ABSTRAK
Proses pembelajaran di dalam kelas memegang
peranan penting dalam mengembangkan potensi belajar siswa. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah
bagaimana siswa belajar (student-centered).
Hal ini tidak mudah dilakukan, mengingat kebiasan guru yang terbiasa menjadikan
siswa sebagai objek belajar. Untuk mengatasi hal ini, salah satu alternatif
yang dapat dilakukan yaitu dengan melaksanakan lesson study. Lesson
Study merupakan suatu bentuk utama
peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang
dipilih oleh guru-guru Jepang. Di Indonesia sendiri sudah dikembangkan sejak
Tahun 2006 dan sudah dilaksanakan di beberapa kota. Hasilnya menunjukkan bahwa
kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa
meningkat.
Kata
Kunci: Lesson Study, Student Centered, proses pembelajaran
Selama pendidikan masih
ada, selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan
selalu menjadi bahan pembicaraan. Sebagian besar yang selalu menjadi topik
pembicaraan adalah tentang bagaimana upaya untuk mencapai pendidikan yang
bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal yang nantinya
dapat bersaing baik dalam bidang akademis maupun dalam dunia kerja.
Salah satu masalah atau topik pendidikan yang
belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang lesson Study
yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik
pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa
sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung
dilakukan secara konvensional yaitu melalui metode ceramah. Praktik
pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana
guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered),
dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak
memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran
siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran
konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah,
Dalam hal ini, lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di
Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Menurut
Styler dan Hiebert dalam Susilo (2009), lesson
Study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru ketika
mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran,
membelajarkan peserta didik sesuai skenario, mengevaluasi dan merevisi skenario
pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi,
mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain
(mendiseminasikannya).
B. Konsep
Lesson Study
Lesson Study merupakan
suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan
keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Sementara
itu lesson study di Indonesia
dilaksanakan sejak tahun 2006 melalui Program SISTTEMS (Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science
Education at Secondary Level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI, dan
JICA. Pelaksanaannya di tiga kota,
yaitu Sumedang, berkolaborasi dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI);
Bantul, berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); dan Pasuruan,
berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UM) (Susilo, dkk: 2009).
Mulyana (2007) menyebutkan bahwa ada dua bentuk lesson study yang dapat dilaksanakan di
Indonesia, yaitu:
a.
Lesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yakni lesson study yang dilaksanakan pada setiap hari pertemuan MGMP yang
telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan meliputi plan pada minggu pertama, do pada
minggu kedua, dan see pada minggu
ketiga.
b.
Lesson study berbasis sekolah (LSBS), yakni lesson
study yang dilakukan di suatu sekolah dengan kegiatan utama berupa open lesson atau open class oleh setiap guru secara bergiliran pada hari tertentu.
Bentuk lesson study manapun yang menjadi
pilihan bagi seorang guru tidak menjadi masalah asalkan dilakukan sesuai dengan
tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
Fernandez
dan Yoshida (2004) memaparkan 6 langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson
Study, yaitu :
a. merencanakan
pembelajaran secara kolaboratif (bersama-sama).
b.
melaksanaan pembelajaran. Seorang guru
ditunjuk sebagai pengajar sementara yang lain menjadi pengamat.
c.
melakukan diskusi refleksi tentang
pembelajaran.
d. merevisi rencana pembelajaran.
e.
melaksanakan pembelajaran di masing-masing
kelas.
f. melakukan sharing tentang hasil
pembelajaran masing-masing.
Jika 6 langkah
Lesson Study tersebut disingkat
menjadi perencanaan (plan),
pelaksanaan (do), dan refleksi (see) maka Lesson Study merupakan
siklus dari kegiatan plan-do-see.
Pada
tahap perencanaan, mula-mula peserta memilih salah seorang peserta menjadi
moderator yang nantinya akan menjadi pemimpin sidang perencanaan. Di dalam
proses perencanaan ini para guru hendaknya mengkaji :
a. kurikulum ,
termasuk di dalamnya mencermati Kompetensi Dasar.
b.
menentukan materi pembelajaran yang
akan disajikan. Biasanya materi yang dipilih adalah materi yang sulit bagi
siswa, sulit bagi guru, materi baru dalam kurikulum dan materi yang memerlukan
metode pembelajaran yang efektif.
c.
menyusun indikator dan pengalaman
belajar siswa.
d. menentukan metode yang sesuai.
e. menentukan urutan proses
pembelajaran.
f. menyusun LKS (jika diperlukan).
g. menyusun evaluasi.
Adapun
hasil yang diharapkan dari kegiatan perencanaan adalah :
a.
Rencana Proses Pembelajaran (RPP), ini
digunakan sebagai skenario proses pembelajaran.
b. Media pembelajaran yang diperlukan.
c. LKS (jika diperlukan).
Setelah
dihasilkan produk pada tahap perencanaan, maka selanjutnya dimulai tahap
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dimulai dengan memilih salah seorang
peserta sebagai guru pengajar. Selanjutnya nanti, guru dapat ditunjuk secara
bergantian agar semua pernah melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati
oleh guru yang lain. Guru yang ditunjuk sebagai pengajar hendaknya patuh pada
skenario yang telah disusun. Akan tetapi jika pada saat proses pembelajaran
berlangsung terjadi situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, guru pengajar tersebut dapat memodifikasi atau mengubah skenario sesuai
dengan keadaan. Di sini dituntut kepekaan dan kreativitas guru dalam menghadapi
masalah.
