Oleh
: Sarjiyem; Tukiran Taniredja; dan Sri
Murni Setyowati
THE EFFECT OF
COMPETENCE ON EDUCATOR’S PERFORMANCE IN NON
FORMAL AGES EARLYCHILDHOOD EDUCATION PRESCHOOL IN KESUGIHAN CILACAP DISTRICT
ABSTRACT
The Reseach
purposes are(1) analyze the
significant influence of pedagogical competence
on the performance of educators
(2) analyze the significant
influence of
personality competence
on the performance of educators
(3) analyze the significant
influence of
professional competence
on the performance of educators
(4)analyze the significant
influence of
social competence
on the performance of educators
(5) analyze the
influence of significant jointly pedagogical competence, personality,
professional and
social on
the performance of educators (6) analyze the most dominant
influence variable among
the pedagogical competence, personality,
professional and
social variable
on the performance of educators
in nonformal ages early childhood education preschool in Kesugihan Cilacap
District.
The reaserch
populations are all of the educators in nonformal
ages early childhood education preschool in Kesugihan Cilacap District amounting to 34
people with a total sampling.
Collecting data
by questionnaire, for which
data were
analyzed using simple and multiple linear regression analysis model, with 0,05
significance level research conclusions
are (1)there is an significant influence of pedagogical competence on the
performance of educators (2) there is an significant influence of personality
competence on the performance of educators (3) there is an significant
influence of professional competence on the performance of educators (4) there
is an significant influence of social competence on the performance of educators
(5) there is an significant influence jointly pedagogical competence, personality,
professional and
social on
the performance of educators
(6) the most dominant influence variable among pedagogical competence,
personality, professional and social variable on the performance is the
personality competence.The impact of educator’s competence to educator’s
performance is positive,the better educator’s competence, so the educator’s
performance will be better to.
Policy proposals which proposed need to be conducted in a sustainable training, which focuses on teacher’s
personality competence, and the supervision and appraisal of educator’s
performance objectively and continuously
by the relevant parties.
Keyword : pedagogical competence, personality, proffesional,
social, educator’s performance
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Masalah
Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh
mutu gurunya. Mendiknas memberikan penegasan bahwa “guru yang utama”. Untuk
membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting bukan membangun gedung
sekolah atau sarana dan prasarana lainnya, melainkan harus dengan upaya
peningkatan proses pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas. Maksudnya
proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan, dan mencerdaskan. Hal tersebut
hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa
pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan
Anak Usia Dini (untuk selajutnya disingkat PAUD) merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang
dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Direktora Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006).
Pendidikan anak merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) unggul dalam
jangka panjang yang sangat menentukan sekaligus memberikan kontribusi besar
bagi masa depan bangsa. Karenanya PAUD di rumah, prasekolah atau TK tidak boleh
diabaikan. Lebih-lebih ditengah maraknya taangan televisi dengan tontonan dan
hiburan yang bisa berdampak negatif. Oleh karena itu perlindungan terhadap anak
balita mendesak untuk dilakukan.
Di
negara-negara tertentu, PAUD mendapatkan perhatian penuh dari masyarakat dan
pemerintah. Di Singapura dan Korea Selatan, hampir semua balita telah mengenyam
pendidikan, sehingga human development index (HDI), yakni tingkat
pengembangan SDM kedua negara tersebut jauh melampaui Indonesia. Singapura pada
peringkat ke-25, Korea Selatan pada peringkat ke-27, sedangkan Indonesia pada
peringkat ke- 110 dari 173 negara di dunia. Oleh sebab itu sosialisasi PAUD di
Indonesia sepatutnya mendapatkan anggaran negara yang memadai (Direktora
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006).
Jumlah peserta didik pada PAUD Nonformal Kelompok Bermain
di Kecamatan Kesugihan Cilacap yang berjumlah sebelas PAUD, dari tahun ke tahun
cenderung mengalami perkembangan. Tetapi jika dilihat dari hasil belajar
peserta didik rata-rata belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini
menunjukkan bahwa komponen-komponen yang terkait dengan pengembangan hasil
belajar peserta didik masih harus terus diperhatikan dan dikembangkan, terutama
komponen tenaga pendidik. Sampai saat ini cenderung masih banyak tenaga
pendidik yang belum memanfaatkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran
di kelas, apalagi membuat alat pembelajaran secara mandiri. Sehingga disinyalir
kompetensi dan kinerja tenaga pendidiknya masih rendah.
2. Arti Pentingnya Penelitian
Mengingat
bahwa anak usia dini adalah masa-masa emas, maka pada saat anak usia dini
sangat penting untuk mendapatkan pembinaan yang intensif. Melalui PAUD
diharapkan bisa menjadi fondasi yang kuat guna membangun mental, karakter dan
kecerdasan anak sebagai asset bangsa. Untuk pengembangan, penanganan dan pengembangan
PAUD diperlukan pendidik yang memiliki
kompetensi dan kinerja yang baik.
