Oleh:
Anggiat
Simanjuntak, S.Pd
(Guru SMP Negeri 1 Tebing Tinggi)
Peserta
Jarlit Kota Tebing Tinggi
ABSTRAK
Anggiat
Simanjuntak. ” Implementasi Model Pembelajaran
Koperaif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Karakter dan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA
Kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi”. Tebing Tinggi, SMP Negeri 1 Tebing
Tinggi, 2011. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya karakter dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi. Tujuan
penelitian adalah menemukan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
karakter dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah
model Pembelajaran Koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Metode
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas
VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, siklus I dilakukan dalam empat kali pertemuan dengan
materi pelajaran Sifat-sifat
Cahaya, Pemantulan Cahaya, dan Cermin, dan siklus
II juga dilakukan dalam empat kali
pertemuan dengan materi pelajaran Pembiasan Cahaya dan Lensa. Data yang
dikumpulkan adalah nilai hasil ulangan harian yang dilaksanakan di akhir setiap
siklus, serta hasil pengamatan nilai-nilai karakter siswa selama proses
pembelajaran. Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa karakter
siswa meningkat dari 10 % sebelum pemberian tindakan menjadi 16,7 % pada akhir
siklus I dan menjadi 45,9 % pada akhir siklus II. Ketuntasan belajar siswa
mengalami peningkatan dari 50 % sebelum pemberian tindakan menjadi 66,7 % pada
akhir siklus I dan menjadi 83,3 % pada akhir siklus II. Demikian juga pada
nilai rata-rata ulangan harian siswa meningkat dari 68,7 sebelum penelitian
menjadi 77,2 pada akhir siklus I dan menjadi 85,6 pada akhir siklus II. Dengan
demikian implementasi Model Pembelajaran Koperatif tipe NHT pada pembelajaran
IPA dapat meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa kelas VIII-1 SMP Negeri
1 Tebing Tinggi. Berdasarkan hasil penelitian disarankan supaya: guru-guru IPA SMP
dapat menerapkan model Pembelajaran Koperatif tipe NHT dalam meningkatkan
karakter dan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA, Dinas
Pendidikan dan Sekolah menyelenggarakan pelatihan Model Pembelajaran Koperatif
tipe NHT dan pelatihan PTK bagi guru-guru IPA SMP, Kementerian Pendidikan
Nasional supaya memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah yang
terintegrasi ke dalam sumua mata pelajaran.
Kata kunci: Pembelajaran Koperatif , Numbered Heads
Together, Peningkatan, Karakter, Hasil Belajar.
ABSTRACT
Anggiat Simanjuntak. "Implementation of Cooperative
Learning Model Type Numbered Heads Together To Enhance Students Character and
Learning Outcomes In Science Learning on Class VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing
Tinggi". Tebing Tinggi, SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, 2011. The
problem is the low character and learning outcomes of students in science on
class VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi. The research objective is to find an effective learning
model to enhance students character and learning outcomes. Learning model used
is the Cooperative Learning model type Numbered Heads Together (NHT). The
research method used was Classroom Action Research (CAR) in the class VIII-1
SMP Negeri 1 Tebing Tinggi. The research consisted of two cycles, cycle I
performed in four meetings with subject matter Properties of Light, Light
Reflection, and Mirror, and cycle II was also conducted in four meetings with
subject matter Refraction of Light and Lens. The data collected is the result
of daily tests carried out at the end of each cycle, as well as observations of
the values of the character of students during the learning process. The
results of analysis of data obtained shows that the character of students
increased from 10% before action to 16.7% at the end of cycle I and to 45.9% at
the end of cycle II. Exhaustiveness student learning has increased from 50%
prior to the action to be 66.7% at the end of cycle I and to 83.3% at the end
of cycle II. Likewise, the average value of daily tests of students increased
from 68.7 before the study to 77.2 at the end of the cycle I and to 85.6 at the
end of cycle II. Thus the implementation of the Cooperative Learning Model type
NHT on science learning can enhance students' character and and Learning
Outcomes class VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi. Based
on the results
of the
study recommended
that: junior
high school science
teachers
can
implement the
Cooperative
Learning
model
type
NHT
to enhance student’s character and
learning outcomes especially in
Science, Department of Education
and the Schools
held Cooperative
Learning Model
type
NHT
training and Class
Action Research training for
junior high school science
teachers,
Ministry
of National Education is expected to include
character education into school curriculum that
is integrated into all subjects
Key words: Cooperative Learning, Numbered Heads Together, Enhance, Character, Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama (Sistem Pendidikan
Nasional, 2003). Semua pihak bertanggung jawab terhadap pendidikan bangsa ini. Tidak hanya mereka yang terjun di
lembaga pendidikan formal seperti guru, dosen dan
sebagainya, tapi semua kalangan harus memberi kontribusi dalam pendidikan.
