Oleh:
Dr. Mohammad Maskan, M.Si.
Dosen Politeknik Negeri
Email: um_maskan@yahoo.co.id
Dr. H.B. Suparlan, M.Pd.
Widyaisawa nasional di P3G Malang
Abstract
Vocational high school emphasizes on the preparation of students into employment and the development of their professional attitude. This study focused on (1) the role of paired school-industrial cooperation under the dual system program and its influence to construct vocational student’s work adaptability, (2) influence of student’s individual characteristic on student’s work adaptability. This research used the survey method with the quantitative analysis approach, with Structural Equation Modelling (SEM) analysis. Tfhe sample of this research were 202 vocational high school students in Great Malang. The findings show that (1) the role of paired industrial influence positively and significantly on the dual education system is 0.544, (2) the role of paired industrial, dual education system and individual characteristic of vocational high student influence on the work adaptability of vocational student positively and significantly with the loading factor of 0.202; 0.318 and 0.333 respectively. It is recommended that (1) theoretically, the formulation of government’s policy on the practice in industry of the district autonomy era, should be based on the education policy reform, decentralization and good governance reviewed based on the act and regulation of education ministry. (2) Practically, there should be an increase between the industry and senior vocational school about communication, evaluation, link & match, regulation and quality control on doing student practice in industry. Besides, there is a need to develop a further related research with a qualitative approach about the role of industrial paired and evaluation strategic toward practice on industry development program effectively and efficiently in the future.
Keywords: Dual system education, paired industrial role, individual characteristic and student work adaptability.
Abstrak
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang menekankan pada penyiapan siswa untuk menjadi tenaga kerja yang siap kerja dan pengembangan sikap professional. Penelitian ini memfokuskan pada (1) pengaruh peran Dunia Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) terhadap pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan pengaruhnya terhadap pembentukan adaptif kerja siswa SMK, (2) pengaruh pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) terhadap pembentukan adaptif kerja siswa SMK serta pengaruh karakteristik individu siswa SMK terhadap pembentukan daya adaptif kerja siswa SMK. Penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan pendekatan analisis kuantitatif, dimana analisisnya menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 202 siswa SMK di Malang Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peranan DU/DI berpengaruh secara positif dan signifikan dengan koefisien sebesar 0,544, (2) peranan DU/DI, pelaksanaan PSG dan karakteristik siswa SMK berpengaruh terhadap daya adaptif kerja siswa SMK secara positif dan signifikan dengan koefisien faktornya masing-masing sebesar 0,202; 0,318 dan 0,333. Rekomendasi yang diusulkan (1) secara teoritis, dalam perumusan kebijakan terhadap pelaksanaan PSG dalam era otonomi daerah sebaiknya berbasis pada reformasi kebijakan pendidikan, desentralisasi dan tata kelola yang baik seharusnya berpijak pada undang-undang dan regulasi dari Kementrian Pendidikan Nasional. (2) Secara praktis, sebaiknya harus ada peningkatan tentang komunikasi, evaluasi, link and match, regulasi serta pengawasan kualitas dalam pelaksanaan PSG antara dunia usaha (DU)/dunia industri (DI) dalam pelaksanaan PSG. Disamping itu, perlu adanya penelitian lanjutan tentang peranan DU/DI dan strategi evaluasi terhadap pelaksanaan PSG dengan pendekatan penelitian kualitatif dalam rangka pengembangan program PSG secara efektif dan efisien di masa mendatang.
Keywords: Pendidikan Sistem Ganda (PSG), Peranan Dunia Usaha (DU)/Dunia Industri (DI), karakteristik individu dan daya adaptif kerja siswa SMK.
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia telah diarahkan pada tujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Untuk mewujudkan tujuan ini, diadakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang merupakan kebijakan publik dalam bentuk pendidikan keahlian profesional, yang diwujudkan dengan memadukan secara sistematik dan senantiasa sinkron antara program pendidikan di SMK dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung pada dunia kerja.
Daya adaptif kerja adalah tingkat kemampuan untuk menyesuaikan diri pada dunia kerja bagi siswa SMK yang melaksanakan PSG.Idealnya siswa SMK memiliki daya adaptif kerja yang tinggi yang juga diwujudkan dalam kecepatan beradaptasi tehadap dunia kerja sebagai hasil proses pendidikan, khususnya sebagai wujud keberhasilan PSG di sekolahnya. Namun kenyataan di lapangan apakah hal tersebut sesuai dengan yang diharapkan perlu dikaji lebih lanjut. Institusi pasangan atau dunia usaha/dunia industri (DU/DI) sangat berperan aktif dalam pelaksanaan PSG, khususnya di dalam melaksanakan pelatihan praktek keterampilan bagi siswa SMK yang memilki berbagai karakteristik sebagai faktor internalnya.
