PENGEMBANGAN MODEL PENGURUKURAN ATRIBUT-ATRIBUT EMPLOYABILITY SKILLS LULUSAN PENDIDIKAN TINGGI VOKASI

I Made Suarta
Politeknik Negeri Bali
Kampus Bukit Jimbaran, Bali. Telp. +62 361 701981

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat kepentingan employability skills yang dibutuhkan oleh lulusan untuk keberhasilan di dunia kerja menurut persepsi supervisor di industri; dan (2) memperoleh model pengukuran konstruk employability skills mahasiswa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimen dan bersifat ex-post facto. Target populasi adalah supervisor dari lulusan Politeknik Negeri Bali tahun 2009 dan mahasiswa tingkat akhir tahun akademik 2009/2010 yang sedang melakukan praktik kerja lapangan di industri. Ukuran sampel sebanyak 244 dipilih secara stratified proportional random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan lima alternatif jawaban. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan analisis faktor konfirmatori. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi supervisor termasuk dalam kategori tinggi sekali. Model pengukuran konstruk employability skills mahasiswa politeknik terdiri atas indikator-indikator: keterampilan berkomunikasi, keterampilan kerjasama dalam tim, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, keterampilan mengelola diri, keterampilan dalam belajar, keterampilan menggunakan teknologi, serta keterampilan berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Politeknik sebagai penyelenggara pendidikan tinggi vokasi perlu meninjau kembali kurikulum dan proses pembelajarannya agar tercipta keseimbangan di antara academic skills, technical skills, dan employability skills.

Kata-kata kunci: pendidikan vokasi, politeknik, knowledge workers, employability skills.

ABSTRACT
The purpose of this study was to: describe supervisors’ perceptions of the importance of the employability skills needed in the workplace; and obtain measurement model of employability skills. This study was carried out by means of non-experimental quantitative approach and constitutes an ex-post facto research. Target population of this study was supervisor of the alumni (who graduated in 2009) of Bali State Polytechnic and the final-year students in 2009/2010 who were conducting their on the job training in industries. The sample size was 244, selected using stratified proportional random sampling technique. Data collection was carried out by means of a questionnaire with five answer choices. The data were analyzed by way of descriptive quantitative and confirmatory factor analysis. The research result shows the supervisors’ perceptions of the importance of the employability skills needed in the workplace is very high. The measurement model employability skills of polytechnic students consist of nine indicators, namely: communication skills, team work skills, problem-solving skills, initiative and enterprise skills, planning and organizing skills, self-management skills, learning skills, technology skills, and workplace health and safety skills. Polytechnic as a higher vocational education providers need to review the curriculum and the learning process in order to create a balance between academic skills, technical skills, and employability skills.

Keywords: vocational education, polytechnic, knowledge workers, employability skills.


