Disusun Oleh :
WARSITO
(warsito_w@yahoo.com)
ABSTRAK
Penilaian Kurikulum 2013 menjadi salah
satu materi yang sulit dipahami oleh guru dalam implementasinya, selain karena
rumitnya ditambah informasi yang sering simpang siur. Agar dapat menyampaikan
materi ini dengan optimal, fasilitator perlu menerapkan strategi fasilitasi yang
tepat.
Strategi fasilitasi diklat sebagai cara
fasilitator mempermudah pemahaman peserta terhadap diklat memegang peranan
penting dalam setiap diklat, agar dapat mensosialisasikan materi pelatihan dengan
efisien dan efektif. Karya tulis ini memaparkan strategi fasilitasi deduktif
dalam sosialisasi sistem penilaian Kurikulum 2013. Dalam strategi ini peserta
pelatihan diberi penjelasan awal tentang teknik penilaian kurikulum 2013, dibagikan
instrument-instrumen yang telah dirancang untuk menggiring pemahaman peserta,
selanjutnya peserta melakukan praktek pengisian, pengolahan dan analisis data
penilaian kurikulum 2013. Kemudian peserta membuat deskripsi penilaian sesuai
dengan format penilaian dalam rapor. Selanjutnya peserta melakukan presentasi
dan diskusi hasil kerja. Fasilitator memberi penjelasan dan penguatan hal-hal
yang belum sesuai ketentuan penilaian yang berlaku.
Setelah melalui perencanaan, praktek dan
analisis hasil kegiatan, dapat didimpulkan bahwa strategi fasilitasi deduktif
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta sosialisasi penilaian
Kurikulum 2013.
I. Pendahuluan
Sebaik apapun program tidak dapat
diketahui kalau tidak dilakukan pengukuran tingkat keberhasilannya. Kurikulum
2013 yang telah dipersiapkan dengan matang oleh para ahli dengan kajian dan
pembahasan dalam waktu yang lama. Bagaimana kita bisa menjamin keberhasilan
pelaksanaannya?. Salah satu caranya yaitu dengan penilaian.
Kurikulum 2013 yang muncul sebagai respon
terhadap keprihatinan kondisi bangsa menerapkan yang meliputi tiga aspek:
sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Program ini dibuat untuk mengatasi model
pendekatan pembelajaran di sekolah pada kurikulum KTSP masih cenderung sebatas
pengetahuan (kognitif). Sementara materi
pembentukan sikap dan keterampilan pada dasarnya materi yang aplikatif yang
tidak cukup hanya diajarkan melalui teori. Dalam kurikulum 2013 pendekatan yang
digunakan dilakukan perbaikan, mengadopsi berbagai variable-variabel pendidikan
yang mempengaruhi dalam keberhasilan pembelajaran.
Penilaian merupakan bagian penting dalam
system pendidikan, yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pelaksanaan
program pembelajaran. Pada dasarnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Tahun 2006 juga telah menyentuh pada aspek sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomoorik), namun secara pelaksanaan belum
sampai kepada penilaian. Sehingga tingkat ketercapaiannya tidak dapat diukur.
Dalam kurikulum 2013 aspek sikap (spiritual dan social), pengetahuan dan
keterampilan sudah diberikan porsi yang seimbang sampai kepada aspek penilaian,
dengan demikian dapat dilihat sejauh mana tingkat keberhasilannya dan dapat
dilakukan tindak lanjut sedini mungkin.
Penilaian ketrampilan merupakan salat satu
titik berat dalam penilaian krikulum 2013, karena wujud usaha perbaikanb bangsa.
Namun karena penilaian ini termasuk jarang dilakukan oleh guru-guru kita, maka
banyak guru yang merasa terkendala dalam implementasinya. Guru-guru masih
banyak yang mengambang pemahamannya tentang penilaian keterampilan ini. Selain
itu tak kalah hebohnya penilaian sikap, yang merupakan penilaian kualitatif,
yang kadang cenderung kepada subyektif kalau tidak dilakukan dengan benar maka
akan terjadi ketidakakuratan hasilnya. Oleh sebab itu maka kurikulum 2013
menggunakan prinsip autentik dalam pembelajaran.
