PERANAN GURU UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA KELAS VII AGAR BERPRESTASI PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBUATAN MEDIA PENGAJARAN PETA TIMBUL



(Penelitian Tindakan Kelas / Class Action Research)
 Disusun Oleh :
Nama                          :   Dra. Murnaria SPd, MM.
NIP / NRK                 :   196108121984032002 / 144729
Pangkat / Gol             :   Pembina Utama Madya / IV D
Unit Kerja                  :   SMP Negeri 216 Jakarta Pusat
Alamat                        :   Jl. Salemba Raya No. 18




ABSTRAK


Dra. Murnaria SPd, MM, “Peranan Guru Untuk Meningkatkan Motivasi  Siswa Kelas VII Agar Berprestasi Pada Pembelajaran IPS  Melalui Pembuatan Media Pengajaran Peta Timbul”, Penelitian Tindakan Kelas ( Class Action Research) di SMP Negeri 216 Jakarta Pusat.

            Tujuan penelitian untuk mengetahui motivasi dan prestasi siswa pembuatan  peta timbul, dengan   memanfaatkan sampah atau limbah di sekitar mereka seperti: triplek bekas, koran, kertas bekas, dll.  menjadi media pengajaran untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
            Metode penelitian adalah  penelitian tindakan kelas dalam dua siklus.  Lokasi penelitian pada SMP Negeri 216, dan sampel adalah  siswa kelas VII,  pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
             Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan positif motivasi dan  prestasi melalui pembuatan peta timbul, dicermati dari perubahan sikap dan hasil kerja siswa.  Pada siklus 1 terdapat kesulitan dalam pembuatan peta, dan  hasil kerjanya masih kurang memuaskan. Sehingga dalam siklus 1 guru berupaya memberi penjelasan kepada siswa yang melakukan kekeliruan dalam pembuatan peta timbul, membuat  pekerjaan rumah secara kelompok (tutor sebaya), untuk merangsang munculnya kreativitas siswa sekaligus  melatih kerjasama siswa dalam kelompok.   Sedangkan pada Siklus ke 2 siswa telah mampu  mengatasi permasalahan, dan guru melakukan evaluasi terhadap karya siswa baik secara individu  maupun  klasikal.
            Disimpulkan pembuatan peta timbul  berdampak positif terhadap peningkatan motivasi dan prestasi, sekaligus kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu siswa dan profesionalisme guru.  Untuk itu disarankan agar setiap guru IPS hendaknya selalu  kreatif meningkatkan motivasi dan prestasi dengan memanfaatkan beragam media belajar IPS. Peningkatan kualitas siswa akan membuat sumber daya manusia Indonesia semakin tinggi.

Kata Kunci: motivasi, prestasi,  media pengajaran, peta timbul.

ABSTRAC

Dra. Murnaria SPd, MM, "The role of teacher motivation to enhance student achievement in order for class VII Social Studies learning through teaching map making media arise", Classroom Action Research (Class Action Research) at The Junior High School 216 Central Jakarta.
    

         Research purposes to determine students' achievement motivation and map-making arise, by making use of waste or waste around them such as: plywood used, newspapers, scrap paper, etc.. become the medium of instruction for the learning of Social Sciences.
        The research method is a classroom action research in two cycles. Location of research on the SMP 216, and the sample is a class VII student, on learning of Social Sciences.
         The results showed there is a positive increase in motivation and achievement through the map-making arise, scrutiny of the changes in attitudes and students' work. In cycle 1 there are difficulties in creating the map, and his work is still unsatisfactory. Thus, in cycle 1 teacher trying to explain to the student who makes the mistake of making maps arise, making homework as a group (peer tutor), to stimulate students' creativity as well as the emergence of cooperation to train students in the group. While on the cycle to 2 students have been able to overcome the problems, and teachers evaluate the students' work both individually and classical.
          Concluded mapping arises a positive impact on increasing motivation and achievement, while activity is beneficial to improve the quality of student and teacher professionalism. It is recommended that every social studies teacher should always be creative increasing motivation and achievement by utilizing a variety of learning media IPS. Improving the quality of students will make the human resources in Indonesia is increasing.

Keywords: motivation, achievement, teaching media, maps arise.

