1.
Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik,
peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya, peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
(1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil
kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu,
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau
mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a.
Persiapan
·
Menentapkan tujuan eksperimen
·
Mempersiapkan alat atau bahan
·
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta
didik serta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta
didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi
menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
·
Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar
dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
·
Memberikan penjelasan mengenai apa yang
harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.
b.
Pelaksanaan
·
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing
dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan
bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar
kegiatan itu berhasil dengan baik.
·
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c.
Tindak lanjut
- Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
- Guru memeriksa hasil
eksperimen peserta didik
- Guru memberikan umpan
balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
- Guru dan peserta
didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
- Guru dan peserta
didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan
A.
Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif?
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar
sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan
memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan
disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta
didik diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya
ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengan temannya. Vigotsky merupakan salah
satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat terkenal dengan
teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal”
yang digunakan di sini bisa bermakna “next“. Menurut Vygotsky, setiap manusia (dalam konteks ini disebut
peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat
teraktualisasi dengan cara menerapkan ketuntasan belajar (mastery learning).
Akan tetapi di antara potensi dan
aktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat wilayah abu-abu. Guru
memiliki berkewajiban menjadikan wilayah “abu-abu” yang ada pada peserta didik
itu dapat teraktualisasi dengan cara belajar kelompok.
Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga
wilayah yang tergamit dalam ZPD yang disebut
dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can
do alone“. ZPD merupakan wilayah “can do with help”
yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampu menarik pebelajar
dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.
Ada empat sifat kelas atau
pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta
didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru
selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau
pembelajaran kolaboratif.
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi.
Dengan
pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk
menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa
komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta
menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru
lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi
dan mengawasi secara rijid.
Contoh:
Jika guru mengajarkan topik
“hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi
pembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi
antar peserta didik. Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata
kehidupan bersama yang damai itu, pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan
dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaran mereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan
mendengar. Di sini peserta didik juga dapat merumuskan kaitan antara proses
pembelajaran yang sedang dilakukan dengan dunia sebenarnya.
No comments:
Post a Comment