Seorang pendidik yang profesional harus
memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian
dan sosial. Bagaimanakah kompetensi mereka dalam bidang pedagogik, profesional,
kepribadian dan sosial serta pengaruhnya terhadap kinerja para kependidikan PAUD di Kecamatan Kesugihan
Cilacap perlu diadakan peneitian.
3. Tujuan Penelitian
Bedasarkan uraian yang dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini untuk menganalisis:
- pengaruh yang signifikan kompetensi pedagogik
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok
bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap.
b. pengaruh
yang signifikan kompetensi kepribadian
terhadap kinerja pendidik pada PAUD
nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap
c. pengaruh yang signifikan kompetensi profesional
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap
d. pengaruh yang signifikan kompetensi sosial
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap.
e. pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap.
f.. variabel yang paling dominan pengaruhnya di antara
variabel kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial
terhadap kinerja tenaga pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain di
kecamatan Kesugihan Cilacap.
4. Ruang Lingkup
Variabel
penelitian yang dikaji pada penelitian ini
terbatas pada kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, sosial dan kinerja tenaga pendidik pada
PAUD nonformal kelompok bermain di Kecamatan Kesugihan Cilacap pada semester genap
tahun ajaran 2009-2010.
II. Kajian
Pustaka
A. Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (UU RI Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik yang didasarkan
pada ilmu mendidik. Seorang guru yang telah mempunyai kompetensi pedagogik
minimal telah menguasai ilmu pendidikan (landasan kependidikan) disamping
menguasai bidang studi tertentu yang diampunya, menguasai metode pembelajaran,
dan menguasai berbagai pendekatan pembelajaran.
Menurut penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a Standar
Nasional Pendidikan, komptensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadp peserta
didikperancangan dan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kemampuan pedagogik menurut Suparno
(2002: 52) merupakan kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat
pemahaman sifat, ciri anakdidik dan perkembangannya, mengerti berbagai konsep
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi
mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta menguasai
sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan
kemampuan siswa.
Mulyasa (2007) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi (1)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap pesert
didik; (3) pengembangan kurikulum; (4) perancangan pembelajaran; (5)
pelaksanaan pembelajaran; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) evaluasi
belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya.
B. Kompetensi Kepribadian
Menurut penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b Standar
Nasional Pendidikan, bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian juga mencakup
(1) kepribadian yang utuh, meliputi : berbudi luhur, jujur, dewasa, beriman,
bermoral; (2) kemampuan mengaktualisasikan diri seperti disiplin, tanggung
jawab, peka, objektif, luwes, berwawasan luas, (3) dapat berkomunikasi dengan
orang lain; (4) kemampuan mengembangkan profesi, seperti berpikir kreatif,
kritis reflektif, mau belajar sepanjang hayat, dapat mengembil keputusan. Jadi
kemampuan kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang guru sebagai pribadi
yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk maju.
Kompeteni kepribadian atau kompetensi
personal, menurut Surya (2003) adalah seperangkat perilaku yang berkaitan
dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri
untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri.
Sementara itu Romi Suditha (2006), menyebutkan bahwa kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan
berahlak mulia. Sejalan dengan pendapat tersebut Purnomo (2003) mengemukakan,
bahwa kompetensi kepribadian berkaitan dengan kematangan kepribadian guru yang
bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
maka kompetensi kepribadian merupakan kemampuan menjadikan dirinya sebagai
orang dewasa yang memiliki sikap positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru. Kompetensi ini mencakup kemampuan-kemampuan dalam: memahami diri,
mengelola diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri (Surya, 2003).
Figur seperti yang disebutkan di atas diperlukan untuk profesi
seorang guru. Hal tersebut, karena guru memberikan pelayanan kepada peserta
didik. Dalam rangka mengajak peserta didik kepada tujuan atau sasaran
pendidikan, yaitu menjadi warga negara yang baik, taat kepada berbagai
peraturan, jujur dalam segala perbuatan, menjunjung tinggi nila-nilai hidup
berbangsa dan bernegara, menguasai iptek, dan sebagainya yang paling ampuh dan
efektif adalah dengan keteladanan. Hal tersebut sejalan dengan pendapa Heriati
(2001: 28), bahwa kompetensi kepribadian mencakup : (1) penampilan sikap
positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan
situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya; (2) pemahaman, penghayatan dan
penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru; dan (3)
penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya.
C. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional secara umum dapat
diidentifikasikan dan disarikan tentang
ruang lingkup komptensi professional guru yang meliputi: (1) menegrti dan dapat
menerapkan landasan kependidikan; (2)mengerti dan dapat menerapkan teori belajar
sesuai dengan tarap perkembangan peserta didik; (3) mampu menangani dan
mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (4) mengerti dan
dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; (5) mampu mengembangakan dan menggunakan berbagai alat,
media dan sumber belajar yang relevan; (6) mampu mengorganisasikan dan
melaksanakan program pembelajaran; (7) mampu melaksanakan evaluasi hasil beljar
peserta didik; (8) mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (Mulyasa, 2007).