Pendidikan harus utuh dan menyeluruh, meliputi
semua aspek dalam kehidupan seorang manusia. Pendidikan harus berorientasi pada terbentuknya individu-individu yang
memiliki karakter /jati diri (kepribadian) yang
lengkap, utuh dan menyeluruh.
Sampai
dengan sekitar tahun 1980-an bangsa kita masih dikenal dengan kerukunannya
walaupun Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, adat istiadat, dan
berbagai perbedaan lainnya. Indonesia memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”
yang berarti walaupun kita berbeda tetapi kita tetap satu. Dan ini tidak hanya
semboyan belaka. Masyarakat yang berbeda suku, agama, ras, dan adat istiadat
dapat hidup bersama dengan rukun dan
damai, baik di kota apalagi di desa-desa. Masyarakat hidup saling tolong
menolong, peduli dengan orang lain di sekitarnya, dan saling menghormati satu
sama lain.
Tetapi
sekarang ini keadaan sudah berubah, sikap manusia bangsa kita sudah berubah
kearah yang kurang baik. Akhir-akhir ini banyak ditemukan sikap dan perbuatan
masyarakat yang tidak mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Hal ini banyak kita temukan di sekitar kita, antara lain: perkelahian antar
desa, perang antar kampung, perang antar pendukung club sepak bola, tawuran
siswa antar sekolah, tawuran mahasiswa antar perguruan tinggi, tawuran
mahasiswa antar fakultas.
Dari
hasil pemantauan selama 2 tahun terakhir ini didapati rendahnya karakter siswa
di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan mengklasifikasikan
tingkatan karakter siswa menjadi baik, cukup dan kurang, maka hasil pemantauan
2 tahun terakhir menunjukkan bahwa hanya sekitar 10 % siswa yang memiliki
karakter baik, 30 % siswa memiliki karakter cukup, dan sisanya memiliki
karakter yang kurang baik. Di dalam proses belajar mengajar IPA di kelaspun
karakter-karakter yang tidak baik ini dapat dijumpai, misalnya: siswa tidak
berani menjawab pertanyaan dari guru ataupun dari teman, siswa suka mengejek
temannya yang salah menjawab pertanyaan guru, siswa tidak mengerjakan PR, siswa
berbohong ketika ditanya guru kenapa tidak mengerjakan PR, mencontek pekerjaan
teman, menjawab guru dengan tidak hormat, tidak sopan, tidak dapat bekerja sama
dengan teman kelompok, dan masih banyak lagi sikap siswa yang menunjukkan
rendahnya karakter siswa akhir-akhir ini.
Berdasarkan
hasil analisis nilai-nilai ulangan harian siswa dalam mata pelajaran IPA
didapati bahwa hanya 50 % siswa yang memperoleh nilai yang memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), dan semua siswa yang karakternya baik memperoleh
nilai yang memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan bahwa karakter siswa juga
mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran IPA beberapa
nilai-nilai karakter dapat dikembangkan dengan menggunakan berbagai model
pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPA. Salah satu dari beberapa
model pembelajaran yang ada saat ini yang sesuai untuk meningkatkan nilai-nilai
karakter siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran Koperatif.
Dalam
pembelajaran koperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam
kelompok-kelompok kecil ini siswa diharapkan dapat bekerja sama, saling
membantu, saling berbagi, saling menghargai, berkomunikasi dengan baik, menerima
perbedaan, menerima keberadaan teman, dan lain-lain yang semuanya itu adalah
merupakan nilai-nilai karakter siswa yang perlu dikembangkan. Model
Pembelajaran Koperatif memiliki banyak tipe, antara lain Student
Team-Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT),
Think-Pair-Share (TPS), Numbered-Head-Together (NHT), Jigsaw, dan lain-lain.
Dalam Penelitian ini tipe yang dipakai adalah tipe NHT.
Dari
uraian di atas diharapkan dengan mengimplementasikan Model Pembelajaran
Koperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan karakter siswa dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di kelas VIII-1 SMP Negeri 1
Tebing Tinggi.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah dengan mengimplementasikan Model Pembelajaran
Koperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan karakter siswa di
kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi?
2.
Apakah dengan mengimplementasikan Model Pembelajaran
Koperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi?