Bagaimana metode fasilitasi agar
pelaksanaan pelatihan peserta diklat dapat mudah memahami dan memiliki
keterampilan dalam penilaian, pengolahan nilai dan pengisian rapor dalam
Kurikulum 2013.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu
untuk membuktikan cara terbaik dalam menggunakan metode fasilitasi workshop
penilaian Kurikulum 2013 tingkat Sekolah Dasar.
1.4 Batasan Masalah
Agar
lebih focus dalam pembahasan ini maka dilakukan pembatasan masalah yaitu
mengenai fasilitasi pada workshop penilaian dan pengisian rapor.
II. Kajian Pustaka
Strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai rencana yang berisi
rangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh
fasilitator dan peserta pelatihan agar pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran juga merupakan “taktik” yang
digunakan oleh fasilitator dalam melaksanakan proses pelatihan agar dapat
mempengaruhi peserta pelatihan dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat empat
unsur strategi diantaranya adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas
minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan dua kelompok besar, yaitu
exposition discovery learning dan group individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif (Mushlihin, 2013).
2.2 Fasilitasi
Fasilitasi adalah kegiatan pemberian
bantuan peserta pelatihan agar lebih mudah dalam mencapai kompetensi yang
diharapkan. Memfasilitasi pelatihan adalah sebuah tindakan seni yang tidak
sekedar menuntut kemampuan akademik, namun juga sikap totalitas dan perasaan.
Meskipun demikian, antara kemampuan akademik dan perasaan seorang fasilitator
tidak dapat dimungkiri memiliki keterkaitan erat. Kemampuan akademik tentang
ketrampilan memfasilitasi seseorang diyakini mampu memengaruhi perkembangan
kematangan jiwa yang bersangkutan dalam memfasilitasi.
Orang dewasa dengan segala pengalaman yang
dimiliki, telah membentuk karakter pribadi yang unik dan merupakan potensi diri
untuk perkembangan diri ke tahap kematangan selanjutnya. Potensi diri tersebut
akan dapat berkembang melalui situasi proses belajar yang memungkin dirinya
mengeluarkan segala pengalaman dan pikiran-pikiran kritis yang dimiliki.
Seorang fasilitator yang baik harus mampu :
1. Menjaga kelompok tetap fokus pada
tujuan & proses
2. Tetap obyektif
3. Membantu kelompok menentukan arah yang
akan ditempuh dan mencapai tujuan mereka
4. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
5. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar
yang berbeda-beda
6. Sensitif terhadap gender dan budaya
7. Mendorong semua orang berpartisipasi;
setiap orang berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang hanya
berbicara dalam kelompok kecil, tetapi tetap berpartisipasi. Yang lain mungkin
banyak bicara tetapi sedikit kontribusi.
8. Membantu kelompok mentaati waktu
9. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan
10. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan, &
membantu kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya. (Munggoro, D.W. dan
B. Kismadi).
Konsep fasilitasi dan fasilitator sudah
ada sejak lama. Pelatihan pada umumnya tidak sama dengan sekolah formal, dimana
banyak keterbatasan, seperti waktu, biaya, tempat, keadaan peserta (usia, latar
belakang keilmuwan, bidang keahlian, dsb). Dalam mencapai kompetensi yang
diharapkan tidak seperti idealnya sekolah-sekolah formal. Dari keadaan
tersebut, maka perlu adanya strategi tersendiri yang harus digunakan agar
tujuan dapat tercapai sesuai harapan. Ada
dua pelajaran penting yang harus disadari untuk mencapai pengelolaan proses
partisipatif yang efektif. Salah satu kunci utama kesuksesan pengelolaan proses
partisipasi yang efektif adalah niat baik dan kapasitas semua pihak yang
berkepantingan dengan isu yang dibahas. Jika para pihak tidak berpartisipasi
dalam mencari solusi bagi masalah-masalah mereka sendiri atau tidak menjadi
bagaian dalam proses pengambilan keputusan, maka dalam situasai terbaik
sekalipun implementasi akan dilakukan dengan setengah hati, mungkin tidak
dipahami, bahkan kemungkinan besar akan gagal sama sekali.
Kegiatan pelatihan harus dibuat sedemikian
rupa, diantaranya menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman, maka
para peserta dapat :
- menemukenali dan menyelesaikan masalah
- mengatasi konflik-konflik mereka sendiri
- membuat keputusan-keputusan kolektif
- membuat perencanaan bersama
- segera mengatasi persoalan, dan
- mengelola dirinya sendiri.
