Bapak
dan ibu pengunjung blog menulis bersama aswir. Atikel ilmiah kali ini kita
menampilkan artikel yang di tulis Pak Warsito. Artikel ilmiah ini sudah dijadikan
bahan untuk naik pangkat oleh beliau dan sudah memenuhi syarat dan sudah
dinilai. Dan ini sengaja saya muat dalam blog ini untuk bapak ibu guru yang mencari contoh artikel
ilmiah yang memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat
PELATIHAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN METODE
PARTISIPATORI
Disusun Oleh :
WARSITO
(warsito_w@yahoo.com)
ABSTRAK
Kualitas pendidikan suatu bangsa
menentukan kemakmuran bangsa tersebut. Peningkatan kualitas pendidikan dapat
diawali dengan meningkatkan kompetensi kepala sekolah. Perlu metode yang tepat
dalam melatih kepala sekolah. Metode partisipatori cukup cocok untuk diterapkan
dalam pelatihan kepala sekolah/madrasah.
Dalam pelatihan ini digunakan
metode partisipatori dengan pola In-On-In yang mana pelatihan ini didampingi
oleh pengawas sekolah. Dari hasil evaluasi pre test dan post test yang
didapatkan bahwa peserta mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan
yang signifikan. Dari hasil evaluasi tingkat kepuasan (smiley face dan bull eyes)
peserta cukup puas dengan metode dan pendekatan partisipatori. Dari evaluasi
pelaksanaan diklat peserta menunjukkan dampak positif terhadap pendekatan dan
metode yang diterapkan dalam pelatihan.
Kata Kunci : Pelatihan
Manajerial, Kepala Sekolah, Metode Partisipatori.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan suatu bangsa
sangat berpengaruh terhadap kemakmuran bangsa tersebut. Bangsa-bangsa yang maju
seperti Jepang, Turki, mereka sangat menjunjung tinggi pendidikan dan
menghargai guru. Sebaliknya bangsa-bangsa yang meremehkan guru dan mencabuli
pendidikan mereka sering terpuruk dengan berbagai kebobrokan di segala bidang.
Dalam agama Islam juga diperintahkan dalam sebuah hadits bahwa barang siapa
ingin selamat di dunia maka bekali dengan ilmu, barang siapa yang ingin selamat
di akhirat, maka bekali pula dengan ilmu, dan barang siapa ingin bahagia dunia
dan akhirat maka juga berbekallah dengan ilmu.
Kepala sekolah memiliki peranan
yang besar terhadap kualitas pendidikan suatu sekolah. Peran dan pengaruh
kepala sekolah mampu mempengaruhi guru-guru dalam sekolah tersebut. Ketika
kepala sekolah bisa berbuat arif dan bijaksana serta visioner dalam memimpin
sekolah maka guru dan tenaga kependidikan menjadi naik kinerjanya sehingga
sekolah cepat menjadi maju serta siswa-siswinya menjadi berprestasi.
Gambar 1 Pelatihan PKB Kepala Sekolah/Madrasah In-1 di LPMP Riau
Agar pendidikan di indonesia
dapat ditingkatkan, maka perlu peningkatan kompetensi kepala sekolah secara
berkelanjutan. Peningkatan kompetensi kepala sekolah akan memberi kontribusi
yang sangat besar pada kemajuan sekolah. Pelatihan kepada sekolah memerlukan
metode yang tepat agar dapat langsung diterapkan di sekolah. Kompetensi berupa
kemampuan teori dan praktek yang meliputi kompetensi kurikulum dan manajerial
yang menjadi kompetensi dasar dalam pengelolaan sekolah.
Kendala-kendala dalam peningkatan
kompetensi kepala sekolah antara lain : adanya berbagai kesibukan tugas kepala
sekolah yang sulit untuk ditinggalkan, sebahagian diantara kepala sekolah sudah
berumur sehingga agak sulit untuk mempelajari hal-hal yang baru, sebagian diantara
kepala sekolah tidak menguasai Teknologi Informasi (TI) sehingga sulit
menggunakan media pelatihan berbasis TI, dan sebahagian kepala sekolah tidak
terbiasa mengerjakan tugas-tugas karena mereka memiliki staf administrasi
ketika dalam pelatihan mereka kesulitan mengerjakan tugas.
