1.
Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya,
ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik.
Berbeda
dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri
kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat
efektif!
a.
Fungsi bertanya
· Membangkitkan rasa ingin tahu, minat,
dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
· Mendorong dan menginspirasi peserta
didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk
dirinya sendiri.
· Mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
· Menstrukturkan tugas-tugas dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
· Membangkitkan keterampilan peserta
didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
· Mendorong partisipasi peserta didik
dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik
simpulan.
· Membangun sikap keterbukaan untuk
saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
· Membiasakan peserta didik berpikir
spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
· Melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
b.
Kriteria pertanyaan yang baik
· Singkat
dan jelas.
Contoh: (1)
Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi
muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor
apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan
terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan
dengan pertanyaan pertama.
· Menginspirasi
jawaban.
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama
itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal
membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan.
Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal
membangun kerukunan umat beragama? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di
muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta
menjawab pertanyaan.
· Memiliki
fokus.
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing
peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga
kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha,
kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia
alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa
dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas
seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti
ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.
· Bersifat
probing atau divergen.
Contoh:
(1) Untuk meningkatkan kualitas hasil
belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar? (2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi
putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban
dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
· Bersifat
validatif atau penguatan.
Pertanyaan
dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang
sama. Jawaban atas pertanyaan itu
dimaksudkan untuk memvalidasi atau melakukan penguatan atas jawaban
peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan
jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta
mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Contoh:
o Guru: “mengapa kemalasan menjadi
penyebab kemiskinan”?
o Peserta didik I: “karena orang yang
malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
o Guru: “siapa yang dapat melengkapi
jawaban tersebut?”
o Peserta didik II: “karena lebih banyak
diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
o Guru
: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o Peserta didik III: “orang malas tidak
bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena
itu dia tidak produktif.”
·
Memberi kesempatan peserta didik untuk
berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan
waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan
kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu
beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab
pertanyaan itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang
bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya.
Misalnya: (1) Apa faktor picu utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif
utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum
memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti
pertanyaan kedua.
· Merangsang
peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan
guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru
mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif
rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang
menggugah kemampuan kognitif yang lebih
tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan
seterusnya.
· Merangsang
proses interaksi.
Pertanyaan
guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri
peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah
itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik
diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini
memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c.
Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta
didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami
kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang
akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi.
No comments:
Post a Comment