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan, hal ini
sejalan dengan Johnson (dalam Heriati, 2001: 28), bahwa kemampuan profesional
mencakup penguasaan materi pelajaran, yang terdiri atas penguasaan bahan/materi
yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang
diajarkan itu. Kompetensi profesional meliputi tiga elemen, yakni (1)
pengetahuan dan pemahaman tentang disiplin akademik (keilmuan), elemen
psikomotor, hubungan interpersonal, dan nilai-nilai norma; (2)
ketremapilan-keterampilan dalam melaksanakan prosedur-prosedur yang bersifat
psikomotorik, berinteraksi dengan orang lain; dan (3) sika-sikap profesional.
D. Kompetensi Sosial.
Menurut Mulyasa (2007), sedikitnya terdapat tujuh
kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul
secara efektif, baik di sekolah maupun di masyarakat. Ketujuh kompetensi
tersebut meliputi: (1) memiliki penegetahuan tentang adapt istiadat baik social
maupun agama; (2) memiliki pengethuan tentang budaya dan tradisi; (3) memiliki
pengetahuan tentang inti demokrasi; (4) memiliki pengetahuan tentang estetika;
(5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial; (6) memiliki sikap yang benar
terhadap pengetahuan dan pekerjaan; dan (7) setia terhadap harkat dan martabat
manusia.
Kompetensi sosial bagi seorang guru juga meliputi : (1)
memiliki empati kepada orang lain; (2) memiliki toleransi kepada orang lain; (3)
memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap
kompetensi yang lain; dan (4) mampu bekerja sama dengan orang lain. Untuk
mengembangkan kompetensi social seorang pendidik, dapat dirangkumkan dari 35
life skill, yang meliputi : (1) kerja tim; (2) melihat peluang; (3) peran dalam
kegiatan kelompok; (4) tanggung jawab sebagai warga; (5) kepemimpinan; (6)
relawan social; (7) kedewasaan dalam berkreasi; (8) berbagi; (9) berempati;
(10) kepedulian kepada sesama; (11) toleransi; (12) solusi konflik; (13)
menerima perbedaan (14) kerja sama, dan (15) komunikasi (LP3 Unnes 2007 : 7).
Seorang guru, terkait dengan kompetensi sosial, harus
menguasai beberapa hal, seperti (1) bersikap inklusif, bertindak obyaktif serta
tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, dan status social ekonomi; (2) berkomunikasi
secara efektif, empatik dan santun dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua adan masyarakat; (3) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya; (4)
berkomunikasi dengan komunitas prifesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain (Mulyasa, 2007).
E. Kinerja Tenaga Pendidik
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (2007) bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Mulyasa
(2007) juga menegaskan bahwa kinerja tenaga pendidik dipengaruhi oleh oleh kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial
Untuk mengukur kinerja guru menurut
Riduwan (2002) meliputi : (a) menguasai dan menerapkan landasan-landasa
pendidikan dan pengajaran; (b) membuat persiapan mengajar; (c) penguasaan mata
pelajaran yang diajarkan; (d) menggunakan berbagai metode pengajaran; (e)
menggunakan media pengajaran; (f) menyajikan pelajaran secara sistematis; (g)
mengevaluasi hasil belajar siswa; (h) interaksi dengan siswa; (i) kedisiplinan
dalam memeriksa dan mengembalikan tugas siswa; (j) mendorong kreativitas siswa;
(k) membantu sesama guru dalam memecahkan kesulitan mengajar; dan (l) ikut menciptakan hubungan baik denga seluruh
komponen sekolah.
F.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
Uraian di atas, hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Ada pengaruh yang signifikan kompetensi pedagogik
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok
bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap.
2. Ada
pengaruh yang signifikan kompetensi kepribadian
terhadap kinerja pendidik pada PAUD
nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap
3. Ada pengaruh
yang signifikan kompetensi profesional terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal
kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap
4. Ada pengaruh yang signifikan kompetensi sosial
terhadap kinerja pendidik pada PAUD
nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap.
5. Ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap.
6.. Variabel yang paling dominan pengaruhnya di antara
variabel kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain di
kecamatan Kesugihan Cilacap adalah kompetensi kepribadian.
III. Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Peneltian ini merupakan penelitian kuantitatif dan
merupakan penelitian survey yang meneliti tentang kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial serta kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di Kecamatan Kesugihan Cilacap
B. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian
in dilaksanakan terhadap tenaga pendidik
pada sebelas PAUD yang ada di Kecamatan Kesugihan Cilacap. Penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009-2010.
C. Populasi Penelitian
Populasi
pada penelitian ini merupakan seluruh pendidik PAUD nonformal kelompok bermain di
Kecamatan Kesugihan Cilacap yang berjumlah 34 tenaga pendidik. Seluruh populasi
dijadikan sampel.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
1.
Validitas
Untuk menguji validitas
instrumen penelitian digunakan korelasi product moment atau metode Pearson,
dengan rumus :
(Arikunto,
1998)
2.
Reliabilitas
Untuk mengukur instrumen peneitian
memiliki daya keajegan mengukur atau reliabilitas yang tinggi ataukah belum,
menurut Sudjana (2001), digunakan Rumus
Alpha. Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah :
E.
