DISUSUN OLEH:
M.J. Dewiyani S
Tri Sagirani
PROGRAM STUDI S1 SISTEM
INFORMASI
STMIK SURABAYA
ABSTRAK
Permasalahan pada dunia pendidikan saat ini muncul disebabkan
oleh karena tuntutan masyarakat yang semakin kompleks terhadap
pendidikan tinggi untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi insan utuh. Perguruan
Tinggi tidak cukup hanya mempersiapkan kemampuan dari segi materi (hard skills) saja, tetapi juga
mempersiapkan perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja, soft skills, juga harus dipersiapkan. Dari segi hard skills, pemecahan masalah (problem solving)
merupakan salah satu bagian penting dari
matematika karena dengan kemampuan memecahkan masalah yang didapat, peserta
didik dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun, karena sifatnya yang abstrak
menyebabkan pemecahan masalah ini sering dianggap sulit oleh mahasiswa.
Berdasarkan penelitian terdahulu, Dewiyani (2010), menemukan bahwa salah satu
cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, yaitu dengan mengenal proses berpikir
mahasiswa yang digolongkan berdasar tipe kepribadian dalam memecahkan masalah.
Dengan
memanfaatkan hasil tersebut, dan melalui metode
kualitatif dan pengembangan, penelitian kali ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
atribut soft skills mahasiswa berdasar
tipe kepribadian. Hal ini dimungkinkan,
karena dengan tipe kepribadian yang berbeda, akan membawa pengaruh pada perilaku personal
maupun interpersonal yang berbeda, yang menjadi unsur penting dalam
pengembangan kinerja. Ini berarti bahwa profil proses berpikir juga akan
berpengaruh terhadap perilaku personal maupun interpersonal mahasiswa.
Temuan
yang didapat dari kajian ini menunjukkan bahwa atribut soft skills setiap tipe kepribadian berbeda, dan dapat ditingkatkan
melalui model pembelajaran yang mengedepankan pemahaman profil proses berpikir
berdasar penggolongan tipe kepribadiannya. Berdasar hasil temuan yang didapat, diusulkan agar model pembelajaran ini
dapat diperluas pada mata kuliah yang lain.
Kata kunci : model pembelajaran, meningkatkan soft skills, profil proses berpikir,
pemecahan masalah matematika, tipe kepribadian
ABSTRACT
The
Problems in education today is arise because an increasingly complex society
demands of higher education in preparing students to become fully human. Higher
Education is not only to prepare in terms of material capabilities (hard
skills), but also the demands on personal behaviors and interpersonal skills to
develop and maximizing performance, soft skills, should also be prepared. In
terms of hard skills, problem solving (problem solving) is one important part
of mathematics because by problem-solving skills, learners can use it to solve
problems in everyday life. However, because of its abstract, problem solving is
often considered to be difficult by students. Based on earlier research,
Dewiyani (2010), found a way to overcome
this difficulty, that is by knowing the thought process of students classified based
on personality types in solving problems.
By utilizing these results, and
through a qualitative and development method, this study aims to develop
learning models that can improve soft skills of students based on the
attributes of personality types. It is possible, because with a different
personality types, it will take effect on the behavior of different personal
and interpersonal, that become an important element in the development of
performance. It means that the profile of the thinking process will also affect
the personal and interpersonal behaviors of students.
The findings obtained from this
study indicate that the soft skills of each attribute is different for every
personality type, and can be enhanced through
learning model that emphasizes understanding the thinking process profile based
on classification of personality type. Based on the findings obtained, it is
proposed that this learning model can be expanded to other courses .
Key words :
learning models, enhance soft skills, profiles of the thinking process, solving
mathematical problems, personality type.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keprihatinan
dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi saat ini terletak pada kurangnya
sinergi antara perguruan tinggi dalam mempersiapkan tenaga kerja dan perusahaan
sebagai pengguna, yang disebabkan oleh karena kurangnya kesadaran perguruan
tinggi pada kebutuhan perusahaan dalam penyediaan sumber daya manusia yang
mumpuni. Saat ini telah ditemukan, penyebab utama kegagalan dalam bekerja diantaranya
disebabkan karena lulusan perguruan tinggi sebagian besar tidak menguasai
beberapa ketrampilan seperti kejujuran, kemampuan bekerja sama, kemampuan
mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah dan lain sebagainya.
Kemampuan-kemampuan tersebut memang luput diajarkan oleh perguruan tinggi, dan
baru disadari dalam dekade terakhir. Padahal, menurut survey yang diadakan oleh
National Assocation of Colleges and
Employers (NACE) pada tahun 2002 di Amerika Serikat (dalam Szul, 2002), dari
hasil jajak pendapat pada 457 pengusaha diperoleh kesimpulan bahwa Indeks
Prestasi hanyalah menempati urutan 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting
dari seorang lulusan universitas. Kualitas-kualitas yang tidak terlihat
wujudnya (intangible) ternyata lebih
diperlukan. Seseorang dengan kemampuan yang luar biasa, namun tidak memiliki
kemampuan bekerja sama, misalnya, akan sangat menyulitkan bagi organisasi
tersebut. Kemampuan seperti disebut di atas, dikenal dengan nama soft skills.
Demikian
pentingnya soft skills bagi seorang
lulusan perguruan tinggi saat bekerja, maupun berwiraswasta, menyebabkan
perguruan tinggi saat ini mulai berusaha untuk mengajarkan soft skills kepada mahasiswanya, meskipun banyak diantaranya
belum bersistem. Pada penelitian ini, soft
skills akan diimplementasikan dengan sistem, yang dikenal sebagai soft skills management system. Pada soft skills management system,
pencapaian soft skills yang diharapkan
harus direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, agar dapat terlihat dengan
jelas arah perkembangan dan pencapaiannya.
Di
lain pihak, sebagai pengajar tentu menyadari bahwa setiap peserta didik
mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga cara belajar maupun atribut soft skills yang dimiliki juga tergantung dari karakter masing-masing.
Perbedaan ini oleh para ahli psikologi
diyakini akibat perbedaan tipe kepribadian. Pada penelitian ini akan digunakan penggolongan
tipe kepribadian berdasarkan David Keirsey, yang membagi tipe kepribadian
menjadi 4 tipe yaitu tipe Rational, Idealis, Artisan dan Guardian.