1.1.      Latar Belakang
 Guru mempunyai peranan penting  pada proses pembelajaran, untuk membuat siswanya  berhasil.  Untuk mencapai keberhasilan itu guru dituntut untuk selalu proaktif  dan responsif  terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dalam kelas, di luar kelas dan lingkungan sekitarnya.  Selain itu seorang guru harus memiliki kemampuan akademik, memahami dan mengembangkan pembelajaran, menguasai strategi mengajar yang tepat, memanfaatkan media, memiliki komitmen akan tugas yang diembannya, mempunyai tanggung jawab profesi, disiplin dan profesional di bidangnya.
Mengingat pentingnya peranan guru dalam pembelajaran, sangatlah wajar bila semuanya harus direncanakan dengan baik.  Para pendidik (guru) harus berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya baik dalam merencanakan program, menyajikan program, dan melakukan evaluasi agar  hasil pembelajaran menjadi  maksimal. Untuk itu guru perlu juga memanfaatkan beragam media pembelajaran pada saat proses belajar mengajar.
 Media pembelajaran adalah sarana yang penting untuk membantu siswa memahami  konsep-konsep materi esensial IPS,  sehingga melalui pemanfaatan media pengajaran tersebut motivasi dan prestasi siswa menjadi lebih meningkat untuk  memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Media pengajaran bagi guru bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal. Penggunaan media   berguna  untuk  mempermudah siswa memahami konsep, teori, materi yang berkaitan dengan pengajaran.  Media pengajaran untuk meningkatkan mutu siswa baik secara langsung atau tidak langsung.  Hal ini berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar siap menghadapi persaingan di era globalisasi.
  Seorang guru juga harus peduli dengan kesulitan belajar siswanya dan berusaha melakukan inovasi pembelajaran. Sebagai pengajar kelas VII, peneliti mencermati siswa yang saya ajar sebagian besar mengalami kesulitan dalam memahami peta terutama pada pembelajaran IPS Geografi, padahal pemahaman peta lokasi termasuk  bagian dari materi esensial IPS Geografi. Hal ini dibuktikan pada saat ulangan sebagian besar siswa sering lupa tentang peta yang telah diajarkan oleh guru. Untuk itu peneliti mengantisipasi dengan membuat peta timbul, disamping  menggunakan peta, atlas, peta digital baik peta timbul dan peta untuk di power point pada saat pembelajaran berlangsung.  Peneliti membuat peta timbul untuk memberi  pengalaman belajar secara konkrit, aktif, dan bermanfaat  melalui  penugasan membuat peta  baik secara individu maupun kelompok.
  Melalui penugasan dengan pembuatan peta timbul sekaligus guru juga mengajak siswa untuk membuat sesuatu karya yang kreatif yaitu dengan memanfaatkan sampah atau limbah yang ada disekitar mereka.  Ada banyak keuntungan yang diperoleh dengan pembuatan peta timbul ini selain siswa memiliki kesadaran peduli lingkungan, melalui pembuatan peta timbul ini juga diharapkan dapat  meningkat motivasi dan prestasinya, karena dalam proses pembuatan peta timbul diawali dengan membaca peta yang dipilih, mengenal objek-objek geografi, menggambarkan relief peta di media yang telah disediakannya. Pada penyelesaian akhir siswa membuat peta timbul, ia belajar mewarnai sesuai relief daratan. Selesainya proses pembuatan peta akan membuat siswa dapat memahami peta dengan baik dari pemahaman lokasi, bentuk peta, maupun kreativitas lainnya dapat berkembang. Pembuatan peta timbul ini juga dapat melatih siswa membuat sesuatu yang menarik sekaligus mengurangi sampah dan mengolahnya  menjadi benda-benda yang bermanfaat. 

1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang berkaitan dengan judul dan ruang lingkup masalah sebagai berikut :
1.      Apakah  pembuatan peta timbul dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar  siswa ?
2.      Apakah pembuatan peta timbul sesuai konsep-konsep pembuatan peta dan dapat membantu siswa memahami unsur lokasi  ?

1.3.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka secara spesifik pada tujuan penelitian dalam masalah penelitian ini adalah:
     1. Untuk mengetahui dan menjelaskan sejauh mana peta timbul dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa karena dengan memahami pembuatan peta yang baik maka  siswa dapat memahami konsep lokasi dan unsur-unsur peta.