Tujuan
Penelitian
Secara
umum tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian adalah menemukan
model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan karakter dan hasil belajar
siswa.
Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.
meningkatkan karakter siswa
2.
meningkatkan hasil belajar IPA siswa
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin
dicapai adalah:
a.
Untuk siswa:
Menikatnya karakter dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA.
b.
Untuk Guru:
bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan
karakter, khususnya pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA.
c.
Untuk Sekolah:
Sebagai bahan referensi bagi rekan-rekan sejawat dalam
meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
d.
Untuk Instansi terkait:
Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat rencana program
kegiatan
KAJIAN PUSTAKA
Karakter
Menurut Pusat Bahasa
Depdiknas, karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Karakter juga dapat diartikan
sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain (Kemendiknas, 2010).
Menurut Soemarsono
Soedarsono (2008), karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita
melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh
lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi
semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam system daya juang yang melandasi
pemikiran, sikap dan perilaku kita.
Seseorang memiliki
karakter mulia berarti ia memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif,
percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri,
hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah
hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif,
inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan
(estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Ia juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik, dan ia juga mampu bertindak sesuai potensi dan
kesadarannya tersebut.
Dalam buku Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun oleh Kemendiknas terdapat 18
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat dikembangkan dalam diri siswa
di sekolah (terlampir) . Untuk setiap nilai dikembangkan indikator-indikator
yang berbeda-beda sesuai tingkatan kelas siswa. Terdapat empat jenjang kelas
siswa yaitu: SD (kelas 1-3, dan kelas 4-6), SMP (kelas 7-9), dan SMA/SMK (kelas
19-12) .
Indikator
itu bersifat berkembang secara progresif. Artinya, perilaku yang dirumuskan
dalam indikator untuk jenjang kelas 1 - 3 lebih sederhana dibandingkan perilaku
untuk jenjang kelas 4 - 6. Untuk nilai yang sama, perilaku yang dirumuskan
dalam indikator untuk kelas 7 - 9 lebih kompleks dibandingkan untuk kelas 4 -
6, tetapi lebih sederhana dibandingkan untuk kelas 10 - 12. Misalnya, untuk
nilai religius, indikator “mengenal dan mensyukuri tubuh dan bagiannya
sebagai ciptaan Tuhan melalui cara merawatnya dengan baik” untuk kelas 1-3
lebih sederhana dibandingkan indikator “mengagumi sistem dan cara kerja
organ-organ tubuh manusia yang sempurna dalam sinkronisasi fungsi organ” untuk
kelas 4-6 karena mengagumi sistem dan
cara kerja organ lebih tinggi dibandingkan dengan mengenal dan mensyukuri tubuh dan bagian tubuh.
Model Pembelajaran Koperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan
model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
Menurut
Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.
Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa
semua adalah anggota
3.
Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan
dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sedangkan
ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.
Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan
materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender.
3.
Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing-masing individu.
Dalam
pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar
siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling
membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman lain.
Terdapat
beberapa tipe dalam Model Pembelajaran Koperatif, antara lain Student
Team-Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT),
Think-Pair-Share (TPS), Numbered-Head-Together (NHT), Jigsaw, dan
lain-lain.
Model Pembelajaran Koperatif tipe NHT
atau Penomoran-Berpikir Bersama yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Kokom
Komalasari, 2010) merupakan model pembelajaran di mana setiap siswa diberi
nomor dan kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Model pembelajaran ini
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhdap struktur kelas
tradisional. Sebagai ganti mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan struktur empat langkah berikut ini.
Tahap-1 :
Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 siswa dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 sesuai jumlah anggota dalam satu
kelompok.
Tahap-2 :
Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan atau tugas kepada siswa.
Pertanyaan dapat berupa LKS untuk dikerjakan dalam kelompok.
Tahap-3 :
Berpikir Bersama. Siswa dalam kelompok berdiskusi mengerjakan tugas dan menyatukan
pendapat terhadap jawaban pertanyaan atau tugas yang diberikan guru. Setiap
anggota kelompok harus mengetahui jawaban pertanyaan atau tugas yang diberkian
guru.
Tahap-4 :
Menjawab. Guru mengundi suatu nomor tertentu dan memanggil nomor itu, kemudian
siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan atau
tugas yang diberikan guru untuk seluruh kelas.