Metode Pengumpulan Data
Teknik menggali informasi yang berusaha mengukur
sikap atau keyakinan individu, disebut skala pendapat (opinioner) atau skala
sikap (Best, 1977:191-192). Penelitian
ini digunakan item-item berskala , berupa skala sikap, yaitu skala Likert.
Skala Likert meminta kepada responden sebagai individu untuk menjawab suatu
pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tak bias memutuskan
(N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban
dikaitkan dengan angka atau nilai , misalnya SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan
STS = 1 bagi suatu pernyataan yang mendukung sikap positif dan nilai-nilai
sebaliknya yaitu SS = 1, S = 2 , n =3, TS = 4 dan STS = 5 bagi pernyatan yang
mendukung sikap negative.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linier sederhana dan regresi linier ganda, dengan tingkat kemaknaan 0,05. Yang
dimaksud dengan analisis regresi linier sederhana (univariat) adalah analisis
regresi linier dengan jumlah variabel pengaruhnya hanya satu. Dalam membuat
regresi parametrik ini langkah pertama
yang paling ideal adalah membuat plotting data antara variable dependent dan
variable independent (pengaruh) untuk melihat kecenderungan pola data asli,
jika data tersebut mengikuti pola linier maka akan kita dekati dengan jenis
regresi ini model populasi Yi = β0 +
β1Xi + εi. Sedankan
yang dimaksud dengan ganda di sini adalah bahwa jumlah variable independent
lebih dari satu (ganda), sedangkan hubungannya tetap linier adalah model
populasi Yi = β0 +
β1X1i + K + βkXki
+ εi.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Pengujian Hipotesis ke-1
Hipotesis pertama berbunyi, “Ada pengaruh yang signifikan kompetensi pedagogik
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap” Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai
alfa tingkat kemaknaan adalah 0,001.
(lampiran 2). Alfa tingkat kemaknaan lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian
hipotesis 1 dapat diterima.
2. Pengujian
Hipotesis ke-2
Hipotesis ke-dua berbunyi, “Ada pengaruh yang signifikan
kompetensi kepribadian terhadap kinerja
pendidik pada PAUD nonformal kelompok
bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap” Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh nilai alfa tingkat kemaknaan adalah
0,00 (lampiran 3). Alfa tingkat kemaknaan lebih kecil daripada 0,05.
Dengan demikian hipotesis 2 dapat diterima.
3. Pengujian Hipotesis ke-3
Hipotesis ke-tiga berbunyi, “Ada pengaruh yang signifikan
kompetensi profesional terhadap kinerja
pendidik pada PAUD nonformal kelompok
bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap” Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh nilai alfa tingkat kemaknaan adalah
0,00 (lampiran 4). Alfa tingkat kemaknaan lebih kecil daripada 0,05.
Dengan demikian hipotesis 3 dapat diterima.
4. Pengujian
Hipotesis ke-4
Hipotesis ke-empat berbunyi, “Ada pengaruh yang
signifikan kompetensi sosial terhadap
kinerja pendidik pada PAUD
nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap” Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh nilai alfa tingkat kemaknaan adalah 0,00 (Lampiran 5). Alfa tingkat kemaknaan
lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian hipotesis 4 dapat diterima.
5. Pengujian
Hipotesis ke-5
Hipotesis ke-lima berbunyai,”Ada pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial
terhadap kinerja pendidik pada PAUD
nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap.” Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh nilai alfa tingkat kemaknaan adalah X1= 0,044; X2= 0,0001; X3= 0,007; X4= 0,012
(lampiran 6) Alfa tingkat kemaknaan
lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian hipotesis 5 dapat diterima.
6. Pengujian
Hipoesis ke-6
Hipotesis ke-enam berbunyi,”Variabel yang paling dominan
pengaruhnya di antara variabel
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap adalah kompetensi kepribadian.” Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh nilai beta yang paling tinggi adalah X2 yakni
0,486 (lampiran 6). Dengan demikian hipotesis 6 dapat diterima.
B. Pembahasan
1. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa baik secara bersama-sama maupun secara parsial kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial berpengaruh terhadap terhadap
kinerja tenaga pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain di kecamatan
Kesugihan Cilacap, hal ini sangat wajar, karena:
a. Kompetensi
Pedagogik
Pedagogik adalah ilmu mendidik, yang
mencakup didaktik dan metodik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang
guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik yang didasarkan pada
ilmu mendidik. Seorang guru yang telah mempunyai kompetensi pedagogik minimal
telah menguasai ilmu pendidikan (landasan kependidikan) disamping menguasai
bidang studi tertentu yang diampunya, menguasai metode pembelajaran, dan
menguasai berbagai pendekatan pembelajaran.
Guru diharapkan memahami sifat-sifat,
karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisisk dan psikis anak didik. Dengan
demikian guru akan mudah mengerti kesulitan dan kemudahan yang dihadapi peserta
didik dalam menegembangkan dirinya. Untuk itu guru perlu mencari pendekatan
yang baik, mengetahui ilmu psikologi anak dan perkembangan anak, dan mengetahui
bagaimana perkembangan pengetahuan anak tersebut.