1.4. Focus Penelitian
          Peranan guru untuk meningkatkan motivasi siswa kelas VII agar berprestasi pada pembelajaran IPS melalui pembuatan media pengajaran peta timbul. (Penelitian Tindakan Kelas/ Class Action Research)


2.  Kerangka Teoritik
2.1.      Hakekat Motivasi
Hakekat motivasi berasal dari bahasa Latin yakni : “movere”, yang berarti dorongan atau menggerakkan.  Motivasi adalah usaha atau cara mengarahkan,  daya dan potensi seseorang  agar mau bekerja sama secara produktif  dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
           Kata “motif” dan “motivasi”  memang saling berkaitan, tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda. Motif  menunjukkan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan. Sedangkan motivasi merupakan “pendorong” yang disadari untuk memengaruhi tingkah laku seseorang dan mengerakkan  hatinya untuk bertindak untuk  mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dalam kamus psikologi kata motivasi (motivation) berarti yang mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu.
            Menurut Dimyati dan Mudjiono,  motivasi belajar adalah dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan dengan melakukan tindakan. Tindakan pada  dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan.  Kesadaran  diri seseorang muncul akibat adanya kebutuhan fisik dan psikis.  Motivasi   adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi  dapat berasal dari dalam diri seseorang ataupun karena adanya dorongan dari orang-orang di  luar dirinya.[1]
Motivasi belajar  sangat erat kaitannya dengan keberhasilan guru agar siswanya berprestasi pada pembelajaran IPS karena motivasi dapat menjadi daya penggerak baik bagi guru maupun  siswa untuk  melakukan tugas-tugasnya dengan baik.  Guru sebagai pekerja profesional diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab dari atasannya berwenang untuk melaksanakan pengajaran di kelas.  Guru harus memiliki motivasi sebelum mengajar dengan cara  membaca, mengerti dan memahami materi untuk lancarnya kegiatan proses belajar mengajar atau kegiatan instruksional dari mata pelajaran yang diembannya.
Motivasi adalah dorongan yang dapat  timbul pada diri seseorang baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan. Motivasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa sekaligus mengajak siswa peduli akan lingkungan yang mengolah sampah atau limbah menjadi barang berguna sekaligus mengajak mereka berkarya dan mengasah kemampuannya, baik potensi individu maupun kelompok.