Dengan
menggabungkan penelitian yang dilakukan
oleh Dewiyani (2010) maka penelitian ini menjadi penting, karena dapat dibuat terobosan dalam meningkatkan atribut soft skills mahasiswa, yaitu dengan
membuat model pembelajaran matematika melalui pemahaman profil proses berpikir
dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
B.
Rumusan Masalah
Berdasar
pada uraian di dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah :
1.
Atribut soft skills apa sajakah yang
harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, berdasar pemahaman
profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika?
2.
Bagaimanakah mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa melalui pemahaman
profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe
kepribadian?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasar
rumusan masalah yang ada, tujuan penting dari penelitian ini adalah
mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa. Secara khusus
tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Menentukan atribut soft skills yang
harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, berdasar pemahaman
profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika.
2.
Mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa melalui pemahaman
profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe
kepribadian.
D.
Ruang Lingkup
Model
pembelajaran ini telah digunakan bagi mahasiswa semester satu pada mata kuliah Aljabar
Linear di Jurusan Sistem Informasi. Namun,
secara lebih luas, dapat pula digunakan
oleh mahasiswa perguruan tinggi jurusan dan mata kuliah apapun, asalkan
didahului oleh penelitian mengenai profil proses berpikir yang sesuai.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Soft Skills
Patrick (2001) menyatakan soft skills didefinisikan sebagai
kemampuan non teknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) tetapi sangat diperlukan. Begitu banyaknya atribut soft skills yang dikenal di masyarakat
kita, diantaranya adalah Winning
Characteristic, yang terdiri dari communication
skills, organizational skills, leadership, logic, effort, group skills dan ethics. Soft skills memang berasal
dari istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang,
yang dapat dikatagorikan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa,
kebiasan, keramahan, dan optimasi. Soft skills
memang 'berbeda' dengan hard skills yang menekankan
pada IQ, artinya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang
berhubungan dengan bidang ilmunya.
Soft
skills dapat dikategorikan menjadi 2 hal yaitu, intra personal skills, yaitu kemampuan
seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk pengembangan kerja secara
optimal, misalnya manajemen waktu, manajemen stress, dan berpikir kreatif, sedangkan inter personal skills, yaitu ketrampilan seseorang dalam
hubungan dengan orang lain untuk pengembangan kerja secara optimal, misalnya
kemampuan memotivasi, kemampuan memimpin, dan kemampuan negoisasi. Untuk
selanjutnya, dalam penelitian ini kemampuan-kemampuan tersebut dikenal dengan
nama atribut soft skills.
Illah Sailah (2006) menyatakan bahwa terdapat
cukup banyak atribut soft skills dan
dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, karena dipengaruhi
oleh kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini
dapat berkembang dengan cara membiasakan diri untuk menjalaninya, hingga
akhirnya menjadi karakter seseorang. Menurut Center for enterpreneurship education and develompnet, Halifax, Nova
Scotia (dalam Illah Sailah, 2006)
terdapat 23 atribut soft skills yang
mendominasi lapangan kerja. Dalam penelitan ini, akan digunakan 23 atribut soft skills tersebut. Jika dikategorikan
ke dalam intra personal
skills dan inter personal
skills, maka atribut soft skills
yang akan digunakan dalam penelitian ini menjadi:
Tabel 2.1. Atribut Soft Skills dan pengkodeannya
Kode
|
Intrapersonal skills
|
Kode
|
Intrapersonal skills
|
Kode
|
Interpersonal skills
|
R1
|
Inisiatif
|
R9
|
Kemampuan
Analitis
|
E1
|
Dapat
diandalkan
|
R2
|
Etika/integritas
|
R10
|
Mengatasi
stress
|
E2
|
Komunikasi
Lisan
|
R3
|
Berfikir
Kritis
|
R11
|
Managemen
diri
|
E3
|
Berkooperasi
|
R4
|
Kemauan
Belajar
|
R12
|
Menyelesaikan
persoalan
|
E4
|
Fleksibel
|
R5
|
Komitmen
|
R13
|
Meringkas
|
E5
|
Kerja
dalam tim
|
R6
|
Motivasi
|
R14
|
Mandiri
|
E6
|
Mendengarkan
|
R7
|
Bersemangat
|
R15
|
Tangguh
|
E7
|
Berargumentasi
logis.
|
R8
|
Kreatif
|
R16
|
Manajemen
Waktu
|
|
|
Keterangan : R berarti soft skills dalam kategori Intrapersonal Skills
E berarti soft skills dalam kategori Interpersonal
Skills
Untuk menjadi sarjana yang mumpuni, soft skills memang harus dikuasai dengan
baik, selain hard skills (knowledge dan skills) yang telah dipelajari selama ini, agar lulusan perguruan
tinggi tidak hanya menjadi robot yang melupakan unsur manusiawi.
Agar soft
skills yang telah diyakini kepentingannya itu dapat dikuasai dengan baik,
maka harus diimplementasikan melalui sebuah sistem, yang dikenal dengan nama soft skills management system. Melalui soft skills management system,maka
pencapaiannya dilakukan dengan disadari dan disengaja, melalui sebuah
perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian.
B. PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Anderson (dalam Suharnan,
2005) menyatakan bahwa masalah terjadi karena adanya kesenjangan antara situasi saat ini dengan
situasi mendatang, atau antara keadaan saat
ini dengan tujuan yang diinginkan. Dalam
pembelajaran matematika, yang dimaksud dengan masalah
matematika adalah soal matematika tidak rutin yang tidak mencakup aplikasi
prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang sudah (baru saja)
dipelajari di kelas. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
(dalam Walker, 2007) memberikan definisi dari pemecahan masalah matematika
sebagai engaging in task for which the
solution is not known in advance.
Beberapa keterampilan yang
dikenal dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah adalah:
(a) Memahami soal, memahami dan mengidentifikasi sesuatu dengan fakta atau
informasi yang diberikan, dan sesuatu yang ditanyakan, kemudian diminta untuk mencari,
atau membuktikan (b) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan: misalkan menggambarkan
masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang
diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat
matematika, (c) Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar
dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan solusi dari masalah, (d) Menafsirkan
solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban,
dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula.