PENDAHULUAN
Gambaran umum sektor ketenagakerjaan di Indonesia menunjukkan masih lebarnya kesenjangan keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja dengan yang dibutuhkan oleh industri. Hal ini ditandai oleh tingginya angka pengangguran, tingginya proporsi penganggur usia muda (usia 15-24 tahun) dan terus meningkatnya proporsi penganggur lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi. Proporsi penganggur lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi terus meningkat dari 47% pada tahun 2004 menjadi 54% pada tahun Agustus 2010 (BPS, 2010). Tingginya angka pengangguran lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi menunjukkan adanya suatu persoalan di sektor ketenagakerjaan. Hal ini selain disebabkan oleh rendahnya kemampuan perekonomian dalam menyediakan lapangan kerja, juga sering dikaitkan dengan kegagalan sistem pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Apabila kesenjangan keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja dihubungkan dengan dunia pendidikan, maka permasalahan ini berkaitan dengan persoalan mutu dan relevansi hasil-hasil pendidikan. Dengan kata lain, permasalahan mendasar adalah kompetensi dan keahlian para lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi yang kurang memenuhi persyaratan sebagaimana diharapkan oleh industri. Hal ini tentu akan berpengaruh pada daya saing lulusan baik pada tingkat daerah, regional, nasional maupun tingkat internasional. Di tengah semakin meningkatnya persaingan di dunia kerja serta berubahnya karakteristik dunia kerja, maka antisipasi terhadap kesenjangan keahlian dan keterampilan lulusan SMA/SMK dan pendidikan tinggi dengan yang dibutuhkan oleh dunia industri perlu terus menerus diperkecil.
Paradigma baru ekonomi global saat ini adalah berkembangnya ekonomi berbasis pengetahuan. Industri di era ekonomi berbasis pengetahuan membutuhkan pekerja-pekerja yang diistilahkan dengan knowledge workers (Hager & Holland, 2006:4). Salah satu ciri utama industri berbasis pengetahuan adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan atribut-atribut keterampilan generik yang harus dimiliki oleh para pekerja (Gibb, 2004:7). Industri saat ini selain membutuhkan karyawan dengan keterampilan teknis dalam bidangnya, juga mencari karyawan yang memiliki keterampilan bersifat generik, seperti: mampu bekerja secara independen, mampu mengelola diri sendiri, bekerjasama dalam tim, beradaptasi dengan perubahan, memecahkan masalah-masalah yang kompleks, serta berpikir secara kreatif dan inovatif.
Di era ekonomi berbasis pengetahuan ini, lingkungan tempat bekerja berubah dengan cepat, dan perubahan ini memberikan tantangan secara terus-menerus pada dunia pendidikan. Bennett (2006:1) menyatakan salah satu tantangan tersebut adalah menyeimbangkan keterampilan akademik (academic skills), keterampilan teknis (technical skills), dan employability skills. Employability skills merupakan seperangkat keterampilan non-teknis yang bersifat dapat ditransfer ke dalam berbagai bidang pekerjaan, diperlukan untuk memasuki dunia kerja, untuk tetap bertahan dalam pekerjaan, serta mengembangkan karir di tempat kerja, ataupun untuk pengembangan karir di tempat kerja baru (Cassidy, 2006:508; Yorke, 2006:9:).
Perhatian terhadap peningkatan kompetensi employability skills mahasiswa diyakini dapat menyiapkan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi secara cepat dengan dunia kerja. Kualifikasi yang disyaratkan pasar kerja di era ekonomi berbasis pengetahuan menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan tinggi vokasi agar lulusannya dapat terserap ke dunia kerja. Salah satu aspek penting dalam meningkatkan relevansi lulusan adalah kurikulum pendidikan. Pengamatan secara empirik terhadap kurikulum yang diterapkan di Politeknik Negeri Bali menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan tidak secara spesifik memuat indikator-indikator employability skills dalam setiap unit kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran (PNB, 2008). Kondisi ini tentunya akan berimplikasi pada proses belajar mengajar, di mana implementasi pembelajaran guna mengembangkan employability skills mahasiswa menjadi terabaikan. Berdasarkan pengamatan empirik tersebut, tergambar secara jelas bahwa sistem pendidikan di PNB masih belum memberikan perhatian yang memadai terhadap upaya pengembangan keterampilan-keterampilan yang bersifat generik.
Berkenaan dengan permasalahan tersebut di atas serta mengingat pentingnya peranan employability skills dalam konteks mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja, maka dipandang perlu untuk mengembangkan suatu model yang dapat mengukur employability skills lulusan pendidikan tinggi vokasi. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan indikator-indikator yang dapat mengukur konstruk employability skills mahasiswa beserta atribut-atributnya. Ruang lingkup penelitiain ini meliputi: (1) Mengetahui tingkat kepentingan employability skills yang dibutuhkan oleh lulusan untuk keberhasilan di dunia kerja menurut persepsi supervisor di industri; dan (2) Memperoleh model pengukuran konstruk employability skills mahasiswa.