Melihat kondisi demikian maka
perlu adanay pendekatan khusus dalam pelatihan kepala sekolah. Perlu adanya
metode yang tepat untuk pelatihan kepala sekolah. Salah satu metode yang cukup
tepat dalam kepala sekolah adalah metode partisipatori, yang akan diterapkan
dalam pelatihan kepala sekolah.
B. Tujuan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melihat pengaruh
penggunaan metode partisipatorik dalam pelatihan kepala sekolah SD/MI di kota
Dumai.
C. Batasan
Masalah
Dalam penulisan karya ilmiah ini permasalahan dibatasi pada penggunaan
metode partisipatorik dalam pelatihan PKB kepala sekolah SD/MI.
II. Kajian Teori
A. Peran Kepala
Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran
Kepala sekolah merupakan guru
yang mendapat tugas tambahan sebagai pemimpin sekolah. Jabatan kepala sekolah
merupakan jabatan yang sangat strategis, karena menjadi salah satu faktor yang
sangat menentukan dalam keberhasilan di
satuan pendidikan.Beberapa pendapat menunjukkan bahwa sekolah yang berhasil
dalam dalam meningkatkan mutu sekolah merupakan hasil dari tindakan kepala
sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Demikian pula, keberhasilan peserta
didik dalam pembelajaran ditentukan oleh guru yang prefesional, tidak akan
terjadi sekolah yang berkualitas
dipimpin oleh kepala sekolah yang tidak berprestasi.
Kompetensi tersebut menegaskan
bahwa menjadi kepala yang berhasil perlu ditunjang dengan kepribadian yang
tangguh, ilmu pengetahuan dan keterampilan menerapkan ilmu pengetahuan yang
unggul, serta memiliki keterampilan
dalam merencanakan, melaksanakan, mensupervisi, dan mengevaluasi program. Yang
tidak kalah penting mejadi kepala sekolah profesional memiliki kapasitas
sebagai pemimpin pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas,
maka makalah ini akan membahas bagaimana peranan kepala seolah sebagai pemimpin
pembelajaran.Sebelum membahas tentang
peran kepemimpinan dalam pembelajaran terlebih dahulu kita akan
memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan
adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan
adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk
berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif
ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan
pengertian peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang
dalam posisi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dibuat simpulan bahwa kepemimpinan pembelajaran adalah tindakan yang dilakukan
kepala dengan maksud untuk mempengaruhi, menggerakan, dan mengembangkan
lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada akhirya
mampu menciptakan kondisi belajar peserta didik meningkat. Secara implisit
definisi ini mengandung maksud bahwa kepemimpinan pembelajaran merupakan
tindakan yang mengarah pada terciptanya iklim sekolah yang mampu mendorong
terjadiya proses pembelajaran yang optimal
B. Program Peningkatan
Kompetensi Kepala Sekolah
Syarat mutlak terciptanya
organisasi pembelajar adalah terwujudnya masyarakat pembelajar di tubuh
organisasi tersebut. Hal ini mudah dipahami, mengingat kinerja suatu organisasi
adalah merupakan produk kinerja kolektif semua unsur di dalamnya, termasuk
sumber daya manusia. Dalam konteks sekolah, guru secara individu maupun secara
bersama-sama dengan masyarakat seprofesinya, harus menjadi bagian dari
organisasi pembelajar melalui keterlibatannya secara sadar dan sukarela serta
terus menerus dalam berbagai kegiatan belajar guna mengembangkan
profesionalismenya.
Salah satu bentuk aktualisasi
tugas guru sebagai tenaga profesional adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang dan peraturan pemerintah ini
diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu mengembangkan keprofesiannya
secara berkelanjutan. Pelaksanaan program pengembangan keprofesian
berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik,
profesional, sosial dan kepribadian
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan
profesinya sebagai guru.
Kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan
hasil penilaian kinerja guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila
hasil penilaian kinerja guru masih berada di bawah standar kompetensi yang
dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, maka guru diwajibkan untuk
mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan yang diorientasikan
sebagai pembinaan dalam pencapaian standar kompetensi guru. Sementara itu, guru
yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang
dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan diarahkan kepada pengembangan kompetensi untuk memenuhi layanan
pembelajaran berkualitas dan peningkatan karir guru.
Pengembangan keprofesian
berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, secara bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitas guru. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan, dan
memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional. Pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.
Dalam sistem Pembinaan dan
Pengembangan Profesi Guru, sebagai langkah awal pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan profesionalisme guru, akan dilakukan pemetaan profil kinerja guru
dengan menggunakan instrumen evaluasi diri pada awal tahun pelajaran, yang
hasilnya digunakan sebagai acuan dalam merencanakan program pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang akan dilaksanakan sepanjang tahun pelajaran.
Pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan dilakukan terhadap guru yang
telah maupun belum mencapai standar yang ditetapkan. Setiap akhir tahun
pelajaran, dilakukan penilaian kinerja guru, dimana hasilnya merupakan gambaran
peningkatan kompetensi yang diperoleh guru setelah melaksanakan pengembangan
keprofesian berkelanjutan pada tahun berjalan dan sekaligus digunakan sebagai dasar
penetapan angka kredit unsur utama dari sub-unsur pembelajaran/bimbingan pada
tahun tersebut. Hasil penilaian kinerja guru tahun sebelumnya dan dilengkapi
hasil evaluasi diri tahun berjalan, selanjutnya digunakan sebagai acuan
perencanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk tahun berikutnya.
C. Pentingnya
Metode Pembelajaran dalam Keberhasilan Pelatihan
Efektifitas pelaksanaan suatu
diklat dipengaruhi oleh pelaksanaan seluruh komponen yang membentuknya. Salah
satu komponennya adalah bagaimana bentuk Perencanaan dan Pengembangan Diklat,
termasuk kurikulum yang telah disusun oleh pengelola diklat dan
pelaksanaannya oleh penyelenggara
diklat.Kurikulum yang baik disusun bersama-sama dengan penyelenggara dan
Widyaiswara berdasarkan Analisa Kebutuhan Diklat yang telah ada.
Widyaiswara dalam menentukan
Strategi Metode Pembelajaran sangat mempengaruhi efektifitas pembelajaran untuk
mencapai keberhasilan Diklat. Seorang Widyaiswara harus menguasai komunikasi,
baik lisan maupun dengan menggunakan bahasa tubuh dan memiliki kepekaan dalam
proses pembelajaran. Kita ketahui kurikulum menjadi pusat perhatian Widyaiswara
karena Widyaiswara yang banyak memainkan peran pada subsistem kurikulum. Metode
yang digunakan dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tercapainya
tujuan pembelajaran,terutama tujuan untuk mendapatkan perubahan prilaku akhir
dari peserta diklat. Ketika Metode Pembelajaran dipilih dan ditetapkan
sebaiknya didiikuti oleh alat bantu apa yang sesuai dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Tidak kalah penting, lay out susunan kursi harus disesuaikan
dengan Metode Pembelajaran yang digunakan. Ternyata Metode yang tepat dan alat
bantu yang sesuai dapat menambah daya tarik dan minat dari peserta untuk
mendalami lagi materi yang disampaikan oleh Widyaiswara.
Kemampuan Widyaiswara
sangat menentukan dalam menggunakan metode dan alat bantu pembelajaran
tersebut. Penggunaan Metode Pembelajaran yang tepat dapat meningkatan
efektifitas pembelajaran.Tentunya metode pembelajaran dipilih yang sesuai dengan
jenis diklat dan tujuan diklat. Metode
Teknik Moderasi misalnya,dapat digunakan
dalam pembelajaran.Metode ini dapat menarik minat peserta, selain kertas yang
digunakan bewarna juga berpengaruh terhadap daya serap peserta. Dengan melihat
susunan kertas-kertas di dinding, peserta dapat membayangkan lagi apa saja yang
telah dilihatnya. Ternyata daya tangkap lebih tinggi dengan cara melihat dibanding mendengar.