Dalam Model Pembelajaran Kopertatif
tipe NHT ini semua siswa harus aktif dalam kelompok supaya mampu menjawab
pertanyaan guru apabila nomornya yang mendapat giliran menjawab. Abila siswa
dapat menjawab dengan benar maka kelompok akan mendapat nilai tambah,
sebaliknya apabila siswa tidak dapat menjawab dengan benar maka kelompok juga
tidak mendapat nilai tambah. Dengan demikian diharapkan siswa saling membantu
dalam kerja kelompok, siswa yang mampu akan membantu temannya yang kurang
mampu.
Dari paparan di atas diprediksi bahwa
dengan mengimplementasikan Model Pembelajaran Koperatif tipe NHT dalam
pembelajaran IPA diharapkan nilai-nilai karakter siswa berikut ini dapat
dimunculkan dan ditingkatkan
METODE PENELITIAN
Setting penelitian
Penelitian
dilakukan di kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi semester genap Tahun
Pelajaran 2010/2011 dengan mengimplementasikan Model Pembelajaran Koperatif
tipe NHT dalam pembelajaran IPA.
Sesuai dengan prinsip dasar
Pembelajaran Koperatif, maka nilai-nilai karakter siswa yang menjadi variabel
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Karakter
|
Indikator
|
1.
Religius
|
a. Tekun
berdoa sebelum pembelajaran dimulai
b. Mengucapkan
salam keagamaan pada waktu memasuki kelas
c. Menyebut
nama Tuhan tidak dengan sembarangan
|
2.
Jujur
|
a. Tidak
menyontek ataupun menjadi plagiat dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah
b. Mengemukakan
pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok diskusi.
c. Menyatakan
sesuatu apa adanya
|
3.
Toleransi
|
a. Tidak
suka menggangu teman.
b. Menghormati
teman yang berbeda pendapat.
c. Bertanya
dan menjawab pertanyaan dengan sopan
|
4.
Disiplin
|
a. Selalu
tertib dalam melaksanakan tugas-tugas rumah dan sekolah.
b. Menaati
aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah diskusi kelas.
c. Menyelesaikan
tugas tepat waktu
d. Tepat
waktu masuk ke dalam kelas
|
5.
Kerja sama
|
a.
Bekerja sama dalam kelompok di kelas.
b.
Berdiskusi dengan teman dalam kelompok
c.
Menerima dan memberikan idea atau saran dalam
kelompok
|
6.
Tanggung-jawab
|
a.
Melaksanakan tugas sebagai anggota kelompok
b.
Berperan aktif dalam kelompok
c.
Membantu teman satu kelompok yang kurang mampu
|
7.
Kreatif
|
a.
Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu pokok
bahasan.
b.
Bertanya mengenai penerapan suatu hukum/teori/prinsip
dari materi lain ke materi yang sedang dipelajari.
c.
Mengerjakan tugas dengan cara yang lebih baik
|
Hasil
belajar yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah nilai perolehan siswa
pada ulangan harian 1 pada siklus I dan ulangan harian 2 pada siklus II.
Berikut ini adalah indikator-indikator ulangan harian pada setiap siklus:
Indikator-indikator
pada ulangan harian siklus I
Indikator
|
·
Menjelaskan hukum pemantulan cahaya
|
·
Menjelaskan sifat-sifat bayangan yang
dihasilkan oleh cermin datar
|
·
Melukiskan bayangan benda yang dibentuk oleh
cermin cekung dan mendeskripsikan sifat bayangan yang terjardi
|
·
Melukiskan bayangan benda yang dibentuk oleh
cermin cembung dan mendeskripsikan sifat bayangan yang terjardi
|
·
Menentukan jarak bayangan, jarak benda, jarak
fokus, dan perbesaran bayangan pada cermin cekung dengan menggunakan rumus
1/So + 1/Si = 1/f dan M = hi / ho
|
·
Menentukan jarak bayangan, jarak benda, jarak
fokus, dan perbesaran bayangan pada cermin cembung dengan menggunakan rumus
1/So + 1/Si = 1/f dan M = hi / ho
|
Indikator-indikator
ulangan harian siklus II
Indikator
|
·
Menentukan indeks bias medium dengan
menggunakan rumus n = C/v
|
·
Menggambarkan pembiasan cahaya pada kaca plan paralel
|
·
Melukiskan bayangan benda yang dibentuk oleh
lensa cembung dan mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang terbentuk
|
·
Melukiskan bayangan benda yang dibentuk oleh
lensa cekung dan mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang terbentuk
|
·
Menentukan jarak bayangan, jarak benda, jarak
focus, dan perbesaran bayangan pada lensa cembung dengan menggunakan rumus
1/So + 1/Si = 1/f dan M = hi / ho
|
·
Menentukan jarak bayangan, jarak benda, jarak
focus, dan perbesaran bayangan pada lensa cekung dengan menggunakan rumus 1/So
+ 1/Si = 1/f dan M = hi / ho
|
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang direncanakan dilaksanakan
dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang terdiri dari:
1)
Perencanaan
Penelitian ini diawali dengan berbagai
perencanaan yaitu :
·
