Indonesia ini memang sorga, sorga bagi siapa saja, juga bagi para
penghujat yang suka memaki-maki dengan bahasa yang kotor, meleceh dan menghina
orang lain. Wadahnyanya media sosial seperti internet. Coba lihat ketika
menjelang pilpres bagaimana sekelompok orang dengan bebas memaki, menghina dan menghujat kedua pasangan
Prabowo maupun Jakowi. Dengan kecanggihan tekhnologinya mereka ini juga bisa
merekayasa gambar untuk merendahkan pihak yang sedang bertarung.
Sekarang, lihat saja di beberapa
media sosial betapa bebasnya orang menghujat dan menghina gubernur seolah-olah
pejabat yang direndahkan itu berbeda jauh dibawah mereka. Padahal orang yang
mereka hujat itu tidak pernah bersentuhan dengan mereka.
Untuk ini kita tidak bisa menyalahkan
media sosial. Media sosial banyak manfaatnya. Termasuk saya sendiri senang menulis
di “note” tentang catatan perjalanan dan pendapat pribadi saya. Demikian juga
pada status saya senang memberikan kata-kata motivasi yang mungkin berguna bagi
orang lain. Dan saya juga senang membaca komentar-komentar dari pembaca lain.
Dan rata-rata komentarnya menyenangkan menambah akrab sesama manusia. Tapi pernah
juga ada komentar yang miring dan menyakitkan. Saya ingin tahu siapa orangnya.
Pada statusnya hanya gambar anak kecil. Setelah diselidiki rupanya seorang
tenaga kebersihan di kantor kami yang telah dipecat. Saya sempat heran juga,
sebab ketika bekerja di kantor kami, saya boleh dikatakan tidak pernah
berhubungan dengannya. Jadi saya merasa tidak pernah pula menyakiti hatinya.
Dari pada jengkel akhirnya saya putuskan saja pertemanannya. Beres dia tidak
lagi bisa memberi komentar.
Dari pengamatan saya, para penghujat
ini memang karena dari sononya mentalnya tidak baik. Dalam kehidupan
sehari-jarinya sudah terbiasa menggunakan kata kasar. Jenis penghujat yang
berikutnya adalah orang yang tidak tahu diri.
Kita berdiskusi dalam group dengan
pembaca lainya dengan beradu argumen tentang suatu masalah. Kemudian tiba-tiba
dia nimbrung dengan hujatan dan makian pada yang tidak sependapat dengannya. Seharusnya dia tahu diri, kalau
levelnya belum bisa beragumen, seharusnya dia menahan diri untuk ikut nimbrung.
Sebaiknya mereka bersahut-sahutan dengan orang selevel yang tidak bisa beragumen dan kelasnya hanya memaki dan menghujat saja. Biasanya kalau para penghujat ini sudah
ikut-ikutan, saya menarik diri tidak lagi mengjukan argumen.
Nah sekarang dengan adanya kasus
Florence di Jokya dan entah siapa lagi penghujat yang di Bandung, mulailah para
penghujat berhati-hati, dari pada nanti nangis-nangis minta maaf di depan umum.
Sebaiknya dari sekarang mulai belajar untuk tidak menyakiti orang dan
menggunakan kata-kata yang santun. To
make people happy is a noble endevour. Membuat orang senang, bahagia adalah
pekerjaan mulia.
No comments:
Post a Comment