(STUDI PADA PP SYEKH BURHANUDDIN
– KAMPAR RIAU)
Zulkifli Matondang
(FT Unimed, zulkiflimato@yahoo.com)
Abstrak
Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengungkap pembangunan karakter santri melalui pendidikan pada
pondok pesantren (PP). Rumusan masalah penelitian yaitu bagimana metode pembelajaran
yang dilakukan pengasuh pondok pesantren dalam membangun karakter para santri?.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, selama 10 hari pada PP Syekh
Burhanuddin Kampar Riau. Data dikumpulkan melalui telaah kitab kuning dan pengamatan
langsung tentang pembentukan karakter. Kemudian dilakukan wawancara dengan pimpinan
PP, uztad, santri dan pemuka masyarakat sekitar PP. Analisis data dilakukan
dengan konsep triangulasi, berdasarkan berbagai data yang diperoleh dalam
penelitian baik melalui wawancara, pengamatan dan telaah kitab. Temuan dari
penelitian yaitu: 1) PP Syekh Burhanuddin menggunakan 62 judul kitab kuning
sebagai dasar untuk membentuk karakter santri, 2) Pembentukan karakter dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, 3) Metode pembelajaran dalam membentuk karakter
dilakukan kyai/uztad melalui tauladan, dan 4) Pembentukan karakter di luar
kelas seperti gotong royong pada siang hari dan kegiatan diskusi pada malam
hari. Adapun saran berdasarkan temuan penelitian yaitu: 1) pengambil kebijakan
kemdiknas, agar mencontoh sistem pendidikan pesantren dalam membentuk karakter
santri, 2) pimpinan pesantren, agar membuat program yang konkrit dalam
membentuk karakter santri, 3) para uztad, agar memperhatikan perkembangan karakter
santri dan 4) para orangtua, agar mendukung pihak pesantren dalam membentuk
karakter para santri.
Kata kunci : Pendidikan, Karakter, Kitab kuning, Tradisi,
Pesantren
Abstract
The aim this research is to know
of building student character by education on pesantren (PP). The formula of
this research problem, how is teacher’s
learning methods to character building
of student ?. This reseach done with qualitative
methods, among 10 days on PP Syekh Burhanuddin Kampar Riau. The data through with
books study and direct observation about character building. Than done interview
with header PP, teachers, students and prominent society of about PP. Data
analysis done with triangulation concept, pursuant to data various from research, such is by interview,
observation and and book analyze. The result of this research are: 1) PP Syekh Burhanuddin
used 62 books title as base for building students character, 2) Character building
done on daily lives, 3) The learning methods for character building by kyai with
by example, and 4) Character building of outside class such as mutual aid at day and discussion
activity at night. As for advice on research findings namely: 1) policy making,
pesantren educational system to emulate in building student character 2) header
shool, making a concrete program in shaping student characters 3) teachers, to
attention the development of student characters and 4) parents, to support the
shools in building student characters.
Keywords : Education, Character, Yellow Books,
Tradition, Pesantren.
PENDAHULUAN
Pendidikan
di pesantren berperan besar dalam pembangunan karakter di Indonesia. Pondok pesantren
selama (PP) ini telah teruji sebagai lembaga yang turut membentuk watak dan
kepribadian para warga bangsa. Pesantren merupakan sub-kultur Islam yang
mengakar pada kebudayaan Islam di Indonesia. Pendidikan di pesantren, tidak hanya
terdapat sarana dan praktek pendidikan, juga menanamkan sejumlah nilai atau
norma (Thaha, 1990). Nilai-nilai tersebut merupakan hasil dialektika yang
dinamis antara nilai-nilai keagamaan yang bersumber pada teks yang diajarkan
seperti kitab kuning dan kekokohan prinsip para pengasuh/kyainya. Lebih lanjut
nilai ini berinteraksi dengan realitas sosio kultural dan politik yang tumbuh
dalam kebudayaan Indonesia dan interaksinya dengan dunia luar (global)
sepanjang perjalanan sejarah.