Selain itu, peserta juga tanpa sadar telah melakukan Mind Mappingsehingga bisa
membayangkan kembali apa yang telah dilihat dan dibacanya sehingga dapat
terekam lama dalam fikirannya. Keunggulan metode ini juga dapat mengatasi rasa
jenuh dan penasaran bagi peserta, selain itu juga dapat digunakan apabila
ruangan tanpa aliran listrik.Namun, pemilihan Metode Pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan Diklat, agar tercapai keberhasilannya.
Dalam hal ini diharapakan agar
para Widyaiswara yang akan mengajar, terlebih dahulu harus mengetahui tujuan
diklat dan dapat memilihserta menggunakan penerapan strategi dalam metode yang
tepat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih effektif dan keberhasilan
Diklat dapat tercapai.
Metode Pembelajaran yang
diterapkan pada orang desawa lebih kepada pembelajaran partisipatif dan ini
merupakan fenomena yang sedang tumbuh dan berkembang saat ini baik pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah.Prinsip pembelajaran
partisipatif bertitik tolak pada peran peserta dan berdasarkan kebutuhan
belajar.
Sesuai dengan perkembangan hidup
manusia,bertambahnya umur dan pengalaman, manusia dewasa mengikuti diklat lebih
pada mengembangkan ilmu pengetahuan dan berorientasi pada pemecahan
masalah. Dalam pendidikan dan pelatihan, bukan saja
meningkatkan pengetahuan, tetapi dapat juga mengembangkan sekaligus dapat
memecahkan masalah dalam kehidupan pribadi maupun oraganisasi. Oleh karena itu
metode pembelajaran yang digunakan pada pendidikan orang dewasa harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan
diklat.
Dalam menentukan metode
pembelajaran,seorang widyaiswara sebaiknya mendapat informasi dari
penyelenggaratentang siapa calon peserta, jumlah peserta dan tujuan diklat,
sehingga widyaiswara yang akan mengajar telah mempersiapkan diri
mulai dari bahan ajar, metode pembelajaran termasuk perlengkapan bahan
dan alat pendukung.
Pemilihan strategi pembelajaran berdasar kondisi orang dewasa
dan disesuaikan dengan kapasitas peserta apakah diklat itu diperuntukkan bagi
para staf ataukah bagi level pimpinan.Peserta adalah orang dewasa yang
mempunyai berbagai latar belakang pendidikan,pengalaman dan berbagai tingkat
umur.Pembelajaran orang dewasa tidak akan mungkin berkembang apabila
meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan
diri sendiri. Penggunaan metode pembelajaran
yang partisipatif yaitu memiliki potensi dan gaya belajar dengan
melibatkan aktivitas mental dan fisik, dapat berpartisipasi untuk saling
belajar, belajar sebagai wahana demokratisasi dan saling menghargai kebersamaan
dan perbedaan serta mampu menggunakan metode pembelajaran berdasarkan pengalaman
belajar.Sehingga perlu kejelian dalam menentukan dan memilih metode
pembelajaran untuk keberhasilan diklat.
Untuk orang dewasa dengan level
staf, pemilihan metode pembelajaran berbeda dengan orang dewasa dengan level
pimpinan. Selain itu pemilihan alat bantu pembelajaran dapat dilihat dari usia
rata-rata peserta.Apa yang dikatakan Verner dan Davidson dalam Lunandi
(1987),faktor yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang
dewasa dalam suatu pendidikan dan pelatihan. Keadaan ini akan berimplikasi pada
pemilihan metode dan teknik pembelajaran dan alat bantu pembelajaran. Pemilihan
metode pembelajaran juga dilihat dari
maksud dan tujuan Diklat misalnya untuk
mengubah prilaku akhir atau untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif
serta psikomotoriknya. Metode-metode pembelajaran dalam penggunaanya
mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Widyaiswara sangat berperan dalam menentukan dan menggunakan
variasi dari beberapa metode pembelajaran dalam sebuah Diklat. Dengan pemilihan
metode pembelajaran yang tepat untuk peserta dengan mempertimbangkan baik dari
sisi umur dan kapasitas peserta serta tujuan pembelajaran, maka pembelajaran
menjadi efektif dan keberhasilan diklat akan tercapai.