Prisipnya begini, sebuah gagasan yang
dingkapkan secara sederhana dan menarik akan ditanggapi secara lebih serius
oleh lebih banyak orang. Sedangkan sebuah gagasan yang dinyatakan dengan tidak
jelas atau menyinggung perasaan beberapa pihak akan sulit ditangkap atau
diterima orang lain.
Dalam kebanyakan kelompok, orang biasanya
ingin sekali menyampiakan pendapat, menceritakan gagasan, mendengarkan
pengalaman orang lain dan mencari gagasan-gagasan baru yang menarik. Tetapi
perbedaan kelas dan status sosial di dalam masyarakat akan menyebabkan proses
tersebut tidak berjalan mulus. Misalnya, masyarakat desa lebih memperhatikan
apa yang dikatakan kepala desa dari pada seorang perempuan muda dari kota. Di
sinilah pentingnya teknik-teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator
dapat menjadi pendukung yang kuat bagi kelompok-kelompok ini.
Secara umum, strategi pembalajaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenis,
diantaranya sebagai berikut :
1.
Strategi Pembelajaran Langsung
Merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada fasilitator (teacher
centered approach).
2.
Strategi Pembelajaran dengan
Diskusi
Proses
pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.
3.
Strategi Pembelajaran Kerja
Kelompok Kecil
Mengorganisasikan
peserta pelatihan dalam kelompok kecil merupakan strategi yang banyak dianjurkan
oleh para fasilitator. Strategi ini dapat dilakukan untuk mengajarkan
materi-materi khusus. Merupakan strategi pembelajaran yag berpusat kepada
peserta pelatihan.
4.
Strategi Pembelajaran
Cooperative Learning
Strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang
bisa terdiri 3 sampai 5 orang pesert untuk mempelajari suatu materi akademik
yang spesifik sampai tuntas.
5.
Strategi Pembelajaran Problem
Solving
Teknik untuk
membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran strategi
pemecahan masalah.
Di dalam kurikulum 2013 penilaian merupakan bagian
penting yang sangat ditekankan pelaksanaannya. Penilaian kurikulum 2013
menggunakan penilaian otentik yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan KTSP.
Dimana berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam pembelajaran di kelas.
Penilaian kurikulum 2013 tidak hanya panilian aspek pengetahuan saja, tapi juga
menilai aspek sikap dan keterampilan, yang pada kurikulum KTSP tidak dilakukan.
Penilaian ini mengukur aspek-aspek yang dijelaskan dalam indikator, untuk
dilihat tingkat keberhasilannya setelah pembelajaran. Penilaian kurikulum 2013
menggunakan prisnsip-prinsip sebagai berikut : Objektif, Terpadu, Ekonomis, Transparan,
Akuntabel dan Edukatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penilaian
acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan
sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata,
valid, atau reliabel. Secara konseptual
penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi
belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi
luar sekolah.
No
|
Jenis
Penilaian
|
Pelaku
|
Waktu
|
1
|
Penilaian otentik
|
Guru
|
Berkelanjutan
|
2
|
Penilaian diri
|
Siswa
|
Tiap kali sebelum
ulangan harian.
|
3
|
Penilaian projek
|
Guru
|
Sesuai kebutuhan mapel
|
4
|
Ulangan harian (dapat
berbentuk penugasan)
|
Guru
|
terintegrasi dengan
proses pembelajaran
|
5
|
Ulangan Tengah dan
Akhir Semester
|
Guru (di bawah koord.
satuan pendidikan)
|
Semesteran
|
6
|
Ujian Tingkat
Kompetensi
|
Sekolah (kisi-kisi
dari Pemerintah)
|
Tiap tingkat
kompetensi yang tidak bersamaan dengan UN
|
7
|
Ujian Mutu Tingkat
Kompetensi
|
Pemerintah
|
Tiap akhir tingkat
kompetensi (yang bukan akhir jenjang sekolah)
|
8
|
Ujian Sekolah
|
Sekolah (sesuai dengan
peraturan)
|
Akhir jenjang sekolah
|
9
|
Ujian Nasional sebagai Ujian
Tingkat Kompetensi pada akhir jenjang satuan pendidikan.
|
Pemerintah (sesuai
dengan peraturan)
|
Akhir jenjang sekolah
|
Aspek-aspek Penilaian dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1.