KAJIAN PUSTAKA
Overtoom (2000:2) mendefinisikan employability skills sebagai “Transferable core skill groups that represent essential functional and enabling knowledge, skills, and attitudes required by the 21st century workplace …… necessary for career success at all levels of  employment and for all levels of education.” Robinson (2000:2) membagi employability skills menjadi tiga kelompok keterampilan yang meliputi: (1) keterampilan akademik dasar (basic academic skills), (2) keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skills), dan (3) kualitas personal (personal qualities). The Business Council of Australia dan the Australian Chamber of Commerce and Industry (BCA/ACCI, 2003:3) mendefinisikan employabillity skills sebagai: “…… skills required not only to gain employment, but also to progress within an enterprise so as to achieve one’s potential and contribute successfully to enterprise strategic directions. Employability skills are also sometimes referred to as generic skills, capabilities or key competencies.”
Sementara itu the Enhancing Student Employability Co-ordination Team (ESECT) mendefinisikan employability skills sebagai sekumpulan dari keterampilan, pengetahuan dan atribut-atribut personal yang membuat seseorang menjadi aman dan berhasil dalam jabatannya sehingga memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, dunia kerja, masyarakat maupun ekonomi secara umum (Yorke, 2006:8). Pendapat lain menyebutkan employability skills sebagai keterampilan-keterampilan yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan dan profesi (Cassidy, 2006:508), merupakan keterampilan dasar dan bersifat generik, tetapi sangat bermanfaat dalam membantu setiap orang untuk memasuki dunia kerja (Ogbeide, 2006:1). Core skills, key skills, transferable skills, general skills, non-technical skills, soft skills, essential skills merupakan beberapa istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk menggambarkan employability skills (NCVER, 2003:2).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dirangkum bahwa employability skills merupakan sekumpulan keterampilan-keterampilan non-teknis bersifat dapat ditransfer yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja, untuk tetap bertahan dan mengembangkan karir di tempat kerja, ataupun untuk pengembangan karir di tempat kerja baru. Keterampilan-keterampilan tersebut termasuk di antaranya: keterampilan personal, keterampilan interpersonal, sikap, kebiasaan, perilaku, keterampilan akademik dasar, keterampilan berfikir tingkat tinggi.
BCA/ACCI mengusulkan kerangka kerja employability skills terdiri atas delapan kelompok keterampilan utama dan sejumlah atribut-atribut personal. Delapan kelompok keterampilan utama tersebut meliputi: (1) keterampilan berkomunikasi, (2) keterampilan kerjasama dalam tim, (3) keterampilan memecahkan masalah, (4) keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, (5) keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, (6) keterampilan mengelola diri, (7) keterampilan dalam belajar, dan (8) keterampilan menggunakan teknologi (BCA/ACCI, 2003:7).
Kajian tentang employability skills di Inggris mempunyai kemiripan dengan yang dilakukan Australia. Awalnya disebut sebagai generic skills, kemudian disebut juga dengan core skills dan key skills (Curtis & McKenzie, 2001:28). Di Inggris, key skills didefinisikan sebagai keterampilan-keterampilan yang relevan dengan pembelajaran seseorang (person’s learning), pengembangan karir, dan kehidupan pribadi. Key skills terdiri dari kelompok keterampilan dasar dan keterampilan kunci yang lebih luas. Keterampilan dasar meliputi: komunikasi, kemampuan numerik, dan kemampuan teknologi informasi. Sedangkan keterampilan kunci yang lebih luas meliputi: bekerjasama dengan orang lain, meningkatkan kemampuan belajar dan kenerja diri, serta pemecahan masalah. Masing-masing dari keenam keterampilan kunci tersebut didefinisikan ke dalam lima level jabatan, mulai dari tenaga kasar, tukang, teknisi/supervisor, manajer yunior, dan profesional/manajerial.
The United Kingdom Confederation of British Industry menyatakan bahwa employability skills sebagai kualitas dan kompetensi yang wajib dimiliki oleh seseorang agar sesuai dengan perubahan kebutuhan dari majikan dan pelanggan, serta dengan demikian membantu untuk merealisasikan aspirasi dan potensi di tempat kerja (NCVER, 2003:6). Confederation of British Industry mengidentifikasi employability skills meliputi enam keterampilan kunci, serta ditambah dengan keterampilan dasar melek huruf, berhitung, dan teknologi informasi (Curtis, 2004:27). Di samping itu, juga termasuk sikap yang meliputi: kemampuan beradaptasi, manajemen karir, dan komitmen belajar sepanjang hayat.
The Curriculum Development Council mengidentifikasi sembilan tipe keterampilan generik sebagai komponen utama dalam sistem persekolahan, meliputi: (1) keterampilan berkolabirasi, (2) keterampilan berkomunikasi, (3) kreativitas, (4) keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan berpikir kritis, (6) keterampilan numerik, (7) keterampilan dalam bidang teknologi informasi, (8) keterampilan mengelola diri, dan (9) keterampilan belajar (dalam Yeung et.al., 2007:4)