D. Metode
Partisipatori
Pembelajaran partisipatori merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan pada pelibatan siswa untuk berpartisipasi
dan ikut menentukan berbagai aktivitas pembelajaran. Setiap siswa adalah subjek
yang kepentingannya perlu diperhatikan dan diakomodasi dalam proses
pembelajaran. Pelibatan siswa dalam perencanaan dan penentuan berbagai pilihan
tindakan pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan komitmen siswa untuk
menekuni setiap tugas pembelajaran. Di samping itu, penggunaan strategi ini
dapat mendorong berkembangnya jiwa demokratis serta kemampuan mengemukakan dan
menerima pendapat orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran
partisipatori dapat ditempuh melalui strategi sebagai berikut:
a. Libatkan siswa dalam membuat perencanaan dan pilihan tindakan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran. Misalnya, dalam memutuskan mengenai
strategi dan alat-alat pembelajaran, cara-cara menyelesaikan tugas, bentuk dan
tugas kelompok, ataupun ketentuan-ketentuan lain yang diperlukan.
b. Gunakan berbagai teknik, seperti brainstorming, meta-plan, diskusi kelompok
fokus untuk mendorong semua siswa mengemukakan ide dan pendapat masing-masing.
c. Evaluasi setiap alternatif berdasarkan kelayakan (kemampuan, sumber
daya, waktu, fasilitas), kemudian sepakati pilihan yang dapat diterima semua
pihak. Dimungkinkan setiap individu atau kelompok memilih caranya masing-masing
untuk mencapai tujuan sepanjang berkontribusi pada pencapaian tujuan
pembelajaran.
d. Dorong siswa melaksanakan alternatif tindakan secara konsisten,
namun tetap memberi peluang dilakukannya refleksi, revisi, dan perubahan
rencana tindakan
III. Desain
Pelatihan
Pelatihan didesain dengan metode
partisipatori, dimana peserta mendapat kesempatan besar untuk perpartisipasi
secara aktif selama kegiatan pelatihan. Dalam melaksanakan kegiatan peserta menggunakan
buku panduan berupa Bahan Pembelajaran Utama (BPU) yang telah disusun dengan
pendekatan andragogi.
Pola Pelatihan PKB Kepala
Sekolah/Madrasah adalah In-On-In dengan lama waktu pelatihan sekitar 150 JP (1
JP = 45 Menit).
|
|
||||||||||
|
|||||||||||
Gambar 2 Pola Pelatihan PKB Guru SD/MI
Pada kegiatan In Service Learning 1 (IN-1) peserta
diberi pembekalan dengan pola pelatihan yang akan diikuti, metode belajar dan
target-target yang harus dicapai. Materi kedua yaitu pembekalan konsep mengenai
BPU yang diambil. Sistem pembekalan dengan
menggunakan buku BPU yang sudah dirancang untuk belajar mandiri dengan
bimbingan pengawas sekolah. Kegiatan In-1 mengerjakan penugasan dalam buku
sekitar 10 sampai 20 Kegiatan sesuai dengan BPU yang diambil. Kegiatan In-1
selama 5 hari dilaksanakan di LPMP Propinsi Riau dengan fasilitator dari
Widyaiswara LPMP Riau.
Setelah Kegiatan In-1 selesai
peserta yang terdiri dari kepala sekolah kembali ke tempat tugas masing-masing
untuk melaksanakan kegiatan On Job
Learning (ON). Kegiatan ini dilaksanakan selama kurang lebih 1,5 bulan.
Peserta langsung mempraktekkan apa yang telah mereka pelajari di sekolah tempat
bertugas. Kegiatan ini didampingi oleh Pengawas Sekolah. Kegiatan ini memiliki
bobot sekitar 100 JP yang dilangsungkan dalam waktu kurang lebih 1,5 bulan.
Kegiatan ini didampingi oleh pengawas sekolah. Adapun fasilitator dari
Widyaiswara LPMP melakukan Monitoring sebanyak 3 (tiga) kali, untuk memastikan
kegiatan dapat berjalan sesuai rencana. Selama kegiatan ON ini peserta
mengerjakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam buku BPU dan mendokumentasikan
dalam bentuk tagihan dan laporan.