2.2.  Hakikat Media Pengajaran
Media pengajaran didalam pembelajaran di dalam kelas sangat dibutuhkan, terutama untuk membantu siswa memahami konsep-konsep materi esensial Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan media pengajaran siswa dapat lebih mudah memahami ilmu pengetahuan yang disampaikan guru. Sehingga dibutuhkan kepedulian guru untuk selalu bersedia memanfaatkan media pengajaran disaat menyampaikan materi ajar di kelas.
Menurut Arsyad Kata “ media”  berasal dari bahasa Latin yaitu : “ medius” yang secara  artinya secara harafiah adalah: tengah, perantara, atau pengantar dari pesan dari pengirim ke penerima. Media secara garis besar merupakan usaha guru  untuk membangun kondisi yang membuat siswanya mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan. Di lingkungan sekolah pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal[2]
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  pada hakikatnya adalah pengajaran tentang  gejala-gejala alam yang objeknya tersebar di permukaan bumi.  Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi-lokasi gejala tersebut  kepada anak didik, tentu  tidak hanya dapat diceramahkan, ditanya jawabkan, didiskusikan, melainkan harus ditunjukkan dan diperagakan. Mengingat terbatas daya jangkau pemahaman lokasi model permukaan bumi, maka dalam pembelajaran  dapat diaktualkan dengan memanfaatkan  peta, atlas, globe, termasuk pembuatan peta timbul. Alat pengajaran ini merupakan segala sesuatu yang dipergunakan guru dalam program belajar mengajar.  Agar pengajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga mutu sarana pengajaran dan media pengajaran tersebut harus cocok agar dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan
Alat peraga pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  yang umum digunakan dan dipakai para guru Ilmu Pengetahuan Sosial  antara lain : berupa gambar peta, globe, maket (bentuk mini suatu benda), benda asli, peta timbul dan lain-lain. Alat pengajaran dapat digunakan secara klassikal dan individu yang bermanfaat sebagai pengalaman belajar konkrit siswa guna meningkatkan kemampuan, motivasi baru kepada siswa. Latihan untuk meningkatkan kecakapan guru dalam menggunakan media sangat perlu agar penguasaan media tersebut dapat menambah pengetahuan, keprigelan, kemampuan siswa bahkan perubahan sikap ke arah yang positif  dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Materi pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  sangat luas, kompleks dan banyak hal-hal baru yang belum dikenal oleh siswa sehingga sukar dipahami secara konkrit. Untuk itu dibutuhkan peranan guru untuk membuat contoh-contoh maket, gambar-gambar, benda asli saat pembelajaran berlangsung. Untuk itulah media pengajaran sangat dibutuhkan dalam rangka pemahaman  konsep  materi secara tepat, benar, sesuai dengan benda atau konsep aslinya.
            Mengapa media diperlukan karena pengetahuan  dapat diperoleh melalui indra yaitu: 75% melalui penglihatan;  13% melalui pendengaran; 6% melalui sentuhan/rabaan;   6% melalui penciuman / lidah[3]
             Untuk keperluan mendeskripsikan strategi penyampaian pembelajaran, paling tidak ada lima cara untuk mengklasifikasikan media pengajaran Adnyana juga menjelaskan:
1.      Tingkat kecermatan representasi;
Tingkat kecermatan representasi mengacu kepada sejauhmana tingkat kecermatan suatu media dalam mempresentasikan pesan.
2.      Tingkat peta timbul yang mampu ditimbulkan;
Tingkat peta timbul yang mampu ditimbulkan oleh suatu media dapat dibentangkan dengan garis kontinum, tetapi titik – titik dalam kontinum tersebut ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda.
3.      Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki;
Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media dapat dilihat dari kecepatan menyajikan.
4.      Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan;
Tingkat pengaruh motivasional yang dimiliki oleh suatu media tidak sama, ada yang kuat dan ada yang lemah. Kuat atau lemahnya pengaruh motivasional yang ditimbulkan oleh media banyak ditentukan oleh karakteristik motivasi belajar. Makin dekat kesamaan karakteristik belajar dengan media yang dipakai, makin tinggi pengaruh motivasional yang bisa ditimbulkan oleh media. Selain dengan karakteristik motivasi belajar, media juga dapat berinteraksi dengan tipe isi bidang studi untuk menentukan pengaruh motivasionalnya
5.      Tingkat biaya yang ditimbulkan
Besarnya biaya yang diperlukan untuk pengadaan media perlu dirancang dengan baik. Biaya yang diperlukan dalam menyiapkan suatu media juga sangat penting untuk memdeskripsikan strategi pembelajaran.[4]
       Media mempunyai kedudukan penting dalam proses belajar mengajar, tidak hanya sekedar  alat bantu mengajar, tetapi juga merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media mutlak diperlukan untuk membantu siswa belajar. Selain memiliki potensi sebagai penyalur pesan dan memperjelas pesan sehingga memudahkan siswa menerima pesan tersebut agar lebih mudah dipahami oleh para siswanya dan meningkatkan motivasi  belajar mereka.

2.3. Meningkatkan Prestasi Siswa dengan Memanfaatkan Peta Timbul :
           Secara umum dari kelas I s/d kelas VII SMP   media yang sering  digunakan oleh guru Ilmu Pengetahuan Sosial  adalah peta.  Hal ini sebenarnya baik namun sebaiknya  lebih ditingkatkan, karena peta juga bisa berbicara lebih banyak, tergantung bagaimana guru mengembangkannya.  Umumnya peta selama ini bagi siswa itu hanya penghias dinding ruang belajar atau sekolah.  Tetapi berkat penjelasan guru ternyata peta mempunyai potensi yang besar.
       Peta  merupakan konsep (round earth on the flat paper) dan hakikat dasar pada  pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, tanpa peta tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik pada diri anak didik.  Pemanfaatan beragam peta akan membentuk citra dan konsep pada diri anak didik yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif  afektif, psikomotorik mereka.
             Untuk lebih memberi nuansa baru dalam penggunaan peta serta meningkatkan kreativitas siswa, membuat beragam peta dengan cara membuat peta pada kertas atau plastik transparan. Pembuatan peta dengan tangan secara manual membuat siswa trampil yang dikerjakan  pada buku latihan maupun catatan. Selain itu guru juga dapatvmenugaskan siswa agar menggunakan peta digital yang sumbernya dari internet dan termasuk membuat peta timbul.
           