Penilaian Aspek Sikap
a.
Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar
pembelajaran.
b. Penilaian Diri
Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri sebelum ulangan oleh
peserta didik secara reflektif. Penilaian diri merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
c. Penilaian Antarteman atau penilaian teman
sejawat
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian
peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta
didik. Penilaian ini dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran.
d.
Jurnal Catatan Guru atau jurnal pendidik
Jurnal
Pendidik adalah instrumen penilaian yang digunakan untuk menghimpun catatan
pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Jurnal bisa
dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.
2.
Penilaian Aspek Pengetahuan
Aspek Pengetahuan dapat dinilai dengan cara
berikut:
a. Tes tulis; Tes tulis adalah tes yang
soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian.
b. Tes Lisan; Tes lisan berupa
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan peserta didik
merespon pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga menumbuhkan sikap
berani berpendapat. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf.
c. Penugasan; Penugasan adalah penilaian
yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara
individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
3.
Penilaian Aspek Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara
berikut:
a. Penilaian Kinerja; Merupakan suatu
penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi
yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan. Misalnya memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi,
bermain peran, menari, dan sebagainya.
b. Penilaian Projek; Merupakan kegiatan
penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan melakukan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada muatan tertentu secara jelas. Pada penilaian projek setidaknya ada 3
(tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan; Kemampuan
peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data, serta penulisan laporan.
2) Relevansi; Kesesuaian tugas projek
dengan muatan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian; Projek yang dilakukan peserta
didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.
c. Penilaian Portofolio; Portofolio dalam proses penilaian
pembelajaran sering dimaknai sebagai suatu koleksi hasil kinerja peserta didik
berupa artefak yang mengungkapkan tahapan perkembangan. Artefak-artefak itu dihasilkan dari pengalaman
belajar atau proses pebelajaran peserta didik dalam periode waktu tertentu.
Dengan demikian, portofolio dapat diartikan sebagai suatu koleksi pribadi hasil
pekerjaan seorang peserta didik yang menggambarkan taraf pencapaian kompetensi,
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.
Salah satu kompetensi baru pengelolaan khususnya
teknis remedial adalah kompetensi sikap. Kompetensi ini perlu mendapat
perhatian berbeda terhadap kompetensi pengetahuan maupun keterampilan.
Kompetensi ini melekat pada prilaku peserta didik itu sendiri. Penilaiannya
diambil setiap pelaksanaan pembelajaran oleh guru yang mengajar dengan teknik
observasi.
Pelaksanaan remedial kompetensi sikap
dilakukan secara pendekatan khusus dan dilakukan terus-menerus. Peserta didik
yang nilai sikapnya kurang menjadi kewajiban gurunya melakukan pendekatan secara
personal, apa penyebabnya, kemudian dipantau pada pertemuan selanjutnya, kalau
masih diingatkan lagi dengan pendekatan interpersonal, dan seterusnya. Di sini
terjadi proses remedian kompetensi sikap.
Berikut adalah langkah-langkah remedian nilai sikap :
1.
Mengikutkan
pada Kegiatan Bimbingan-bimbingan Rohani
2.
Memantau
Kemajuan Sikap Pada Pertemuan berikutnya
3. Mengambil Nilai Modus Sebagai Nilai Akhir Semester
4. Memasukkan Pada Nilai Rapor
5.
Guru
Mapel Melaporkan Kepada Guru BK
6. Guru BK Memberikan Konsultasi
7.
Menghadap kepada Kepala
Sekolah.
Agar
kegiatan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah maka dirancang dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Pendahuluan
(5’)
|
Tanya Jawab
(45’)
|
Penguatan
(40’)
|
Tugas Kelompok
(135’)
|
Presentasi
(45’)
|
Paparan Konsep
Penilaian
(90’)
|
Gambar 2 Skenario Workshop
Dalam pelatihan ini skenario kegiatannya adalah :
1.
Pendahuluan,
fasilitator memaparkan pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran dan
bagaimana seandainya suatu pembelajaran dilaksanakan tanpa ada penilaian.
2.