Kegiatan selanjutnya yaitu IN-2.
Pada kegiatan ini peserta pelatihan kembali dikumpulkan di LPMP Riau untuk
melakukan sharing dan penilaian dari hasil kegiatan ON. Masing-masing peserta
mempresentasikan hasil kerjanya selama ON. Kegiatan ini berlangsung selama
kurang lebih 3 hari di LPMP Riau.
IV. Hasil dan
Pembahasan
Kegiatan pelatihan PKB ini
diselenggarakan selama bulan Oktober s.d Desember 2014. Peserta mengikutinya
dengan cukup antusias, dengan didampingi oleh pengawas pembina masing-masing. Selama
kegiatan ini evaluasi terus dijalankan untuk memastikan kualitas pelatihan
dapat terjaga dengan baik.
Dari hasil wawancara dengan
peserta diklat merasa cukup senang dengan pola pelatihan ini yang memberikan
pengalaman langsung kepada mereka untuk melakukan implementasi di tempat tugas.
Peserta juga mendapatkan kesempatan mendapat bimbingan dan arahan dari pengawas
pembina mereka. Selain itu juga mereka dapat berbagi pengetahuan kepada sesama
peserta dalam mengimplementasikan di lapangan.
Selama program ini peserta
diberikan test diantaranya Pre Test saat IN-1 dan Post Test saat IN-2. Hasil
evaluasi pemahaman peserta diklat melalui Pre Test saat In-1 dan Post Test saat
In-2 untuk BPU supervisi akademik ditunjukkan pada tabel 1 :
Tabel
1 : Peserta Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
BPU
Supervisi Akademik, Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2014
NO
|
NAMA PESERTA
|
JENIS KELAMIN
|
PRE TEST IN-1
|
POST TEST
IN-2
|
PENINGKATAN
|
1
|
Peserta 1
|
P
|
20
|
47
|
27
|
2
|
Peserta 2
|
P
|
26,67
|
53
|
27
|
3
|
Peserta 3
|
P
|
40
|
60
|
20
|
4
|
Peserta 4
|
P
|
40
|
60
|
20
|
5
|
Peserta 5
|
L
|
46,67
|
67
|
20
|
6
|
Peserta 6
|
L
|
53,33
|
67
|
13
|
7
|
Peserta 7
|
P
|
6,67
|
20
|
13
|
8
|
Peserta 8
|
L
|
40
|
47
|
7
|
9
|
Peserta 9
|
L
|
40
|
47
|
7
|
10
|
Peserta 10
|
L
|
46,67
|
53
|
7
|
11
|
Peserta 11
|
P
|
46,67
|
53
|
7
|
12
|
Peserta 12
|
P
|
53,33
|
53
|
0
|
13
|
Peserta 13
|
P
|
53,33
|
53
|
0
|
14
|
Peserta 14
|
L
|
40
|
40
|
0
|
15
|
Peserta 15
|
L
|
40
|
40
|
0
|
16
|
Peserta 16
|
L
|
53,33
|
47
|
-7
|
17
|
Peserta 17
|
P
|
53,33
|
47
|
-7
|
18
|
Peserta 18
|
P
|
26,67
|
20
|
-7
|
19
|
Peserta 19
|
L
|
40
|
20
|
-20
|
20
|
Peserta 20
|
L
|
46,67
|
20
|
-27
|
|
RERATA
|
|
40,67
|
45,67
|
|
Dari hasil tersebut jika direkap
maka banyaknya peserta yang mengalami kenaikan nilai adalah :
Tabel 2 : Perbandingan Nilai Peserta Diklat PKB Kepala Sekolah/Madrasah
PERBANDINGAN
NILAI (PRETEST - POST TEST)
|
JUMLAH
PESERTA
|
Meningkat
|
11
|
Tetap
|
4
|
Menurun
|
5
|
Gambar 3 : Grafik Perbandingan Nilai Peserta Diklat PKB Kepala
Sekolah/Madrasah
Data selama pelatihan dilihat
perkembangan menggunakan beberapa instrumen, diantaranya :
1. Smiley Face
Secara umum tingkat kepuasan peserta Diklat PKB KS/M
In-2 Kelas Rokan Hulu Angkatan I menunjukkan adanya peningkatan dari pertama
dan hari kedua. Hal ini diduga pada hari pertama peserta baru sampai sehingga
masih cukup lelah setelah melakukan perjalanan dari kabupaten/ kota bertugas.