2.4 Pembuatan Media Pengajaran Peta Timbul dan Pemanfaatannya.
Media peta timbul ini terbuat dari bahan-bahan bekas baik berupa tripleks, kayu, dan kertas bekas. [5] Media peta timbul ini dirancang sesuai dengan kondisi luas tripleks bekas. Kegiatan selanjutnya memilih peta  dan membuat peta dengan merubah skala angkanya pada triplek. Media Peta timbul merupakan jenis peta relief  yang menggambarkan tinggi rendah permukaan bumi sesuai dengan konversi Ilmu Pengetahuan Sosial  mengenai pewarnaan peta yaitu : hijau menunjukkan dataran rendah, kuning menunjukkan dataran tinggi, coklat pegunungan, biru muda menunjukkan laut dangkal, biru tua menunjukkan laut dalam dan masih banyak warna yang digunakan seperti merah menunjukkan batas wilayah.

2.5.   Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah: “  Dengan peranan guru dalam meningkatkan motivasi siswa kelas VII dan  pemanfaatan media pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  secara efektif  dan inovatif  diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus menjadi guru profesional “

3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) partisipan; suatu penelitian apabila orang yang melaksanakan penelitian harus terlibat langsung  dalam penelitian sejak awal hingga hasil penelitian berupa laporan. Sejak perencanaan peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. [6] Artinya penelitian ini dapat dilakukan sambil pada saat pembelajaran IPS tetap berlangsung. 

3.1.       Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian dilakukan di SMP Negeri 216 Pusat Jln. Salemba Raya No. 18 Jakarta Pusat  
         2. Waktu Penelitian.
         Penelitian Tindakan Kelas  dilaksanakan pada bulan   September  2010.
         3. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan  sampelnya terdiri  40 orang siswa yaitu kelas VII 3  pada tahun ajaran  2010-2011.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas melalui observasi partisipan dan penugasan.

3.2. Prosedur dan Rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a.      Siklus Penelitian
Terdapat  empat siklus  penelitian tindakan kelas yaitu:
1.      Perencanaan (Planning)
Merancang dan memilih strategi dan kegiatan yang cocok  dan digunakan sesuai dengan  materi yang akan saya sampaikan, menyusun lembar kegiatan, dan alat evaluasi pembelajaran.
2.      Tindakan di kelas (Acting)
Bagaimana pembuatan  peta timbul  sesuai dengan konsep berikut Rincian tindakan di bawah.*
3.      Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan terhadap: a) situasi kegiatan belajar mengajar, b) keaktifan siswa di kelas dan c) mengobsevasi kemampuan siswa dalam tugas individu dan kelompok.  Mengamati siswa secara langsung bagaimana dia membuat  media yang direncanakan. Pengamatan dilakukan dengan guru sejenis untuk melihat motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
4.      Reflecting
       Refleksi merupakan análisis, síntesis, dan penilaian terhadap hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Jika terdapat masalah pada proses refleksi dilakukan proses kaji ulang, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan sehingga perbaikan dilaksanakan pada siklus berikutnya.[7]
Fungsi Reflecting  merupakan alat monitoring kegiatan PTK.
Peran monitoring adalah untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi dengan adanya tindakan dapat membantu meningkatkan praktik pembuatan peta timbul penentuan siklus berikutnya.[8]
Rincian Tindakan * Memperbesar peta menjadi 2 x lebih luas dan menjadi peta timbul.  Adapun langkah pembuatannya adalah :
1.        Siswa berkelompok antara 3-4 orang.
2.        Siapkan alat tulis, penggaris, cat warna, lem, air, tripleks dan koran.
3.        Siapkan peta yang akan dibuat sesuai dengan ukuran tripleks yang dibutuhkan.
4.        Buat petak-petak pada peta dalam cm.  Kemudian buat peta-peta pada tripleks dengan ukuran dua kali lipat.
5.        Gambar peta sesuai dengan garis  kordinat yang baru di tripleks.
6.        Rendam kertas koran bekas, sampah kertas bekas ( + 2 jam atau sampai hancur), lalu peras sampai airnya habis.
7.        Buat lem dari kanji.  Campurkan lem kanji dengan bubur koran.
8.        Tempelkan campuran lem kanji dan bubur koran dengan hati-hati pada tripleks yang telah kamu buat sketsa petanya.  Ingat sesuaikan dengan relief  daratan peta (bagian pegunungan lebih tebal dan runcing), sedangkan bagian dataran rendah lebih tipis.
9.        Jemur peta hingga kering.
10.    Bila bubur campuran koran, kertas telah menempel dengan keras, berilah cat warna sesuai warna yang ada pada peta.[9]