Dengan memahami berbagai macam model
pembelajaran, maka guru akan lebih mudah mengajar sesuai dengan situasi peserta
didik. Yang tidak kalah penting dalam pembelajaran adalah guru dapat membuat
evaaluasi yang tepat, sehingga dapat dengan sesungguhnya memantau dan mengerti
apakah siswa sungguh berkembang seperti yang direncanakan sebelumnya. Apakah
proses pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik dan membantu anak berkembang
secara efisien daan efektif ?
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian terbentuk dari
sinergi watak, perilaku, konsep diri, motif, pengetahuan, serta keterampilan
yang berpengaruh terhadap karakter, sikap, perilaku serta kemampuan dan kemauan
dalam menghadapi pekerjaan. Oleh karena itu hal-hal seperti pembawaan,
keyakinan, (nilai dan norma yang dianut), kebiasaan dan pendidikan berperan
atas terbentuknya kompetensi kepribadian tersebut. Artinya kompetensi ini
merupakan perpaduan antara pembawaan yang sulit diubah dengan pembentukan
melalui pembiasaan dan pendidikan, sehingga menjadi suatu individu yang
khas. Orang yang memiliki kepribadian
yang mantap akan memancarkan perilaku yang sederhana, jujur, adil, arif,
berwibawa, matang, dan dewasa.
Mengingat tugas guru bukan sekedar
menyampaikan informasi di depan kelas, dan setelah itu selesai, tetapi lebih
dari itu, bahwa yang dihadapi pendidik adalah manusia dengan segala potensinya
untuk berkembang, sehingga pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidik menghargai martabat manusia,
manusia meiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan perasaan, maka
kompetensi kepribadian bagi guru menjadi amat penting.
b. Kompetensi
Profesional
Kompetensi profesional
memberikan pengaruh kepada kinerja guru, karena profesi merupakan suatu jabatan
atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) para anggotanya.
Pekerjaan profesi tidak dapat dilakukan sembarang orang yang tidak terlatih dan
tidak siapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Kamampuan professional mencakup (a) penguasaan materi
pelajaran; (b) penguasaan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan
dan keguruan; dan (c) penguasaan proses-proses
:Sesuai dengan makna kompetensi
profesional, maka guru dituntut memiliki kemampuan:
1). Merencanakan program pembelajaran
Dalam
merencanakan program pembelajaran (persiapan mengajar) guru dituntut untuk
dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara amat khusus yang menghantarkan pada
pemahaman konseptual mengenai:
a.
Bentuk perilaku siswa setelah
mempelajari bahan ajar tertentu dalam waktu yang telah ditentukan;
b.
Hakikat pokok bahasan yang dijadikan
objek belajar;
c.
Relevansi antara pencapaian tujuan
dengan tujuan pembelajaran umum;
d.
Hubungan hierarkis antara tujuan satuan
pembelajaran yang disusun dengan tujuan satuan pembelajaran sebelum dan
sesudahnya;
e.
Hakikat siswa dalam hal kemampuan dan
latar belakangnya.
2), Penguasaan bahan ajar atau materi
pengajaran
Kemampuan
menguasai bahan ajar, dalam hal ini guru dituntut menguasai bahan ajar. Bahan
ajar adalah media pencapaian tujuan pengajaran, pendalaman bahan ajar memiliki
kemungkinan banyak dalam pembentukan diri siswa. Guru hendaknya menguasai bahan
ajar wajib (pokok), bahan ajar penunjang, dan bahan ajar pengayaan secara
mendalam, berpola (berstuktur), dan fungsional. Dalam menjabarkan serta
mengorganisir bahan ajar (dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan pengajaran),
guru hendaknya memperhatikan asas-asas sebagai berikut: relevan dengan tujuan
pembelajaran, selaras dengan taraf perkembangan mental siswa, selaras dengan
tuntutan perkembangan IPTEK, selaras dengan kondisi dan situasi lingkungan siswa,
serta guru mampu menggunakan aneka sumber secara terpadu. Selanjutnya, guru
juga hendaknya memiliki kemampuan
mengelola program belajar-mengajar. Guru hendaknya menguasai secara fungsional
tentang pendekatan sistem dalam perencanaan-pelaksanaan pengajaran, menguasai
asas-asas pengajaran, menguasai prosedur-metode-stretegi-teknik pengajaran,
menguasai bahan ajar, mampu merancang-mendayagunakan fasilitas-media-sumber
pengajaran. Secara akumulatif guru diharap mampu menyusun rencana pengajaran
(RP) yang berbobot (dalam pengembangan unsurnya dan sistematikanya).
3). Memiliki konsep-konsep keilmuan
Keilmuan
diartikan sebagai body of knowledge (batang tubuh keilmuan) yang akan
memberi warna kepada pemegang ilmu itu sendiri dan membedakanya dari orang yang
tidak memiliki keilmuan serupa. Dengan ilmu tersebut, orang akan menjadi ahli,
dan keahlianya ini hanya di peroleh
melalui suatu pendidikan yang relatif lama, sekurang-kurangnya pada jenjang S1.
