ANALISIS PENGARUH DAERAH ASAL DAN JENIS SEKOLAH TERHADAP DAYA SAING BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SUSKA RIAU

Julina
Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau, julina22@ymail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing belajar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau Pekanbaru ditinjau dari daerah asal dan jenis sekolah sebelumnya. Daerah asal dibagi menjadi Pekanbaru yang mewakili daerah perkotaan dan kabupaten/kota dalam Provinsi Riau yang mewakili pedesaan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa indeks prestasi sebagai ukuran prestasi belajar dan data-data lain yang menunjang. Data  dalam penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance dengan satu variabel dependen yaitu indeks prestasi siswa dan dua variabel independen daerah asal dan jenis sekolah sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dua variabel bebas yang diuji, hanya satu variabel yang memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar, yaitu daerah asal dan tidak ditemukan pengaruh langsung untuk variabel jenis sekolah. Selain menguji pengaruh utama, penelitian ini menguji pula pengaruh interaksi antara daerah asal dan jenis sekolah terhadap prestasi belajar, namun tidak ditemukan pengaruh yang signifikan untuk interaksi antar daerah asal dan jenis sekolah terhadap prestasi belajar. Selain itu ditemukan pula bahwa tamatan SMA dari Pekanbaru dan luar Provinsi Riau indeks prestasinya lebih tinggi dari MA dan SMK. Namun hal sebaliknya terjadi untuk tamatan SMA yang dari kabupaten/kota di luar Pekanbaru, rata-rata indeks prestasi mereka justru paling rendah dibandingkan dengan MA dan SMK. Oleh karena itu disarankan kepada pemerintah, khususnya melalui dinas pendidikan untuk memberikan perhatian kepada SMA yang berada pada kabupaten dan kota di Provinsi Riau agar dapat meningkatkan daya saing lulusannya.

Kata kunci: daerah asal, jenis sekolah, prestasi belajar 

Abstract: This research objective is to find out students achievement based on their original area and type of school at Economic and Social Sciences Faculty of UIN Suska Riau. Area of origin is divided into Pekanbaru as an urban and regencies out of Pekanbaru as a rural area. The data used are secondary data in the form of achievement index as a measure of learning achievement and other supporting data that. The data was analyzed using analysis of variance with one dependent variable (student’s achievement) and two independent variables (original area and type of school). The result showed that from two independent variables tested only one variable has significant direct effect to the achievement index, that is original area and it does not found significant direct effect for type of school. Besides tested the main effect, this study also tested interaction effect between original area and type of school toward student achievement, yet it does not found significant interaction effect on it.  Moreover, it was found that students of senior high school (SMA) from Pekanbaru and out of Riau Province had the highest score compare to Islamic senior high school (MA) and vocational high school (SMK). Contrary to students of senior high school from regencies in Riau Province, their achievement score was the lowest compare to MA and SMK. So, it is suggested to the government, especially education department, to give high commitment to the senior high school in the regencies and cities in Riau Province to increase the competency of the students.
 
Keywords: original area, type of school, student achievement.