Sementara itu, Yeung et al. (2007:13) dalam penelitiannya menyimpulkan kemampuan generik terdiri dari tiga dimensi yaitu: (1) socio-cognitive skills, (2) academic skills, dan (3) self skills. Dimensi socio-cognitive skills meliputi: keterampilan berkomunikasi, keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan keterampilan interpersonal. Dimensi academic skills meliputi keterampilan-keterampilan dasar dan bersifat dapat ditransfer yang bisa melibatkan pembelajaran akademik dalam berbagai disiplin dan lingkungan yang selalu berubah. Dalam konteks di China, keterampilan akademik meliputi keterampilan berbahasa Inggris, Mandarin, kompetensi numerik, dan pengetahuan komputer. Dimensi self skills meliputi sikap bertanggungjawab, kemampuan mengambil inisiatif, kemampuan berusaha, dan keterampilan dalam pembelajaran.
Robinson (2006:73) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menilai tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi lulusan the College of Agriculture, Food and Natural Resources (CAFNR) University of Missouri Columbia dan pemakai lulusan (supervisor di industri). Menurut persepsi supervisor, sepuluh atribut employability skills dengan tingkat kepentingan tertinggi yaitu: (1) kemampuan bekerja secara baik dengan rekan kerja, (2) kemampuan bekerja dengan baik dalam situasi penuh tekanan, (3) kemampuan bekerja secara independen, (4) kemampuan pemecahan masalah, (5) kemampuan memelihara sikap positif, (6) kemampuan membuat prioritas, (7) kemampuan mengelola waktu secara efektif, (8) kemampuan bekerja dalam batasan waktu, (9) kemampuan mengidentifikasi masalah, dan (10) kemampuan dalam menerima pengaruh dari pengambilan keputusan.
Penelitian yang dilakukan oleh Buntat (2004:101) dengan menggunakan model yang diadaptasi dari Employability Skills 2000+ menunjukkan tingkat kepentingan elemen-elemen employability skills berdasarkan persepsi supervisor industri di Malaysia meliputi: (1) bertanggungjawab, (2) mempunyai sikap positif, (3) kemampuan bekerja dengan orang lain, (4) kemampuan penyelesaian masalah, (5) bersifat kritis, (6) keterlibatan dalam proyek, (7) kemampuan berkomunikasi, (8) kemampuan menyesuaikan diri, dan (9) kemampuan berhitung.
Hasil penelitian Ogbeide (2006:1) menunjukkan elemen-elemen employability skills yang memerlukan level kompetensi tinggi menurut persepsi mahasiswa untuk kepentingan berkarir di industri perhotelan meliputi: kemampuan bekerja secara independen, memberikan petunjuk dan  bimbingan pada orang lain, mendapatkan pengetahuan baru dari pengalaman setiap hari, memelihara sikap positif, melakukan supervisi pekerjaan pada orang lain, mengkoordinasikan pekerjaan dengan rekan sejawat, mengadakan hubungan baik dengan bawahan, berhubungan secara baik dengan supervisor, menunjukkan kinerja secara optimal, mendelegasikan pekerjaan dengan bawahan, bekerja secara baik dengan rekan kerja, dan mampu membuat prioritas.
Berdasarkan hasil kajian pustaka di atas, selajutnya dikembangkan kerangka konseptual penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap indikator-indikator employability skills beserta atribut-atributnya. Dalam penelitian ini konstruk employability skills dihipotesiskan terbentuk oleh sembilan indikator, yaitu: (1) keterampilan berkomunikasi, (2) keterampilan kerjasama dalam tim, (3) keterampilan memecahkan masalah, (4) keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, (5) keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, (6) keterampilan mengelola diri, (7) keterampilan dalam belajar, (8) keterampilan menggunakan teknologi, dan (9) keterampilan kesehatan dan keselamatan kerja.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimen dan bersifat ex-post facto (Bordens & Abbott, 2008:216). Penelitian dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Metode survei merupakan salah satu bentuk penelitian kuantitatif non-eksperimen (Mitchell & Jolley, 2007:208) yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari suatu sampel yang terpilih mewakili populasi untuk kemudian dilakukan generalisasi guna mengetahui gambaran umum karakteristik populasi (Gall et.al, 2003:223).
Target responden penelitian ini adalah supervisor dari lulusan Politeknik Negeri Bali tahun 2009 dan mahasiswa tingkat akhir tahun akademik 2009/2010 yang sedang melakukan praktik kerja lapangan di industri. Ukuran sampel penelitian sebanyak 244, dihitung menggunakan formula Cohen dengan daya uji = 0,90, effect size sedang (=0,15) dan taraf signifikansi a = 5%. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling (Lohr, 2008:107) di mana sampel penelitian dialokasikan secara proporsional berdasarkan program studi lulusan dan mahasiswa. Jumlah sampel pada masing-masing program studi adalah seperti pada Tabel 1.