Dengan
melihat materi maupun ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah,
maka dapat dipahami bahwa sebenarnya melalui pemecahan masalah matematika,
cukup banyak atribut soft skills yang
dapat dikembangkan, diantaranya, kemampuan komunikasi secara tertulis atau
lisan untuk mengungkapkan pemikirannya, kemampuan untuk bekerja dalam kelompok
(tim) saat menyelesaikan soal-soal, kemampuan berpikir sintesis, kebijaksanaan
dalam menyelesaikan masalah, kemampuan dalam memahami keragaman tipe mahasiswa
lain, kemampuan bekerja secara mandiri, dan kemampuan berpikir analitik. Oleh
karena itu, pemecahan masalah memang sangat sesuai untuk digunakan sebagai
sarana untuk mengembangkan atribut soft
skills mahasiswa.
C.
Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika berdasar
Penggolongan Tipe Kepribadian.
Setiap peserta didik berbeda-beda. Dalam dunia
pendidikan, perbedaan tingkah laku maupun sifat, nampak nyata terhadap
insan-insan yang berperanan di dalamnya.
Perbedaan tingkah laku ini oleh ahli psikologi sering
disebut sebagai Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah
laku secara deskriptif tanpa memberi nilai. Pada tahun 1984 David Keirsey,
seorang professor dalam bidang psikologi dari California State University,
menggolongkan kepribadian menjadi 4
tipe, yaitu Rational, Idealist, Artisan, dan Guardian. Penggolongan ini
didasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh energinya (Extrovert atau Introvert),
bagaimana seseorang mengambil informasi (Sensing
atau Intuitive), bagaimana seseorang
membuat keputusan (Thinking atau Feeling) dan bagaimana gaya dasar hidupnya
(Judging atau Perceiving).
Dewiyani (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa profil
proses berpikir masing-masing tipe kepribadian dalam memecahkan masalah
ternyata berbeda, misalnya dalam memahami masalah, sebagai langkah awal dalam
menyelesaikan masalah, tipe Rational
melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat,
kemudian disimbolkan, sementara itu, tipe
Idealist melakukannya sesuai
urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan menggerak-gerakkan
bolpoin, sedang tipe Artisan melakukannya
sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan banyak
melakukan gerakan tubuh, dan tipe Guardian
melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil makna kalimat,
memberi tanda pada bagian yang penting.
Dari salah satu langkah
pemecahan masalah sudah dapat diketahui bahwa setiap kepribadian mempunyai
profil proses berpikir yang berbeda. Hasil keseluruhan profil proses berpikir dalam memecahkan masalah
matematika yang didapat ini akan digunakan sebagai landasan bagi penentuan
atribut soft skills yang harus
ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian.
D.
MODEL PEMBELAJARAN
Dengan
memadukan pengertian model pembelajaran menurut Eggen (dalam Khabibah, 2006)
dan Arends (dalam Khabibah, 2006), maka model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi dari model pembelajaran di sini
adalah pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Oleh karena itu pada pengembangan model pembelajaran ini akan
dikembangkan komponen-komponen model pembelajaran antara lain : (1) rasional
teoritik, (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, meliputi tujuan langsung
(dampak instruksional) dan tidak langsung (dampak pengiring), (3) Sintaks, (4)
prinsip reaksi, dan (5) Sistem pendukung/lingkungan belajar. Pengembangan suatu
model pembelajaran dapat mengacu pada model pengembangan pendidikan secara umum
karena model pembelajaran berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
Pada penelitian ini akan digunakan model
umum dalam mendesain pembelajaran yang diciptakan oleh Plomp (dalam
Khabibah, 2006). Plomp membagi menjadi 5 fase yaitu (1) Fase Investigasi Awal,
(2) Fase desain, (3) Fase realisasi/konstruksi, (4) Fase tes, evaluasi, dan
revisi dan (5) Fase implementasi. Kelima fase ini sesuai dengan prinsip pada soft skills management system yang telah
disebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Untuk
mendapatkan atribut soft skills yang akan
ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu, maka digunakan penelitian dengan
jenis kualitatif yang bersifat eksploratif.
Penelitian jenis kualitatif dipilih
karena penentuan profil berpikir mahasiswa dan penentuan atribut soft skills berlatar alamiah dan
instrumen utama penelitian ialah peneliti sendiri. Bersifat eksploratif, karena hendak ditelusuri atribut soft skills mahasiswa. Langkah-langkah
penelitian yang akan dilakukan adalah pemilihan subjek penelitian, menentukan
instrumen bantú penelitian, membuat prosedur pengumpulan data dan melakukan
analisis data.
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan fenomena dalam keadaan yang
sesungguhnya (natural setting).
Fenomena yang dimaksud adalah situasi mahasiswa dengan tipe kepribadian
tertentu dalam menampakkan soft skills
yang ada dalam dirinya, pada waktu mahasiswa tersebut diberikan soal pemecahan
masalah. Situasi mahasiswa akan ditinjau
dari atribut-atribut soft skills yang
telah ditetapkan untuk diamati.
Setelah
atribut soft skills yang akan
ditingkatkan telah diketahui, maka metode penelitian yang digunakan adalah
metode pengembangan, karena salah satu tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atribut soft skills mahasiswa. Untuk menciptakan
model pembelajaran itu, maka strategi yang digunakan untuk mengembangkan model
pembelajaran dalam penelitian ini adalah mengadaptasi model umum pembelajaran
melalui Plomp (dalam Khabibiah, 2006). Pengembangan model pembelajaran meliputi
5 fase yaitu (1) Fase Investigasi Awal, (2) Fase desain, (3) Fase
realisasi/konstruksi, (4) Fase tes, evaluasi, dan revisi dan (5) Fase
implementasi.
B.