Pasang
surutnya hubungan pesantren dengan negara sejak masa kolonial sampai sekarang,
pada kenyataannya berpengaruh kepada beberapa aspek seperti modernisasi sistem
pendidikan, kurikulum, orientasi dan visi pendidikan (Abdallah, 1999).
Perubahan-perubahan yang terjadi mengakibatkan beberapa nilai yang tumbuh dan
berakar di pesantren menjadi goyah atau kabur dan beberapa nilai masih tetap
tumbuh dan terpeliharan di pesantren, yaitu salah satunya pembentukan karakter
(nilai) para santri.
Menurut
Mastuhu dalam Sofyan Sauri (2011), mengemukakan bahwa pendidikan karakter pada
pondok pesantren memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) menggunakan pendekatan
holistik dalam sistem pendidikan, 2) memiliki kebebasan terpimpin, 3)
berkemampuan mengatur diri sendiri (mandiri), 4) memiliki kebersamaan yang
tinggi, dan 5) mengabdi pada orangtua dan guru. Dalam prakteknya pendidikan
karakter di pondok pesantren yang perlu
mendapat perhatikan yaitu: pendidik bisa melakukan tuntunan dan
pengawasan langsung selama 24 jam, terjadi hubungan yang akrab antara santri
dan kyai/guru, cara hidup kyai sederhana dan menjadi taulan, serta sistem
pendidikan yang murah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan di pesantren perlu
mendapat perhatian dari berbagai pihak dalam membentuk karakter bangsa.
Seiring
dengan perubahan hubungan politik antara negara dengan umat Islam, peran
pesantren semakin menunjukkan eksistensinya di masa mendatang. Peran ini tidak
terbatas pada dunia pendidikan, juga dalam pembentukan nilai-nilai keislaman Indonesia
yang berakar pada kebudayaan lokal. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu,
nilai-nilai apa yang diwariskan pondok pesantren dalam pembentukan karakter
bangsa?, apakah nilai-nilai tersebut masih relevan dan dibutuhkan saat ini?,
apakah nilai-nilai tersebut dapat memberikan sumbangan dalam membentuk karakter
warga bangsa atau justru sebaliknya perlu revitalisasi nilai-nilai agar
pesantren tetap menjadi rujukan yang dapat menyumbang pada pembentukan karakter
bangsa?, bagaimanakah metode pondok pesantren dalam membangun karakter para
santri?.
Untuk
menjawab permasalah tersebut perlu dilakukan suatu penelitian yaitu penelitian
tentang nilai-nilai karakter bangsa berbasis tradisi pesantren dan kitab
kuning. Penelitian ini penting dilakukan
untuk mengetahui karakter apa saja yang masih bertahan dalam sistem pendidikan
di PP. Adapun tujuan penelitian ini yaitu terdokumentasinya nilai-nilai
pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter bangsa dengan landasan
nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Kitab Kuning dan prakteknya di dunia
pesantren. Ruang lingkup penelitian ini hanya pembentukan karakter yang
dilakukan pada PP Syekh Burhanuddin Kampar – Riau.
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Pondok
Pesantren (PP)
Di Indonesia terdapat ribuan
lembaga pendidikan Islam. Lembaga tersebut dikenal sebagai dayah dan rangkang di
Aceh, surau di Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa (Asrahah, 2002). Pondok pesantren di Jawa banyak jenisnya, yang dapat dibedakan atas ilmu
yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu
teknologi. Namun demikian, unsur pokok dari suatu pesantren yaitu: kyai.
masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (kitab kuning). Unsur tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Kyai; Peran
kyai dalam prinsip, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren
merupakan unsur yang esensial. Sebagai pemimpin, watak dan keberhasilan
pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan
wibawa, serta keterampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi Kyai sangat menentukan sebab dia adalah
tokoh sentral dalam pesantren. Istilah
kyai bukan berasal dari bahasa Arab, perkataan Kiyai yaitu gelar yang diberikan
oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi
pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya
(Haedari, 2005:28).
b. Masjid.
Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat sekali. Dahulu,
kaum muslimin selalu memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga
sebagai tempat lembaga pendidikan Islam (Haedari, 2005:35). Sebagai pusat
kehidupan rohani, sosial, politik, dan pendidikan Islam, masjid merupakan aspek
kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka
pesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang paling tepat untuk mendidik
para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu, khutbah, dan sholat Jum’at,
serta pengajaran kitab Islam klasik”.
c. Santri. Santri
merupakan unsur yang penting dalam sebuah pesantren. Langkah pertama dalam
membangun suatu pesantren ada santri untuk belajar. Santri biasanya mukmin, yaitu putera/puteri yang menetap dalam PP
dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi
dan menetap di sebuah PP merupakan suatu keistimewaan.
d. Pondok.
Istilah ‘pondok’ merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya, Pondok atau asrama santri wanita
dipisahkan dengan santri laki-laki. Komplek
sebuah PP
memiliki gedung selain asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan
ustad/guru, gedung belajar, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian
dan/atau lahan pertenakan (Syukur, 2002).
e. Kitab Islam Klasik.
Kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu yang membahas berbagai ilmu
pengetahuan menurut agama Islam dan ditulis dalam bahasa Arab (Mastuhu, 1994:25).
Dalam kalangan pesantren, kitab Islam klasik disebut kitab kuning karena warna
kertasnya kebanyakan berwarna kuning. Pada
masa lalu, pengajaran kitab Islam klasik merupakan satu-satunya pengajaran
formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mempelajari
pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang penting dalam pendidikan pesantren, dan
pengajaran kitab Islam klasik diberikan. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan
kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab yang lebih mendalam. Beberapa macam ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam kitab Islam klasik, yaitu: 1.nahwu dan saraf (morfologi); 2.fiqh; 3.usul fiqh;
4.hadis; 5.tafsir; 6.tauhid; 7.tasawwuf. 8. Akhlak 9. Ulumul hadis. 10. Mantiq
dan cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah
(Wahid, 1399 H). Semua
kitab dapat digolongkan menjadi tingkat dasar, menengah dan lanjut.
2.
Sistem
Pendidikan di Pesantren
Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan mencari
nilai tambah (added
values)
agar kehidupan hari esok lebih baik, yang meliputi kesejahteraan jasmani,
rohani, duniawi dan ukhrawi (Indra, 2005). Sistem pendidikan selalu mengalami tantangan yang semakin besar
dan kompleks. Pertambahan penduduk, kemajuan ilmu teknologi dan interaksinya menyebabkan terjadinya pergeseran nilai, baik nilai
dasar yang menyangkut agama maupun
persoalan lainnya. Sistem
pendidikan PP di Indonesia masih banyak
menerapakan sistem pendidikan pesantren yang berbasis
kitab kuning (Djatmika: 1986:92). PP merupakan salah satu jenis pendidikan Islam yang bersifat
tradisional yang mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman
hidup kesehariaan, atau disebut dengan “taffaquh Fiddin”
(Mastuhu: 1994:3). Jadi PP menekankan pentingnya pendidikan moral dan sekaligus
sebagai pembentukan karakter dalam kehidupan
sehari-hari dan bermasyarakat.
Hubungan pesantren dan
kitab kuning dibedakan atas dua model (Arifin, 1995). Pertama, pesantren murni
salafi, yaitu pesantren yang sejak berdiri tetap mempertahankan kitab kuning
sebagai literatur utama dalam kurikulum. Pesantren model ini relatif langka.
Pesantren ini tidak menyelenggarakan pendidikan formal, tapi hanya
menyelenggarakan sekolah diniyah. Ukuran kelulusan dan keberhasilan seorang
santri betul-betul ditentukan oleh kepiawaiannya dalam penguasaan kitab kuning.
Penguasaan dalam hal ini adalah tak sekedar bisa membaca dengan benar, tapi
juga memahami, mengungkapkan, mengembangkan, dan mengkonteks-tualisasikan
kandungannya.