Tabel 1
Jumlah sampel penelitian pada masing-masing program studi

Program Studi
Jumlah Populasi Mahasiswa/Alumni
Proporsi terhadap Jumlah Populasi
Jumlah Sampel Supervisor
Akuntansi
150
19.0%
46
Administrasi Niaga
135
17.1%
42
Usaha Perjalanan Wisata
70
8.8%
22
Hotel & Restoran
102
12.9%
31
Teknik Sipil
52
6.6%
16
Teknik Elektro
103
13.0%
32
Sistem Informasi
26
3.3%
8
Teknik Mesin
107
13.5%
33
Tata Udara (Refrigrasi)
46
5.8%
14
Total
791
100%
244

Pengumpulan data lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Juni 2010. Data dikumpulkan dengan cara self-administered questionnaires, di mana responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tanpa adanya bantuan dari petugas pengumpul data (De Leeuw, 2008:113). Kuesioner disampaikan kepada responden secara langsung oleh petugas pengumpul data atau dikirim melalui pos. Kuesioner yang telah diisi kemudian diambil kembali oleh petugas pengumpul data atau dikirimkan kembali menggunakan pos.
Kuesioner Employability Skills (KES) dikembangkan guna melihat indikator-indikator employability skills yang diperlukan di tempat kerja. Kuesioner dikembangkan dan diadaptasi dari dokumen “Employability Skills for the Future” (BCA/ACCI, 2003) serta beberapa hasil kajian literatur yang relevan (Robinson, 2006; Ogbeide, 2006; Kimbrell & Vineyard, 2006). Dalam penelitian ini variabel konstruk employability skills dijabarkan menjadi sembilan indikator. Selanjutnya masing-masing indikator dijabarkan ke dalam atribut-atribut. Atribut-atribut inilah menjadi butir-butir pertanyaan dalam Kuesioner Employability Skills (KES). Secara keseluruhan Kuesioner Employability Skills memuat 60 butir pertanyaan. Instrumen ini menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat penting = 5, penting = 4, agak penting = 3, kurang penting = 2, dan tidak penting = 1.
Jumlah kuesioner yang diedarkan dalam penelitian ini sebanyak 250. Terdapat 216 kuesioner yang diisi secara benar dan lengkap serta layak untuk dianalisis lebih lanjut. Dengan demikian tingkat partisipasi responden (respons rate) dalam penelitian ini mencapai 86,4%. Hasil uji validitas instrumen penelitian dengan menggunakan koefisien korelasi pearson product moment terdapat empat butir pertanyaan yang tidak memenuhi kriteria valid (signifikan pada taraf a=5%). Dengan demikian terdapat 56 butir pertanyaan yang memenuhi kriteria valid dan reliabel dengan nilai koefisien korelasi pearson product moment antara 0,408 (terendah) sampai 0,838 (tertinggi), serta nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha)  0,968.
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan analisis faktor konfirmatori. Analisis deskriptif kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepentingan indikator-indikator employability skills. Analisis faktor konfirmatori dimaksudkan untuk mengkonfirmasi apakah kesembilan indikator dapat menjelaskan konstruk employability skills secara valid dan reliabel. Analisis faktor konfirmatori dilakukan dengan bantuan program LISREL 8,51 for Windows. Kriteria penerimaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standardized loading factor dari masing-masing variabel teramati (l) ³ 0,40, t-value standardized solution ³ 1.96, dan Construct Reliability (CR) ³ 0.70 (Hair et al., 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan jumlah skor minimal tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi supervisor adalah 182; jumlah skor maksimal 279; rerata (mean) sebesar 240,86; nilai tengah (median) 243; modus (mode) sebesar 262; dan simpangan baku 20,96. Rerata skor hasil penelitian (M=240,86) termasuk kategori tinggi sekali. Terdapat 0,5% responden supervisor yang mempersepsikan tingkat kepentingan employability skills dalam kategori sedang, dan selebihnya dalam kategori tinggi dan tinggi sekali. Deskripsi lebih rinci tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi supervisor dapat dicermati dari rerata skor masing-masing indikator yang menyusun konstruk employability skills (Tabel 2).
Analisis berikutnya juga dilakukan terhadap setiap butir pertanyaan dalam kuesioner. Nilai rerata dari setiap butir pertanyaan kemudian diurutkan dari besar ke kecil yang menunjukkan tingkat kepentingan atribut-atribut employability skills menurut persepsi supervisor. Hasil analisis tersebut menunjukkan sepuluh atribut employability skills dengan rerata skor tingkat kepentingan tertinggi menurut supervisor adalah: (1) tepat waktu dalam bekerja, (2) melaksanakan prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, (3) bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakan yang diambil, (4) memahami prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, (5) mengikuti prosedur keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja, (6) mengenali permasalahan dalam bekerja, (7) menunjukkan sikap yang baik dalam bekerja, (8) melaksanakan rencana kerja secara konsisten, (9) mengenali fungsi peralatan kerja, dan (10) menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas tim.

Tabel 2
Rerata skor dan simpangan baku tingkat kepentingan indikator-indikator employability skills menurut persepsi supervisor

Indikator Employability Skills
Rerata skor
Simpangan baku
% Tinggi dan Tinggi Sekali
Keterampilan berkomunikasi
4,116
0,479
94,9%
Keterampilan kerjasama dalam tim
4,347
0,424
99,1%
Keterampilan memecahkan masalah
4,286
0,468
97,2%
Keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha
4,187
0,457
95,4%
Keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan
4,204
0,516
92,6%
Keterampilan mengelola diri
4,407
0,428
95,8%
Keterampilan dalam belajar
4,349
0,447
97,2%
Keterampilan menggunakan teknologi
4,341
0,463
96,8%
Keterampilan kesehatan dan keselamatan kerja
4,468
0,533
96,3%
Rerata semua indikator
4,301



Sementra itu, sepuluh atribut employability skills dengan rerata skor tingkat kepentingan terendah menurut supervisor adalah: (1) mengidentifikasi peluang berusaha, (2) mengembangkan gaya komunikasi sesuai situasi dan kondisi, (3) menterjemahkan ide ke dalam tindakan nyata, (4) menyampaikan informasi secara lisan, (5) meminta bantuan apabila memang diperlukan, (6) berpartisipasi dalam proses perencanaan dan peningkatan secara berkelanjutan, (7) mengalokasikan sumberdaya dalam berbagai kegiatan, (8) mengimplementasikan rencana pengembangan sesuai konteks yang ada, (9) berkomunikasi secara lisan dan tertulis dalam bahasa Inggris, (10) memahami dan menuliskan kebutuhan orang lain.
Hasil analisis faktor konfirmatori dalam bentuk standardized solution seperti pada Gambar 1. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien struktural (l) dari masing-masing varabel indikator bervariasi antara 0,51 hingga 0,90, serta t-value lebih besar dari 1,96. Nilai koefisien struktural ini lebih besar dari kriteria penerimaan yakni 0,40. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa kesembilan variabel teramati: keterampilan berkomunikasi, keterampilan kerjasama dalam tim, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, keterampilan mengelola diri, keterampilan dalam belajar, keterampilan menggunakan teknologi, dan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan variabel-variabel yang valid dalam menjelaskan konstruk employability skills mahasiswa.

Keterangan:
ES = Employability Skills
ES1 = Keterampilan berkomunikasi
ES2 = Keterampilan kerjasama tim
ES3 = Keterampilan memecahkan masalah
ES4 = Keterampilan prakarsa dan berusaha
ES5 = Keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan
ES6 = Keterampilan mengelola diri
ES7 = Keterampilan belajar
ES8 = Keterampilan menggunakan teknologi
ES9 = Keterampilan kesehatan dan keselamatan kerja
 
Gambar 1
Hasil analisis konfirmatori variabel employability skills

Sementara itu, hasil perhitungan reliabilitas variabel laten employability skills (ES) menunjukkan reliabilitas konstruk = 0,93. Nilai ini lebih besar dari kriteria penerimaan 0,70. Hal ini berarti bahwa reliabilitas model pengukuran dari variabel laten employability skills adalah baik.