Pemberian
materi pengantar, fasilitator memberikan paparan singkat mengenai penilaian
kurikulum 2013, perbedaannya dengan kurikulum KTSP. Fasilitator menjelaskan
prinsip dan pendekatan penilaian dalam kurikulum 2013. Fasilitator menjelaskan
kompetensi yang diukur dalam penilaian kurikulum 2013 dan jenis-jenis penilaian
yang digunakan. Selanjutnya ditampilkan
instrument-instrumen penilaian dan cara pengisiannya.
3.
Pembagian kelompok (menjadi 7
orang), kelompokkan menjadi 2 dan masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi
kelompok kecil dengan jumlah 3 sampai 4 orang. Mereka memberi nama dengan nama yang inovatif dan
duduk dalam satu meja.
4.
Mengerjakan
LK Penilaian dan Rapor, aktivitas selanjutnya yaitu masing-masing kelompok
diberikan format LK penilaian dan Rapor. Dijelaskan secara singkat cara
pengisiannya. Selanjutnya masing-masing kelompok mengisi format penilaian
tersebut. Hasil pengisian dituliskan dalam slide presentasi dan dibuat daftar
nama anggota kelompok.
5.
Presentasi
hasil diskusi kelompok, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di
depan kelas. Disertai dengan tanya jawab antara kelompok yang tampil dan
kelompok-kelompok dalam kelas. Faslitator memberikan penjelasan bagian-bagian
yang kurang dipahami oleh peresta.
6.
Penguatan,
Kegiatan di akhiri dengan penguatan oleh fasilitator terhadap pelatihan secara
umum.
Kegiatan ini diselenggarakan pada Workshop
Penilaian Kurikulum 2013 di KKG Rayon I Dayun Tanggal 28 Oktober 2014 dan dapat
mengikuti agenda yang telah direncanakan. Dari rencana yang telah dibuat, maka
dilaksanakan implementasi kegiatan Workshop penilaian kurikulum 2013 bagi guru
SD, dimana permasalahan penilaian menjadi perbincangan bagi guru, karena tidak lama
lagi sekolah akan melaksanalan ujian akhir semester. Sosialisasi di awal memberikan pengetahuan dasar
kepada peserta dalam memahami materi-materi penilaian. Banyak informasi yang
beredar simpang siur telah membuat sebahagian guru merasa kebingungan mengenai
teknis penilaian yang benar. Dengan pengetahuan awal ini telah membentuk
pemahaman kepada guru sehingga memiliki kesamaan pandangan terhadap materi yang
diberikan.
Materi di awal
mampu mendorong guru untuk berfikir tentang apa yang harus dilakukan dalam
implementasi kurikulum 2013. Guru mendapat bayangan apa-apa yang harus mereka
persiapkan. Materi ini memberikan bekal awal bagi guru dalam memahami materi
yang lebih teknis dalam pelaksanaan penilaian Kurikulum 2013. Sebagian guru
merasa tergerak untuk melakukan praktek pengolahan nilai kurikulum 2013 yang menggunakan
angka-angka berbentuk sampel.
Pada tahap
selanjutnya instrumen pengolahan nilai kemudian dibagikan kepada peserta dan
peserta sangat antusias untuk mengisi instrument tersebut. Peserta dapat
menggunakan peralatan hitung yang dimiliki, seperti kalkulator, laptop maupun
HP yang ada fitur kalkulatornya. Peserta merasa bersemangat dapat mencoba
menghitung langsung, sehingga dapat menanyakan langsung kendala yang dihadapi.
Pemahaman yang telah diperoleh semakin terasa berkesan
setelah dilakukan pengisian instrument pengolahan nilai siswa yang meliputi
Sikap Spiritual, sikap social, pengetahuan dan keterampilan. Peserta pelatihan mulai dapat mengisi instumen
pengolahan nilai siswa, namun ada beberapa peserta masih sedikit kebingungan dalam
menghitung nilai rerata dari setiap nilai KD. Dalam tahap ini fasilitator dapat
memberikan penjelasan mengenai bagian-bagian kesulitan yang dialami oleh
peserta pelatihan. Peserta yang kesulitan dapat langsung berdiskusi dengan
peserta lain yang lebih dulu memahami cara pengisian tersebut.
