Widayati, S. Pd
SMAN 1 BANTAN-BENGKALIS
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi, ada
4 skill yang harus di kuasai siswa pada tingkat sekolah menengah atas pada mata
pelajaran Bahasa Inggris yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Di tingkat SMA Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran utama sbg
syarat untuk kelulusan pada ujian akhir nasional. Diharapkan lulusan tingkat
SMA mempunyai kemampuan berpikir, bernalar dan berwawasan luas dan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu.
Penguasaan kompetensi Bahasa Inggris
sebenarnya tidak hanya difokuskan pada keterampilan membaca tetapi juga harus
diseimbangkan dengan keterampilan menulis. Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris
ada beberapa genre yang mutlak di pelajarai oleh siswa di tingkat SMA. Salah satunya
adalah kemampuan menulis teks deskriptif. Teks deskriptif adalah sebuah teks
yang menggambarkan atau menjelaskan tentang objek baik berupa orang, benda
ataupun tempat. Yang memiliki
generic structure yaitu identification dan description an object.
Menulis merupakan suatu keterampilan bahasa
yang produktif. Karena merupakan keterampilan bahasa yang produktf, maka
dituntut siswa mampu mengetahui dan menguasai sistem kaidah-kaidah tata bahasa,
penguasaan segi-segi linguistik, penguasaan wacana yang meliputi kemampuan
menyusun atau mengorganisasi gagasan-gagasan dalam suatu bentuk tuturan yang kohesif dan koheren, dan
penguasaan strategi yang berupa kemampuan menggunakan strategi verbal maupun
nonverbal untuk mengatasi berbagai macam
kesenjangan yang terjadi antara pembicara/penulis dengan pendengar atau
pembaca.
Mermperhatikan tujuan pembelajaran Bahasa
Inggris di atas sangat penting bagi perkembangan pola berpikir siswa, maka
untuk mentranspormasikan kepada siswa perlu diperhatikan metode dan strateginya,
sehingga apa yang disampaikan bermanfaat bagi siswa, serta dapat
diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat menunjang
keberhasilan mata pelajaran lainnya.
Idealnya siswa kelas X semester 2 mampu menulis teks deskriptif
menggunakan kaidah-kaidah yang ada yaitu menggunakan generic struktur yang
tepat, memilih kosa kata yang tepat berdasarkan tema dan penggunaan simple
present. Dan juga mampu menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa
seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam teks tersebut.
Kenyataannya melihat hasil ulangan harian yang
penulis lakukan terhadap siswa kelas X 1 semester II SMAN 1 Bantan Tahun
Pelajaran 2011/2012 aspek kemampuan menulis siswa, hanya sekitar 40 % siswa
saja yang tuntas, untuk itu perlu dilakukan perbaikan. Hal ini disebabkan metode pembelajaran menulis yang diterapkan
guru di sekolah masih menggunakan metode/strategi pembelajaran tradisional atau
konvensional. Pembelajaran menulis yang dilakukan hanya mengembangkan ide dan
pikiran dari topik yang ada. Sehingga siswa menggunakan waktu yang lama untuk
menemukan kosa kata dan kalimat yang tepat. Bisa
juga disebabkan rendahnya minat siswa atau kurangnya perbendaharan kata siswa. Atau mungkin Penguasaan simple present yang
rendah atau belum dimanfaatkannya alat peraga.
Sebagai seorang guru, penulis selalu
memikirkan untuk memecahkan masalah- masalah yang di hadapi dalam proses
belajar mengajar termasuk juga rendahnya kemampuan menulis paragraf deskripsi
yang dihadapi siswa dan penulis menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
words clustering technique, namun metode ini belum teruji secara ilmiah, oleh
karena itu penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAPH DESCRIPTIVE
SISWA KELAS X SMAN 1BANTAN DENGAN MENGGUNAKAN
WORDS CLUSTERING TECHNIQUE
B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini :
1. Strategi mengajar yang kurang tepat.
2. Metode mengajar yang digunakan guru tidak
sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
3. Rendahnya minat siswa
4. Kurangnya perbendaharan kata siswa
5. Penguasaan simple present yang rendah.
6. Belum dimanfaatkannya alat peraga.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas
penelitian dibatasai hanya pada Peningkatan
kemampuan menulis paragraf deskriptive dengan menggunakan words
clustering technique.
D.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah melalui penggunaan words clustering technique bisa meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif?
2.
Bagaimana
respon siswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui penggunaan words clustering
technique?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Dengan menggunakan words clustering technique apakah
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraph deskripsi.