Hal ini sejalan dengan Sanusi (1991:20) bahwa profesi mempunyai ciri-ciri,
diantaranya: (1) memiliki keterampilan/keahlian, dimana untuk mewujudkannya
dituntut derajat keterampilan/keahlian tertentu; (2) pemerolehan keterampilan
tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin, melainkan bersifat pemecahan
masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah;
dan upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan
keterampilan/keahlian tersebut
membutuhkan masa latihan yang lama, bertahun-tahun, dan tidak cukup hanya beberapa bulan.
4). Memiliki kemampuan mengelola kelas
Guru
profesional, dituntut memiliki kemampuan mengelola kelas yang kondusif untuk
belajar siswa. Pengelolaan fisik (tata ruang kelas dan pengaturan tempat duduk
dengan memperhatikan sifat-sifat perorangan siswa,relatif mudah), yang lebih
sulit adalah upaya membina motivasi belajar(perorangan atau kelompok), kerja
sama kelas, kompetisi yang sehat, tertib disiplin kelas, dan penanganan siswa
yang bersifat khusus (bandel, pengacau kelas, badut kelas, minder dan kenakalan
yang yng menjurus kriminal atau asusila). Inti pengelolaan kelas adalah
menciptakan situasi sosial kelas yang kondusif untuk belajar secara
efektif-efisien.
5). Memiliki kemampuan menggunakan media
dan sumber belajar
Guru mampu
menggunakan media dan sumber pengajaran. Media pengajaran adalah alat penyalur
pesan pengajaran baik secara langsung
maupun secara tidak langsung (melalui rekaman). Sumber pengajaran adalah acuan
dalam menjabarkan serta mengorganisasikan bahan ajar yang dilakukan oleh guru.
Sumber pengajaran dapat berupa orang, rekaman, lingkungan, alat, srategi serta
teknik pengajaran dan berbagai pesan/informasi. Guru masa kini hendaknya selalu
siap untuk belajar keilmuan secara berkesinambungan dan juga harus menyadari
bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber pengajaran bagi siswanya. Guru diharap
mampu mendayagunakan serta mengorganisasikan aneka sumber pengajaran secara
kreatif serta terpadu.
c.
Kompetensi
Sosial
Kompetensi sosial merupakan kompetensi
yang harus dimiliki guru karena kompetensi sosial sebagai social intelegence
atau kecerdasan sosial. Kecerdasan
sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik,
raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner).
Kompetensi sosial merupakan kemampuan
interaktif dan kerjasama dalam memecahkan masalah-masalah sosial atau sebagai human
relations skhill, yaitu keterampilan menjalin hubungan insani antara guru
dan peserta didik sehingga proses pembelajaran di kelas akan berjalan efektif
dan terjadi interaktif yang timbal balik. Dalam hubungan seerti ini, guru yang
harus menyesuaikan diri dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya (peserta
didik), sambil secara lambat laun mengajak peserta didik untuk memiliki
kesadaran dan kemampuan sosial tersebut berguna bagi kehidupannya saat ini dan
yang akan datang. Tindakan guru yang demikian, sekaligus juga menanamkan
prinsip kepada siswa, bahwa manusia adalah mahluk sosial yang senantiasa harus
berhubungan denan manusia lain untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
2. Kompetensi kepribadian
mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja tenaga pendidik PAUD nonformal
kelompok bermain di Kecamatan Kesugihan Cilacap
Kompetensi kepribadian mempunyai pengaruh paling besar
terhadap kinerja tenaga pendidik PAUD nonformal kelompok bermain di Kecamatan
Kesugihan cilacap, karena tenaga pendidik PAUD nonformal kelompok bermain di
Kecamatan Kesugihan senantiasa berhadapan dengan anak-anak yang mempunyai
kecenderungan mencontoh perilaku orang yang lebih dewasa. Sehingga kompetensi
kepribadian ini senantiasa melekat pada pendidik PAUD nonformal kelompok
bermain di Kecamatan Kesugihan, yang mendidik dengan hati, tidak pernah
memarahi, menyakiti, merendahkan peserta didik, tetapi selalu memberikan
sanjungan, pujian, dorongan dan acungan jempol kepada peserta didik.
Selain itu para pendidik PAUD
nonformal kelompok bermain di Kecamatan Kesugihan Cilacap tidak segan-segan
bertanya kepada orang atau teman yang lebih mampu, selalu memberikan contoh
keteladaan dalam hal perilaku, ucapan,cara berpakaian dll. Mereka dalam
embelajaran senantiasa menerapkan model Paikem (pembelajaran aktif inovatif
kreatif efektif dan menyenangkan). Mereka mengajar sambil bermain, sehingga
suasana proses belajar mengajar menyenangkan dan tidak membuat siswa jenuh.
V. SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analis data, dieroleh temuan yang berupa
simpulan penelitian sebagai berikut:
- Ada pengaruh yang signifikan kompetensi pedagogik
terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok
bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap.
2. Ada pengaruh yang signifikan kompetensi kepribadian terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap
3. Ada pengaruh yang signifikan kompetensi
profesional terhadap kinerja pendidik
pada PAUD nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap
4. Ada pengaruh
yang signifikan kompetensi sosial terhadap
kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain di kecamatan
Kesugihan Cilacap.