Kegiatan
selanjutnya yaitu dengan pembuatan deskripsi dari nilai angka yang telah
dihitungnya, menuliskan di dalam lembar kegiatan yang telah disediakan untuk
tiap peserta pelatihan. Sebelumnya fasilitator memberikan pedoman dalam
pembuatan deskripsi nilai. Pembuatan deskripsi ini peserta agak mengalami
kesulitan, namun setelah diberikan penjelasan mereka mulai dapat memahaminya.
Sebagai konfirmasi
jawaban masing-masing peserta pelatihan, maka kegiatan ini dilanjutkan dengan
langkah selanjutnya yaitu presentasi hasil kerja. Beberapa peserta perwakilan
mempresentasikan hasil yang telah dibuat dalam bentuk LK.
Sesi selanjutnya
fasilitator menjelaskan format Rapor kurikulum 2013 dan teknis pengisiannya.
Fasilitator menggunakan format lapor sesuai dengan Permendikbud Nomor 104 Tahun
2014. Agar peserta lebih jelas, fasilitator juga menayangkan contoh pengisian
Rapor.
Kegiatan
terakhir yaitu komentar, pengalaman dan diakhiri dengan penguatan oleh
fasilitator.
IV. Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Secara umum
pelaksanaan berhasil dengan baik, dengan peningkatan pemahaman peserta diklat cukup
signifikan akan materi penilaian kurikulum 2013. Banyak diantara peserta yang
awalnya masih sama-samar pemahamannya dalam penilaian meskipun telah didiklat
selama 5 hari. Peserta merasa kebingungan tentang penilaian sikap dan cara
melakukan remedialnya. Peserta tidak yakin dapat menilai sikap masing-masing peserta
dengan jumlah siswa yang begitu banyak. Dengan diskusi dan penjelasan dari
fasilitator peserta mulai memahami teknis penilaian sikap tersebut.
Peserta
diberikan penjelasan tentang dasar-dasar penilaian pada kurikulum 2013 hingga
pengisian rapor. Pada awalnya peserta merasa kebingungan dalam mengisi rapor
terutama dalam pembuatan deskripsi. Dengan penjelasan lisan peserta masih belum
cukup. Setelah mengerjakan tugas LK, peserta baru mulai memahami dengan
gamblang. Peserta merasa pemahamannya lebih utuh ketika dilakukan kegiatan
pengisian lembar kegiatan (LK) pengolahan nilai.
Kegiatan
pengolahan nilai menggunakan LK mampu memberikan kompetensi keterampilan kepada
peserta pelatihan dalam mengolah nilai rapor. Nilai hasil olahan selanjutnya
diisikan ke dalam format Rapor Kurikulum 2013. Praktek pemasukan hasil olahan
nilai ke dalam format Rapor menambah keutuhan pemahan peserta terhadap
kurikulum 2013. Tingkat kepuasan peserta cukup baik dan banyak
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator. Dimana fasilitator
memberiakan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung melakukan evaluasi
pemahaman peserta pelatihan. Ternyata sebahagian pesert diklat dapat
menjawabnya dengan baik dan benar.
4.2 Saran
Pelatihan
kurikulum 2013 tentang penilaian cukup efektif menggunakan pola pendekatan
praktek dengan LK. Sebaiknya setiap peserta diberikan kesempatan untuk mencoba
mengisi LK dan mengeksplorasi dari sumber-sumber dari soft copy. Dengan
demikian maka pelaksanaan pelatihan dapat lebih optimal.
V. Daftar
Literatur
1. Anonymous,
2014, Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapor di SD, Kemendikbud, Jakarta.
2. Anonymous, 2013, Salinan Permendikbud No. 66
th 2013 ttg Standar Penilaian, Jakarta.
3. Anonymous,
2014, Permendikbud No. 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum SD, Jakarta.
4.
Mushlihin,
2013, Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model
Pembelajaran,
https://www.mushlihin.com/2013/10/education/perbedaan-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.php,
13 November 2014.
5. Munggoro,
D.W. dan B. Kismadi, Beberapa Teknik Fasilitasi,
http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_kebijakan/untuk_cso/file/108.pdf,
13 November 2014.
6. Shadiq
F., Deduksi Atau Penalaran Deduktif: Kelebihan Dan Kekurangannya,
https://fadjarp3g.wordpress.com/2008/06/17/penalaran-deduktif-kelebihan-dan-kekurangannya/,
2014.Catatan: Sebagian gambar diambil dari google
No comments:
Post a Comment