Model kedua yaitu
pesantren kolaboratif. Model ini memadukan antara sekolah formal dan sekolah
diniyah. Mulanya pesantren ini hanya menyelenggarakan pendidikan diniyah dengan
tanpa ijazah formal, tapi sesuai dengan perkembangan zaman, lembaga ini juga
menyelenggarakan pendidikan formal. Jenis pesantren inilah yang kini merebak
dan mendominasi karakter pesantren di berbagai penjuru. Biasanya, santri harus
bersekolah dua kali dalam sehari, misalnya sekolah formal pada pagi hari dan
sekolah diniyah pada malam hari. Secara garis besar, pesantren kolaboratif i
ingin merespon modernisasi dalam arus pendidikan Islam di Indonesia. Mulanya
memang bagus, ingin mengkolaborasikan antara tafaqquh fi al-din dan
penguasaan ilmu pengetahuan umum. Tapi sayang, lama-kelamaan seiring
perkembangan lembaga pendidikan, ternyata kemajuan yang diraih tak berjalan
seimbang. Santri lebih mementingkan penguasaan ilmu umum sebagai standar
kelulusan ujian nasional daripada kepiawaian menguasai kitab kuning yang tak
bisa menunjang diterimanya kuliah di sebuah perguruan tinggi.
3.
Pembangunan
Karakter
Dalam
menumbuhkan kemampuan berpikir rasional, PP menyadari perlunya pelajaran umum dan keterampilan khusus
diberikan, seperti bertani,
berternak, bertukang dan pekerjaan lainnya. Kegiatan
pemberian keterampilan khusus ini
dilakukan pada waktu libur, dengan tujuan untuk mengembangkan wawasan dan orientasi santri
yang pandangan hidup pada ukhrawi
menjadi seimbang dengan orientasi kehidupan duniawi
(Dhifier, 1996:21).
Prinsif pendidikan pesantren dalam
membangun karakter para santri yaitu:
a. Theocentric; Theocentric yaitu sistem pendidikan yang didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa sesuatu kejadian berasal,
berproses, dan kembali kepada kebenaran Allah Swt. Semua
aktivitas pendidikan dipandang sebagai ibadah kepada Allah Swt,
dan merupakan bagian integral dari
totalias kehidupan keagamaan. Dalam praktiknya mengutamakan sikap dan perilaku yang kuat beroreintasi pada kehidupan ukrawi dalam kehidupan sehari-hari. Semua
perbuatan dilaksanakan dengan hukum
agama demi kepentingan hidup ukhrawi (Mastuhu, 1994:62).
b.
Sukarela
dalam mengabdi; Para
pengasuh PP memandang
semua kegiatan pendidikan adalah ibadah kepada Allah Swt. Penyelenggaraan pendidikan pada pesantren dilaksanakan secara sukarela dan mengabdi
kepada sesama dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt.
c.
Kearifan;
Kearifan yang dimaksud adalah bersikap sabar, rendah
hati, patuh pada ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan
orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama.
d.
Kesederhanaan;
Kesederhanaan yang dimaksud adalah tidak tinggi hati dan sombong walau berasal
dari orang kaya
atau keturunan raja.
e.
Kolektivitas;
yaitu mengutamakan kepentingan orang
banyak dari pada kepentingan pribadi. Dalam hal kewajiban orang harus mendahulukan kewajiban diri sendiri sebelum
orang lain.
f.
Mengatur
Kegiatan Bersama; Kegiatan bersama dilakukan oleh para
santri dengan bimbingan para uztad atau kyai. Para santri mengatur semua kegiatan pembelajaran, terutama kegiatan
kokurikurer mulai pembentukan,
penyusuan sampai pelaksanaan dan pengembangannya. Demikian juga kegiataan peribadatan, olah raga, kursus-kursus keterampilan dan sebagainya.
g.
Ukhuwah Diniyah; Kehidupan di pesantren
penuh dengan suasana persaudaraan, persatuan dan gotong royong, sehingga segala
kesenangan dirasakan bersama dan segala kesulitan berusaha diatasi bersama.
h.