Hari kedua peserta sudah mulai nyaman dengan mengikuti kegiatan diklat.
2. Bull Eyes
Secara umum perkembangan kepuasan peserta diklat dari hari
pertama sampai hari terakhir menunjukkan peningkatan, yang ditandai dengan
semakin dekatnya sebaran titik-titik yang dituliskan oleh peserta diklat
meliputi beberapa aspek, seperti: relefansi materi, ketepatan waktu
pelaksanaan, metode fasilitasi oleh fasilitator, ketersediaan ATK, ketersediaan
sumber belajar, media pembelajaran dan konsumsi peserta diklat.
3.
Evaluasi Pelaksanaan Diklat
Secara umum pelaksanaan diklat berjalan dengan lancar
dan peserta mengikutinya dari awal hingga akhir dengan antusias. Mengenai
tempat pelatihan peserta adanya sedikit keluhan tentang air untuk mandi dan
listrik yang terkadang mati.
4.
Pre-test
dan post-test
Untuk tingkat pembelajaran, hasil t-test dari nilai pre
test (In-1) dan post test (In-2) kegiatan PKB Kepala Sekolah Kelas Kabupaten
Rokan Hulu Program ProDEP di LPMP Riau secara keseluruhan sebagai berikut bahwa
dari hasil nilai T-Test kelas sebesar 0,392695347 yang menunjukan tidak terjadi
peningkatan belajar didalam kelas dengan keyakinan 95%. Hal ini diduga karena pola
diklat In-2 yang lebih banyak presentasi hasil OJL sehingga peserta diklat
kurang membahas masalah konsep.
V. Penutup
A. Kesimpulan
Metode partisipatori cukup baik
untuk diterapkan dalam pelatihan PKB Kepala Sekolah/Madrasah SD/MI di Kabupaten
Rokan Hulu. Pada kesempatan ini peserta dapat mengekspresikan pengetahuan dan
pengalamannya dalam kegiatan pelatihan serta dapat bimbingan dari pengawas
pembina. Pelaksanaan pelatihan secara umum berlangsung dengan baik dan
menunjukkan peningkatan yang signifikan bagi perserta pelatihan. Materi yang
dipelajari cukup relevan dengan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah di
lapangan.
Secara umum peserta cukup
tertarik dengan pola pelatihan ini dan mereka mendapat ilmu yang relevan dengan
tugas pokok di tempat mereka bertugas.
B. Saran
Sebaiknya metode partisipatori
dapat diterapkan kepada pelatihan-pelatihan lain yang lebih aplikatif berkaitan
dengan tugas sehari-hari bagi peserta diklat.
VI. Daftar
Literatur
1. Anonymous, 2014, Peranan Kepala Sekolah
sebagai Pemimpin Pembelajaran,
http://wacana.siap.web.id/2014/07/peranan-kepala-sekolah-sebagai-pemimpin-pembelajaran.htm
2. Anonymous, 2012, Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru,
Kemendikbud, Jakarta.
3. Anonymous, 2014, Buku Pegangan
Pengawas, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.
4.. Anonymous, 2014, Modul Pelatihan,
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan, Jakarta.
5. Kuswanto, G., 2014, Penerapan Pembelajaran
Aktif Dalam Keberhasilan Diklat, http://www.banyumaskab.go.id/read/1135/penerapan-pembelajaran-aktif-dalam-keberhasilan-diklat.
6. Anonymous, 2014,
http://www.tuanguru.com/2012/08/strategi-pembelajaran-partisipatori.html
7. Anonymous, 2014, Kriteria Pemilihan Dan
Penggunaan Metode Mengajar, http://stochert.blogspot.com/2013/04/kriteria-pemilihan-dan-penggunaan_3.html.
No comments:
Post a Comment