2. Untuk mendapatkan gambaran respon siswa dalam
belajar paragraf deskripsi dg menggunakan words clustering technique.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini
akan bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1. Bagi siswa, penggunaan words clustering
technique merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa
inggris aspek menulis siswa kelas X semester 2 SMAN 1 Bantan Tahun Pelajaran
2012/2013.
2. Bagi guru, penggunaan words cluster technique
dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran Bahasa Inggris di SMAN 1 Bantan.
3. Bagi sekolah, merupakan bahan masukan dalam
rangka memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya, dan
mata pelajaran lain umumnya di SMAN 1 Bantan.
4. Bagi peneliti dapat dijadikan bahan masukan
untuk penelitian yang lebih lanjut dan sebagai persyaratan untuk kenaikan
pangkat dan golongan.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Kajian
Teori
Penelitian
ini berhubungan dengan menulis teks deskriptif dan clustering technique. Oleh
karena itu kajian teorinya adalah
menulis teks deskritif dan word clustering technique.
A.
Text
deskriptif
Deskriptif Adalah paragraph yg
bertujuan memberikan kesan atau impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan,
tempat peristiwa dan semacamnya yg ingin disampaikan penulis, atau secara
singkat paragraph deskripsi biasanya di artikan sebagai paragraph yg isinya
menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan
merasakan apa yg tertulis didalam paragraph tersebut.
(http://carapedia.com.paragraf_deskripsi_info1984.html)
Dalam keilmuan,
deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat
dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan
pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi
menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya,
bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai
dalam disiplin ilmu sebagai
istilah teknik.
Disamping itu
Andy the gunnerz menambahkan deskripsi
adalah tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan sebuah objek secara terperinci
tanpa adanya pengaruh pendapat pendapat pengarang di dalam deskripsi tsb.
Berdasarkan teori diatas dipahami bahwa …
B.
Menulis dalam teks deskriptif
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan
berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak,
berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti
menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan
secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan
(1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan
ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau
pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis
yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat
dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141)
menambahkan menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Gebhardt dan Dawn
Rodrigues (1989: 1) juga menambahkan writing is one of the most important
things you do in college. Menulis
merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan
menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu
menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Lebih lanjut pengertian
menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means
to try to produce or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha
untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Fachrudin (1988:2) mengatakan secara garis
besar bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.
Menulis merupakan kegiatan berpikir teratur.
Keteraturan dalam menulis ini tampak pada keteraturan menuangkan gagasan dan menggunakan
kaidah-kaidah bahasa. Agar gagasan dapat diterima dengan baik oleh pembaca,
maka seorang penulis harus menguasai tujuan penulisan dan konteks berbahasa
serta kaidah-kaidah bahasan.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila
disampaikan sesuai tujuan dan situasi berbahasa, sedangkan tulisan dapat
dikatakan benar apabila sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku.
Selain menguasai atuaran/kaidah bahasa, penulis juga diharapkan dapat menyusun
pilihan kata yang terdapat dalam konteks kalimat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan dengan mengekspresikan
secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan dg mengorganisasi gagasan dalam bahasa tulis
secara baik dan benar sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku.
Fachruddin (1988:6) menyatakan : “Kemampuan baca-tulis mendorong perkembangan
intelektual seseorang”. Sementara itu Imam Syafi’I (1988:42) menyatakan bahwa
seseorang yang berbakat menulis atau tidak berbakat menulis sama-sama mempunyai
kemampuan menjadi penulis, agar kemampuan menulis dapat berkembang
latihan-latihan menulis harus memperhatikan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam menulis secara baik dan benar. Sebuah tulisan dapat dikatakan
baik apabila dikomunikasikan sesuai dengan tujuan dan situasi bahasa, sedangkan
tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan atuaran, norma dan kaidah
yang berlaku pada suatu bahasa.
Yang dimaksud menulis dalam teks deskriptif
adalah kemampuan menghasilkan gagasan atau ide dengan cara menggambarkan dan menjelaskan
sebuah objek secara terperinci terhadap objek, gagasan, tempat peristiwa dan
semacamnya yg ingin disampaikan penulis, atau secara singkat paragraph
deskripsi biasanya di artikan sebagai paragraph yg isinya menggambarkan suatu
objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis
didalam paragraph tersebut.
Words
Clustering Technique
Data Clustering
Earlier in this paper we defined clustering as a technique to
achieve high data density. Another definition of clustering is a grouping of
objects together. If a use case requires objects A, B and C to operate, then
those objects should be co-located for optimal data density. If upon loading
the database, those objects are physically allocated close to one another, then
we say we have clustered those objects. Assume that the size of the three
objects combined is less than the size of a physical database page. The
clustering leads to high data density because when we fetch the page with
object A, we will also get objects B and C. In this particular case, we need
just one page transfer to get all objects required for our use case.