Untuk itu, menurut Marlin (2000) menyatakan bahwa metode pembelajaran yang sangat tepat adalah jika manusia belajar melalui interaksi dan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja serta peningkatan kesempatan kerja. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional pada penjelasan Pasal 15 disebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik, terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Sejalan dengan hal tersebut, Samani (2000) menyatakan bahwa dunia pendidikan seharusnya lebih aktif menjalin link and match dengan dunia kerja, karena perkembangan teknologi terjadi dengan pesat di dunia industri/usaha (dunia kerja). Untuk maksud tersebut, maka Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) No. 323/U/1997 tentang penyelenggaraan Pendidikan Sistim Ganda (PSG) pada SMK dimana SMK sebagai bagian dari pendidikan menengah kejuruan dilaksanakan melalui PSG, yang dalam hal ini dengan cara magang pada dunia industri/usaha ataupun instansi pemerintah. Oleh karena itu, implementasi kebijakan PSG lebih berorientasi pada pelaksanaan mekanisme kerjasama antara pihak sekolah di satu sisi dan pihak industri pada pihak lain sebagai upaya untuk mengantisipasi masalah relevansi eksternal pendidikan.
Mengingat luasnya tujuan PSG yang akan dievaluasi, maka dalam tulisan ini dibatasi pada evaluasi peran dunia usaha/industri dalam pelaksanaan PSG dan karakteristik siswa SMK serta pengaruhnya terhadap pembentukan daya adaptif kerja siswa SMK.
1.2. Masalah Penelitian
(1) peran DU/DI terhadap impelementasi PSG, (2) Institusi Pasangan (DU/DI) terhadap daya adaptif kerja siswa SMK, (3) karakteristik siswa SMK terhadap daya adaptif kerjanya, dan (4) implementasi PSG terhadap pembentukan daya adaptif kerja siswa SMK.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh : (1) peran DU/DI terhadap impelementasi PSG, (2) peran Institusi Pasangan (DU/DI) terhadap daya adaptif kerja siswa SMK, (3) karakteristik siswa SMK terhadap daya adaptif kerjanya, dan (4) implementasi PSG terhadap pembentukan daya adaptif kerja siswa SMK.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penulisan ini adalah pengaruh variabel peran dunia usaha/industri, pelaksanaan PSG, karakteristik siswa SMK dalam membentuk daya adaptif kerja siswa SMK.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1. Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan salah satu strategi pokok dalam rangka operasionalisasi ”link and match” dimana suatu proses pendidikan yang melibatkan sekolah dan industri yang diharapkan kesenjangan kualitas lulusan dan kebutuhan industri dapat ditekan.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dipandang suatu sistem. Jika semua komponen yang terlibat menyadari fungsinya masing-masing untuk dapat memaksimalkan fungsi sitem, akan tercipta suatu bentuk kerjasama yang permanen antara dunia usaha/industri (DU/DI) dan sekolah dengan kesadaran saling menguntungkan dan membutuhkan. Melalui kerjasama tersebut, dapat diperolah output dan outcome yang optimal yaitu terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pasar kerja (Anwar, 2004).
Adapun tujuan diselenggarakannya PSG adalah: (1) menghasilkan tenaga kerja yang bermutu, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan, (2) memperoleh keterkaitan dan kesepadanan antara SMK dengan dunia usaha/industri (dunia kerja), (3) meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja bermutu dan (4) memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
2.1.2. Peran Institusi pasangan dalam PSG
Dunia usaha/industri memiliki peranan besar dalam keberhasilan implementasi PSG. Keterlibatan industri pada PSG dalam mewujudkan kemitraan SMK dengan DU/DI antara lain menyediakan tempat praktek bagi siswa, penyediaan dana untuk penyelenggaraan PSG, merancang program pendidikan dan implementasi program sampai pada evaluasi hasil belajar siswa di pendidikan kejuruan.
Hasil penelitian Prater dan Sileo (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk kemitraan baik dalam bentuk formal maupun nonformal yang disintesiskan sebagai berikut: (1) kemitraan secara formal yang seringkali melibatkan para siswa dan guru dalam proses memberikan pelajaran tertentu yang diperlukan di lapangan, (2) kemitraan dalam bentuk nonformal bagi siswa yang baru masuk, terutama untuk meningkatkan pemahaman mereka dengan konsultasi dengan guru mereka secara informal, (3) formalitas kemitraan antara lembaga industri/dunia dengan sekolah demikian luasnya.
Dengan demikian, faktor kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang di dalamnya memerlukan kerjasama antara berbagai lembaga yang terlibat dalam proses tersebut. Hal ini berarti bahwa masing-masing kelembagaan mempunyai kekuatan dan kelemahan tertentu yang dapat terpecahkan melalui wadah kemitraan.
2.1.3. Karakteristik Individu (Siswa)
Setiap individu mempunyai tujuan, pandangan, kebutuhan dan keinginan serta kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan terbawa ke dalam dunia kerja, yang menyebabkan tingkat kepuasan mereka juga berbeda, meskipun mereka bekerja pada tempat yang sama. Penyebab perbedaan individu dalam bekerja meliputi faktor fisik dan psikhis (As’ad, 2001). Faktor fisik terdiri atas bentuk tubuh, taraf kesehatan fisik dan kemampuan panca indra. Perbedaan lain adalah faktor psikhis, meliputi: intelegensia, bakat, kepribadian dan edukasi. Sedangkan Gibson dalam Gani (2006) mengklasifikasikan variabel individu menjadi tiga, yakni: (1) kemampuan dan ketrampilan fisik dan mental, (2) demografis, seperti: jenis kelamin, usia dan ras dan (3) latar belakang, seperti: keluarga, kelas sosial dan pengalaman.
