Kepemimpinan Jawa 7

7. AIR (TIRTO)
Banyu iku gumelare dadi panguripan. Ing endi-endi papan ana banyu mesti ono panguripan. Senadyan pucuking gunung, senadyan tepining samodro, sanadyan papan ngenthak-enthak dadi bulak, nanging yen ing kono ono banyu, sayekti ono panguripan. Dene kang kasebut panguripan ing kene, ora ngemongake makhluk kang asifat manungso, kalebu uriping kutu-kutu walang atogo opo dene uriping sagung thethukulan. Lumadining poro satrio lan nalendro, kudu biso anguripi ing sadhengah marang sopo wae kang wajib diuripi.

Arti bebas:
Air itu menjadi pemberi kehidupan. Dimana ada air disitu pasti ada kehidupan. Walau di puncak gunung, di pesisir samudera, atau di rawa-rawa sekalipun kalau ada air pasti ada kehidupan. Yang dimaksud kehidupan tidak hanya untuk manusia, termasuk hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin harus dapat memberikan kepada bawahan atau rakyat suatu jalan atau sarana atau "kehidupan" yang memang pantas untuk menerima.

Kepemimpinan Jawa 6

6. API (DAHONO)
Geni duweni watak pambrasto, mbrasto sopo wae kang nyulayani angger-anggering bawono agung. Mengkono satrio lan nalendro, kudu wani amunah satru hangkoro murko memalaning jagad, kang bakal handhedher karusuhan, kang bakal gawe daredah, sarto kang tansah gawe onar ono jroning bebrayan.

Arti bebas:
Api memiliki sifat pemberangus. Sebagai pemimpin harus berani memberantas kejahatan, yang akan berbuat keonaran, dan kerusuhan, yang akan membuat huru hara, dan yang akan selalu mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepemimpinan Jawa 5

5. BUMI (KISMO)
Bumi kuwi ambege lumuh kapotangan. Nadyan ketiban wiji jagung tukule yo jagung, yen wiji pari tukule yo pari. Lan bumi watake kamot lan momot. Tegese kamot dienciki opo wae, ora ngemongake manungso, sanadyan gunung ono nduwuring bumi, ora nate kapireng sesambate. Momot tegese biso madhahi sekalir ingkang kumelip. Mengkono panjenenganing nalendro opo dene satrio, kudu kerep ngrungokake sesambating poro kawulo dasih, ojo amung sarono mandheg awit saka nampa pradul, nanging luwih cetho lan trewoco yen to poro satria lan nalendro, nggone anggung midhangetake suarane kawulo dasih, sarana namur kawulo dadi biso cetho sarta gamblang, wekasan biso momot lan kamot.

Arti bebas:
Bumi sifatnya tidak merasa dihutangi, apa saja yang datang akan diterima dan tidak pernah menggerutu. Demikian halnya seorang pemimpin harus sering mendengarkan keluh kesahnya rakyat, dan jangan hanya mendengar lewat orang lain. Oleh karena itu agar memperoleh informasi secara jelas, harusnya pemimpin menyelidiki secara diam-diam dengan berperan sebagai rakyat biasa.

Kepemimpinan Jawa 4

4. AWAN (MEGO)
Mendhung iku duwe watak adil. Yen wis wancine tumiboning mendung dadi udan, ora mawas papan. Nadyan ngungkulono gunung, ngungkulono alas, kutho, lan praja, udan mesti tumibo. Mangkono dadi sanepane poro kang ngasto ambeg adil. Poro kang ngasto jejeging adil, ojo ndadak mawas sanak kadang pawong mitro. Sopo wae kang wajib nompo adil kudu diadili kang murwat adhedhasar ukum sarta nganggo lelandhesan pidana.

Arti bebas:
Awan memiliki sifat adil, artinya kalau sudah saatnya menjadi hujan, tidak pernah melihat tempat, baik di hutan, kota, dan lautan. Begitulah seharusnya seorang pejabat harus berwatak adil. Pada saat menerapkan keadilan, tidak melihat hubungan sanak saudara. Siapa yang harus diadili berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepemimpinan Jawa 3

3. BINTANG (KARTIKO)
Lintang dadi kekembanging ngantorikso. Mengkono mungguh satrio opo dene nalendro, tingkah laku muno muni, tandang tanduk, solah bowo, sarawung, kudu tetepo dadi kekembanging poro manungso. Mungguh dayaning kembang mau, biso pinundi, biso rinonce, biso kinaryo cecundhuk, nanging biso kinaryo pepasren. Dene mungguh paedahe poro satrio, ucape gampang digugu, prentahe gampang dituhoni, lumadining srawung bakal kajen keringan.