Penelitian tindakan kelas  yang dilakukan peneliti melalui tahapan dan siklus sesuai dengan ketentuan dan aturan penelitian tindakan kelas ( (Lihat siklus gambar class action research).[10]










Acting
(Pelaksanaan)
 


Planning
(Perencanaan)
 

Observing
(Pengamatan)
 


Reflecting
(Refleksi)
 









4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Siklus I
Penelitian tindakan siklus I dilaksanakan dari tanggal 1 s/d 15 September  (Minggu I dan ke II).  Bahan kajian materi esensial IPS.  Adapun kegiatan penelitian tindakan pada sikuls I adalah :
1.      Perencanaan
Dalam tahap perencanaan kegiatan antara lain :
a.       Memberikan informasi tentang apa yang harus dilakukan untuk memilih  peta timbul yang akan dibuat.
b.      Menginformasikan bahan dan alat yang dibutuhkan serta teknik kerjanya untuk peta dua dimensi.
c.       Menyiapkan instrumen yang akan digunakan untuk pengamatan dan penilaian.
d.      Menyiapkan format penilaian hasil belajar dan target yang hendak dicapai.

2.      Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I skenario berikut :
a.       Kegiatan Pendahuluan  (15 menit)
mengadakan apersepsi dengan memperkenalkan materi.
b.      Kegiatan Inti (60 menit)
1)      Guru menjelaskan teknik membuat peta yang baik dan benar sesuai aturan konvensional pembuatan peta dan teknik pewarnaannya.
2)      Siswa mengerjakan peta pada media yang ada dikerjakan secara berkelompok sampai selesai.
3)      Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan sesuai kondisi kelompok.
4)      Secara bergiliran kelompok mempresentasikan hasil karyanya.
5)      Kelompok lain memberikan hal-hal positif  dan negatif dari peta yang dibuat. .
c.       Kegiatan Penutup (15 menit)
1)      Guru membuat pembahasan singkat dan membuat kesimpulan.
2)      Review (refleksi) terhadap proses belajar yang telah berlangsung.
3)      Penugasan untuk pembuatan peta timbul dan membawanya pada siklus ke 2.
4)      Penutup

3.      Observasi dan Evaluasi Hasil Pantuan
Karena penilaian jenis datanya kualitatif  maka dipaparkan kesimpulan secara umum dari hasil pekerjaan siswa.
Pada saat dilaksanakan tugas individu siswa bekerja sendiri, guru hanya menugaskan membuat peta Mesir hasilnya beragam, ada sebagian kecil siswa sudah menyelesaikan dengan baik namun sebagian besar belum skala belum jelas, bentuk relief negara belum tepat, detail lokasi masih belum terlihat dan lima orang anak belum menyelesaikan pekerjaannya, berarti motivasi rendah prestasi juga rendah.
            Pada saat ke kelompok hasil secara umum baik , karena petunjuk yang diberikan lebih jelas dan semua kelompk dapat menyelesaikannya dengan baik waluapun pada kenyataannya ada peta yang relief dan detail yang diminta belum tepat sesuai lokasi.
            Beberapa siswa yang pekerjaannya pada awal belum selesai dan belum baik justru memperbaikinya pada saat kerja kelompok.  Berarti terjadi peningkatan motivasi.  Dan hal ini terbukti pada saat post test umumnya siswa telah bisa menjawab dengan benar.  Hal ini menunjukkan dengan motivasi yang meningkat prestasi belajar juga meningkat.
4.      Refleksi
Dari hasil pelaksanaan ditemukan kelemahan akibat perintah / informasi yang kurang jelas beberapa siswa terjadi salah persepsi dalam mengerjakan.  Hal ini diperbaiki pada kelas berikutnya dan hasil positif  sebagian besar siswa secara individu atau kelompok dapat mengerjakan tugas dengan baik.