Penyusunan
RPP dengan model pembelajaran koperatif tipe NHT
·
Penyiapan
alat dan bahan yang diperlukan dalam RPP
·
Penyiapan
lembar kerja siswa
·
Penyusunan
lembar obsevasi dan lembar peniliaian hasil belajar
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Rencana yang telah disusun dalam RPP dilaksanakan
di dalam kelas maupun di dalam laboratorium IPA sesuai dengan RPP yang telah
dibuat. Proses Belajar Mengajar dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran koperatif tipe NHT. Pembelajaran dilaksanakan berkelompok yang
terdiri dari 6 kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 4 siswa yang
heterogen dengan maksud siswa dapat saling berbagi dalam mengerjakan
tugas-tugas kelompok. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1, 2, 3, dan 4, dan
setiap kelompok diberi nama kelompok A, B, C, D, E, dan F.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru memberikan
tugas dalam dalam bentuk LKS dan siswa mengerjakan tugas bersama-sama dalam
kelompok. Pada akhir kegiatan guru memandu siswa untuk mempresentasikan hasil
kerja tiap-tiap kelompok dengan mengundi
nomor siswa dan nama kelompok yang akan mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Setelah selesai presentasi, siswa dari kelompok lain dipersilahkan
memberi tanggapan atas presentasi kelompok temannya.
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk
membuat rangkuman dari hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan
memastikan seluruh siswa sudah mengetahui jawaban yang benar dari pertanyaan
atau tugas yang diberikan oleh guru.
Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan
untuk mengetahui peningkatan karakter siswa serta untuk melihat kekurangan dan
kelebihan pada pelaksanan pembelajaran untuk dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya.Untuk mengetahui peningkatan nilai hasil belajar siswa dilakukan
ulangan harian pada akhir siklus I dan siklus II.
3)
Observasi
Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan
pembelajaran apakah semua rencana yang telah dibuat terlaksana dengan baik atau
apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan sehingga dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui peningkatan karakter
siswa dalam pembelajaran berbasis koperatif IPA. Observasi dilakukan oleh teman
sejawat dalam satu tim.
4)
Analisis
dan Refleksi
Hasil observasi dianalisis untuk mengetahui
kegagalan atau kesalahan yang dilakukan oleh praktikan untuk mencari
penyelesaian yang efektif pada kegiatan berikutnya.
Pengumpulan Data
Data peningkatan karakter siswa
dikumpulkan melalui observasi langsung selama proses pembelajaran IPA. Data ini
diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan karakter siswa dalam
pembelajaran IPA.
Data hasil belajar IPA siswa diperoleh
dari hasil ulangan harian siswa pada akhir setiap siklus.
Analisis Data
Data
yang diperoleh dari hasil observasi karakter siswa setiap pertemuan ditabulasi
ke dalam tabel. Selanjutnya dihitung
persentase jumlah siswa yang memiliki karakter dengan kategori baik, cukup, dan
kurang pada siklus I dan siklus II. Keberhasilan tindakan dapat ditentukan
dengan membandingkan persentase jumlah siswa yang memiliki karakter dengan
kategori baik, cukup dan kurang sebelum diberi tindakan dengan siklus I dan dengan
siklus II. Apabila terdapat peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki
karakter baik secara signifikan atau penurunan persentase jumlah siswa yang
memiliki karakter kurang secara signifikan dapat disimpulkan bahwa tindakan
yang diberikan berhasil, jika sebaliknya disimpulkan bahwa tindakan yang
diberikan tidak berhasil.
Peningkatan hasil belajar siswa
diperoleh dengan melakukan analisis hasil ulangan harian (AHUH) pada akhir
setiap siklus. Keberhasilan tindakan diperoleh dengan membandingkan nilai
rata-rata siswa dan ketuntasan belajar siswa sebelum diberi tindakan dengan
setelah diberi tindakan pada siklus I dan siklus II. Jika terdapat peningkatan
yang signifikan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang diberikan berhasil, jika
sebaliknya disimpulkan bahwa tindakan yang diberikan tidak berhasil.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yang masing masing pertemuan terdiri dari 2
jam pelajaran. Kompetensi Dasar pada siklus I adalah 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa (Standar Isi, 2006) dengan materi pelajaran
Sifat-sifat Cahaya, Pemantulan Cahaya, dan Cermin.