Pembahasan
Hasil analisis deskriptif menunjukkan jumlah skor tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi supervisor mempunyai rerata (mean) sebesar 240,86. Dalam pandangan pemberi kerja, employability skills dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga untuk membuat kemajuan-kemajuan di tempat kerja serta memberikan kontribusi pada tujuan-tujuan perusahaan (BCA/ACCI, 2003), maka tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi supervisor berada dalam kategori tinggi sekali.
Apabila employability skills diartikan sebagai keterampilan-keterampilan generik untuk memasuki dunia kerja, maka hasil penelitian ini dapat dimaknai sebagai indikasi adanya kebutuhan nyata di tempat kerja akan berbagai keterampilan-keterampilan di luar keterampilan teknis. Hasil penelitian juga menunjukkan hampir 99,5% supervisor mempersepsikan kepentingan employability skills dalam kategori tinggi dan tinggi sekali. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Robinson (2005:51) menunjukkan bahwa lebih dari 81% responden menyatakan sangat penting memiliki employability skills, seperti: komunikasi, mengelola informasi, pemecahan masalah, bertanggungjawab dan kemampuan beradaptasi, serta kerja sama dalam tim. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa employability skills telah diidentifikasi sebagai suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh para pekerja untuk dapat bersaing di dunia kerja abad ke-21 ini.
Dari berbagai referensi tentang employability skills selaras dengan perubahan-perubahan dunia kerja sebagai akibat dari berkembangnya ekonomi berbasis pengetahuan, penelitian ini cenderung merekomendasikan agar aspek-aspek employability skills mendapatkan perhatian dalam proses pembelajaran di politeknik. Hasil analisis faktor konfirmatori juga menunjukkan keterampilan berkomunikasi (communication skills), keterampilan kerjasama dalam tim (team work skills), keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha (initiative and enterprise skills), keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan (planning and organising skills), keterampilan mengelola diri (self-management skills), keterampilan dalam belajar (learning skills), keterampilan menggunakan teknologi (technology skills), serta keterampilan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (workplace health and safety) merupakan indikator-indikator yang valid dan reliabel dalam menjelaskan konstruk employability skills, dengan nilai koefisien struktural (l) bervariasi antara 0,51 hingga 0,90, serta dengan nilai reliabilitas konstruk sebesar 0,93. Indikator-indikator ini penting untuk menjadi perhatian agar lulusan politeknik selain dibekali dengan keterampilan-keterampilan teknis sesuai bidangnya, juga dibekali dengan sejumlah keterampilan-keterampilan yang bersifat generik.
Menggunakan pendekatan sedikit berbeda, penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Yeung et al. (2007:5) menunjukkan tiga dimensi employability skills mempunyai koefisien struktural yang bervariasi dari 0,54 hingga 0,82. Tiga dimensi employability skills, yaitu: (a) socio-cognitive, (b) academic, dan (c) self. Dimensi socio-cognitive meliputi communication skills, problem solving skills, creativity, dan interpersonal skills. Dimensi akademik meliputi keterampilan akademik dasar seperti penguasaan bahasa asing, berhitung, dan keterampilan komputer. Sementara dimensi self terdiri atas responsibility, initiative, effort, dan self-learning.
Keterampilan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja, keterampilan mengelola diri, keterampilan belajar di tempat kerja, keterampilan bekerjasama dalam tim, dan keterampilan menggunakan teknologi juga mempunyai tingkat kepentingan di atas rata-rata (M=4,301). Hasil-hasil tersebut dapat dimaknai bahwa supervisor memandang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja sangat dibutuhkan di tempat kerja. Hal ini menjadi sebuah fenomena menarik di mana aspek kesehatan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting.
Selain itu, keterampilan bekerjasama dalam tim dipersepsikan dalam kategori tinggi dan sangat tinggi oleh hampir 99,1% responden. Ini merupakan angka prosentase tertinggi dibandingkan dengan indikator-indikator lainnya, dan menempati urutan keempat tingkat kepentingan indikator-indikator employability skills menurut persepsi supervisor. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Buntat (2004:101) yang menunjukkan keterampilan bekerja sama dengan orang lain sebagai indikator employability skills yang dianggap sangat penting oleh supervisor. Hasil-hasil ini mengindikasikan bahwa dalam pandangan supervisor sangatlah penting dibangun suatu kekompakan dalam bekerja sehingga akan memudahkan pencapaian target-target perusahaan.
Keterampilan berkomunikasi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, serta keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan mempunyai tingkat kepentingan di bawah rata-rata. Apabila diperhatikan lebih lanjut, keempat indikator employability skills ini bukan berarti tidak penting. Hal ini ditunjukkan oleh rerata jumlah skor tingkat kepentingan indikator-indikator tersebut berada dalam kategori tinggi sekali. Hal ini juga didukung oleh fakta yang menunjukkan prosentase responden yang mempersepsikan keterampilan berkomunikasi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, serta keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan dalam kategori tinggi dan tinggi sekali bervariasi antara 92,6% hingga 97,2%. Keterampilan berkomunikasi merupakan indikator employability skills dengan tingkat kepentingan terendah. Hal ini bukan berarti bahwa keterampilan berkomunikasi itu tidak penting, karena berdasarkan rerata jumlah skor tingkat kepentingan employability skills masih berada dalam kategori tinggi sekali.
