangat efektif meningkatkan pengetahuan mengenai sejarah matematika dalam proses
belajar mengajar. Serta meningkatkan penguasaan siswa dalam pokok bahasan pangkat akar dan logaritma.
Adapun
hasil partisipasi siswa dalam proses pembelajaran disajikan dalam bentuk
rata-rata sebagai berikut :
Tabel 3.6 Data Hasil Rata-rata
Pengamatan Partisipasi Siswa pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III
No
|
Siklus
|
Banyak siswa aspek yang diamati
|
|||||
Terlibat aktif
|
Bertanya
|
Mengajukan
Pendapat
|
Menjawab Pertanyaan
|
Tepat waktu
|
Rata-rata
|
||
1.
|
I
|
59%
|
50, 5%
|
37,5%
|
40, 5%
|
43,5%
|
46,1%
|
2.
|
II
|
70,3%
|
54%
|
54%
|
56,8%
|
100%
|
67%
|
3.
|
III
|
100%
|
70%
|
67%
|
81%
|
100%
|
86%
|
Grafik 1.1
Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran
Perbandingan tingkat
ketercapaian dengan kriteria ideal yang ditetapkan. Untuk lebih jelasnya kita
lihat tabel dan grafik hasil perbandingan kriteria yang ditetapkan dengan hasil
pada siklus ke tiga.
Tabel 3. 7 Perbandingan Kriteria yang ditetapkan dengan
hasil pada siklus III
No
|
Kondisi
|
Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati
|
|||||
Terlibat aktif
|
Bertanya
|
Mengajukan
Pendapat
|
Menjawab Pertanyaan
|
Tepat waktu
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Ketercapaian
|
100%
|
70%
|
70%
|
75%
|
100%
|
83%
|
2.
|
Siklus III
|
100%
|
70%
|
67%
|
81%
|
100%
|
84%
|
Keterangan
|
Tercapai
|
tercapai
|
mendekati
|
melampaui
|
tercapai
|
melampaui
|
Grafik 1.2
Perbandingan Kriteria Yang Ditetapkan Dengan Hasil
Pada Siklus Ketiga
Data tersebut di atas, menunjukkan
bahwa kondisi siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, bertanya,
menjawab pertanyaan dan tepat waktu dalam kerja kelompok telah memenuhi
kriteria yang ditetapkan.
4.3. Implikasi Langsung dari Tindakan
Penggunaan media kartu narasi dalam pembelajaran Bentuk
pangkat akar dan logaritma telah menimbulkan efek positif pada siswa :
a. Menimbulkan rasa suka terhadap pelajaran
matematika, karena penyajian yang tidak melulu ceramah, tetapi melibatkan
diskusi sekaligus emosi positif siswa.
b. Meningkatkan motivasi, sebagai contoh: siswa
sangat antusias dalam pembelajaran mengerjakan soal yang diberikan, sehingga
waktu belajar tidak terasa.
c.
Meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan bentuk
pangkat akar dan logaritma.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan berkaitan dengan Penggunaan Kartu
Narasi dalam meningkatkan Prestasi Belajar Bentuk Pangkat akar dan Logaritma
pada pelajaran matematika. Kesimpulan itu sebagai berikut :
1. Penggunaan media kartu narasi yang digunakan pada
pembelajaran pokok bahasan bentuk pangkat akar dan logaritma merupakan cara
efektif untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dapat dilihat
dari keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tinggi,
frekuensi siswa yang bertanya tinggi melampaui kriteria yakni 72% sedangkan
kriteria 70%, frekuensi siswa yang menjawab pertanyaan melampaui kriteria yang
ditetapkan, yakni 81% sedangkan kriteria 75%, serta menyelesaikan dengan tepat
waktu 100%, meskipun untuk mengajukan pendapat masih dibawah kriteria tetapi
secara kuantitas mengalami peningkatan.
2. Dalam proses belajar mengajar kartu narasi efektif
meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung, dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Berdasarkan instrumen penilaian minat siswa terhadap mata
pelajaran matematika diperoleh, skala 10 – 16 tidak berminat 0 siswa, skala 17
– 24 kurang berminat 1 siswa, skala 25 – 32 berminat 5 siswa, dan skala 33 – 40
sangat berminat 27 siswa.
