Dalam pergaulan sehari-hari kita sering menemui
teman yang setiap saat mengeluh bahwa dia hidupnya selalu ditimpa kesusahan.
Riwayat hidup tidak pernah dihiasi dengan keberhasilan dan keberuntungan.
Pokoknya kesusahan danpenderitaan menyertai setiap langkah dalam kehidupannya.
Nah kalau kamu termasuk orang yang seperti ini, mulai hari ini berhentilah
memelihara perasaan sebagai orang yang paling menderita. Karena perasaan ini bisa berakibat buruk dalam
kehidupan mu.
Dikutip dari tulisan Izah Cahya yang di muat di IDNTimes ini 5 akibat buruk dari perasaan negative
tersebut :
Perspektif seseorang akan sangat memengaruhi perilakunya. Jika kamu beranggapan bahwa kamu orang yang paling menyedihkan lantaran masalah-masalah yang kamu hadapi, maka kamu salah besar.
Pasalnya pola pikir demikian hanya akan membuatmu fokus pada penderitaan tersebut, seolah sudah tak ada hal-hal baik yang kamu miliki untuk meraih jalan keluar. Dari hal ini dapat dilihat pula bahwa terkadang bukan karena masalah kita yang terlalu berat, melainkan karena perspektif kita yang membatasi masalah dengan solusi.
2. Kamu cenderung menginginkan perlakuan dan perhatian khusus dari orang lain
Akibat yang akan terjadi jika kamu terus menganggap bahwa masalahmu yang paling berat di dunia adalah seperti pada poin kedua ini. Kamu menjadi sosok yang haus akan perhatian dan perlakuan khusus dari orang lain.
Misalnya saja dengan terus mengharapkan belas kasih orang lain atau berharap validasi dari sekitar mengenai masalah yang kamu hadapi adalah yang paling runyam. Tindakan demikian justru membuatmu terkurung dalam lubang masalah itu sendiri, sebab kamu cenderung mendramatisasi apa yang sedang terjadi.
3. Kamu cenderung tidak bisa memahami penderitaan orang lain
Rasa iba dan simpati yang ada di dalam dirimu lambat laun akan mengikis seiring dengan asumsi yang kamu ciptakan sendiri; bahwa kamu adalah orang yang paling menderita. Kamu akan menutup mata pada penderitaan orang lain lantaran kamu menganggap bahwa apa yang mereka rasakan tak sebanding dengan yang kamu alami.
Alih-alih memberikan dukungan terhadap sesama, justru kamu menjadikan hal tersebut seolah perlombaan mengenai siapa yang paling sedih.
4. Kamu cenderung memanfaatkan masalah tersebut sebagai alasan untuk tidak bangkit
Ketika kamu terjebak pada pola pikir yang menyatakan bahwa hidupmu yang paling menyedihkan dengan berbagai persoalan yang ada, maka saat itu pula sebenarnya kamu sedang putus asa. Dengan perasaan yang demikian, akan muncul asumsi yang mengikuti bahwa sangat sulit untuk mendapatkan solusi.
Kamu juga cenderung berlarut-larut di dalamnya dengan penuh kasihan. Tanpa kamu sadari, momen tersebut bisa menghancurkan dirimu; membuatmu terlena hingga merasa tak mampu bangkit dan membuat perubahan.
5. Kamu cenderung berasumsi bahwa hidup tidak pernah adil kepadamu
Sejatinya hidup penuh dengan keadilan. Sedikit atau banyaknya ujian yang dihadapi setiap manusia tentu sudah dalam porsinya masing-masing, sesuai dengan kapasitas diri. Terkadang yang keliru adalah bagaimana cara dalam menyikapinya.
Seberat apa pun masalah, bahkan sesulit apapun proses kehidupan, keduanya seimbang. Tak ada manusia paling menyedihkan, pernyataan itu hanya muncul pada seseorang yang tak bisa melihat persoalan dari sudut pandang yang lain.
Ketahuilah, di luar sana ada banyak orang yang mengalami masalah serupa denganmu meskipun di waktu yang berbeda. Lihat mereka yang mampu bangkit dengan hal-hal positif. Mereka bisa melewatinya lantaran tak pernah berhenti percaya pada dirinya, pada perubahan, dan pada keyakinan. Semangat, ya!
Catatan :
1. Tulisan dikutip lansung dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/izah-cahya-novembrilianti/berhenti-menganggap-hidup-menderita-c1c2/5
2. Beberapa gambar diambil dari google
No comments:
Post a Comment