Keterampilan mengelola diri merupakan indikator employability skills dengan koefisien struktural tertinggi yakni 0,90. Ini berarti bahwa kepercayaan dan komitmen diri untuk mengalokasikan waktu, tenaga dan pikiran memberikan kontribusi terbesar dalam menjelaskan konstruk employability skills. Sementara itu, keterampilan berkomunikasi merupakan indikator employability skills dengan koefisien struktural terendah yakni 0,52. Hal ini mengandung makna bahwa kemampuan dalam menerima dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan secara efektif memberikan kontribusi terkecil dalam menjelaskan konstruk employability skills. Hasil-hasil penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arensdorf (2009:106-109) di mana kemampuan mengelola diri sendiri sebagai indikator employability skills dengan tingkat kepentingan tertinggi, kemudian disusul dengan kemampuan kerjasama dalam tim, pemecahan masalah, kemampuan berinovasi, dan kemampuan berkomunikasi.
Menurut supervisor terdapat 28 atribut yang mempunyai rerata skor di atas rata-rata keseluruhan. Sepuluh atribut tersebut yang mempunyai tingkat kepentingan tertinggi menurut persepsi supervisor adalah (1) tepat waktu dalam bekerja, (2) melaksanakan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja sesuai prosedur, (3) bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakan yang diambil, (4) memahami prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, (5) mengikuti prosedur keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja, (6) mengenali permasalahan dalam bekerja, (7) menunjukkan sikap yang baik dalam bekerja, (8) melaksanakan rencana kerja secara konsisten, (9) mengenali fungsi peralatan kerja, serta (10) menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas tim. Hal ini mengandung makna bahwa persoalan disiplin waktu dan perilaku dalam bekerja menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja juga menjadi hal yang sangat penting dalam memasuki dunia kerja. Di samping itu, kemampuan mengenali permasalahan di tempat kerja dan sikap bertanggungjawab merupakan hal yang sangat penting dalam bekerja.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil-hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1).     Tingkat kepentingan employability skills menurut persepsi supervisor termasuk dalam kategori tinggi sekali. Hal ini dapat dimaknai sebagai indikasi bahwa supervisor memandang sangat penting bagi para pencari kerja memiliki keterampilan-keterampilan employability skills agar dapat berhasil di tempat kerja serta dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan perusahaan.
2).     Model pengukuran konstruk employability skills mahasiswa politeknik terdiri atas indikator-indikator: keterampilan berkomunikasi, keterampilan kerjasama dalam tim, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, keterampilan mengelola diri, keterampilan dalam belajar, keterampilan menggunakan teknologi, serta keterampilan berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Indikator-indikator ini dinyatakan valid dan reliabel dengan nilai koefisien struktural (l) bervariasi antara 0,51 hingga 0,90, serta nilai reliabilitas konstruk sebesar 0,93.
Berdasarkan simpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1).     Dalam upaya meningkatkan relevansi dan daya saing lulusan di pasar kerja, lulusan politeknik perlu dibekali dengan keterampilan-keterampilan employability. Politeknik sebagai penyelenggara pendidikan tinggi vokasi perlu meninjau kembali kurikulum dan proses pembelajarannya agar tercipta keseimbangan di antara academic skills, technical skills, dan employability skills.
2)      Pengembangan employability skills mahasiswa politeknik diarahkan pada upaya meningkatkan kompetensi atribut-atribut yang merupakan representasi dari indikator-indikator keterampilan berkomunikasi, keterampilan kerjasama dalam tim, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha, keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan, keterampilan mengelola diri, keterampilan dalam belajar, keterampilan menggunakan teknologi, serta keterampilan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja.
3).     Penelitian lanjutan juga disarankan untuk dilakukan dengan lingkup penelitian yang diperluas, dengan melibatkan seluruh politeknik lainnya yang ada di Indonesia. Penelitian lanjutan juga diperlukan guna mengidentifikasi aspek-aspek kritikal dari employability skills yang perlu mendapatkan prioritas dalam pengembangannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arensdorf, J. (2009). The perceptions of employability skills transferred from academic leadership classes to the workplace: A study of the FHSU leadership studies certificate program. Dissertation (unpublished). Manhattan, Kansas: Department of Curriculum and Instruction, College of Education, Kansas State University.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan 2004 – 2010. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 dari http://www.bps.go.id/