Kebebasan; Kebebasan yang dimaksud
adalah kebebasan dari segi
kurikulum dan politis. Kebebasan kurikulum yaitu tidak terikat oleh kurikulum
Depag maupun Kemdiknas. Sedangkan kebebasan politis, tidak berafiliasi bahkan
terlibat pada salah satu pada partai politik maupun ormas tertentu.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan pada PP Syekh Burhanuddin, Jalan Pesantren No. 11 Kuntu Kec. Kampar
Kiri Kab. Kampar - Riau. Letak PP Syekh Burhanuddin sekitar 75 Km dari kota Pekanbaru
ke arah Teluk Kuantan dan sekitar 15 Km dari kota Lipat Kain (Ibukota
Kecamatan). Penelitian ini dilakukan selama 10 hari, yaitu mulai tanggal 12
Pebruari sampai 21 Pebruari 2011.
Jenis
penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan studi literatur. Penelitian
kualitatif ini yaitu menjaring data tentang pembentukan karakter yang
dilaksanakan di pesantren sedangkan penelitian studi literatur yaitu mendata
buku-buku teks (kitab kuning) yang digunakan oleh pesantren dalam membentuk
karakter bangsa. Metode penelitian yang
digunakan untuk studi literatur, yaitu analisis konten (teks) dengan
mengidentifikasi kitab-kitab yang diajarkan di pesantren dan menganalisis
muatannya. Dengan menggunkan pendekatan analisis harafiah dan makna,
nilai-nilai tertentu terkait dengan nilai-nilai yang mengandung pembentukan
karakter akan dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan arti harfiah, makna yang
tersurat dan tersirat, dan bagaimana cara pengajarannya.
Untuk
studi penelitian kualitatif, yaitu dengan melakukan wawancara tentang
nilai-nilai pembentukan karakter di pesantren. Wawancara dilakukan pada
pimpinan pondok pesantren, pada ustrad dan santri serta pemuka masyarakat.
Lebih lanjut dilakukan juga observasi (pengamatan) tentang aplikasi yang
dilakukan oleh para santri dalam membentuk nilai kepribadian yang berhubungan dengan pembentukan
karakter bangsa. Instrumen yang digunakan untuk
meneliti buku teks (kitab kuning) yaitu lembar observasi, sedangkan
untuk melihat praktek penanaman nilai pembentukan karakter pada santri di
pondok pesantren yaitu dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan untuk
interview, instrumennya yaitu peneliti sendiri. Peneliti memiliki wawasan dan
pengetahuan tentang berbagai nilai-nilai yang akan ditanyakan kepada responden
(pimpinan pondok, ustad, santri dan masyarakat setempat).
Analisis data yang dilakukan
pada penelitian ini yaitu dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data dianalisis dengan menggunakan konsep triangulasi untuk
mengambil suatu kesimpulan dari wawancara (dept interview) yang dilakukan. Konsep
triangulasi yaitu mengambil suatu kesimpulan berdasarkan dari berbagai sumber
data. Sedangkan analisis data tentang isi buku (kitab kuning) dilakukan dengan
contek analisis dari setiap kitab yang digunakan. Dari analisis konten tersebut
diambil suatu simpulan yang dapat menanamkan nilai-nilai yang pada akhirnya
dapat membentuk dan membangun karakter pada santri.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Profil
PP Syehk Burhanuddin
Pondok
Pesantren (PP) Salafiyah Syekh Burhanuddin didirikan oleh Abuya Dr. (Hc) AM.
Djamarin di desa Kuntu Kec. Kampar Kiri
Kab. Kampar – Riau tanggal 1 Pebruari 1973. Pendirian PP ditandai dengan
pembangunan satu unit Musholla ukuran 6 x 10 m. Sejak berdiri PP mendapat
dukungan positif (moral maupun materil) dari Pemerintah Daerah dan masyarakat
sekitar pesantren. PP Syekh Burhanuddin telah memiliki alumni sekitar 2.500
orang yang tersebar di daerah provinsi Riau, Riau Kepulauan, Sumatera Barat dan
Jambi. Kondisi sekarang PP Syekh Burhanuddin memiliki sebanyak 7 ruang kelas, satu ruang perpustakaan, satu ruang praktek
komputer. Satu ruang guru yang bergabung dengan ruang kepala/pimpinan pondok,
satu mesjid/musholla, 4 ruang WC dan satu
ruang UKS. Kemudian pada umumnya guru/ustad berdomisili di lingkungan pesantren
sehingga berintegrasi selama 24 jam dengan para santri/wati.