Arti bebas:
Bintang menjadi bunganya langit. Begitu pula seharusnya seorang pemimpin, tingkah laku, cara bicara, dan cara pergaulannya harus bisa menjadi bunga atau buah bibir setiap manusia. Kekuatan bunga itu bisa dirangkai dan bisa menjadi penghias. Demikian pula sebagai pejabat, setiap ucapannya mudah diterima dan diikuti, perintahnya mudah dilaksanakan, yang pada akhirnya akan dihormati dalam pergaulan.

Kepemimpinan Jawa 2

2. BULAN (CONDRO)
Rembulan iku pepadhang jroning ratri. Padhang jingglang maweh hawa adhem lan jinem, nanging ugo dadi cecoloking laku, dadi oboring lelakon. Mengkono mungguh salokane, poro satria lan nalendro, nulato marang lekase sang hyang condro. Ojo mriksani poro kawulo dasih amung sarana swasono kang padhang. Jroning peteng gagapono, endi sing marakake dadi pepeteng, sirnakno sarono sengseming roso adhedhasar gelem korban kang sepi ing pamrih. Yen tetelo mangkono, kang podho nompo parentah, nggone nggugu ora mandheg aneng nun inggih dhateng sendiko, nanging hanerusing batin, opo kang cinandhak kecakup, opo kang ditindakake biso rampung.

Arti bebas:
Bulan merupakan penerang di malam hari. Terang benderangnya memberikan suasana dingin dan tenang, yang menjadi penerang dalam perjalanan, dan menjadi obor dalam kehidupan. Begitu seharusnya seorang pemimpin, berkacalah pada sifatnya bulan. Jangan hanya melihat kondisi rakyat di saat suasananya sedang bahagia. Di saat rakyat dalam keadaan susah, pemimpin harus segera mendalami penyebab masalahnya, hilangkan masalah tersebut dengan rasa suka cita dengan landasan berkorban tanpa pamrih. Kalau demikian adanya, niscaya rakyat yang menerima perintah segera melaksanakan secara sukarela lahir batin.

Kepemimpinan Jawa

KEPEMIMPINAN JAWA
Para pembaca sekalian, dikala orang Indonesia sekarang sudah mulai kehilangan arah, dengan tidak adanya contoh yang dapat diteladani, mungkin ada baiknya kita mengkaji lagi filosofi kepemimpinan yang sudah ada dalam budaya kita. Untuk itu, disini saya akan muatkan catatan singkat kepemimpinan dari budaya jawa. Semuanya ada delapan dan akan saya muatkan satu persatu. Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita!

1. MATAHARI (BASKORO)

Pambekane satrio lan nalendro, nulato sang hyang suryo, ora ngemongake gawe pepadhang atine kawulo dasih, nanging kudu ono dhasar-dhasar wani anguripi, tetulung marang kang kacingkrangan, mbebantu marang kang karepotan, ngayomi marang kang karibetan, nuduhake dalan-dalan kang anjog marang kautaman, lan ora singlar saka adeg-adege kasucen.

Arti bebas:
Sifat dan watak seorang pemimpin berkacalah pada matahari, yang tidak saja membuat terang dan penyejuk hati rakyat, tetapi yang dilakukan harus ada landasan keberanian memberikan kehidupan, menolong kepada yang hidupnya serba kekurangan, membantu kepada orang yang menghadapi kesulitan, melindungi orang yang sedang dilanda masalah, dan memberikan petunjuk kepada jalan kebaikan tanpa mengabaikan dasar-dasar kebenaran.

PERJALANAN KE MANILA PHILIPINA (1)



