Sebagai sebuah profesi, seorang guru akan mengajar di kelas selama puluhan tahun. Hari ini mengajar, kemaren mengajar, besok mengajar. Begitulah yang terjadi dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dari tahun ketahun. Bagi sebagian besar guru tidak masalah, karena memang itulah profesi kita dan itu adalah kehidupan kita. Namun adasekelompok kecil guru setelah mengara sekian tahun muncul rasa bosan dan kejenuhan.
Demikian
juga guru yang pindah menjadi penjabat structural atau menajadi kepala
sekolah. Kemudian karena sesuatu alasan kembali lagi menjadi guru
mengajar di kelas. Nah kelompok guru ini ada yang merasa kembali
mengajar di kelas itu suatu hukuman.
Bagi mereka yang seperti ini mengajar itu bukanlah suatu yang menyenangkan tapi merupakan beban yang berat, pekerjaan yang menjemukan dan menimbulkan stress. Sebab melakukan pekerjaan yang tidak kita cintai adalah sesuatu yang membuat kita depresi. Nah sekarang pertanyaanya bisa ndak ditimbulkan lagi perasan cinta kepada pekerjaan mengajar itu?
Bisa atau tidak bisa itu tergantung kepada orangnya. Ada yang sengaja tidak mau menimbulkan rasa cinta itu. Mereka bersekukuh menyalahkan nasib mereka yang malang. Atau menyalahkan yang diluar diri mereka, seperti pejabat level atas yang mengambil keputusan. Setiap ada kesempatan mereka mengeluarkan umpatan agar orang lain setuju bahwa mereka sedang dizalimi. Sikap ini membuat hidup mereka dalam kemurungan yang menyiksa sehingga keseharian mereka dihiasi oleh keluhan, omelan yang menunjukkan ketidak bahagiaan. Masalah sepele yang terjadi dengan siswa atau guru lain cendrung dibesar-besarkan.
Mereka yang seperti ini seharusnya mengambil keputusan. Bisa saja berhenti mengajar dan alih profesi (Kalau di negeri kita yang susah cari pekerjaan ini keputusan bunuh diri). Atau kalau umur sudah diatas 50 lebih baik mengambil pension dini. Sebab kalau kemurungan dan kejengkelan ini diteruskan, bersiap-siaplah untuk menerima kedatangan berbagai penyakit yang dimulai dengan tingginya tekanan darah, kemudian disusul oleh stroke; Bisa juga penyakit gula yang kemudian disusul oleh kerusakan ginjal, jantung dan sebagainya.
Kalau resign dari pekerjaan ini tidak memungkinkan, maka kita harus mengatasi semuanya. Kita harus kembali mengajar. Kita belajar lagi bagaimana untuk kembali mencintai pekerjaan sebagai guru. Chase Milke seorang penulis artikel pendidikan menyatakan, untuk kembali jatuh cinta lagi pada pekerjaan mengajar seorang harus menerapkan “The Science of Happiness and Meaning”, yang sebenarnya merupakan positive psychology.
Dengan menerapkan prinsip psychology ini Milke yakin seorang guru akan bisa mengatasi, kejenuhan dan kebosanan dalam mengajar. Walaupun itu hanya untuk membantu kita melewati hari-hari yang berlalu, dari hari ke-hari, dari minggu ke minggu demikian seterusnya, yang penting kita melalui hari-hari kita tidak dengan kejemuan dan kebosanan yang menimbulkan stress.
Nah, sekarang bagaimana caranya. Pertama kali kita harus merubah sikap kita terhadap profesi kita itu yaitu mengajar. Untuk ini rujukan yang paling tepat dipakai adalah motivasi perubahan diri dari Lyuboisrsky dan Kennon Sheldon tentang Model Kebahagiaan yang terus menerus.
Mereka mengatakan berdasarkan Studi mereka menunjukkan bahwa kondisi kita ditentukan oleh hanya 10 porsen dari faktor-faktor yang yang di luar kendali kita selebihnya adalah hal-hal yang sebenarnya berada dalam kendali kita seperti tindakan kita yang disengaja dan kebiasaan sehari-hari.
Ini berarti kesejahteraan, kebahgian keceriaan, suasana hati kita berada dalam pengaruh kita sendiri. Meskipun ada sejumlah faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kejenuhan kita dalam mengajar, sebenarnya kita masih dapat mengambil tindakan untuk mengatasinya.
Dengan
menyadari bahwa kita memiliki kendali, kita bisa menghadapi masalah
dengan lebih tenang dan objective. Untuk mengatasinya cenderung
menggunakan strategi pemecahan masalah ini sangat mengurangi ketegangan
psikologis di sekolah. Dan dengan demikian secara beransur prasaan
stress, tertekan dan jenuh jadi berkurang. Dan kita secara perlahan
dapat membangun kembali hubungangn yanga lebih baik dengan teman-teman
sesama guru, siswa dan kepala sekolah serta orang tua siswa.
Catatan:
1. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_to_fall_in_love_with_teaching_again
2. Sebagian gambar diambil dari google
No comments:
Post a Comment