Metode Pengumpulan Data
Untuk
tahap pertama, data bersifat kualitatif, yaitu berupa hasil deskripsi atribut soft skills mahasiswa menurut tipe
kepribadian tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan masalah kepada subjek
penelitian yang telah digolongkan berdasar tipe kepribadian tertentu, kemudian
diselesaikan secara bebas oleh subjek penelitian, yang berarti subjek
penelitian boleh berdiskusi dengan
mahasiswa yang bukan menjadi subjek penelitian, maupun boleh juga diselesaikan
secara individu. Pada waktu memecahkan masalah yang diberikan, subjek
penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang menekan, sehingga suasana alami
yang diinginkan dapat tercapai. Peneliti merekam ungkapan verbal dari subjek
penelitian, dan mencatat perilaku (ekspresinya), termasuk hal-hal unik yang
dilakukan ketika menyelesaikan masalah matematika tersebut. Dari hasil rekaman
video yang ada, diharapkan dapat dilihat atribut soft skills yang ada pada diri mahasiswa tersebut. Apabila terdapat data yang kurang, maka
peneliti harus melakukan klarifikasi dengan mengadakan wawancara ulang.
Sedang pada penyusunan model
pembelajarannya, data dikumpulkan berdasar fase dari Plomp.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan atribut soft skills yang harus dikembangkan pada
masing-masing tipe kepribadian, maka instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri.
Peneliti selain berperan sebagai pengelola penelitian, juga sebagai instrumen
utama dalam mengumpulkan data yang tidak dapat digantikan dengan instrumen
lainnya. Selain itu juga terdapat instrumen lembar tugas. Instrumen lembar tugas
dalam penelitian ini adalah instrumen lembar tugas pemecahan masalah
matematika, yang akan diberikan kepada masing-masing subjek.
Sedang pada penyusunan model
pembelajaran, instrumen penelitian adalah lembar-lembar yang dibutuhkan dalam
menyusun kelima fase menurut Plomp.
D. Metode Analisis Data
Dalam usaha untuk mendapatkan
atribut soft skills, proses analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut : (1) Mentranskrip data verbal yang terkumpul
(2) Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
rekaman, hasil pekerjaan subjek, wawancara, maupun pengamatan yang sudah
ditulis dalam catatan lapangan (3) Mengadakan reduksi data dengan membuat
abstraksi (4) Menyusun dalam satuan-satuan yang selanjutnya dikategorikan
dengan membuat coding (5) Menganalisis atribut soft skills (6) Menganalisis
hal-hal yang menarik (7) Menarik Kesimpulan.
Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif, dengan cara
memaparkan karakteristik aspek-aspek model pembelajaran menurut pakar dan
praktisi.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 8 mahasiswa jurusan Sistem
Informasi, yang terdiri dari 2 mahasiswa dengan tipe Rational, 2 mahasiswa dengan tipe Idealist, 2 mahasiswa dengan tipe Artisan, serta 2 mahasiswa dengan tipe Guardian. Pengelompokkan mahasiswa menjadi tipe kepribadian, berdasar
penggolongan dari David Keirsey.
B. Hasil Analisis Data
B.1. Analisis Data Atribut Soft Skills
Dari hasil pengamatan terhadap masing-masing tipe
kepribadian pada saat menyelesaikan masalah matematika, dan hasil pekerjaan
yang ada, didapatkan hasil sebagai
berikut :
B.1.1. Tipe
Rational
Tabel 4.1. Hasil pengamatan,
hasil analisis dan atribut soft skills tipe
Rational
Hasil Pengamatan
|
Hasil
Analisis
|
Atribut
Soft
skills
|
Tidak memprakarsai untuk
membentuk kelompok, maupun masuk ke dalam kelompok tertentu.
|
· Suka menyendiri.
· Merasa terganggu jika harus menyelesaikan masalah
dengan berdiskusi.
· Mandiri
|
(+) Kemauan Belajar (R4).
(+) Motivasi (R6).
(+) Mandiri (R14).
(+) Tangguh ((R15).
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Segera berusaha untuk
menyelesaikan masalah dengan serius, tanpa membuang waktu.
|
· Serius
· Fokus pada tujuan
|
(+) Komitmen (R5).
(+) Bersemangat (R7).
(+) Manajemen diri (R11).
(+) Dapat diandalkan (E1).
(+)Menyelesaikan persoalan
(R12).
(-)
Berkooperasi (E3).
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Membaca soal secara urut dan
utuh
|
Berpikir secara sintesis dan
teratur.
|
(+)Kemampuan analitis (R9).
(+) Berpikir Kritis (R3).
(+)Meringkas (R13).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Mencari makna soal dalam
memahami masalah.
|
Mempunyai analisis yang baik.
|
(+) Kemampuan analitis(R9)
(-) Kerja
dalam tim (E5).
|
Menuliskan kembali informasi
yang dianggap penting untuk digunakan dalam penyelesaian masalah, dengan
bantuan variabel.
|
· Cermat dalam mengorganisasikan hal penting.
· Mempunyai abstraksi yang tinggi.
|
(+) Integritas (R2).
(+) Motivasi (R6).
(+) Managemen diri (R11).
(+) Meringkas (R13)
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Mempunyai rencana pemecahan
masalah secara detail.
|
Cermat dalam menyusun rencana
|
(+) Meringkas (R13).
(-)Kerja
dalam tim (E5).
(-) Manajemen waktu(R16).
|
Memiliki prosedur
penyelesaian masalah tanpa tanpa terpancang pada materi tertentu yang pernah
didapatnya.
|
Memiliki daya kreativitas
tinggi.
|
(+) Inisiatif (R1)
(+)Kreatif (R8).
(-) Komunikasi Lisan (E2)
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali cara penyelesaian, dengan mengubah urutan
penyelesaian.
|
· Menghendaki kesempurnaan jawaban
· Tidak mudah putus asa.
|
(+) Inisiatif (R1)
(+)Komitmen (R5).
(+)Tangguh (R15).
(-) Manajemen waktu (R16).
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Setelah menyelesaikan
masalah, tipe ini mencoba untuk memeriksa jawaban dengan teman lainnya.
Ketika terjadi perbedaan
jawaban, tipe ini mengulang kembali perhitungan.
Ketika terjadi perbedaan
cara, tipe ini tidak mencoba memahami cara yang digunakan teman
sekelompoknya.
|
· Menginginkan kesempurnaan, tanpa kesalahan dalam
menyelesaikan pekerjaan
· Kurang mampu menerima pendapat orang lain
|
(+)Inisiatif (R1).
(+) Berpikir kritis (R3).