B.     Siklus ke II
Penelitian tindakan pada siklus ke II dilakukan 16 s/d 30 Oktober 2010  dan materi esensial IPS.
1.      Perencanaan (5 menit)
Berdasarkan refleksi dan observasi dari siklus I, maka kelemahan diperbaiki di siklus ke II.  Adapun rencana kegiatan di siklus II terdiri dari :
1)      Mengadakan apersepsi dengan menunjuk 3 siswa yang mengerjakan tugas dengan baik di depan kelas.  Hal ini memberikan pengalaman empirik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa yang lain.
2)      Menyusun ulang strategi kelompok agar terdapat di dalam kelompok kemampuan yang bervariasi sekaligus untuk melatih anak bekerjasama dengan semua teman sekaligus telah bekerja di dalam kelompok.
3)      Menjelaskan kegiatan inti pada siklus II baik teknik, waktu pengerjaan dan siswa sudah berkelompok.

2.      Pelaksanaan Tindakan / Kegiatan Inti (80 menit)
1)      Siswa mempersiapkan sketsa peta yang dibuat sesuai dengan ukuran triplek bekas, hal ini ditentukan oleh masing-masing kelompok  peta apa yang dibuat, dikerjakan dengan pensil.
2)      Setelah selesai sketsa peta di triplek dengan baik kegiatan ke 2 mencampur kertas dengan lem kanji sehingga hasil adukan dapat menempel dengan baik di triplek.
3)      Mencermati peta yang akan dibuat dan menempelnya di triplek.
4)      Menempel koran yang bercampur lem kanji/sagu ke triplek.   Untuk yang berwarna hijau koran / kertas ditempel lebih tipis, warna kuning di peta dibuat akan tebal dan warna coklat di peta  diberi lebih tebal dan paling menonjol untuk gunung.
5)      Setelah bentuknya baik triplek dijemur setelah kering diwarnai sesuai warna di peta.
6)      Penutup, kelompok merapikan peralatannya.  Guru memberikan kesimpulan secara umum dan hasil kerja siswa.

3.      Observasi dan Evaluasi Hasil Pantuan
Dari hasil pelaksanaan terlihat siswa bekerja lebih antusias dan berusaha memberikan yang terbaik untuk kerja kelompoknya.  Bahkan mereka selalu berusaha melihat perbandingan kerja dari kelompok lainnya agar hasil kelompoknya menjadi lebih baik.
Hasil evaluasi terhadap tahapan siswa positif  lebih baik dari siklus I hanya pada relief peta (peta timbul), detail peta menjadi lebih terbatas.

4.      Refleksi
Berdasarkan analisis dari siklus I dan siklus II terlihat motivasi siswa lebih baik dari siklus I.  Bahkan dari hasil wawancara siswa berpendapat sampah ternyata bisa dibuat hal yang lebih bermanfaat.  Walaupun pada awalnya siswa merasa sulit membentuk relief  daratan tapi dari kerja kelompok mereka bisa membuat hasil yang positif.  Mereka merasa bangga, tangannya mampu menghasilkan yang berguna.  Pada mulanya peneliti  hanya menempl peta kerja kelompok di kelas lalu atas ijin pimpinan sekolah hasil karya siswa ditempel di dinding luar kelas.  Mereka sangat bangga hasil karnya menghias sekolah dan sekolah menjadi lebih indah.  Mereka menjadi lebih bersemangat belajar dan motivasi yang meningkat terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa saat ulangan harian berikutnya  menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil konkrit dari penelitian ini para siswa membuat peta timbul dengan baik dan dapat dipajang di dinding-dinding sekolah.