Pada siklus I
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Koperatif tipe NHT
dengan menekankan pemunculan nilai-nilai karakter siswa tanpa melupakan
ketercapaian indikator pembelajaran.
Selama proses
pembelajaran observer melakukan pengamatan terhadap seluruh proses pembelajaran
dan aktifitas siswa untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter siswa
muncul dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disusun terlebih dahulu.
Pada akhir siklus
I dilakukan ulangan harian untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran.
Ulangan harian ini berupa tes tertulis dengan bentuk soal uraian.
Siklus II juga
dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yang masing masing pertemuan terdiri dari 2
jam pelajaran. Kompetensi Dasar pada siklus II sama dengan Kompetensi Dasar
pada siklus I yaitu 6.3 Menyelidiki
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
dengan materi pelajaran Pembiasan Cahaya, dan Lensa.
Pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan
pembelajaran pada siklus I, tetapi pada siklus II dilakukan perbaikan dan
penekanan untuk pemunculan nilai-nilai karakter siswa. Sama seperti pada siklus
I, pada siklus II observer melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
dan aktifitas siswa dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat
sebelumya. Dan pada akhir siklus II dilakukan ulangan harian untuk melihat
pencapaian indikator pembelajaran. Ulangan harian yang diberikan dalam bentuk
tes uraian.
Dari hasil analisis ulangan harian siswa pada siklus
I dan siklus II diperoleh bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa
seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1.
Peningkatan hasil belajar IPA siswa pada setiap siklus
No
|
Uaraian
|
Sebelum diberi Tindakan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Nilai rata-rata kelas
|
68,7
|
77,2
|
85,6
|
2
|
Ketuntasan belajar
|
50 %
|
66,7 %
|
83,3 %
|
Dari data pada tabel di atas diperoleh
bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil
belajar siswa secara signifikan.
Setelah menganalisis data hasil observasi
nilai-nilai karakter siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh hasil seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Peningkatan nilai-nilai karakter
siswa pada setiap siklus
No
|
Predikat karakter
|
Persentase Siswa yang
Menunjukkan Nilai Karakter
|
||
Sebelum diberi
Tindakan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Baik
|
10 %
|
16,7 %
|
45,9 %
|
2
|
Cukup
|
30 %
|
50,0%
|
33,3 %
|
3
|
Kurang
|
60 %
|
33,3 %
|
20,8 %
|
Dari data pada tabel 2 di atas diperoleh
bahwa pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan
nilai-nilai karakter siswa dengan baik.
Pembahasan
Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam 4 kali
pertemuan yang masing masing pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran. Kompetensi
Dasar pada siklus I adalah 6.3
Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin
dan lensa dengan materi pelajaran Sifat-sifat Cahaya, Pemantulan Cahaya,
dan Cermin.
Pada siklus I pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan Model Pembelajaran Koperatif tipe NHT dengan menekankan
pemunculan nilai-nilai karakter siswa tanpa melupakan ketercapaian indikator
pembelajaran. Siswa duduk dalam tatanan kelompok yang terdiri dari 6 kelompok
dan tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian guru menyampaikan judul materi
pelajaran dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan beberapa
pertanyaan dan informasi untuk membawa pikiran siswa pada pelajaran yang akan
dipelajari. Kemudian guru membagikan LKS dan alat praktikum untuk dikerjakan
siswa dalam kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada siswa tentang LKS yang
akan dikerjakan siswa. Selama siswa mengerjakan LKS, guru memantau seluruh
kelompok dengan mendatangi setiap kelompok dan mengarahkan supaya semua siswa
aktif dalam kelompok masing-masing.
Setelah waktu yang ditentukan untuk
mengerjakan LKS berakhir, guru mengundi nomor siswa dan nama kelompok yang akan mempresentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas. Siswa dalam satu kelompok dapat membantu teman satu kelompok. Siswa
dari kelompok lain dipersilahkan untuk menanggapi presentasi kelompok yang
maju.
Setelah kelompok pertama selesai
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, guru kembali mengundi nomor siswa dan
nama kelompok yang akan presentasi berikutnya. Demikian selanjutnya dilakukan
sampai semua kelompok mendapat giliran presentasi. Setelah selesai presentasi,
guru memberikan latihan lanjutan kepada siswa untuk penguatan.