(+) Kemauan belajar (R4).
(+) Kreatif(R8).
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Fleksibel (E4).
(-) Mendengarkan(E6).
|
Tidak menggunakan kesempatan
untuk memamparkan pendapatnya ketika diberi waktu untuk memaparkan hasil pekerjaan di depan kelas.
|
· Tidak menyukai tampil di depan umum.
· Lebih menyukai hal yang bersifat pribadi, sifat introvert mendominasi tipe ini.
|
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Fleksibel (E4)
(-) Mendengarkan (E6).
(-) Berargumentasi logis
(E7).
|
Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
(-)
atribut soft skills yang harus
ditingkatkan.
Kode atribut soft skills mengacu pada tabel 2.1.
B.1.2. Tipe Idealist
Tabel 4.2. Hasil pengamatan, hasil analisis dan
atribut soft skills tipe Idealist
Hasil Pengamatan
|
Hasil
Analisis
|
Atribut Soft skills
|
Tidak memprakasai untuk
membentuk kelompok, namun bergabung dengan suatu kelompok dimana terdapat
teman yang telah dianggapnya akrab.
|
Sebenarnya lebih menyukai
kesendirian, namun sedikit mempunyai
toleransi untuk hidup berkelompok.
|
(+) Bersemangat (R7)
(+) Mandiri (R14).
(-) Berkooperasi (E3)
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Cenderung bekerja sendiri,
tidak berdiskusi dengan teman sekelompoknya pada waktu menyelesaikan
pemecahan masalah.
|
Merasa terganggu jika harus
menyelesaikan masalah dengan berdiskusi
|
(+) Mandiri (R14)
(-)Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-)Kerja dalam tim (E5).
|
Berusaha untuk mengerjakan
soal dengan sebaik mungkin.
|
Menyukai kesempurnaan
|
(+) Inisiatif (R1)
(+)Komitmen (R5).
(+)Tangguh (R15).
(-) Manajemen waktu (R16).
(-) Kerja dalam tim (E5).
|
Membaca soal tidak secara
urut, namun pada pertanyaan terlebih dahulu.
|
Ingin mengetahui terlebih
dahulu tugas pokok yang harus diselesaikannya.
|
(+) Kemauan Belajar (R4)
(+) Komitmen (R5).
|
Mencari inti kalimat agar
dapat memahami masalah.
|
Mempunyai analisis yang baik.
|
(+) Berpikir kritis (R3)
(+) Kemampuan analitis (R9).
|
Menuliskan kembali informasi
yang dianggap penting untuk digunakan dalam penyelesaian masalah, tanpa
bantuan variabel,
|
Cermat dalam
mengorganisasikan hal penting.
|
(+)Kemampuan analitis (R9). (+)
Meringkas (R13).
(+) Mandiri (R14).
(+) Dapat diandalkan (E1)
|
Tidak memandang penting
rencana pemecahan masalah.
|
Lebih menyukai segera
menyelesaikan masalah, agar pekerjaan segera dianggap selesai.
|
(+) Integritas (R2)
(+) Komitmen (R5).
(-) Dapat diandalkan (E1).
(-) Mengatasi stress (R10).
|
Menggunakan prosedur penyelesaian masalah dengan
menggunakan prosedur yang pernah didapatnya dari mata kuliah sebelumnya.
|
· Taat asas
· Kurang berani mencoba terobosan baru
|
(+)Komitmen (R5).
(-) Berkooperasi (E3).
|
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali pada perhitungan yang telah dilakukan.
|
· Menghendaki kesempurnaan jawaban.
· Tidak mudah putus asa.
|
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Kreatif (R8).
|
Setelah menyelesaikan
masalah, tipe ini mencoba untuk memeriksa jawaban dengan teman lainnya.
Ketika terjadi perbedaan
jawaban, tipe ini tetap meyakini kebenaran jawabannya dan tidak berusaha
untuk mengulang kembali perhitungan.
Ketika terjadi perbedaan cara,
tipe ini tidak mencoba memahami cara yang digunakan teman sekelompoknya.
|
· Menghendaki kesempurnaan jawaban.
· Kurang mampu menerima pendapat orang lain
|
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Menyelesaikan masalah (R12)
(+)Kreatif(R8)
(-)Komunikasi Lisan (E2).
(-) Mendengarkan (E6).
(-) Berargumentasi logis (E7).
(-)Managemen diri (R11).
(-) Kerja dalam tim (E5).
(+) Mandiri (R14).
|
Tidak menggunakan kesempatan
untuk memamparkan pendapatnya ketika diberi waktu untuk memamparkan hasil
pekerjaan di depan kelas .
|
· Tidak menyukai tampil di depan umum.
· Lebih menyukai hal yang bersifat pribadi, sifat
introvert mendominasi tipe ini.
|
(-) Komunikasi lisan (E2).
(-) Berkooperasi (E3).
(-) Fleksibel (E4)
(-) Mendengarkan (E6).
(-) Berargumentasi logis
(E7).
(+) Mandiri (R14)
|
Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
(-)
atribut soft skills yang harus
ditingkatkan.
Kode soft skills mengacu pada tabel 2.1.
B.1.3. Tipe Artisan
Tabel 4.3. Hasil pengamatan, hasil analisis dan
atribut soft skills tipe Artisan
Hasil Pengamatan
|
Hasil
Analisis
|
Atribut Soft skills
|
Segera berusaha untuk
bergabung dengan suatu kelompok dan dengan sangat aktif berusaha untuk
meleburkan diri dengan kelompoknya.
|
· Pandai bergaul.
· Sifat sosial tinggi.
|
(+)Komunikasi lisan (E2).
(+) Berargumentasi logis (E7)
(+) Berkooperasi (E3).
(+) Bersemangat (R7)
(+) Kreatif(R8).
(+) Fleksibel (E4)
(-) Komitmen (R5).
(-) Managemen diri (R11).
|
Tidak segera menyelesaikan
soal yang dihadapi, namun menggunakan waktu awal untuk bersosialisasi.
|
Kurang pandai mengorganisasi
waktu (lebih banyak waktu digunakan untuk bersosialisasi)
|
(-) Motivasi (R6)
(-) Managemen waktu (R16).