Saya masih di Solo, ketika dapat sms dari kantor, agar saya mempersiapkan paspor untuk berangkat ke Philipina, saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa Philipina. Selama ini, menurut pengetahuan saya Philipina bukan Negara maju, malah termasuk Negara miskin, indikatornya sama dengan Indonesia, Philipina adalah Negara di asia tenggara pengekspor TKW. Di Malaysia dan Negara-negara timur tengah yang tegolong makmur, pembantu rumah tangganya banyak yang berasal dari Philipina, disamping dari Indonesia tentunya.
Di bidang pendidikan dan bidang lainnya, Philipina juga tidak ada yang menonjol. Jadi apa alasan kantor untuk Study visit Philipina, Inilah yang terbersit di pikiran saya ketika menerima SMS dari kantor tersebut. Namun bagaimanapun juga saya kirimkan juga paspor saya ke petugas yang ditunjuk kantor. Saya serahkan ke duanya, paspor pribadi dan paspor dinas. Hitung-hitung perjalanan gratis dari kantor, bodoh Amat kalau saya tolak.
Perjalanan ke Philipina dimulai dari Bandara Sukarno Hatta.Dari Pekanbaru Riau kami sampai ke Bandara Internasional kebanggaan Jakarta itu pukul 09 WIB pagi hari tanggal 29 Juli 2011. Kami segera menuju ke kantor Philipina Airlines yang berkantor di bagaian penerbangan international di Bandara Sukarno Hatta. Maksud kedatangan kami sebenarnya ingin titip barang bawaan kami disana, karena kami tahu pesawat berangkatnya lewat tengah malam. Jadi semntara itu kami akan menikmati dulu kota Jakarta. Namun di kantor itu tidak ada tempat untuk menitip barang, dan kepada kami disarankan untuk pergi ketempat penitipan khusus yang disediakan tak jauh dari sana. Setelah itu kamipun segera berkeliaran di kota Jakarta. Saya dan beberapa orang teman memilih untuk berburu buku murah di Blok M .
Ketika kami ingin ke4mbali ke Bandar sore harinya, kami mencari temmpat penukaran mata uang di Blok M. Kami ingin menukarkan rupiah ke Peso uang Philipina. Namun dari beberapa counter penukaran uang yang kami datangi tidak satupun yang menyediakan uang peso. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli Peso di bandara saja. Namun ternyata di Bandara juga tidak ada couter penukaran uang yang menyediakan Peso. Sudahlah kata teman-teman nanti di Philipina saja.
Pukul 1.30 tengah malam Tanggal 30 Juni 2011 Kami sudah berada dalam pesawat pesawat Philipina Air Line. Pesawatnya cukup besar. Perjalanan ke Philipina berlansung sekitar 6 jam. Pelayanan dalam pesawat hampir sama dengan pelayanan perjalanan ke luar negeri lainnya. Kita ditawari makanan dan minuman.
Subuh pesawat sudah mulai bersiap untuk mendarat. Udara di luar nampak terang. Dari udara nampak pemandangan yang cukup indah. Perumahan dilereng-lereng gunung dan jalan-jalan yang melingkar-lingkar di puncak gunung atau bukit. Ini mengingatkan saya dengan Banda Aceh, di mana diatas pesawat nampak jalan menuju gunung dan bukit- bukit. Namun di Aceh perguungan masih didominasi oleh hutan namun di manila nampak banyak perumahan. Dan menonjol nampak jalan yang kelihatan putih dari udara melingkara menambah indahnya pemandangan. Berdasarkan pemandangan dari atas pesawat ini, kota Manila nampak seperti sebuah lembah yang dikelilingi oleh perbukitan.

Imigrasi di bandara tidak setegang dan mencemaskan seperti di Australia. Petugas nampaknya ramah. Pemeriksaan dokumen berlansung cepat. Memang ada juga beberapa teman kopernya harus dibuka, namun sikap mereka ramah tidak menakutkan, sekali lagi tidak seperti Australia yang sangat menjenkelkan. Malah petugas pabean yang memeriksa saya bertanya dengan sopan alasan kami berkunjung ke philipina. Sungguh menyenangkan sama dengan bandara Thailand yang tidak banyak tetek bengek yang menjengkelkan.
Secara fisik penampilan orang philipina sama dengan orang Indonesia. Sehingga kita susah membedakan antara orang Philipina dengan orang Indonesia. Jika dilihat secara lebih spesifik prototype orang philipina kebanyakan cendrung pada prototype orang batak. Demikian juga irama bahasa tagalog yang mereka gunakan mendekati dialek Batak, tapi tidak kata-katanya atau kosakatanya.
Sepanjang perjalanan dari bandara ke Manila yang b erjarak hanya 2 km, kami juga melihat rumah-rumah reot dari seng seperti yang banyak kita jumpai di Indonesia. Ketika kenderaan berhenti pada lampu merah, beberpa pengemis ada yang menggendong anak, datang meminta sedekah. Pedagan asongan banyak juga dijalanan. Rata-rata prempuan philipina yang melintas di jalanan, baik tua maupun muda suka berpakaian minim, ini yang nampak kontras dengan pemandangan di jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia maupun Jakarta.