5. Ada pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial terhadap kinerja pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain
di kecamatan Kesugihan Cilacap.
6.. Variabel yang paling dominan pengaruhnya di antara
variabel kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial terhadap
kinerja pendidik pada PAUD nonformal
kelompok bermain di kecamatan Kesugihan Cilacap adalah kompetensi kepribadian.
Dampak kompetensi pendidik terhadap kinerja pendidik adalah positif, semakin
baik kompetensi pendidik akan semakin baik kinerja pendidik.
B. Saran
Berdasarkan
hasil temuan penelitian, saran yang perlu disampaikan kepada pihak penentu
kebijakan, bahwa untuk meningkatkan kinerja
tenaga pendidik pada PAUD nonformal kelompok bermain di kecamatan Kesugihan
Cilacap:
1.
Perlu
diadakan pelatihan secara kontinu yang dampaknya dapat meningkatkan kompetensi
guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
2.
Pelatihan
yang diadakan menitikberatkan pada kompetensi kepribadian guru
3.
Perlu adanya pengawasan dan penilaian kinerja tenaga
pendidik secara objektif dan kontinu
oleh pihak-pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA
ACUAN
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Best, W., (1977). Research In Education, Prentice-Hall, Indiana.
Departemen Pendidikan Nasional,
2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006. PAUD
Investasi Masa Depan Bangsa, Jakarta: Direktorat Jendera Pendidikan Lua
Sekolah Depdiknas RI.
Heriati, T. 2001. Statistik
Deskriptif. Bandung: Prisma Press.
LP3 Unnes Semarang, 2007.
Bahan Ajar Pengembangan Profesionalitas Guru, Semarang : LP3 UNNES Semarang.
Mulyasa E., 2007. Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung Remaja Rosda Karya.
Nasution, S. 1986. Didaktik Asas-Asas
Mengajar. Bandung: Penerbit Jemmars.
Purnomo. 2003. Strategi Pengajaran.
[on line].Tersedia: www.sabda.org/pepak, (19 Mei 2006).
.
Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyususn Tesis, Bandung: Alfabeta.
Romi, S. 2006. Kompetensi Guru, Lagu
lama Lebel Baru. [on line]. Tersedia: www.balipost.co.id. (19 Mei 2006).
Sudjana, N. 2001. Penelitian dan
Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Suparno, P., 2004. Guru
Demokratis di Era Reformasi Pendidikan, Jakarta : Grasindo
UU RI Nomor 14 Tahun 2005. Tentang
Guru dan Dosen. Jakarta : Fokus
Media.
Lampiran
1
Data
Hasil Angket penelitian
No
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
Y
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
|
40
40
40
23
25
27
33
34
40
40
22
29
18
17
32
38
40
30
32
24
38
33
30
35
33
29
40
35
31
35
36
19
28
37
|
39
40
40
16
17
40
40
37
40
39
19
40
40
38
38
21
17
40
32
20
40
18
15
40
39
36
40
38
40
39
40
14
35
36
|
40
40
40
16
17
40
39
35
32
28
23
28
34
28
18
38
25
34
36
26
28
33
33
32
28
32
33
30
34
32
35
25
25
22
|
40
40
39
15
19
38
38
18
40
35
20
17
18
39
39
20
20
35
17
27
40
24
25
24
24
31
40
37
40
31
40
15
17
16
|
40
40
40
16
23
40
38
34
38
37
25
31
32
33
39
33
26
32
31
28
37
32
25
38
35
32
38
32
37
34
37
23
34
28
|
Keteranagan:
X1 :
kompetensi pedagogik
X2 : kompetensi kepribadian
X3 : kompetensi profesional
X4 : kompetensi sosial
Y : kinerja tenaga pendidik
Lampiran 1
Hasil Analisis X2 terhadap Y
Variables
Entered/Removedb
|
|||
Model
|
Variables
Entered
|
Variables
Removed
|
Method
|
1
|
X1a
|
.
|
Enter
|
a. All requested variables entered.
|
|||
b. Dependent Variable: Y
|
Model Summary
|
||||||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Square
|
Std. Error of
the Estimate
|
||||||
1
|
.554a
|
.307
|
.285
|
4.95168
|
||||||
a. Predictors: (Constant), X1
|
||||||||||
ANOVAb
|
||||||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|||||
1
|
Regression
|
346.918
|
1
|
346.918
|
14.149
|
.001a
|
||||
Residual
|
784.611
|
32
|
24.519
|
|
|
|||||
Total
|
1131.529
|
33
|
|
|
|
|||||
a. Predictors: (Constant), X1
|
||||||||||
b. Dependent Variable: Y
|
||||||||||
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
17.795
|
4.100
|
|
4.340
|
.000
|
X1
|
.474
|
.126
|
.554
|
3.761
|
.001
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
Lampiran 3
Hasil Analisis X2 terhadap Y
Variables
Entered/Removedb
|
|||
Model
|
Variables
Entered
|
Variables
Removed
|
Method
|
1
|
X2a
|
.