(-) Managemen diri (R11).
|
Sangat menyukai diskusi,
hampir tidak pernah mengerjakan
sendiri masalah yang dihadapinya.
|
Kurang mandiri, dan
menggunakan kepandaian bergaul untuk menyelesaikan masalah.
|
(-) Mandiri (R14)
(-)Komitmen (R5)
(+)Komunikasi Lisan (E2)
(+) Berkooperasi (E3)
|
Membaca soal secara urut,
namun tidak semua dibaca secara utuh, beberapa dilewati
|
Kurang teliti.
|
(-) Kemampuan Analitis(R9)
(+) Bersemangat (R7)
|
Mencari inti kalimat agar
dapat memahami masalah.
|
Mempunyai analisis yang baik.
|
(+) Kemampuan analitis (R9)
|
Tidak membuat catatan tentang
informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal, namun hanya
mengatakannya kepada teman sekolompoknya.
|
Kurang menyukai hal yang
detail dan teratur
|
(-) Integritas (R2).
(-) Manajemen diri (R11).
(-) Meringkas (R13).
(-) Tangguh (R15) .
|
Tidak memandang penting
rencana pemecahan masalah.
|
Lebih menyukai segera
menyelesaikan masalah, terutama dengan kerja sama teman sekelompok, agar
pekerjaan segera dianggap selesai.
|
(+) Menyelesaikan persoalan
(R12)
(-) Managemen diri (R11)
(-) Dapat diandalkan (E1)
|
Menggunakan prosedur penyelesaian masalah tanpa
terpancang pada materi tertentu yang pernah didapatnya
|
Memiliki daya kreativitas
tinggi.
|
(+) Berpikir kritis (R3)
(+) Kreatif (R8)
|
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah dilakukan,
bersama dengan teman sekelompoknya.
|
Tidak mementingkan
kesempurnaan jawaban, telah merasa puas dengan hasil yang ada.
|
(+) Inisiatif (R1).
(+) Kerja dalam tim (E5).
(-) Kemauan belajar (R4)
(-)Tangguh (R15).
(-) Manajemen waktu (R16).
|
Setelah masalah dianggap
selesai dikerjakan, maka tipe ini segera menggunakan waktu untuk
berbincang-bincang dengan teman sekelompoknya, dan kehadirannya mampu membuat
kelompok menjadi antusias.
|
Sifat sosial dan kemampuan
beradaptasi tinggi.
|
(+) Komunikasi lisan (E2)
(+) Berkooperasi (E3)
(-) Dapat diandalkan (E1)
|
Segera menggunakan kesempatan
untuk memaparkan pendapatnya ketika diberi waktu untuk memamparkan hasil
pekerjaan di depan kelas .
|
Menyukai tampil di depan
umum.
|
(+) Komunikasi lisan (E2)
(+) Mendengarkan (E6)
(+) Berargumentasi logis (E7)
|
Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
(-)
atribut soft skills yang harus
ditingkatkan.
Kode soft skills mengacu pada tabel 2.1.
B.1.4. Tipe Guardian
Tabel 4.4. Hasil pengamatan, hasil analisis dan
atribut soft skills tipe Guardian
Hasil Pengamatan
|
Hasil
Analisis
|
Atribut Soft skills
|
Segera berusaha untuk
membentuk kelompok, membagi tugas, dan memimpin diskusi dalam kelompok.
|
· Berjiwa pemimpin.
· Mampu mengatur teman sebaya.
· Mampu memotivasi teman.
|
(+) Kerja dalam tim (E5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Mandiri (R14).
(+) Dapat diandalkan (E1)
(+) Komunikasi Lisan (E2).
(+) Berkooperasi (E3).
|
Segera memimpin kelompok
untuk menyelesaikan masalah.
|
Mempunyai rasa tanggung jawab
yang tinggi untuk menyelesaikan masalah.
|
(+)Menyelesaikan persoalan
(R12).
(+) Managemen waktu (R16)
(-) Managemen diri (R11).
|
Mengambil bagian secara aktif
dalam diskusi kelompok, dan mampu menggerakkan anggota kelompok untuk aktif
berdiskusi.
|
Mempunyai banyak cara untuk
dapat mengaktifkan teman sekelompok.
|
(+) Dapat diandalkan (E1).
(+) Motivasi (R6).
(+) Komunikasi lisan (E2).
(-) Managemen diri (R11).
|
Membaca soal secara urut dan
utuh
|
Berpikir secara sintesis dan
teratur.
|
(+) Berpikir kritis (R3).
(+) Kemauan Belajar (R4).
(+) Kemampuan analitis (R9).
|
Memahami makna soal agar
dapat memahami masalah.
|
Mempunyai analisis yang baik.
|
(+)Kemampuan analitis (R9).
|
Tidak membuat catatan tentang
informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal.
|
Kurang menyukai hal yang detail
dan teratur
|
(-) Managemen diri (R11).
(-) Meringkas (R13).
|
Mempunyai rencana pemecahan
masalah yang matang.
|
Menyukai kesempurnaan
|
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Bersemangat (R7).
(+) Kreatif (R8).
(+) Tangguh (R15).
(+) Berargumentasi logis (E7)
|
Menggunakan prosedur penyelesaian masalah tanpa
terpancang pada materi tertentu yang pernah didapatnya.
|
Memiliki daya kreativitas
tinggi.
|
(+)Kreatif (R8).
|
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah dilakukan.
|
· Menghendaki kesempurnaan jawaban.
· Tidak mudah putus asa.
|
(+) Komitmen (R5).
(+) Motivasi (R6).
(+) Kreatif (R8).
(-) Mengatasi stress(R10)
|
Setelah masalah selesai
dikerjakan, segera memimpin teman sekelompok untuk membuat laporan, mengatur
personil yang akan ditugasi untuk memaparkan hasil, dan lain sebagainya.
|
· Mampu memimpin.
· Menutup penyelesaian masalah dengan baik.
|
(+) Motivasi (R6).
(+) Dapat diandalkan (E1)
(+) Komunikasi Lisan (E2).
(+) Fleksibel (E4)
(+) Kerja dalam tim (E5).
|
Keterangan : (+) atribut soft skills yang harus dipertahankan.
(-)
atribut soft skills yang harus
ditingkatkan.
