(Believe it or not)
Macho, saya
kurang tahu apa kosakata ini masih familiar bagi anak-anak di Kabupaten Kampar
sekarang ini atau tidak. Kalau zaman dulu kata Macho ini sangat populer sekali.
Karena ini merupakan makanan favorite bagi anak-anak, remaja dan mahasiswa.
Macho sejenis
ikan-ikan kecil yang yang diasinkan, bisa digoreng digulai dan dijadikan sambal
lado. Bahasa lain untuk Macho adalah ikan teri, ada juga yang menyebutnya ikan
bilis.
Waktu zaman
dulu, hampir semua anak-anak dan remaja sangat keranjingan makan. Makannya banyak dan bertambah-tambah.
Sehingga orang tua perlu membatasi anak untuk makan. Malah di rumah-rumah ada
almari sambal, untuk menyimpan sambal agar jangan dihabiskan oleh anak-anak.
Beda dengan sekarang, anak-anak malah dibujuk-bujuk agar mau makan.
Macho ini hampir
setiap hari menjadi menu. Saya ingat, ketika ibukota Kabupaten Kampar baru
dipindahkan dari Pekanbaru ke Bangkinang, ada seorang ibu dimarahi oleh banyak orang di pasar.
Hanya karena ia bilang ia beli macho untuk makanan kucingnya di rumah. Orang
merasa terhina, menu utama mereka dikatakan untuk makanan kucing.
Bagi mahasiswa
yang merantau, ibu mereka membekali
mereka dengan macho yang digoreng dengan cabe dicampur dengan kacang tanah. Kemudian
dimasukkan dalam kaleng biskuit, itulah nantinya menjadi menu utama menemani
nasi sampai satu atau dua minggu.
Apa khasiat
Macho. Tidak pernah dibahas. Hanya saja anak-anak yang ibunya menjadikan macho
sebagai menu utama, nampak lebih lincah dari yang tidak mengkomsumsi macho. Dan
badannya juga lebih kekar dan berisi. Sehingga akhirnya muncul istilah remaja-remaja yang badannya kekar dan
padat itu disebut MACHO. Dan istilah ini sudah ada sejak tahun enampuluhan di Kampar .
Nah sekarang istilah Macho ini sudah merambah keseluruh Indonesia. Walaupun
mereka tidak tahu asal usulnya.
No comments:
Post a Comment