A.    PENDAHULUAN
Pendidikan secara umum ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa untuk menjadi bekal hidupnya kelak. Di Indonesia pemerintah telah menetapkan wajib belajar 9 tahun bagi anak usia didik. Untuk menjamin tercapainya tujuan ini, pemerintah meluncurkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi pendidikan dasar yaitu SD dan SMP. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pendidikan, banyak orang tua yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pada anak-anaknya bukan sekedar memenuhi kewajiban akan pendidikan dasar 9 tahun tersebut. Terdapat beberapa alternatif sekolah lanjutan bagi anak usia didik yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan sekolah menengah atas yang menambahkan porsi pelajaran agama Islam yang lebih banyak dibanding SMA yang disebut dengan Madrasah Aliyah (MA). Apapun jenis sekolah menengah yang ada, kualitasnya tidak hanya ditentukan apakah kurikulumnya lebih banyak ke teori atau praktek. Namun juga sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti kelengkapan sarana dan pra sarana, pelaksanaan proses belajar mengajar, kualitas guru dan siswanya, juga faktor kelengkapan administrasi yang dapat menunjang kemajuan suatu sekolah. Tidak dipungkiri bahwa luasnya wilayah Indonesia yang terdiri ribuan pulau membuat lokasi sekolah juga tersebar kemana-mana. Sulitnya transportasi untuk menjangkau semua daerah akan sangat mempengaruhi pra sarana dan juga guru yang ingin mengajar kesana. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi kualitas sebuah institusi pendidikan dan tentu saja lulusannya.
Awal tahun 2010 yang lalu, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menyelenggarakan Rembuk Nasional Pendidikan (Rembuknasdik) yang diharapkan akan melahirkan pola-pola baru dalam pendidikan di Indonesia yang bisa disepakati bersama lalu diimplementasikan di sekolah-sekolah. Terdapat beberapa hal yang dibahas dalam Rembuknasdik tersebut, diantaranya akselerasi pemerataan pembangunan pendidikan dan strategi operasional Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Selain itu dibahas pula mengenai revitalisasi peran kepala sekolah dan pengawas serta strategi pengadaan dan distribusi guru berkompeten. Dalam konteks ini mengemuka masalah disparitas mutu guru antar berbagai daerah, sistem rekrutmen yang belum sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, kurangnya anggaran untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan. Hal penting lain yang dibahas adalah penyelarasan pendidikan untuk membangun manusia yang berdaya saing  dan penguatan peran pendidikan dalam upaya peningkatan akhlak mulia dan pembangunan karakter bangsa (Warta Balitbang, 2010).
Permasalahan-permasalahan yang terungkap dalam Rembuknasdik diatas, kemungkinan besar juga terjadi di Provinsi Riau. Provinsi Riau terdiri dari dua kota dan beberapa kabupaten yaitu Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelelawan, Siak, Bengkalis, Kuantan Singingi, dan Kampar. Sebagaimana kita ketahui sistem desentralisasi dalam mengelola guru memungkinkan terjadinya masalah-masalah seperti tersebut diatas. Begitu pula kurangnya anggaran pendidikan dalam menyelenggarakan proses kependidikan akan mempengaruhi mutu sekolah dan juga berimbas pada daya saing lulusannya. Berdasarkan pembahasan tersebut terlihat bahwa masih terdapat beberapa kendala yang perlu diselesaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita. Salah satu yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai daya saing siswa, khususnya daya saing belajar yang diukur dengan indeks prestasi yang mereka peroleh. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi indeks prestasi belajar mahasiswa. Penelitian ini mencoba melihat apakah terdapat perbedaan prestasi berdasarkan asal daerah dan jenis sekolah. Asumsi yang mendasari adalah sekolah-sekolah di kabupaten atau kota diluar kota Pekanbaru memiliki sarana dan prasarana yang secara umum lebih minim dibandingkan dengan Kota Pekanbaru. Mahasiswa yang masuk ke UIN Suska Riau berasal dari berbagai daerah baik di dalam Provinsi Riau sendiri maupun dari Luar Provinsi Riau. Hal ini dimungkinkan dengan jalur masuk ke UIN yang bisa melalui SNMPTN yang bisa diikuti dari kota lain. Penelitian ini mengelompokkan daerah asal mahasiwa yang masuk ke UIN menjadi tiga kriteria yaitu dari Kota Pekanbaru, Kabupaten/Kota diluar Kota Pekanbaru, dan dari luar Provinsi Riau. Dari sisi jenis sekolah, penelitian ini juga mencoba untuk melihat apakah mahasiswa dengan dasar jenis sekolah menengah atas yang berbeda mempunyai prestasi yang berbeda pula. Oleh karena itu penelitian ini juga ingin mengungkapkan apakah perbedaan jenis sekolah tadi juga mempengaruhi daya saing belajar di UIN Suska Riau Pekanbaru.

B.     KAJIAN PUSTAKA


1.      Perbandingan Lulusan SMA, MA, dan SMK
Di Indonesia terdapat beberapa alternatif bagi siswa lulusan SLTP untuk melanjutkan studinya yaitu ke SMA, MA, dan SMK. Pada umumnya SMA dan MA didisain untuk mempelajari teori dengan porsi yang lebih banyak dan diarahkan untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi seperti akademi, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Sedangkan SMK didisain mempelajari keahlian lebih banyak sehingga lebih siap untuk terjun langsung ke dunia kerja. Namun demikian, tamatan SMK juga tetap bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi jika berminat. Saat ini pemerintah sangat menggalakkan siswa untuk melanjutkan ke SMK melalui layanan iklan di media elektronik. Seiring dengan usaha merubah paradigma berpikir masyarakat bahwa SMK adalah sekolah kelas dua, pemerintah juga mencanangkan untuk memperbanyak jumlah SMK ke depannya. Depdiknas sendiri pernah mencanangkan akan meningkatkan jumlah siswa SMK yang pada masa sekarang  3 siswa SMK berbanding 7 siswa SMA menjadi 6 siswa SMK dan 4 Siswa SMA.
Berdasarkan data SUSENAS 2006 penduduk usia produktif 20-54 tahun yang berpendidikan terakhir SMA sederjat (SMA/SMK/MA) sekitar 25.2% dimana di daerah perkotaan lebih banyak lulusan SMA sederajat dibandingkan pedesaan. Ditinjau dari kacamata dunia kerja, lulusan SMA sederajat ini sebagian besar bekerja sebagai buruh/karyawan. Secara keseluruhan, 17.9% penduduk usia 20-54 tahun merupakan lulusan SMA, 5.9% lulusan SMK dan 1.3% lulusan MA. Cukup masuk akal karena jenis sekolah pendidikan SMU lebih banyak dibandingkan kedua jenis sekolah atas lainnya. Namun begitu, lulusan SMK ternyata lebih mudah mendapatkan pekerjaan (70.1%) dibandingkan SMA (60.2%) atau MA (60.5%), dan yang menarik lulusan SMA dan MA mempunyai kesempatan bekerja yang sama. Sebagian besar lulusan SMA sederajat bekerja sebagai buruh/karyawan, dimana lulusan SMK (44.3%) lebih besar dibandingkan SMA (32.6%) dan yang paling rendah adalah MA (23.3%). Kurikulum pendidikan SMK yang memang ditujukan untuk mengasah kemampuan ketrampilan dunia kerja ternyata berpengaruh dalam kemudahan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Baik di Perkotaan maupun Pedesaan kondisinya tidak berbeda banyak. Diagram 1 menggambarkan persentase penduduk 20-54 tahun bekerja menurut 











No comments:

Post a Comment