Kode soft skills mengacu pada tabel 2.1.
B.2.
Pengembangan Model Pembelajaran Meningkatkan Soft Skills Mahasiswa.
Dari hasil
analisis atribut soft skills yang
didapat, maka dikembangkan model pembelajaran dengan tujuan mempertahankan
atribut soft skills yang telah
dimiliki, dan meningkatkan atribut soft
skills yang masih dirasa kurang.
Dengan mengadaptasi
model umum pembelajaran melalui Plomp, maka didapatkan pengembangan model
sebagai berikut :
B.2.1. Fase investigasi awal.
Berdasar analisis terhadap tuntutan lingkungan maka
permasalahan yang akan dikaji ialah
mengembangkan model pembelajaran untuk meningkatkan soft skills mahasiswa. Dalam pembelajaran, peserta didik perlu
dilibatkan secara aktif untuk berkolaborasi dan pengajar memfasilitasi
terjadinya kolaborasi dan interaksi antar peserta didik. Oleh karena itu dalam
fase ini dilakukan kajian terhadap:
(1) Penyadaran
kepada peserta didik akan pentingnya soft
skills dan atribut soft skills
yang harus dipertahankan maupun yang harus dikembangkan.
(2) Teori-teori belajar,
(3) Teori
tentang model pembelajaran.
Hasil yang didapat dari fase ini adalah :
Tabel 4.4. Hasil Fase Investigasi Awal.
TIPE
|
Intra Personal Skills (R)
|
Inter Personal Skills (E)
|
|||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
R
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
I
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
A
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
G
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Keterangan : R = tipe Rational
; A = tipe Artisan
I
= tipe Idealist ; G
= tipe Guardian
Kode menggunakan penomeran di tabel
2.1.
Tanda +
berarti harus dipertahankan
Tanda – berarti harus ditingkatkan
Dari tabel 4.5. terlihat atribut soft skills yang harus dipertahankan,
dan atribut soft skills yang harus
ditingkatkan. Dengan menggunakan tabel 4.5, akan dirancang model pembelajaran
yang dengan disadari akan dapat meningkatkan atribut soft skills yang masih dirasa kurang.
B.2.2. Fase
Desain dan B.2.3. Fase Realisasi
Pada
kedua fase ini dirancang dan direalisasi
model pembelajaran yang dapat mempertahankan atribut soft skills yang positif, dan meningkatkan atribut soft skills yang masih dirasa kurang. Model pembelajaran ini digunakan pada mata
kuliah Aljabar Linear, topik Sistem Persamaan Linear. Kegiatan yang dilakukan
pada fase ini meliputi:
(1) merancang dan
menyusun sintaks pembelajaran yang mengetengahkan pembelajaran yang terutama
dapat meningkatkan atribut soft skills
yang masih dirasa kurang.
(2) merancang dan
menentukan lingkungan belajar atau sistem sosial yaitu situasi atau suasana dan
norma yang berlaku dalam model tersebut, seperti peran pendidik dan aktivitas
yang harus dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung,
(3) merancang
dan menyusun prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada pendidik
bagaimana harus memberikan intervensi kepada peserta didik serta bagaimana
memandang dan merespon setiap perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik
selama pembelajaran,
(4) merancang dan
menentukan sistem pendukung yaitu syarat
/ kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat
terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat
pembelajaran, fasilitas belajar dan media yang diperlukan dalam pembelajaran,
(5) merancang dan
menyusun dampak dari pembelajaran. Dampak di sini ada dua macam yaitu dampak
instruksional dan dampak pengiring.
1.
Menyiapkan 4 buah perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS) yang telah
disesuaikan berdasar tipe
kepribadian sekaligus atribut soft
skills.
2.
Membagi peserta didik berdasar tipe kepribadian menurut
David Keirsey.
|
Persiapan
pendidik sebelum pelajaran :
|
1. Pemberian soal pemecahan masalah yang
meskipun materi sama, namun menggunakan pendekatan berbeda, dengan tujuan
untuk meningkatkan atribut soft skills
yang diperlukan (sebagai contoh umum, bagi tipe Rational dan Idealist,
lebih diperbanyak atribut soft
skiils dalam hal inter personal
skills).
2. Memonitor dan evaluasi
peningkatan atribut soft skills
yang dituju pada masing-masing tipe kepribadian.
3. Memberikan umpan balik sesuai
tujuan.
Siklus 1-2-3 bisa diulang sampai
tujuan tercapai.
4. Konstruksi atribut soft skills yang ingin ditingkatkan
|
1. Refleksi pengalaman belajar peserta
didik.
2. Evaluasi umum terhadap proses
dan hasil belajar peserta didik (terutama penekanan pada atribut soft skills).
3. Tanggapan dari peserta didik.
4.
Pembiasaan pada kehidupan sehari-hari peserta didik.
5. Doa penutup
|
Gambar 4.1. Sintaks Model
Pembelajaran Meningkatkan Soft
skills
|
Kegiatan
penutup:
|
1. Sapaan awal
(ucapan selamat pagi/siang/malam, motivasi).
2. Ajakan doa.
3. Aturan perkuliahan
(ingatan akan kedisiplinan, tugas, keaktifan, dan lain sebagainya).
4. Penyadaran arti
pentingnya soft skills.
5. Penyampaian
atribut soft skills pada
masing-masing peserta didik.
6. Apersepsi
(menghubungkan materi dengan pengetahuan awal peserta didik)
7. Menyampaikan ruang
lingkup materi.
8. Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
|
Kegiatan
inti :
|
Kegiatan
pendahuluan :
|
Sedang hasil dari
tahap 2 pada fase ini adalah lingkungan belajar yang dibagi menjadi 4
kelompok berdasar tipe kepribadian
menurut David Keirsey pada saat pengerjaan pemecahan masalah, dengan tujuan
perangkat pembelajaran yang digunakan dapat bersesuaian dengan proses berpikir
dan atribut soft skills yang harus
ditingkatkan. Pengelompokkan ini akan mempermudah pendidik berkonsentrasi dalam
meningkatkan atribut soft skills
mahasiswa. Pendidik harus benar-benar memahami soft skills yang harus ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu.
Di samping itu, peserta didik juga harus menyadari akan tujuan peningkatan soft skills pada dirinya.