5.  KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.        Terdapat pengaruh  penggunaan media peta timbul terhadap  keberhasilan guru dalam meningkatkan  motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan demikian  penerapan media peta timbul dalam pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial di dalam kelas berdampak positif  terhadap peningkatan mutu pendidikan, hal ini   dari hasil  wawancara  siswa.
2.        Terdapat pengaruh positif beragam media peta timbul yang digunakan guru terhadap peningkatan  motivasi   belajar siswa. Penggunaan  beragam media peta timbul yang dilakukan guru dalam pembelajaran sehingga membuat siswa memahami materi dengan baik.  Siswa yang memiliki  motivasi memiliki dorongan dan hasrat dari dalam dirinya dan bersedia  untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dari guru,   dan selalu berkeinginan untuk berprestasi.
3.        Penggunaan media peta timbul  berdampak positif terhadap  peningkatan motivasi  belajar siswa karena melalui kegiatan bersama baik secara individu maupun kelompok, termasuk juga penggunaan variasi media pembelajaran yang  merupakan inovasi baru pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.  Beragam media pengajaran yang  dipergunakan guru dapat menjadi rangsangan positif dalam pembelajaran sehingga penyampaian materi lebih praktis dan mudah diterapkan, dan guru dapat melaksanakannya tugasnya sesuai dengan sarana prasarana yang ada  dalam menyenangkan kondisi belajar yang menyenangkan bagi siswa.
B. Saran-Saran
1. Bagi  siswa penggunaan  beragam  media peta timbul  dapat  meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial, dan motivasi  belajarnya dengan jalan menggunakan media peta timbul pada saat pembelajaran berlangsung di kelas. Guna  menghindari apatisme dan kegagalan dalam penggunaannya dibutuhkan berbagai usaha melalui peningkatan motivasi.  melalui tindakan-tindakan nyata, yaitu berusaha dan belajar lebih keras. Memotivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan media peta timbul dapat  menjadi dorongan yang positif.  Media peta timbul dapat menunjang kelancaran belajar dan dapat meningkatkan motivasi  belajar.
2.  Bagi guru supaya selalu meningkatkan beragam penggunaan media peta timbul akan mampu meningkatkan motivasi dan pretasi  belajar siswanya  agar  selalu tinggi dan  lebih bermotivasi  mencapai tujuan, hendaknya setiap guru  perlu menggunakan cara-cara yang efektif  dan efisien dalam melaksanakan sesuai petunjuk dan rambu-rambu penggunaan media peta timbul agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sejalan pula dengan apa yang ada pada kurikulum tersebut.  Untuk itu perlu dilakukan evaluasi  dan supervisi apakah para guru aktif menggunakan media pembelajaran di dalam kelas, dan menggunakannya sesuai kebutuhan pembelajaran  kemudian diadakan monitoring sampai siswa tersebut dianggap telah siap melaksanakan tugasnya.
3. Bagi Kepala Sekolah sebagai pimpinan di sekolah perlu meningkatkan motivasi para guru khususnya guru IPS agar selalu menggunakan media pembelajaran termasuk penggunaan  peta timbul dalam pembelajaran di kelas sehingga para guru mampu meningkatkan motivasi  belajar para siswanya.  Menyediakan waktu untuk bimbingan dan diskusi dengan bawahan bila terdapat kesulitan dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka. 


DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Ketut Senang ,2008,  Strategi Pembelajaran, Jakarta: Ditjen Bimas
              Hindu
Arikunto, Suharsimi, 2006,   Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Azhar, Arsyad,  2010Media Pembelajaran , Jakarta : PT  Raja Grafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
             Cipta.  
Djamarah, Syaiful dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar,  Jakarta: Rineka Cipta,
Hayati, Sri,   Enok Maryani, Murnaria Manalu, 2004, Geografi SMP Kelas III
              Jakarta : ESIS Erlangga.
Iskandar, Penelitian Kelas , 2009,  Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press.
Nomida Diana, Musni, Gunawan, 1998, Penelitian Tindakan, Dirjen Dikdasmen,


[1] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta,  2002), hlmn, 23.

[2] Arsyad Azhar, Media Pembelajaran ( Jakarta : PT  Raja Grafindo Persada,  2010), hlmn, 3

[3] Syaiful Djamarah, dkk..  Strategi Belajar Mengajar,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 34.
[4] Ketut Senang Adnyana,  Strategi Pembelajaran,  (Jakarta: Ditjen Bimas Hindu,2008),  hlmn 250-252

[5] Sri Hayati, Enok Maryani, Murnaria Manalu, Geografi SMP Kelas III (Jakarta : ESIS Erlangga, 2004), hlmn. 20
[6] Iskandar, Penelitian Kelas, ( Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlmn,27
[7] Ibid, hlmn,  108.
[8] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlmn 56.
[9] Sri Hayati, Enok Maryani, Murnaria Manalu, opcit , hlmn. 20
[10] Diana Nomida, Musnir, Gunawan, Penelitian Tindakan,  (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 1998) , hlmn. 14
 

Simak
Baca secara fonetik



No comments:

Post a Comment