2.1.4. Daya Adaptif Kerja Siswa
Daya adaptif kerja adalah tingkat kemampuan untuk menyesuaikan diri pada dunia kerja. Kart Lewin dalam Schevaletta M. (2000) menyatakan bahwa adaptasi sosial dilambangkan secara matematis, yaitu B = f (P,E), artinya perilaku independen (B) merupakan hasil interaksi antara seseorang (P) dengan lingkungannya (E). Teori ini kemudian dikembangkan oleh Bronfanleemer dalam Schevaletta (2000) yang dikenal dengan model Ecological, yaitu memahami masalah interaksi siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.
2.2. Kajian Penelitian Sebelumnya
2.2.1. Lee, K. (2001)
Hasil penelitian Lee, K. (2001) tentang new direction of Korea’s vocatoinal education and training policy yang dilakukan di Korea berkaitan dengan program sekolah kejuruan dan kerjasama bidang industri menemukan upaya baik sekolah maupun pemerintah untuk meningkatkan keahlian dan pekerja semi terampil pada tingkatan sekolah menengah kejuruan (vocational high schools) serta diploma.
2.2.2. Mayer (2001)
Hasil penelitian yang diungkap oleh Meyer (2001) tentang Educational Partnerships and Democratic Eudcation in Namibia menunjukkan bahwa: (a) keterkaitan antara sekolah dan jurusan tertentu lebih bersifat authoritarian, (b) profesional dan kepemimpinan akademik membutuhkan sistem penguatan pada seluruh tingkatan di sekolah, dan (c) dalam berbagai hal tampaknya demokrasi pendidikan dalam manajemen (jurusan, sekolah dan program yang ada) terpisah dari aktivitas profesional dan akademik.
2.2.3. Britwhistle (2001)
Penelitian yang dilakukan tentang industry/ university partnership in the postgraduate education of electricity engineer menunjukkan bahwa komisi Pemerintahan Australia telah mengembangkan petunjuk tertentu untuk mengembangkan standar kompetensi bagi kepentingan profesional partnership. Standar kompetensi tersebut telah disusun dan dikembangkan dalam industri penyediaan kelistrikan dengan menekankan pada kursus-kursus berdasarkan silabus industri yang sudah baku..
2.2.4. Anwar (2002)
Penelitian Anwar, (2002) tentang pelaksanaan program pendidikan sistem ganda pada SMK di Kota Kendari bertujuan mengetahui tanggapan dunia usaha dan industri (DU/DI) terhadap pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG), tanggapan guru terhadap pembekalan siswa di SMK dan pelaksanaan PSG di DU/DI, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran di SMK dan pelaksanaan PSG di DU/DI di Kota Kendari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG di DU/DI telah berjalan cukup baik. Persiapan pihak sekolah terhadap keterampilan praktis pra-PSG telah dilaksanakan melalui kerjasama antara sekolah dengan DU/DI sehingga apa yang diajarkan sudah relevan dengan kebutuhan DU/DI. Hal itu membuktikan bahwa pelaksanaan PSG sudah berjalan cukup baik.
2.2.5. Timothy (2001)
Penelitian Timothy (2001) yang menjelaskan bahwa Dunia usaha/industri memiliki peranan besar dalam keberhasilan implementasi PSG di Jerman. Keterlibatan industri pada PSG dalam mewujudkan kemitraan SMK dengan dunia usaha/industri (DU/DI) antara lain menyediakan tempat praktik dan dana untuk pelaksanaan sistem ganda.
2.2.6. Yunus,M.( 2006 )
Hasil penelitian Yunus, M. (2006) tentang Kebijakan Kemitraan Pendidikan Kejuruan, menyimpulkan bahwa kebijakan kemitraan dalam lingkup pendidikan kejuruan pada dasarnya melibatkan tiga komponen penting, yaitu pihak majelis sekolah, dunia usaha industri (DU/DI) yang akan memakai siswa, dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Ketiga institusi itulah yang melaksanakan kemitraan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui mekanisme pendidikan sistem ganda (PSG), dalam hal ini praktik industri di dunia usaha industri.
2.3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan peran Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) terhadap aplikasi PSG di Malang Raya.
H2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan peran Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) terhadap daya adaptif kerja siswa SMK di Malang Raya.
H3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan karakteristik siswa SMK terhadap daya adaptif kerjanya.
H4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasiPSG terhadap daya adaptif kerja siswa SMK di Malang Raya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan desain penelitian kuantitatif.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta seMalang Raya tahun ajaran 2009/2010. yang melaksanakan kegiatan PSG.