Hasil pada tahap 3, yaitu prinsip reaksi,
menggambarkan bahwa pendidik harus memberikan intervensi secara aktif kepada
para peserta didik dalam upaya meningkatkan soft
skills sesuai dengan hasil investigasi awal yang telah ditetapkan. Kegiatan
ini harus dilaksanakan berulang-ulang mengingat tidak mudahnya meningkatkan
atribut soft skills pada diri
seseorang, dan sering hanya dapat dicapai melalui pembiasaan.
Hasil pada tahap 4, yaitu sistem pendukung adalah
model pembelajaran yang sedang dirancang hanya dapat terlaksana jika seluruh
peserta didik telah menyadari akan pentingnya soft skills dalam kehidupannya, dan berkemauan untuk meningkatkan
atribut soft skills yang dinilai
kurang.
Hasil pada tahap 5, yaitu dampak dari pembelajaran
adalah pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada masing-masing peserta
didik untuk peningkatan atribut soft
skills nya.
B.2.4.. Fase Tes, Evaluasi dan Revisi.
Fase ini difokuskan pada dua hal yaitu
(1) memvalidasi
(2) mengadakan uji lapangan
prototipe model pembelajaran yang telah disusun.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada
fase ini secara rinci adalah sebagai berikut
1) Memvalidasi model yang terdiri
dari (a) meminta pertimbangan ahli tentang kelayakan prototipe model
pembelajaran yang telah disusun. untuk kegiatan ini diperlukan instrumen berupa
lembar validasi, (b) melakukan analisis hasil validasi dari validator.
2) Uji coba dilakukan untuk melihat
apakah model pembelajaran yang dikembangkan praktis dan efektif. Kegiatan yang dilakukan pada waktu
uji coba adalah (a) melakukan uji coba lapangan, (b) melakukan analisi pada
hasil uji coba, (c) melakukan revisi berdasar analisis terhadap hasil uji coba.
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan pada bab-bab di
atas, diperoleh kesimpulan bahwa berdasar pemahaman
profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika, dapat diketemukan
atribut soft skills yang harus
ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, dan juga diketemukan atribut soft skills yang harus dipertahankan
karena telah dipandang baik.
Setelah
atribut soft skills yang akan
dipertahankan maupun dikembangkan pada masing-masing tipe kepribadian didapat,
kemudian pada penelitian ini juga telah berhasil dikembangkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan atribut soft skills
mahasiswa melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah
matematika berdasar tipe kepribadian.
Model
pembelajaran yang dikembangkan ini memiliki kecenderungan mampu meningkatkan atribut soft skills mahasiswa, karena selain
model pembelajarannya telah menggunakan prinsip pada soft skills management system, yaitu meningkatkan soft skills melalui sebuah perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi, dan juga peningkatan
atribut soft skills dilakukan secara
sengaja dan disadari.
Model
pembelajaran yang dikembangkan ini, memang baru diterapkan kepada 8 mahasiswa
jurusan Sistem Informasi, tetapi seluruhnya
menyatakan bahwa model pembelajaran ini bermanfaat, karena didahului dengan
penyadaran akan pentingnya soft skills
dan atribut soft skills yang masih
harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian. Kedelapan subjek
merasakan manfaatnya secara nyata, tidak hanya pada mata kuliah ini, tetapi
juga dalam kehidupan mereka sehari-hari.
B. Saran
Model pembelajaran untuk meningkatkan
soft skills mahasiswa melalui
pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar
penggolongan tipe kepribadian ini dapat dilanjutkan untuk diterapkan di kelas
yang lebih besar, setelah kelas tersebut dibagi berdasar tipe kepribadian
menurut David Keirsey. Pembuatan perangkat pembelajaran secara lengkap,
merupakan kegiatan selanjutnya, demi sempurnanya model pembelajaran ini. Selain
itu, mata kuliah yang lain juga dapat
menerapkannya dengan menggunakan kajian teoritis sesuai dengan masing-masing
sifat keilmuannya.
Penyebaran diseminasi hasil
penelitian kepada para pendidik,
merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan melalui bentuk Lokakarya
Model Pembelajaran Meningkatkan Soft Skills Mahasiswa Melalui Pemahaman Profil
Proses Berpikir Pemecahan Masalah Matematika Berdasar Penggolongan Tipe
Kepribadian. Lokakarya tersebut ditujukan utamanya kepada para pendidik dalam
materi apapun di Perguruan Tinggi , dengan target :
1.
Peserta menyadari akan pentingnya soft skills bagi peserta didiknya.
2.
Peserta mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang jelas
tentang model pembelajaran tersebut.
3.
Peserta mampu merancang dan membuat perangkat
pembelajaran berupa RPP dan Silabus yang bersesuaian dengan model pembelajaran
yang dituju.
4.
Peserta mempunyai pengalaman nyata menerapkan RPP dan
silabusnya dalam simulasi pembelajaran.
5.
Peserta mampu menggunakan dan mengevaluasi hasil untuk
perbaikan pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewiyani,
2010, Profil Proses Berpikir Mahasiswa
dalam Memecahkan Masalah Matematika berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan
Gender, Disertasi Program S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Surabaya.
Keirsey Temperament Sorter, http://www.answers.com/topic/keirsey-temperament-sorter,
diakses 2 April 2008.
Khabibah,Siti, 2006, Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
dengan Soal terbuka Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar,
Dissertasi Program Pasca Sarjana, Program Studi Pendidikan Matematika, Surabaya.
Patrick
S. O'Brien, 2001, Making College
Count: a Real Wolrd Look at How to Succeed in and After College, Monster.Com,
USA.
Sailah, I., 2008, Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Tim Kerja
Pengembangan Soft skills Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Suharnan,
2005, Psikologi Kognitif, Penerbit
Srikandi, Surabaya
Szul
L. F., 2002, Meeting the Demand:
Teaching Soft Skills, Strategies and
Resources to Develop Workplace Skills, Delta Pi Epsilon.
Walker,
CM, 2007, An Investigation of How African
American Community College Students With Different Levels of Mathematics
Anxiety Engage in Problem Solving Tasks , Dissertation College of
Education, The Florida State University
No comments:
Post a Comment