Pada
waktu guru terpilih melakukan pengajaran, guru yang lainnya bertindak sebagai
pengamat yang mengamati bagaimana siswa belajar, bukan bagaimana guru mengajar.
Hal-hal yang diamati pada siswa antara lain adalah bagaimana tingkah laku,
bahasa tubuh, hubungan siswa dengan siswa, hubungan siswa dengan guru, dan
hubungan siswa dengan lingkungan. Agar pengamat dapat melakukan tugasnya dengan
mudah, maka pengamat perlu membuat lembar observasi. Hasil pengamatan hendaknya
ditulis secara akurat, objektif, dan bukan berdasarkan pada apa yang seharusnya
sesuai dengan keinginan pengamat, melainkan berdasarkan fakta yang terjadi.
Refleksi
dilakukan pada hari itu juga setelah selesai proses pembelajaran. Hal ini
dilakukan mengingat suasana proses pembelajaran yang masih segar dalam ingatan
dan masih mudah diingat. Namun demikian, jika tidak dapat dilakukan segera,
refleksi dapat dilakukan pada hari yang lain asalkan tersedia hasil rekaman
video proses pembelajaran yang nantinya akan diputar terlebih dahulu sebelum
dilakukannya proses refleksi.
Pada saat refleksi, kegiatan pertama
yang dilakukan adalah mempersilahkan guru pengajar melakukan refleksi terlebih
dahulu seperti bagaimana perasaan sebelum dan sesudah pembelajaran, mengapa
mengajar tidak sesuai dengan skenario, apakah guru tersebut merasa tujuan
pembelajaran tercapai, serta bagaimana tingkat kepuasan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, Setelah itu barulah didengarkan hasil refleksi satu persatu dari
pengamat.
Hasil refleksi tersebut nantinya akan digunakan
untuk perencanaan proses pembelajaran selanjutnya. Jika terdapat
kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran, maka hal itu dipertahankan.
Sebaliknya jika terdapat kekurangan, maka dilakukan revisi terhadap skenario
pembelajaran yang telah dibuat.
Dengan melakukan perencanaan bersama,
mengamati bersama dan melakukan refleksi bersama, para guru akan terasah
pemahaman dan keterampilannya dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada
siswa belajar dan berorientasi pada aktivitas dan kreativitas siswa serta
terlatih mengamati siswa belajar. Jika keprofesionalan guru meningkat maka
hasil belajar siswa pun akan meningkat pula. Jadi secara tidak langsung lesson study meningkatkan mutu
pendidikan.
Mengingat banyaknya jumlah guru yang
ada di Indonesia, tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk memberikan
pendidikan dan pelatihan kepada semua guru. Lesson
study ini diharapkan dapat menjadi salah satu model pembinaan guru agar
guru lebih professional. Pembinaan ini dapat dilakukan sendiri oleh guru
bersama guru lain sehingga terjadi proses belajar membelajarkan antar guru itu
sendiri. Filsafat lesson study adalah
guru belajar agar dapat mengajar dengan baik.
Terlihat jelas bahwa lesson study ini memiliki banyak manfaat
bagi guru. Susilo (2009) menyebutkan beberapa
manfaat yang dirasakan oleh guru ketika mengikuti lesson study, seperti:
a.
mengurangi
keterasingan guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dan perbaikannya
b.
membantu
guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
c.
memperdalam
pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan kurikulum
d.
membantu
guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar peserta didik
e.
meningkatkan
kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran
f.
meningkatkan
mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan
mutu lulusan
g.
memungkinkan
guru memiliki banyak kesempatan untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam
praktik pembelajarannya sehingga dapat mengubah perspektif tentang
pembelajaran, dan belajar praktik pembelajaran dari perspektif peserta didik
h.
mempermudah
guru berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi
pelajaran
i.
memperbaiki praktik
pembelajaran di kelas
Meskipun banyak manfaat yang didapatkan oleh guru ketika
mengikuti lesson study, namun dalam
pelaksanaannya kegiatan ini juga sering mengalami hambatan. Menurut Susilo (2009), hambatan terbesar dalam
pelaksanaan lesson study ini yaitu
kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana
melaksanakannya. Selain itu juga faktor budaya dan biaya. Hambatan budaya dan
konteks merupakan salah satu hal yang harus diatasi dalam pelaksanaannya.
Hambatan budaya yang berupa kecendrungan guru yang kurang memiliki komitmen dan
kesungguhan hati untuk melakukan yang terbaik, kurang memiliki sikap “mau
belajar sepanjang hayat”, dan lebih tertarik melakukan sesuatu bila ada
“biaya”nya. Hambatan lain yaitu kurang terbiasa mengembangkan budaya saling
belajar dan membelajarkan secara kolaboratif dan kurang biasa melakukan
refleksi diri secara kritis.
Pada akhirnya keberhasilan kegiatan lesson study sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan keprofesionalan guru sangatlah bergantung pada komitmen,
keyakinan, dan kesadaran dari seluruh peserta. Mereka juga menyadari bahwa lesson study ini merupakan suatu wadah untuk saling
belajar, saling memperbaiki diri, sehingga kritikan maupun masukan dari rekan
sejawat menjadi suatu hal yang penting, bukan menjadi suatu hal yang harus
ditakuti dan dihindari.
Referensi:
Susilo,
H., Chotimah. H., Joharmawan, R.,
Jumiati., Sari, Y.D., Sunarjo. 2009. Lesson
Study Berbasis Sekolah. Bayumedia Publishing: Malang
Mulyana, S. 2007. Lesson Study (Makalah).
Kuningan: LPMP-Jawa Barat
No comments:
Post a Comment