Besar sampel (sample size) ditentukan dengan teknik sampling random proporsional (proportional random sampling) yang dapat dilihat dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1: Populasi dan Sampel Penelitian
No | Wilayah | Status Sekolah | Populasi Sekolah | Populasi Siswa PSG | Sampel Penelitian |
1 | | Negeri Swasta | 5 6 | 422 191 | 80 36 |
2 | Kab. | Negeri Swasta | 3 4 | 222 110 | 42 21 |
3 | | Negeri Swasta | 1 1 | 91 33 | 17 6 |
Jumlah | 20 | 1.069 | 202 |
Sumber: data primer diolah
3.4. Pengumpulan Data
Penelitian ini memperlukan dua jenis data antara lain data primer dan data sekunder. Untuk menguji hipotesis digunakan data primer yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dari responden, sedangkan data sekunder digunakan sebagai data pendukung dalam mendiskripsikan hasil penelitian Teknik yang dipakai untuk pengumpulan data adalah: kuesioner, interview, observasi dan dokumentasi.
3.5. Instrumen Penelitian
a) Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda yang terdiri dari dimensi: tujuan PSG, materi PSG, metode PSG dan evaluasi PSG.
b) Daya adaptif kerja siswa SMK yang terdiri dari dimensi: kesadaran berorganisasi, kemampuan komunikasi, kemampuan bekerja sama, pola piker inovatif dan peningkatan kompetensi dalam bekerja.
c) Peran institusi pasangan (IP) yang terdiri dari dimensi: komitmen DU/DI, komunikasi DU/DI dengan sekolah, relevansi materi PSG, efisiensi pengalaman belajar siswa, upaya peningkatan kompetensi siswa dan evaluasi pelaksanaan PSG.
d) Karakteristik Siswa yang terdiri dari dimensi: sikap siswa, aspirasi, persepsi, motivasi dan status social siswa.
3.6. Analisa Data
Berdasarkan kerangka berpikir maka analisa data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Responden
Jumlah instrumen yang telah diisi oleh responden dan dikembalikan pada peneliti, dari 202 instrumen yang dibagikan pada responden, terdapat 2 responden yang tidak mengembalikan instrumen, sehingga responden yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini jumlahnya 200 siswa. Menurut jenis kelamin, sampel terdiri: 114 siswa (57%) dan 86 siswi (43%); status sekolah terdiri: 9 SMK negeri dan 11 SMK swasta, lokasi sekolah terdiri: 11 SMK di Kota Malang, 7 SMK di Kabupaten Malang dan 2 SMK di Kota Batu dan program studi, terdiri atas: Akuntansi 27 siswa (13,5%), Sekretaris 26 siswa (13%), Administrasi Perkantoran 18 siswa (9%), Penjualan 15 siswa (7,5%), Pembibitan 15 siswa (7,5%), Perhotelan 20 siswa (10%), Teknik Otomotif 24 siswa (12%), Teknik Elektronika 18 siswa (9%), Teknik Elektro 16 siswa (8%), Teknik Sipil 11 siswa (5,5%) dan Teknik Industri 10 siswa (5%).
4.2. Deskripsi Variabel-variabel Penelitian
4.2.1. Implementasi PSG
Implementasi PSG secara lengkap terdapat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2: Implementasi PSG
Variabel | N | Min | Mak | Rata-rata | Standar Deviasi |
Tujuan PSG (X1) | 200 | 2,40 | 6,00 | 4,503 | 0,838 |
Materi PSG (X2) | 200 | 2,25 | 6,00 | 4,229 | 0,874 |
Metode PSG (X3) | 200 | 2,60 | 5,80 | 4,457 | 0,624 |
Evaluasi PSG (X4) | 200 | 1,60 | 5,60 | 3,877 | 0,759 |
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 200 orang responden yang diteliti, secara umum persepsi siswa SMK terhadap implementasi PSG berada pada daerah positif dengan rata-rata skor 4,266 dan hal ini berarti bahwa implementasi PSG untuk siswa SMK sudah baik.
Persepsi responden tentang implementasi PSG dibentuk oleh empat dimensi, yaitu: (1) Dimensi Tujuan PSG (X1) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,40 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,503 yang berarti tujuan PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,838. (2) Dimensi Materi PSG (X2) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,25 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,229 yang berarti materi PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,874. (3) Dimensi Metode PSG (X3) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,60 dan maksimal 5,80. Adapun skor rata-rata sebesar 4,457 yang berarti metode PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,624. (4) dimensi Evaluasi PSG (X4) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 1,60 dan maksimal 5,60. Adapun skor rata-rata sebesar 3,877 yang berarti evaluasi PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,759.
4.2.2. Peranan DU/DI
Peranan DUDI secara lengkap dapat dicermati pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3: Peranan DU/DI
Variabel | N | Min | Mak | Rata-rata | Standar Deviasi |
Komitmen terhadap PSG (X5) | 200 | 3,25 | 6,00 | 4,825 | 0,569 |
Komunikasi dg SMK (X6) | 200 | 2,75 | 5,75 | 4,294 | 0,598 |
Relevansi Materi (X7) | 200 | 2,80 | 5,40 | 4,324 | 0,526 |
Efisiensi Belajar (X8) | 200 | 2,60 | 5,80 | 4,345 | 0,582 |
Evaluasi PSG (X9) | 200 | 2,00 | 5,40 | 3,801 | 0,703 |
Upaya peningkatan kompetensi (X10) | 200 | 3,00 | 5,60 | 4,377 | 0,584 |
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 200 orang responden yang diteliti, secara umum persepsi siswa SMK terhadap peranan DU/DI berada pada daerah positif dengan rata-rata skor 4,327 dan hal ini berarti bahwa peranan DU/DI sudah baik.
