Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada topan tiada badai kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tananh sorga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
................................................
(koes plus)
Minggu yang lalu saya kebetulan ada
tugas ke Bagan Siapi-siapi ibukota Rokan Hilir. Seperti biasa saya naik travel.
Kebetulan disebelah saya duduk seorang lelaki keturunan Cina. Ia banyak
berkisah tentang sejarah negeri leluhurnya. Hampir semua materi cerita ia
tuturkan sudah pernah saya baca sehingga perbincangan kami jadi asyik. Namun
yang berkesan bagi saya bukan kisah sejarah cina yang ia ceritakan, tapi
tentang Desa Panipahan tempat dia tinggal. Menurutnya Panipahan itu dicapai
sekitar 2 jam dengan roda dua dari bagan. Bisa juga melalui laut katanya.
Saya belum pernah ke Panipahan, namun
dari penuturan teman seperjalanan ini, rumah-rumah penduduk di Panipahan adalah rumah-rumah panggung yang di bawahnya
digenangi air laut. Hidup di Panipahan itu sangat menyenangkan, katanya. Kalau
kita puas hidup apa adanya, hidup kita tidak akan susah. Alam sudah menyediakan
makanan yang berlimpah untuk kita. Turun saja kita dari rumah, itu dipermukaan
air laut, kepiting-kepiting tinggal memungut saja. Kadangkala bila sedang
musimnya, udang juga melimpah.
“Tapi kita hidup ini tidak cukup
hanya dengan kepiting dan udang saja, Ko” Kata saya. “Kita juga perlu beras,
dan pakaian”
“Apa susahnya”, katanya lagi,
“kumpulkan kepiting-kepiting itu, bawa kepasar terdekat, jual dapat uang”.
Perbincangan
ini mengingatkan saya pada lagu Koes plus, yang mengatakan tanah kita tanah
sorga, hanya saya dan rata-rata orang Indonesia lainya yang tidak
No comments:
Post a Comment