Pada akhir kegiatan guru membimbing siswa
untuk membuat rangkuman dari pelajaran hari itu. Guru memastikan semua siswa
sudah mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan lisan kepada
seluruh siswa. Dan sebelum pembelajaran diakhiri, guru memberi tugas untuk
dikerjakan siswa di rumah sebagai penguatan.
Selama proses pembelajaran observer
melakukan pengamatan terhadap seluruh proses pembelajaran dan aktifitas siswa
untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter siswa muncul dengan
menggunakan lembar observasi yang sudah disusun terlebih dahulu.
Dari hasil obsevasi diperoleh bahwa
terdapat peningkatan munculnya nilai-nilai karakter siswa dibandingkan dengan
sebelum dan sesudah diberi tindakan, yaitu jumlah siswa yang memiliki karakter
baik meningkat 6,7 % dari 10 % menjadi 16,7 %, dan jumlah siswa yang
memiliki karakter cukup meningkat 20 % dari 30 % menjadi 50 %, sedangkan jumlah
siswa yang memiliki karakter kurang menurun 26,7 % dari 60 % menjadi 33,3 %. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa persentase jumlah siswa yang memiliki karakter baik dan cukup
meningkat secara signifikan yaitu sebesar 26,7 % yang sama dengan besarnya
penurunan persentase jumlah siswa yang memiliki karakter kurang. Ini berarti
bahwa tindakan yang diberikan berhasil meingkatkan karakter siswa menjadi lebih
baik.
Pada akhir siklus I dilakukan ulangan
harian untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran. Ulangan harian ini
berupa tes tertulis dengan bentuk soal uraian. Dengan membandingkan pencapaian
nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada ulangan harian 1 di akhir siklus
I dengan rata-rata pencapaian nilai hasil belajar yang diperoleh siswa sebelum
diberi tindakan didapati bahwa terdapat peningkatan persentasi jumlah siswa
yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu sebesar 16,7 % dari 50 %
menjadi 66,7 %. Dari perbandingan nilai rata-rata siswa dalam kelas sebelum dan
sesudah tindakan pada siklus I juga diperoleh peningkatan sebesar 8,5 dari 68,7
menjadi 77,2. Hal ini juga menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Siklus II
Siklus
II dilaksanakan dengan memperhatikan analisis hasil observasi dan analisis
hasil ulangan harian pada siklus I. Kekurangan-kekurangan pada siklus I
dilakukan perbaikan pada siklus II. Materi pelajaran pada siklus II adalah
Pembiasan Cahaya dan Lensa
Pembelajaran
pada siklus II hampir sama dengan pembelajaran pada siklus I, tetapi pada
siklus II dilakukan perbaikan dan penekanan untuk pemunculan nilai-nilai
karakter siswa. Siswa diarahkan untuk lebih aktif dalam kelompok dan setiap
anggota kelompok harus bertanggung jawab untuk keberhasilan kerja kelompok,
karena nilai anggota kelompok merupakan nilai kelompok juga. Dengan demikian
diharapkan siswa akan lebih aktif dalam kelompok, membantu teman satu kelompok
yang kurang mampu, dapat bekerja sama dengan sesama anggota kelompok.
Pada
siklus II ini guru lebih meningkatkan bimbingan kepada semua kelompok dalam
melakukan kerja kelompok. Guru mendatangi setiap kelompok dan mengarahkan
seluruh anggota kelompok untuk terlibat aktif dalam kelompok. Guru juga
mengingatkan siswa bahwa setiap anggota kelompok mempunyai peluang yang sama
untuk mendapat giliran menjawab pertanyaan ataupun menjadi juru bicara pada
kegiatan persentasi. Dengan demikian diharapkan seluruh anggota kelompok akan
terlibat aktif dalam seluruh kegiatan dalam kerja kelompok. Dan jika semua
anggota kelompok terlibat aktif dalam kegiatan kerja kelompok maka nilai-nilai
karakter siswa akan lebih muncul lagi dan semua siswa akan lebih memahami
materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Dari data hasil observasi nilai-nilai karakter siswa
pada siklus II diperoleh bahwa terdapat peningkatan persentase jumlah siswa
yang memiliki karakter baik dibandingkan dengan pada siklus I sebesar 29,2 % dari
16,7 % menjadi 45,9 % pada siklus II,
dan jumlah siswa yang memiliki karakter cukup menurun16,7 % dari
50 % menjadi 33,3 %, sedangkan
jumlah siswa yang memiliki karakter kurang menurun 12,5 % dari 33,3 % menjadi 20,8 %. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa persentase jumlah siswa yang memiliki karakter baik dan cukup
meningkat secara signifikan yaitu sebesar
12,5 % yang sama dengan besarnya penurunan persentase jumlah siswa yang
memiliki karakter kurang. Hal ini juga menunjukkan bahwa tindakan yang
diberikan berhasil meingkatkan karakter siswa menjadi lebih baik.