Persepsi responden tentang peranan DU/DI dibentuk oleh enam dimensi, yaitu: (1) Dimensi Komitmen terhadap PSG (X5) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,25 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,825 yang berarti komitmen DU/DI terhadap PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,569. (2) Dimensi Komunikasi dengan SMK (X6) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,75 dan maksimal 5,75. Adapun skor rata-rata sebesar 4,294 yang berarti antara DU/DI dengan pihak SMK sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,598. (3) Dimensi Relevansi Materi (X7) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,80 dan maksimal 5,40. Adapun skor rata-rata sebesar 4,324 yang berarti relevansi materi sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,526. (4) Dimensi Efisiensi Belajar (X8) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,60 dan maksimal 5,80. Adapun skor rata-rata sebesar 4,345 yang berarti efisiensi belajar sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,582. (5) Dimensi Evaluasi PSG (X9) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,00 dan maksimal 5,40. Adapun skor rata-rata sebesar 3,801 yang berarti evaluasi PSG oleh DU/DI sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,703. (6) Dimensi Peningkatan Kompetensi (X10) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,00 dan maksimal 5,60. Adapun skor rata-rata sebesar 4,377 yang berarti terjadi peningkatan kompetensi yang baik dengan standar deviasi sebesar 0,584.
4.2.3. Karakteristik Siswa
Profil Karakteristik Siswa disajikan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4: Deskripsi Karakteristik Siswa
Variabel | N | Minimum | Maksimum | Rata-rata | Standar Deviasi |
Sikap (X11) | 200 | 3,75 | 6,00 | 4,980 | 0,553 |
Aspirasi (X12) | 200 | 3,00 | 6,00 | 4,602 | 0,582 |
Persepsi (X13) | 200 | 3,25 | 6,00 | 4,774 | 0,640 |
Motivasi (X14) | 200 | 2,75 | 6,00 | 4,653 | 0,649 |
Status soial siswa (X15) | 200 | 1,75 | 4,25 | 3,228 | 0,503 |
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 200 orang responden yang diteliti, secara umum karakteristik siswa SMK yang melaksanakan PSG berada pada daerah positif dengan rata-rata skor 4,447 dan hal ini berarti bahwa karakteristik siswa SMK yang mengikuti PSG sudah baik.
Persepsi responden tentang karakteristik siswa dibentuk oleh lima dimensi, yaitu (1) Dimensi Sikap (X11) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,75 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,980 yang berarti sikap siswa SMK terhadap PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,553. (2) Dimensi Aspirasi (X12) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,00 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,602 yang berarti aspirasi siswa SMK sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,582. (3) Dimensi Persepsi (X13) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,25 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,774 yang berarti persepsi siswa SMK terhadap PSG sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,640. (4) Dimensi Motivasi (X14) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,75 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,653 yang berarti motivasi siswa SMK sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,649. (5) Dimensi Status Sosial Siswa (X15) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 1,75 dan maksimal 4,25. Adapun skor rata-rata sebesar 3,228 yang berarti status sosial siswa SMK adalah baik dengan standar deviasi sebesar 0,503.
4.2.4. Daya Adaptif Kerja Siswa SMK
Daya adaptif kerja siswa SMK berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dicermati secara lengkap pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5: Deskripsi Daya Adaptif Kerja Siswa SMK
Variabel | N | Min | Mak | Rata-rata | Std. Dev. |
Kesadar berorg dlm kerja (Y1) | 200 | 3,75 | 6,00 | 5,038 | 0,459 |
Kmamp. Berhub. dg Kerja (Y2) | 200 | 3,75 | 6,00 | 4,914 | 0,445 |
Bekerjasama dalam kerja (Y3) | 200 | 3,75 | 6,00 | 4,770 | 0,453 |
Pola Pikir Inov. dlm Kerja (Y4) | 200 | 3,25 | 6,00 | 4,818 | 0,533 |
Peningkatan Kompetensi (Y5) | 200 | 2,75 | 6,00 | 4,603 | 0,618 |
Sumber: data primer diolah.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 200 orang responden yang diteliti, secara umum daya adaptif kerja siswa SMK berada pada daerah positif dengan rata-rata skor 4,828 dan hal ini berarti bahwa daya adaptif kerja siswa SMK sudah baik.
Persepsi responden tentang daya adaptif kerja siswa SMK dibentuk oleh lima dimensi, yaitu (1) dimensi Kesadaran Berorganisasi dalam Kerja (Y1) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,75 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 5,038 yang berarti kesadaran berorganisasi dalam kerja siswa SMK sudah sangat baik dengan standar deviasi sebesar 0,459. (2) Dimensi Kemampuan Berhubungan dengan Kerja (Y2) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,75 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,914 yang berarti kemampuan siswa SMK berhubungan dengan kerja sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,445. (3) Dimensi Bekerjasama dalam kerja (Y3) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,75 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,770 yang berarti kemampuan siswa SMK bekerja sama dalam kerja sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,453. (4) Dimensi Pola Pikir Inovasi dalam Kerja (Y4) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 3,25 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,818 yang berarti pola pikir inovasi dalam kerja siswa SMK sudah baik dengan standar deviasi sebesar 0,533. (5) Dimensi Peningkatan Kompetensi (Y5) berada pada daerah positif, dengan skor minimal 2,75 dan maksimal 6,00. Adapun skor rata-rata sebesar 4,603 yang berarti peningkatan kompetensi siswa SMK adalah baik dengan standar deviasi sebesar 0,618.
4.3. Model Struktural Hasil Penelitian dan Uji Hipotesis
Secara diagram hasil analisis SEM dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 1: Model Struktural Hasil Penelitian
Adapun penjelasan besaran pengaruh variabel endogen terhadap variabel eksogen serta uji hipotesisnya disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 6. Nilai Koefeisien Loading Factor SEM dan Uji Hipotesis
Hubungan | Estimate | S.E. | C.R. | P | ||
XA | ß | XB | 0,544 | 0,155 | 3,516 | 0,000 |
Y | ß | XA | 0,202 | 0,074 | 2,747 | 0,006 |
Y | ß | XB | 0,333 | 0,098 | 3,405 | 0,000 |
Y | ß | XC | 0,318 | 0,091 | 3,490 | 0,000 |
Sumber: data primer diolah
4.4.1. Analisis dan Uji Hipotesis Pertama
Hasil analisis SEM dari table 7 di atas menunjukkan bahwa nilai estimasi loading factornya pengaruh peranan DU/DI (XB) terhadap implementasi PSG (XA) adalah sebesar 0,544. Hal ini berarti bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan peranan DU/DI akan menaikkan 0,544 satuan terhadap implementasi PSG dengan Standard Error (SE) sebesar 0,155 dan C.R. sebesar 3,516. Adapun uji signifikansinya menunjukkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000. Karena probabilitas lebih kecil dari 5% (0,000<0,05) maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif peranan DU/DI (XB) terhadap implementasi PSG (XA). Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Implementasi PSG terhadap Peranan DU/DI terbukti kebenarannya.
4.4.2. Analisis dan Uji Hipotesis Kedua
Hasil analisis SEM dari table 7 di atas menunjukkan bahwa nilai estimasi loading factornya pengaruh peranan DU/DI (XB) terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK (Y) adalah sebesar 0,202. Hal ini berarti bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan peranan DU/DI akan menaikkan 0,202 satuan terhadap Daya Adaptif Siswa SMK dengan Standard Error (SE) sebesar 0,074 dan C.R. sebesar 2,747. Adapun uji signifikansinya menunjukkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari 5% (0,000<0,05) maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Peranan DU/DI (XB) terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK (Y). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Peranan DU/DI terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK terbukti kebenarannya.
4.4.3. Analisis dan Uji Hipotesis Ketiga
Hasil analisis SEM dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa nilai estimasi loading factornya pengaruh Karakteristik Siswa (XC) terhadap Daya Adaptif Siswa SMK (Y) adalah sebesar 0,333. Hal ini berarti bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan peranan DU/DI akan menaikkan 0,333 satuan terhadap implementasi PSG dengan Standard Error (SE) sebesar 0,098 dan C.R. sebesar 3,405. Adapun uji signifikansinya menunjukkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari 5% (0,000<0,05) yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Karakteristik Siswa (XC) terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK (Y). Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Karakteristik Siswa terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK terbukti kebenarannya.
4.4.4. Analisis dan Uji Hipotesis Keempat
Hasil analisis Hasil analisis SEM dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa nilai estimasi loading factornya pengaruh Implementasi PSG (XA) terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK (Y) adalah sebesar 0,318. Hal ini berarti bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan Implementasi PSG akan menaikkan 0,318 satuan terhadapDaya Adaptif Kerja Siswa SMK dengan Standard Error (SE) sebesar 0,091 dan C.R. sebesar 3,490. Adapun uji signifikansinya menunjukkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari 5% (0,006<0,05). Ini berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Implementasi PSG (XA) terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK (Y). Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Implementasi PSG terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK terbukti kebenarannya.
4.5. Pembahasan
Penelitian ini telah menemukan model yang memiliki keselarasan sesuai dengan fakta empiris. Model temuan dari penelitian yang telah disajikan pada Gambar 1 yang dipilih berdasarkan tingkat indeks keselarasan terbaik (goodness of fit index) dan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada model tersebut serta didukung dengan terkait variabel ditinjau dari konsistensi atas perbedaan jenis kelamin, status sekolah, lokasi sekolah dan program studi membuktikan bahwa model tersebut telah memiliki persyaratan uji keterandalan. Hal spesifik yang menjadi perhatian adalah mengenai pemberlakuan model ini yakni model ini hanya relevan untuk perilaku siswa SMK yang melakukan PSG di Malang Raya.
Selanjutnya model empiris temuan penelitian juga relevan digunakan sebagai dasar analisis tentang peningkatan kualitas implementasi PSG bagi siswa, guru, sekolah dan DU/DI. Untuk itu, menurut Anwar (2002) pihak sekolah perlu melakukan persiapan terhadap ketrampilan praktis pra PSG dalam bentuk kerjasama antara sekolah dengan DU/DI sehingga apa yang diajarkan sudah relevan dengan kebutuhan DU/DI. Disamping itu, menurut Yunus (2006), pelaksanaan PSG dapat berhasil mencapai tujuannya karena didukung beberapa faktor, diantaranya: (1) adanya aturan dari pemerintah, yang dalam hal ini Depdiknas yang mendukung pelaksanaan PSG, adanya standar pelaksanaan praktek industri, adanya pedoman pelaksanaan dan adanya sosialisasi implementasi kebijakan praktek, (2) Identifikasi sumber daya SMK, seperti yang dilakukan SMK Singosari Kabupaten Malang yang menjalin kemitraan dengan mengundang dunia usaha/industri untuk datang ke sekolah mengenalkan potensi sekolah dan siswanya serta hasil yang dicapai oleh sekolah. Hal ini dianggap sebagai sarana promosi untuk menarik minat dunia usaha/industri terhadap produk sekolah. Berdasarkan kegiatan ini, maka dapat disusun pembuatan kurikulum terpadu antara SMK dan DU/DI, perancangan fasilitas praktek SMK, penghitungan dana operasional PSG dan proses belajar mengajar di sekolah.
Sedangkan pengaruh peran DU/DI dalam meningkatkan daya adaptif kerja siswa dapat dijelaskan bahwa sebelum pelaksanaan PSG sudah dilakukan pendataan DU/DI yang relevan dengan keahlian siswa. Dari sisi perusahaan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan PSG, terlihat bahwa kondisi fasilitas industri sangat mendukung profil kelulusan SMK dan kondisi peralatan sangat terawat dengan baik sehingga semua peralatan siap pakai meskipun peralatan tersebut sudah ada disekolah ataupun tidak ada di sekolah. Untuk kesiapan industri dalam menerima siswa yang melakukan PSG terlihat cukup baik, karena selain sudah ada MOU dengan sekolah, pihak industri juga sudah menempatkan siswa sesuai dengan jurusan/prodinya dan juga yang menyiapkan tugas-tugas yang dapat dilakukan siswa yang dapat meningkatkan keahliannya, baik untuk keahlian yang mendukung mata pelajaran adaptif maupun produktif. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Timothy (2002) bahwa dunia usaha/industri memiliki peranan besar dalam keberhasilan implementasi PSG.
Demikian pula mengapa karakteristik siswa dapat meningkatkan daya adaptif kerja siswa, hal ini disebabkan karena dilakukan seleksi penempatan siswa peserta PSG sehingga perusahaan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan PSG disesuaikan dengan karakteristik siswa tersebut. Disamping itu, adanya pembekalan tentang etika kerja dan kompetensi yang relevan dengan prodi masing-masing kepada siswa sebelum pelaksanaan PSG yang dilakukan kurang lebih 4 bulan. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa dunia industri merupakan salah satu elemen penting dalam dunia ketenagakerjaan sehingga perlu adanya penyesuaian antara kondisi di dunia pendidikan dengan dunia industri. Hal ini juga merujuk hasil penelitian Schiopeppers dan Patriana dalam Yunus (2006) yang menyatakan bahwa siswa perlu dibekali pengetahuan teori dan ketrampilan praktis juga sikap dan pola tingkah laku dalam rangka memasuki dunia kerja, baik sebagai pekerja maupun sebagai wairausaha yang mandiri dan untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.
Adapun pengaruh pelaksanaan PSG dapat meningkatkan Daya Adaptif Kerja Siswa SMK disebabkan karena siswa yang bersangkutan selama PSG para siswa bekerja di lini industri dibawah bimbingan dan tanggung jawab instruktur. Kemampuan yang diterapkan dan dikembangkan bukan hanya kemampuan keahlian profesi saja, tetapi juga kemampuan menerapkan nilai-nilai mata pelajaran normatif dan adaptif. Siswa diwajibkan membuat jurnal kegiatan selama PSG yang memuat jenis pekerjaan dan kemampuan profesi yang dibutuhkan untuk melaksanaan pekerjaan tersebut dan harus diisi setiap hari. Disamping itu, para siswa yang melakukan PSG ini juga memperoleh bimbingan dari guru di sekolah dan adanya buku atau laporan pemantauan aktifitas PSG. Disamping itu, penilaian pelaksanaan PSG akan dilakukan penilaian dari guru di sekolah dan pembimbing di perusahaan, bahkan di beberapa perusahaan diberikan sertifikat sehingga akan lebih memotivasi siswa yang melakukan PSG untuk menjalankan semua tugas yang diberikan kepada siswa tersebut selama di perusahaan. Hal ini sesuai hasil penelitian Lee (2001) bahwa upaya kerjasama sekolah dan industri dapat meningkatkan keahlian dan pekerja semi terampil pada tingkatan sekolah menengah kejuruan. Berdasarkan pembahasan ini, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan PSG akan meningkatkan kompetensi dan wawasan siswa yang dengan sendirinya dapat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam mendalami keahliannya, mengembangkan ilmu yang telah diperoleh di sekolah dan dapat membedakan antara kegiatan proses belajar mengajar di sekolah dan dunia kerja/industri, walaupun materi yang didapatkan selama melaksanakan PSG kadang-kadang tidak relevan dengan kompetensi program studi namun secara keseluruhan akan meningkatkan kompetensi setelah melaksanakan PSG di industri.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari Bab IV sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerima hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan peran Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) terhadap aplikasi PSG di Malang Raya.
b. Menerima hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan peran Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) terhadap daya adaptif kerja siswa SMK di Malang Raya.
c. Menerima hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan karakteristik siswa SMK terhadap daya adaptif kerjanya.
d. Menerima hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi PSG terhadap daya adaptif kerja siswa SMK di Malang Raya.
5.2. Rekomendasi
5.2.1. Rekomendasi Teoritis
Untuk mendukung Kota Malang sebagai Kota vokasi, maka dalam formulasi kebijakan pelaksanaan PSG di era otonomi daerah, hendaknya berpijak pada reformasi kebijakan pendidikan, desentralisasi dan good governance.
5.2.2. Rekomendasi Praktis
1) Kuantitas dan kualitas komunikasi perlu ditingkatkan antara SMK dengan DU/DI dalam rangka implementasi PSG, khususnya dalam menyusun program implementasi PSG yang mengacu pada link and match dan aturan yang berlaku.
2) Penyusunan program dan evaluasi PSG oleh SMK bersama DU/DI, frekwensi kehadiran guru pamong dari SMK untuk membimbing siswanya yang melakukan PSG pada DU/DI perlu ditingkatkan, penggunaan format penilaian PSG yang tepat guna dan peningkatan efektifitas pelaksanaan monitoring implementasi PSG oleh instansi terkait.
3) Perlu adanya ketepatan dalam memilih DU/DI sebagai tempat PSG perlu dipertimbangkan dari sisi pembelajaran bagi siswa SMK karena aktifitas PSG pada DU/DI harus merupakan pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4) Untuk menjaga mutu PSG, perlu ditingkatkan upaya pengawasan dan pengendalian implementasi PSG yang dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan di intitusi pasangan, dan ujian kompetensi/profesi. Hasil pengawasan harus disosialisasikan secara rutin dan terprogram serta ditindak lanjuti untuk menuju peningkatan kualitas implementasi PSG.
5) Sehubungan dengan peranan DU/DI yang sangat penting didalam PSG, maka perlu diadakan penelitian kualitatif tentang peranan DU/DI dalam PSG dan penelitian pengembangan strategi evaluasi PSG yang efektif dan efisien di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 2002, Pelaksanaan Program Pendidikan Sistem Ganda pada SMK di Kota Kendari, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 36, 13 – 17.
Anwar, 2004, Life Skills Education (Pendidikan Kecakapan Hidup), Bandung: Penerbit Alfabeta.
As’ad, Moh, 2001, Psikologi Industri, Edisi Keempat, Cetakan Sembilan, Liberty, Yogyakarta.
Britwhistle, David, 2001, Industry/University Partnership in the Postgraduate Education of Electricity Supply Engineer, 18 August 2001.
Depdiknas, 2003, Undang-undang Republik
Depdiknas, 1997, Keputusan Mendikbud RI Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan PSG pada SMK,
Gani S, Mursalim Umar, 2006, Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi, Motivasi Kerja, Imbalan dan Kinerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan, Disertasi, Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya,
Lee, K, 2001, New Direction of Korea’s Vocational Educational and Training of International Studies and Cooperation, Korea Research Institute for Vocational Educational Educational and Training.www., New Kisung, 2001.
Marlin N., Efektifitas Implementasi Pendidikan Sistem Ganda pada SMK (Suatu Studi tentang Pengaruh Manajemen Sekolah, Kesiapan Siswa dan Kesiapan Dunia Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) terhadap Efektivitas Implementasi Pendidikan Sistem Ganda pada SMK di Kabupaten Sumedang Jawa Barat), Tesis.
Mayer, Helen, 2001, Education Partnership and Democratic Education:
Prater, Anne, Mary & W. Sileo, Thomas, 2002, School-University Partnership in Special Education Field Experience, Remedial and Special Education, Nov/Dec 2002; 23, 6 Wilson Education Abstract.
Samani, 2000, Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan, Makalah Disampaikan pada Diskusi di Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Depdiknas,
Schevaletta, M, 2000, A Questionnaire Study of The College Social Adjustment of Block Student from :ower Socio Economic, Journal of Counselling Psychology, Vol 28 No. 2, 240 – 255.
Suparlan, Bawuk, 2007, Pengaruh Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Terhadap Daya Adaptif Kerja Siswa SMK di Malang Raya, Disertasi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Timothy, J.S., 2001, Public/Private Pertnership in Education, A Dissertation Submitted to The Division of Research and Advanced Studies of The
Yunus, Muhammad, 2006, Kebijakan Kemitraan Pendidikan Kejujuran; Analisis Implementasi Kebijakan Praktek Industri dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Relevansi Lulusan SMK di Kota Tarakan Propinsi Kalimantan Timur, Disertasi, Program Doktor Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang.
No comments:
Post a Comment