BCA/ACCI. (2003). Employability skills for the future. A Report by the Australian Chamber of Commerce and Industry (ACCI) and the Business Council of Australia (BCA) for the Department of Education, Science and Training, Canberra.

Bennett, Tracy M. (2006). Defining the importance of employability skills in career/technical education. Dissertation (unpublished). The Graduate Faculty of Auburn University, Auburn, Alabama.

Bordens, K.S., & Abbott, B.B. (2008). Research design and methods: A process approach (7th ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Buntat, Yahya B. (2004). Integrasi kemahiran employability dalam program pendidikan vokasional pertanian dan industri di Malaysia. Disertasi tidak dipublikasikan. Fakulti Pendidikan, Universiti Teknologi Malaysia.

Cassidy, S. (2006). Developing employability skills: Peer assessment in higher education. Education + Training, 48(7): 508-517.

Curtis, D. & McKenzie, P. (2001). Employability skills for australian industry: Literature review and framework development. Canbera: Australian Council for Educational Research.

Curtis, D. (2004). International perspective of generic skills. In Gibb (Ed) Generic skills in vocational education and training: Research readings. Adelaide, Australia: National Centre for Vocational Education Research (NCVER).

De Leeuw, E.D. (2008). Choosing the method of data collection. In Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox, and Don A Dillman (Eds.), International hanbook of survey methodology (pp. 113-135). New York: Lawrence Erlbaum Associates.

Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2003). Educational research: An introduction (7th ed.). Boston, MA: Allen and Bacon.

Gibb, J. (2004). Generic skills in vocational education and training. Adelaide SA: National Centre for Vocational Education Research Ltd.

Hager, P. & Holland, S. (2006). Graduate attributes, learning, and employability. The Netherlands: Springer.

Hair, Jr., J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E., & Tatham, R.L. (2006). Multivariate data analysis. 6th edtion. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Kimbrel, G. & Vineyard, B. S. (2006). Succeeding in the world of work. New York: McGraw-Hill Companies.

Lohr, S.L. (2008). Coverage and sampling. In Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox, and Don A Dillman (Eds.), International hanbook of survey methodology (pp. 97-112). New York: Lawrence Erlbaum Associates.

Mitchell, M.L., & Jolley, J.M. (2007). Research design explained (6th ed). Belmont, CA: Thompson Wadsworth.

NCVER. (2003). Defining generic skills: At a glance. Adelaide, Australia: National Centre for Vocational Education Research (NCVER).

Ogbeide, Godwin C.A. (2006). Employability skills and students’ self-perceived competence for careers in the hospitality industry. Unpublished Doctoral Dissertation. University of Missouri, Columbia.

Overtoom, Christine. (2000). Employability skills: An update. ERIC Digest No. 220. Columbus, Ohio: ERIC Clearinghouse on Adult, Career, and Vocational Education. Diakses 12 Juli 2008 dari http://www.ericdigests.org/2001-2/skills.htm.

Politeknik Negeri Bali. (2008). Pedoman Pendidikan Politeknik Negeri Bali. Denpasar: Politeknik Negeri Bali.

Robinson, Jacquelyn P. (2000). What are employability skills?. The Workplace, 1(3).

Robinson, J.S. (2006). Graduates’ and employers’ perceptions of entry-level employability skills needed by agricultural, food and natural resources graduates.  Doctoral Dissertation (unpublished). Columbia: University of Missouri.

Robinson, L.L. (2005). Developing employability skills for Malaspina University-College students. Master’s Thesis (unpublished). Ottawa, Kanada: Royal Roads University.

Yeung, A.S., Christina, Ng., & Liu, W.P. (2007). Generic capabilities for lifelong education: Conceptualization and construct validity. Fremantle, Australia: Paper presented at the Australian Association for Research in Education, November 2007.

Yorke, M.. (2006). Employability in higher education: What it is – What it is not. York, United Kingdom: The Higher Education Academy.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS


I.      KETERANGAN PERORANGAN:
1.
Nama lengkap
:
Dr. Ir. I Made Suarta, S.E., M.T.
2.
N I P
:
19630225 199003 1 004
3.
Tempat/tanggal lahir
:
Pecatu, 25 Februari 1963
4.
Jenis kelamin
:
Pria
5.
A g a m a
:
Hindu
6.
Pangkat / golongan ruang
:
Pembina Tk. I, IV/b
7.
Jabatan fungsional
:
Lektor Kepala
8.
Alamat Kantor
:
Politeknik Negeri Bali, Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali.
Telp. (0361) 701981, Fax. (0361) 701128
9.
Alamat Rumah
:
Jl. Nuansa Udayana I/18, Taman Griya Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali.
Telp/Fax. (0361) 8479180, HP. 081 239 68 359
10.
Email
:
i_md_suarta@yahoo.co.id 

II.    PENDIDIKAN:
No
Tingkat
Nama Pendidikan
Jurusan
Tahun Lulus
Tempat
1.
Sarjana
Fakultas Pertanian UNUD
Tanah
1988
Denpasar
2.
Sarjana
Fakultas Ekonomi UPBJJ - UT
Manajemen
1999
Denpasar
3.
Pascasarjana
Program Pascasarjana ITS
Teknik Informatika
1999
Surabaya
4.
Program Doktor
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
2011
Yogyakarta
        

No comments:

Post a Comment