Data
hasil belajar siswa juga menunjukkan peningkatan baik dari segi nilai rata-rata
siswa dalam kelas maupun persentase jumlah siswa yang memenuhi nilai kriteria
ketuntasan minimal. Nilairata-rata siswa dalam kelas meningkat sebesar 8,4 dari
77,2 pada siklus I menjadi 85,6 pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang
memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal meningkat sebesar 16,6 % dari 66,7 %
pada siklus I menjadi 83,3 % pada siklus II .
Jika
dibandingkan hasil belajar pada siklus II dengan hasil belajar sebelum diberi
tindakan maka diperoleh peningkatan total seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.
Peningkatan total hasil belajar IPA siswa
No
|
Uaraian
|
Sebelum diberi Tindakan
|
Siklus II
|
Peningkatan
|
1
|
Nilai rata-rata kelas
|
68,7
|
85,6
|
16,9
|
2
|
Ketuntasan belajar
|
50 %
|
83,3 %
|
33,3 %
|
Jika
dibandingkan nilai-nilai karakter siswa pada siklus II dengan nilai-nilai
karakter siswa sebelum diberi tindakan maka diperoleh peningkatan total seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Peningkatan total nilai-nilai
karakter siswa pada
No
|
Predikat karakter
|
Persentase Siswa yang
Menunjukkan Nilai Karakter
|
||
Sebelum diberi
Tindakan
|
Siklus II
|
Peningkatan /
Penurunan
|
||
1
|
Baik
|
10 %
|
45,9 %
|
35,9 %
|
2
|
Cukup
|
30 %
|
33,3 %
|
3,3 %
|
3
|
Kurang
|
60 %
|
20,8 %
|
39,2 %
|
Dari
kedua tabel di atas diperoleh bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada
hasil belajar siswa, demikian juga pada karakter siswa terdapat peningkatan
karakter baik yang signifikan. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan penelitian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap hasil
obervasi karakter siswa dan hasil ulangan harian siswa pada siklus I dan siklus
II disimpulkan bahwa:
1.
Implementasi model pembelajaran koperatif tipe NHT
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan karakter siswa di kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi.
2.
Implementasi model pembelajaran koperatif tipe NHT
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas
VIII-1 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi
Saran-Saran
1.
Kepada
rekan-rekan guru IPA SMP supaya menerapkan Model Pembelajaran Koperatif tipe
NHT untuk meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa.
2.
Diharapkan
kepada pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan untuk menyelenggarakan pelatihan
kepada guru-guru IPA SMP tentang Model Pembelajaran Koperatif tipe NHT dalam
rangka meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki karakter siswa
khususnya pada pembelajaran IPA.
3.
Diharapkan
kepada Dinas Pendidikan untuk menyelenggarakan pelatihan Penelitian Tindakan
Kelas kepada guru-guru IPA SMP.
4.
Diharapkan
Kementerian Pendidikan Nasional supaya memasukkan pendidikan karakter ke dalam
kurikulum sekolah yang terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung:
Refika Aditama
Nur dkk.(2000). Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS
Pusat Kurikulum Balitbang
Kemendiknas. 2010. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Kemendiknas.
Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, 2003
Soedarsono, S.H. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, IPA untuk SMP dan MTs, Permendiknas Nomor 22,
2006
Sudrajat, A. 2010. Konsep
Pendidikan Karakter, http//akhmadsudrajat.wordpress.com,
15 September 2010, diakses 17 Maret 2011.
BIODATA PENULIS
1.
Nama : Anggiat Simanjuntak, S.Pd
2.
NIP : 19710803 199412 1 001
3.
Tempat/ Tgl Lahir : Pematang Bandar, 3 Agustus 1971
4.
Agama : Kristen
5.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
6.
Instansi : SMP Negeri 1 Tebing Tinggi
Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara
7.
Alamat POS : Griya Bulian
Permai, Blok A No. 129
Kelurahan Pinang Mancung, Kecamatan Bajenis,
Kota
Tebing Tinggi, Sumatera Utara
8.
No. HP : 081361592786
Email :
asimanjuntak67@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment