Metode Gasing dalam Mengajar, Apa itu?


Menggeluti profesi sebagai seorang guru menuntut seseorang untuk terus belajar dan meng update pengetahuannya.  Karena Selain harus mampu memberikan  pembelajaran dengan baik, guru  juga di tuntut untuk memberikan kenyamanan bagi  murid saat proses pembelajaran sedang berlangsung.


Dengan menciptakan suasana belajar yang baik, dapat membangkitkan semangat dan  gairah siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga membuat peserta didik memaksimalkan pembelajaran di sekolah. Untuk dapat menciptakan suasana belajar dengan baik guru harus memiliki gudang pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sudah umum diketahui guru adalah seperti Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Efektif dan Menyenangkan (PAKEM); Kontekstual Teaching and Learning, Problem Based Learning, Scientifik Teaching and Learning dan yang lain-lainnya.


Nah berikut ini ada pula metode baru yang diperkenalkan oleh bapak Professor Yohannes Surya. Nama metodenya tidak asing bagi kita yaitu metode GASING.  Kata-kata gasing sudah tidak asing bagi kita, yaitu pemainan dari kayu yang biasa kita mainkan waktu SD dahulu. Tapi, apakah memang gasing dari kayu itu.


Sang Profesor telah membuktikan dengan metode ini ia berhasil mengukir prestasi  bagi murid-murid yang pernah ia bina pada olimpiade Fisika dan matematika dunia.Tercatat, anak didik Prof Yohanes Surya  Telah berhasil mendapatkan 54 mendali emas, 33 mendali perak dan 43 mendali perunggu di olimpiade fisika tingkat Internasional.

Bagaimana metode gasing tersebut?


Pertanyaan nya sekarang apa metode gasing tersebut? GASING merupakan singkatan dari kata Gampang, Asyik, dan Menyenangkan. Nyatanya dengan metode pembelajaran No Formulas (Tidak menggunakan rumus), murid-murid pak Prof Yohanes mampu mengerjakan soal-soal fisika tanpa coretan jalan pencarian yang panjang.

Gampang
 
Metode (Gampang) yang di maksud ialah memberikan penjelasan sederhana mungkin bagi peserta didik untuk memahami pelajaran.

Berikan jalan singkat dan mudah dalam memecahkan suatu soal tentunya dengan jawaban yang benar.

Asyik

 
Buatlah metode pembelajaran yang terasa asyik bagi peserta didik. Dengan itu maka peserta didik akan sangat tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan mereka akan semakin mudah memahami materi pembelajaran yang di bawakan.

Menyenangkan

 
Metode pembelajaran (Menyenangkan) yang di maksud ialah menciptakan suasana belajar seru dan menyenangkan. Atau dengan cara yang lebih komunikatif dan attractive.

Dengan cara ini peserta didik akan mampu meng-ekpresikan pelajaran yang di bawakan oleh gurunya. Bahkan, dengan membuat susana belajar yang lebih menyenangkan, akan membuat peserta didik mudah untuk menyerap materi pembelajaran yang guru ajarkan.


Itulah metode GASING yang diperkenalkan oleh Professor Surya yang telah terbukti berhasil. Meskipun nampaknya tidak jauh-jauh juga dari PAKEM. Semoga ini menambah lagi alternative bagi kita guru untuk memilih dan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Selamat Mencoba.
Catatan:
1. Bahan diolah dari https://maxinroe.blogspot.com/2017/08/20-tips-menjadi-guru-idaman-di-sekolah.html
2. Beberapa gambar diambil dari google

Kemampuan Publik Speaking dan Proses Pembelajaran di Dalam Kelas

 

Ditinjau dari peranya, guru yang mengajar di kelas dapat diibaratkan seperti actor yang sedang memerankan  suatu adengan . Apa bila actor harus menghapafal scenario dan menghayati peran yang dibebankan padanya, demikan pula guru harus dapat menguasai  materi yang tertuang dalam RPP dan menyampaikan dengan baik di dalam kelas.

 

Peserta didik dapat diibaratkan sebagai penonton yang akan bersorak, bertepuk tangan dan tertegun bila guru dapat berhasil  memerankan dengan baik dalam proses pembelajaran. Akan tetapi peserta didik sebaliknya akan berkata “huuu” dan malas memperhatikan bila guru gagal dalam berperan. Jadi disinilah letak mengapa seorang guru harus dapat menarik perhatian peserta didik sebab dialah actor di kekelas. Meskipun kurikulum meskipun kurikulum menganjurkan siswa yang  aktif dan dominan, namun bukan berarti peran guru menjadi tidak penting melainkan harus tetap menarik jika menginginkan  proses pembelajaran berhasil.

 

Berbicara di depan public adalah kegiatan yang selalu menyertai seseorang yang bekerja dibidang yang berkaitan dengan pendidikan., seperti guru. Instruktur, widyaiswara, penceramah atau guide suatu objek wisata. Oleh karena itu penting bagi pemilik profesi tersebut untuk emmiliki kompetensi berbicara di depan  public, agar dapat mendukung kelancaran tugasnya.

 

Ketika kita berbicara di depan banyak orang, setiap kata dan kalimat harus tersusun dengan baik dengan alur berpikir dengan benar, sistimatis. Pikiran yang jernih, mood yang baik serta kepiawaian merangkai kalimat merupakan modal utama seorang guru berbicara lancar dan berhasil di depan peserta didik. Selain itu diperlukan juga kecerdasan berpikir dan cekatan menalar agar  dapat memberikan argument-argumen jitu yang dapat meyakinkan peserta didik. Dengan demikian  guru tidak terbata-bata  berbicara ketika mengajar, apalagi sampai berhenti lama ditengah-tengan proses pembelajaran. Kalau ini terjadi akan menghilangkan kepercayaan peserta didik pada guru.

 

Untuk menjadi guru yang pandai berbicara serta menarik perhatian untuk didengarkan peserta didik, syarat utama yang harus dimiliki adlah menciptakan citra diri yang positif pada diri kita. Menurut  VanFleet ada enam karakteristik citra diri positif yang harus dikembangkan  sebagia berikut:

1.      Memiki Rasa Percaya Diri yang Kuat

 

Rasa percaya diri penting dimiliki agar ketika berhadapan dengan peserta didik, guru tampil  prima dan  baik. Ketika mengajar  seorang guru harus percaya diri pada kemampuan  dan persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian rasa percaya diri akan terbentuk dan tidak akan demam panggung.

2.      Berorientasi pada Ambisi dan Sasaran.

 

Ada yang mengatakan  bahwa orang yang berambisi itu berbahaya. Sebenarnya tidak demikian tergantung dengan  ambisi yang diciptakan  dalam pikiran dan hati kita. Orang yang tidak punya ambisi tidak akan pernah maju karena selalu menyerah pada keadaan. Jadi dengan adanya ambisi dapat memotivasi seseorang untuk maju mencapai sasaran yang dicita-citakannya.Jangan hanya menjadi golongan yang minimalis yang selalu berkata, “bisaku hanya segitu” namun jangan pula  menjadi kelompok idealis yang semuanya serba sempurna. Jadi ketika berbicara dengan peserta didik guru harus memiliki ambisi yang dapat menghipnotis peserta didik agar terbawa dengan alur pikir dan ide kita, sehingga mereka bersemangat  untuk mendengarkan dan menyimak.


 

3.      Terorganisasi dengan Baik dan Efisien

 

Semua aktifitas akan berhasil baik jika semuaya direncanakan dengan baik. Ketika kita akan berbicara di depan peserta didik, perlu diorganisasikan secara teratur dan baik. Mulai dari persiapan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan hingga pada hal-hal yang menunjang efektifitas pembelajaran yang dilaksanakan. Persiapan yang matang menyebabkan hati dan pikiran seorang guru tenang dan itu akan  membawa ketenangan dalam berbicara.

4.      Bersikap Mampu

 

Sekali kita melangkah menjadi seorang guru yang harus berbicara didepan pesera didik maka pantang untuk mundur lagi. Tantangan apapun harus kita jalani, coba dengan usaha keras, agar kita dapat mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa kita memang “mampu”. Sikap mampu yang tertanam dalam diri sangant besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang berbicara di depan umum.

 

5.      Memiliki Kepribadian yang Menyenangkan

 

Seorang guru menyadari bahwa  ketika mengajar dikelas, kepribafian yang menyenangkan sangat memegang peran utama bagi kelancaran pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Seorang guru tidak boleh memiliki sifat pemalu, suka menyendiri, penakut dan tidak punya selera humor. Pengalaman menunjukkan  bahwa seorang guru yang jenius akan kalah sukses dalam mengajar disbanding guru biasa tetapi mampu member selingan humor ringan dalam mengajar. Dengan kata lain guru yang sukses adalah guru yang memiliki jiwa entertain, tidak hanya sekedar transfer knowledge saja.

6.      Mampu Mengendalikan Diri

 

Sering kali kita melihat seorang guru secara emosional menanggapi pertanyaan peserta didiknya karena dianggap menguji dan menjatuhkannya. Namun sikap emosianal seperti itu sebenarnya tidak perlu bahkan harus dibuang jauh-jauh. Sikap seperti itu akan membawa citra negative bagi guru. Sebagai guru kita memang wajib untuk mendengarkan dan menanggapi secara baik pertanyaan peserta didik, apapun isi pertanyaannya. Ketika ada pertanyaan tidak bisa dijawab, lebih baik  mengatakannya secara jujur bahwa kita belum tahu jawabannya secara pasti,bukan mengalihkan pertanyaan dengan  jawaban yang berbelit-belit.

 

Menjadi penyampai ilmu atau guru yang baik dan sukses mungkin menjadi dambaan  banyak orang. Oleh karena itu mulai saar ini kita sebagai guru penyampai materi pembelajaran perlu meningkatkan kemampuan  berbicara agar profesionalisme sebagai seorang guru benar-benar terwujud.

 

Catatan:

1. Sumber:  Salirawati, Das. 2018. Smart Teaching Solusi Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara

2. Sebagian gambar diambil dari google

Pentingnya Kemampuan Komunikasi Guru


Ketika kurikulum 2013 diluncurkan, bersamaan dengan itu diperkenalkan pula pendekatan pembelajaran scientific dengan langkah-langkaknya Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Menalar dan Mengkomunikasikan. Tujuan akhirnya siswa dapat mengkomunikasikan apa yang sudah mereka pelajari. Dari mulai kelas satu SD sampai ke akhir pendidikan SMA/SMK/MA secara bertahap kemampuan berkomunikasi siswa dibentuk sesuai dengan perkembangnya. Bagaimana dengan kemampuan komunikasi guru?




 Secara umum komunikasi dibagi menjadi beberapa bagian, disesuaikan dengan kebutuhan manusia dalam berinteraksi, di antaranya; komunikasi antar pribadi, komunikasi antar kelompok, komunikasi politik, komunikasi massa, komunikasi organisasi dan lain sebagainya.
Komunikasi juga mendapatkan tempat strategis dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.

Pada umumnya pembelajaran berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka (face to face) dan kelompoknya relatif kecil. Meskipun komunikasi antara siswa dan guru dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi kelompok, guru sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal. Terjadilah komunikasi dua arah atau dialog dimana siswa menjadi komunikan dan komunikator
Guru merupakan sumber utama dalam menentukan kesuksesan belajar siswa. Faham atau tidaknya siswa tergantung bagaimana guru menjelaskan. Menarik atau tidaknya pembelajaran juga tergantung guru dalam mendesain pembelajaran dan mengkondisikan suasana. Guru sebagai komunikator dituntut mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan memberikan kesan yang baik kepada siswa. 

Untuk itu, seorang guru harus mengetahui kebutuhan, karakteristik, minat, serta hobi anak didiknya yang menjadi pihak komunikan. Komunikasi dan performa guru menjadi titik pusat perhatian siswa dalam belajar. Siswa akan senang belajar jika guru mampu mengemas dan mendesain komunikasi pembelajaran dengan sebaik-baiknya, walaupun hakekatnya siswa kurang suka terhadap materi yang disampaikan guru. Begitu pula sebaliknya, apabila guru tidak peka dan tidak mampu mengkomunikasikan dengan baik, maka siswa dipastikan akan kurang berminat untuk belajar walaupun sebenarnya siswa menyukai terhadap materi pembelajaranya. 

Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen instruksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan yaitu guru, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.

Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan, dimana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.

Iklim komunikatif yang baik dalam hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Dalam menciptakan iklim komunikatif guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang memerlukan pelayanan yang berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik yang unik, memiliki kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan.

Adapun usaha guru dalam membantu mengembangkan sikap positif pada siswa misalnya dengan menekankan kelebihan-kelebihan siswa bukan kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran bisa dengan menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar. 

Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh berkaitan dengan penyampaian materi di kelas yang menampilkan kesan tentang penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi antar guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi pelajaran.

Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran berhubungan dengan komunikasi antara siswa, usaha guru dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta mempertahankan tingkah laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara optimal, guru mengelola interaksi tidak hanya searah saja yaitu dari guru ke siswa atau dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke guru dan dari siswa ke siswa. 



Dari semua kemampuan guru disebutkan di atas mengarah pada penciptaan iklim komunikatif yang merupakan wahana atau sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal. Berhasil tidaknya proses pembelajaran banyak ditentukan oleh kualistas kemampuan guru untuk berkomunikasi, oleh karena itu mau tidak mau guru seharusnya secara terus menerus meningkatkan kemampuan berkomunikasinya


Note :

1.   Bahan diambil dari “http://teropong-temukandisinibasalamabismar.blogspot.com/2012/01/kemampuan-guru-dalam-berkomunikasi.html

2.   Sebagian gambar diambil dari google






Bagaimana ya, Agar Jatuh Cinta Lagi pada Pekerjaan Mengajar?

 Sebagai sebuah profesi, seorang guru akan mengajar di kelas selama puluhan tahun. Hari ini mengajar, kemaren mengajar, besok mengajar. Begitulah yang terjadi dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dari tahun ketahun. Bagi sebagian besar guru tidak masalah, karena memang itulah profesi kita dan itu adalah kehidupan kita. Namun adasekelompok kecil guru setelah mengara sekian tahun muncul rasa bosan dan kejenuhan.




 Demikian juga guru yang pindah menjadi penjabat structural atau menajadi kepala sekolah. Kemudian karena sesuatu alasan kembali lagi menjadi guru mengajar di kelas. Nah kelompok guru ini ada yang merasa kembali mengajar di kelas itu suatu hukuman. 

 Bagi mereka yang seperti ini mengajar itu bukanlah suatu yang menyenangkan tapi merupakan beban yang berat, pekerjaan yang menjemukan dan menimbulkan stress. Sebab melakukan pekerjaan yang tidak kita cintai adalah sesuatu yang membuat kita depresi. Nah sekarang pertanyaanya bisa ndak ditimbulkan lagi perasan cinta kepada pekerjaan mengajar itu?

Bisa atau tidak bisa itu tergantung kepada orangnya. Ada yang sengaja tidak mau menimbulkan rasa cinta itu. Mereka bersekukuh menyalahkan nasib mereka yang malang.  Atau menyalahkan yang diluar diri mereka, seperti pejabat level atas yang mengambil keputusan. Setiap ada kesempatan mereka mengeluarkan umpatan agar orang lain setuju bahwa mereka sedang dizalimi. Sikap ini  membuat   hidup mereka  dalam kemurungan yang menyiksa sehingga keseharian mereka dihiasi oleh keluhan, omelan yang menunjukkan ketidak bahagiaan. Masalah sepele yang terjadi dengan siswa  atau guru lain cendrung dibesar-besarkan.

Mereka yang seperti ini seharusnya mengambil keputusan. Bisa saja berhenti mengajar dan alih profesi (Kalau di negeri kita yang susah cari pekerjaan ini keputusan bunuh diri). Atau kalau umur sudah diatas 50 lebih baik mengambil pension dini. Sebab kalau kemurungan dan kejengkelan ini diteruskan, bersiap-siaplah untuk menerima kedatangan berbagai penyakit yang dimulai dengan tingginya tekanan darah, kemudian disusul oleh stroke; Bisa juga penyakit gula yang kemudian disusul oleh kerusakan ginjal, jantung dan sebagainya.

Kalau resign dari pekerjaan ini tidak memungkinkan, maka kita harus mengatasi semuanya. Kita harus kembali mengajar. Kita belajar lagi bagaimana untuk kembali mencintai pekerjaan sebagai guru. Chase Milke seorang penulis artikel pendidikan  menyatakan, untuk kembali jatuh cinta lagi pada pekerjaan mengajar seorang harus menerapkan  “The Science of Happiness and Meaning”, yang sebenarnya merupakan positive  psychology. 

Dengan menerapkan prinsip psychology ini Milke yakin seorang guru akan bisa mengatasi, kejenuhan dan kebosanan dalam mengajar. Walaupun itu hanya untuk membantu kita melewati  hari-hari yang berlalu, dari hari ke-hari, dari minggu ke minggu demikian seterusnya, yang penting kita melalui hari-hari kita tidak dengan kejemuan dan kebosanan yang menimbulkan stress.
Nah, sekarang bagaimana caranya. Pertama kali kita harus merubah sikap kita terhadap profesi kita itu yaitu mengajar. Untuk ini rujukan yang paling tepat dipakai adalah motivasi perubahan diri dari Lyuboisrsky dan Kennon Sheldon tentang Model Kebahagiaan yang terus menerus.

Mereka mengatakan berdasarkan Studi mereka menunjukkan bahwa kondisi kita ditentukan oleh hanya 10 porsen dari   faktor-faktor yang  yang di luar kendali kita selebihnya adalah hal-hal yang sebenarnya berada dalam kendali kita  seperti tindakan kita yang disengaja dan kebiasaan sehari-hari.


Ini berarti kesejahteraan, kebahgian keceriaan, suasana hati kita berada dalam pengaruh kita sendiri. Meskipun ada sejumlah faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kejenuhan kita dalam mengajar, sebenarnya kita masih dapat mengambil tindakan untuk mengatasinya. 
Dengan menyadari bahwa  kita memiliki kendali,  kita bisa menghadapi masalah dengan lebih tenang dan objective.  Untuk mengatasinya cenderung menggunakan strategi pemecahan masalah ini sangat mengurangi ketegangan psikologis di sekolah.  Dan dengan demikian secara beransur prasaan stress, tertekan dan jenuh  jadi berkurang. Dan kita secara perlahan dapat membangun kembali hubungangn yanga lebih baik dengan teman-teman sesama guru, siswa dan kepala sekolah serta orang tua siswa.

Catatan:
1. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_to_fall_in_love_with_teaching_again
2. Sebagian gambar diambil dari google