To accomplish good clustering, one must know the use cases and the
objects involved in those use cases. Given that knowledge, the goals of
clustering are:
• Cluster objects
together which are accessed together
• Separate (de-cluster,
or partition – we will discuss partitioning in detail later in this paper)
objects which are never accessed together. This includes separating frequently
accessed data from rarely accessed data.
Note: A change of object
model may be required to accomplish the clustering goals. To that end, we will
examine some object model change techniques as part of our discussion.
Clustering Techniques: Isolate Index
An index on a collection yields faster query performance. If the
index is placed, as it is by default, in the same physical location as the
collection itself and the items in the collection, then poor locality of
reference for the index items is likely to occur. Restated, all the items which
are related to the index should be placed in close proximity to one another.
All items related to the collection (excluding the index) should be placed in
close proximity to one another. The index items should not be interspersed with
the collection nor the items contained within the collection. Therefore, if we
cluster the index and all the index items together in an area that is
physically distinct from the collection and/or the items in the collection, the
index will be faster to fetch. If there are no non-index items interspersed
with the index items, then fewer pages will be required to fetch the index to
perform a query or update the index.
Another “side” benefit of clustering index items in an isolated
area is less fragmentation. Why? If the index were interspersed with the
collection and items in the collection and then the index were dropped (most
likely so that it could be regenerated) the physical locale where the index
items had been would be fragmented. Fragmentation lowers data density. By
definition, if you fetch a page and some space on that page is empty due to
fragmentation, then you have lower data density. Clustering
Clustering techniques fall into a
group of undirected data mining tools. The goal of undirected data mining is to
discover structure in the data as a whole. There is no target variable to be
predicted, thus no distinction is being made between independent and dependent
variables.
Clustering techniques are used for
combining observed examples into clusters (groups) which satisfy two main
criteria:
- each group or cluster is
homogeneous; examples that belong to the same group are similar to each
other.
- each group or cluster should be
different from other clusters, that is, examples that belong to one
cluster should be different from the examples of other clusters.
Depending on the clustering
technique, clusters can be expressed in different ways:
- identified clusters may be
exclusive, so that any example belongs to only one cluster.
- they may be overlapping; an
example may belong to several clusters.
- they may be probabilistic,
whereby an example belongs to each cluster with a certain probability.
- clusters might have
hierarchical structure, having crude division of examples at highest level
of hierarchy, which is then refined to sub-clusters at lower levels.
We will explain here the basics of
the simplest of clustering methods: k-means algorithm. There are many other
methods, like self-organizing maps (Kohonen networks), or probabilistic
clustering methods (AutoClass algorithm), which are more sophisticated and
proficient, but k-means algorithm seemed a best choice for the illustration of
the main principles.
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
Penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang bertujuan utk
meningkatkan pencaoaian siswa dan utk meningkatkan kemampuan siswa. Metodologi
penelitian ini adalah sebagai berikut
1.
Tempat
Tempat
penelitian dilakukan oleh peneliti di sekolah peneliti sendiri yaitu di SMAN 1
Bantan Kelas X. Kelas X ini terdiri dari 6 rombongan belajar dan penulis
memilih kelas X 1 karena kelas ini merupakan kelas yang rendah pencapaian hasil
belajarnya.
2.
Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yang di mulai
dari bulan Maret sampai bulan Mei.
3.
Subject
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X 1 yang berjumlah 29 siswa dengan objek
tindakan adalah kemampuan siswa menulis paragraph descriptif dg menggunakan Terdiri dari …..siswa laki-laki dan …siswa perempuan.
B.
Prosedur
Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. Siklus pertama mencari materi,
merancang RPP, membuat RPP, memberikan Pre-test (boleh
diadakan/tidak),memberikan tindakan/perlakuan, memberikan pengujian. Siklus
kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga
menganalisa hasil, merefleksi.
C.
Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk
penugasan dan lembar obsevasi
D.
Analisis
data
Keberhasilan
penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar dan respon yg baik
dari siswa, oleh karena itu utk mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis
utk setiap siklus. Analisa data dilakukan dg melihat peningkatan hasil dari siklus 1, siklus 2
dan siklus 3 yg dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan. Sedangkan
respon siswa instrument yg digunakan adalah lembaran pengamatan dan data akan
di analisa melalui deskripsi respon siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung
No comments:
Post a Comment