3. Dari hasil observasi mengenai persepsi siswa terhadap
pembelajaran yakni sebanyak 22 orang siswa atau 66% dari 33 siswa menyatakan
matematika tidak membosankan. 64% siswa menyatakan sangat setuju dengan
penggunaan kartu dalam pembelajaran, sebanyak 33% menyatakan setuju, dan 3%
memilih tidak setuju.
4. Penggunaan kartu narasi efektif memudahkan
siswa untuk memahami pokok bahasan pangkat akar dan logaritma, serta meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan membantu guru lebih terampil
dalam pengelolaan kelas.
5. Penggunaan kartu narasi memberikan persentase
kelulusan sesuai kriteria ketuntasan minimal pada siklus 1 sebesar 61% atau 20
orang siswa, pada siklus 2, 73 % atau 24 orang siswa dan pada siklus 3, 97%
atau 32 orang siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran tergolong tinggi. Terdapat implikasi positif terhadap motivasi belajar siswa dan prestasinya, dengan penggunaan kartu narasi pada pembelajaran pangkat akar dan logaritma
berhasil dan efektif meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas XC
SMA Negeri 2 Bontang.
5.2 Saran
Mengacu pada hasil penelitian,
ada beberapa saran yang sebaiknya dilakukan guru dalam menetapkan penggunaan
suatu alat peraga dalam pembelajaran bentuk pangkat akar dan logaritma.
a. Pada tahap awal guru dapat memotivasi
siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, serta lebih meningkatkan porsi
perhatian yang lebih kepada siswa dalam kelompok yang nilainya lebih rendah.
b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung
sebaiknya guru lebih mengkoordinir siswa pandai untuk lebih aktif bertindak
sebagai peer teaching.
c. Perlu diingat bahwa sebaiknya guru dan
siswa tidak menggunakan kartu narasi ini pada saat siswa sudah termotivasi
untuk mempelajari materi selanjutnya, sebab akan membuat siswa menjadi bosan
dan tergantung pada media kartu.
d. Mengingat pelaksanaan Penelitian tindakan
kelas (PTK) ini hanya tiga siklus, dan validitas instrument belum terlalu
standar, maka kepada guru yang akan melakukan PTK agar lebih meningkatkan
kualitasnya.
e.
Disarankan
pada guru untuk menggunakan media alat peraga dalam proses belajar mengajar. Apalagi pada pokok bahasan yang dianggap sulit bagi siswa,
karena akan memudahkan siswa untuk memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.dkk.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara
Aziz, Abdul. 2001. Kelambanan dalam Belajar Penyebab dan Cara Penanganannya. Jakarta:
Gema Insani Press
Depdiknas. 2003.Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas
DePorter, Bobbi.,Reardon,
Mark.,Sarah.1999.Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas.Translated by Ary Nilandari. 2000.Bandung: Kaifa
Johnson B, Elaine. 2006. Contextual
Teaching And learning. Bandung : Mizan Media Utama
Mohaini Mohamed. 2001. Matematikawan Muslim Terkemuka. Jakarta:
Salemba Teknika
Mujianto. 2007. Penggunaan Media Pendidikan pada pengajaran Matematika di sekolah
Menengah. Makalah. Jardiknas Tegal
Setiawan.2004.Strategi
Pembelajaran Matematika yang aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Makalah. Yogyakarta: DEPDIKNAS PPPG Matematika.
_______.2006. Model
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Modul.Yogyakarta: DEPDIKNAS PPPG Matematika.
Sudrajat, Akhmad.2008. Teori-teori Belajar. Di muat di
worldpress.com
Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
A.
Data Pribadi Penulis
1. Nama Lengkap :
Mikyal Suyuthi
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. NIP :
197508052003122007
4. Jabatan :
Guru
5. Pangkat dan Golongan : Penata Tingkat 1/III D
6. Instansi
a. Nama :
SMA Negeri 2 Bontang
b. Alamat :
§ Jalan : HM.Ardans
Bontang Selatan
§ Kab/Kota : Bontang
§ Provinsi : Kalimantan Timur
c. Telpon :
(0548) 26819
d. Faximile :
(0548) 26819
e. Email :
………………………………………………………………………………………….
f. Website :
………………………………………………………………………………………….
7. Tempat, Tanggal Lahir : Palopo, 05 Agustus 1975
8. Alamat Rumah :
Jalan Kol No. 104 RT. 08 Kel.Gunung Elai
Bontang Utara Bontang Kaltim
9. Nomor Telpon Rumah : (0548) 29739
10. Nomor HP Pribadi : 08125368317
11. Email :
ummu_dzaki@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment