Kapan saja datang ke Aceh, yang pertama muncul dalam pikiran saya adalah
mie Aceh yang sedap. Dimana-mana ada mie
Aceh. Di Medan, Pekanbaru, Batam, dll, namun kalau soal rasa, tidak seenak di tempat aslinya. Saya tidak
tahu kenapa begitu, apakah ada bumbunya yang kurang?
Ketika November yang lalu saya dan berapa orang teman ditugaskan ke Aceh,
maka yang acara pertama kami setelah mendapat hotel adalah mengunjungi gerai
Mie Aceh Razali yang terletak di pusat kota Banda Aceh. Kami puas kerinduan
kami makan mie serambi Mekah yang memiliki rasa dan aroma yang khas. Seperti
biasa favorit saya adalah mie basah.
Namun hari terakhir di Aceh kami menemukan hidangan yang belum pernah
kami nikmati sebelumnya, yaitu gulai ikan hiu. Ini kami temukan di rumah makan
Mujahiddin jalan Khairil Anwar. Karena baru pertama mencicipinya semua kami
memesan masing-masing satu piring. Rasanya mirip-mirip gulai kambing.
Wisata kuliner di Aceh relatip sangat murah dibanding dengan di Pekanbaru
atau kota-kota lainnya di Indonesia. Bayangkan kami berlima, sudah makan
sepuasnya ditambah dengan jus dan minuman lainnya tidak pernah melebih Rp 200
ribu. Bandingkan dengan Pekanbaru, kalau makan
ditempat khusus seperti rumah makan khas melayu, pondok baung dsb, saya
akan merasa was was mentraktir 5 orang teman
kalau di kantong hanya ada uang lima ratusan ribu. Kalau di Aceh uang
segitu sudah jauh dari memadai untuk tamasya kuliner.
No comments:
Post a Comment