|
Enter
|
a. All requested variables entered.
|
|||
b. Dependent Variable: Y
|
Model Summary
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Square
|
Std. Error of
the Estimate
|
1
|
.814a
|
.663
|
.653
|
3.45007
|
a. Predictors: (Constant), X2
|
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
750.633
|
1
|
750.633
|
63.063
|
.000a
|
Residual
|
380.896
|
32
|
11.903
|
|
|
|
Total
|
1131.529
|
33
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), X2
|
||||||
b. Dependent Variable: Y
|
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
16.668
|
2.126
|
|
7.841
|
.000
|
X2
|
.491
|
.062
|
.814
|
7.941
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
Lampiran 4
Hasil Analisis X3 terhadap Y
Variables
Entered/Removedb
|
|||
Model
|
Variables
Entered
|
Variables
Removed
|
Method
|
1
|
X3a
|
.
|
Enter
|
a. All requested variables entered.
|
|||
b. Dependent Variable: Y
|
Model Summary
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Square
|
Std. Error of
the Estimate
|
1
|
.651a
|
.424
|
.406
|
4.51389
|
a. Predictors: (Constant), X3
|
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
479.524
|
1
|
479.524
|
23.535
|
.000a
|
Residual
|
652.006
|
32
|
20.375
|
|
|
|
Total
|
1131.529
|
33
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), X3
|
||||||
b. Dependent Variable: Y
|
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
15.275
|
3.711
|
|
4.116
|
.000
|
X3
|
.576
|
.119
|
.651
|
4.851
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
Lampiran 5
Hasil Analisis X4 terhadap Y
Variables
Entered/Removedb
|
|||
Model
|
Variables
Entered
|
Variables
Removed
|
Method
|
1
|
X4a
|
.
|
Enter
|
a. All requested variables entered.
|
|||
b. Dependent Variable: Y
|
Model Summary
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of
the Estimate
|
1
|
.728a
|
.530
|
.516
|
4.07576
|
a. Predictors: (Constant), X4
|
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
599.952
|
1
|
599.952
|
36.116
|
.000a
|
Residual
|
531.577
|
32
|
16.612
|
|
|
|
Total
|
1131.529
|
33
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), X4
|
||||||
b. Dependent Variable: Y
|
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
20.277
|
2.211
|
|
9.171
|
.000
|
X4
|
.438
|
.073
|
.728
|
6.010
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
Lampiran 6
Hasil Analisis Pengaruh X1, X2, X3, dan
X4 terhadap Y
Variables
Entered/Removed
|
|||
Model
|
Variables
Entered
|
Variables
Removed
|
Method
|
1
|
X4, X1, X3, X2a
|
.
|
Enter
|
a. All requested variables entered.
|
Model Summary
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Square
|
Std. Error of
the Estimate
|
1
|
.918a
|
.843
|
.822
|
2.47170
|
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
|
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
954.359
|
4
|
238.590
|
39.053
|
.000a
|
Residual
|
177.170
|
29
|
6.109
|
|
|
|
Total
|
1131.529
|
33
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
|
||||||
b. Dependent Variable: Y
|
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
7.189
|
2.456
|
|
2.927
|
.007
|
X1
|
.151
|
.072
|
.176
|
2.102
|
.044
|
|
X2
|
.293
|
.057
|
.486
|
5.110
|
.000
|
|
X3
|
.222
|
.077
|
.251
|
2.878
|
.007
|
|
X4
|
.155
|
.058
|
.257
|
2.672
|
.012
|
|
a. Dependent Variable: Y
|
BIODATA PENULIS
1.1.
|
Nama
Lengkap (dengan gelar)
|
Prof. Dr.
H. Tukiran Taniredja,M.M.
L
|
1.2.
|
Jabatan Fungsional
|
Guru Besar
|
1.3.
|
NIP/NIK/No.
identitas lainnya
|
19540508
198803 1001
|
1.4.
|
Tempat dan
Tanggal Lahir
|
Wonogiri,
08 Mei 1954
|
1.5.
|
Alamat
Rumah
|
Jl.
Tegalmulya III/10 RT 04/05 Ledug Kembaran Purwokerto 53182
|
1.6.
|
Nomor
Telepon/Fax
|
(0281)
6843641 / (0281) 637239
|
1.7.
|
Nomor HP
|
08562966398
|
1.8.
|
Alamat
Kantor
|
Jl.Raya
Dukuhwaluh PO BOX202 Purwokerto
|
1.9.
|
Nomor Telepon/Fax
|
(0281) 636751
Psw.134 / 637239
|
1.10.
|
Alamat e-mail
|
tukiranump@yahoo.com
|
1.11.
|
Lulusan yg
telah dihasilkan
|
S1= 109 orang ; S2= 23
orang; S3= orang;
|
1.12 Mata
Kuliah yang diampu
|
1.Pendidikan
Kewarganegaraan
|
|
2.Pendidikan
Pancasila
|
||
3.Teknik
Penulisan Ilmiah
|
||
4 Penelitian
Kuantitatif
|
||
5.Penelitian
Kualitatif
|
No comments:
Post a Comment