Hal
yang menarik pada PP Syekh Burhanuddin yaitu para santri tidak dipungut biaya
pendidikan. Baik itu biaya SPP, listrik, biaya operasional sekolah, dan biaya
lainnya. Para santri datang ke PP hanya untuk belajar tanpa ada pungutan biaya dari
pihak pondok atau yayasan. Sedangkan untuk makan para santri, ada yang masak
sendiri, ada yang katering dan ada yang diantar keluarganya. Masalah makan para
santri, pihak PP tidak ikut campur kepada siapa santri ingin katering. Pada
umumnya santri katering kepada masyarakat/keluarga yang ada di sekitar PP.
Pihak/pimpinan pesantren hanya memberikan rambu-rambu biaya katering maksimum
sebesar Rp. 10.000,- per hari dan pembayaran dilakukan setiap minggu. Ini
menunjukkan bahwa pesantren menerapkan sifat kesederhanaan dalam mengikuti
pendidikan di pondok. Kemudian kepada setiap santri tidak diperbolehkan
memiliki/membawa handphone (Hp) di lingkungan PP.
Bila
ditinjau visi, misi dan tujuan dari PP Syekh Burhanuddin, yaitu: Visi: Menjadi PP Syekh Burhanuddin sebagai lembaga
pendidikan unggul, dalam rangka penghayatan atas Kebesaran Allah Swt. Misinya
yaitu: 1) Membantu pemerintah
meningkatkan SDM, 2) Membantu masyarakat kurang mampu melanjutkan pendidikan
tanpa mengeluarkan biaya dan tanpa ke laur daerah, 3) Menghasilkan lulusan yang
memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt, 4) Menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan integratif antara ilmu agama dan ilmu umum, 5) Menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing, 6) Menghasilkan lulusan yang memiliki
jiwa kepemimpinan yang agamis, 7) PP Syekh Burhanuddin merupakan penyambung (estapet)
dari perjuangan Syekh Burhanuddin (berasal dari Arab) dalam mengembangkan ajaran Islam.
Tujuan
PP Syekh Burhanuddin sesuai denga motto yang digariskan pendirinya yaitu: Tafaqquh Fiddin (mendalami ilmu agama)
disamping menguasai ilmu pengetahuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PP mengadakan berbagai inovasi/terobosan dalam
berbagai program keterampilan (life
skill).
2. Sistem Pendidikan Pesantren
PP
Syekh Burhanuddin merupakan salah satu
jenis pendidikan Islam yang bersifat tradisional mendalami ilmu agama Islam.
PP ini merupakan suatu
komunitas tersendiri, dimana kyai, ustad, santri dan pengurus hidup bersama yang
berlandaskan nilai agama Islam lengakap dengan
norma tersendiri, yang secara ekslusif berbeda dengan pendidikan umum. PP merupakan suatu keluarga besar dibawah asuhan seorang kyai, dan dibantu oleh ustad/guru, dan tenaga administrasi.
Sistem pendidikan PP
ini menggunakan pendekatan
holistik, artinya para pengasuh pesantren memandang bahwa kegiatan
belajar-mengajar merupakan kesatu paduan atau lebur dalam totalis kegiatan
kehidupan sehari-hari (Mochtar, 1999). Bagi santri belajar dipesantren tidak mengenal perhitungan waktu, kapan
harus mulai dan harus selelesai, dan target apa yang harus dicapai. Bagi dunia
pesantren hanya ilmu fardu ain yang dipandang sakral. Dalam pandangan mereka
semua kegiatan yang terjadi dalam kehidupan berawal dari Allah Swt, dan
berproses menurut hukum, dan berakhir kembali pada-Nya.
Setiap peristiwa yang terjadi merupakan bagian dari
keseluruhan dan selalu berhubungan satu sama lain dan pada akhirnya pasti
bertemu pada kebenaran ajaran Allah Swt.
Kyai yakin bahwa
apa saja yang dipelajari oleh santri di PP adalah baik dan pada suatu saat akan mendatangkan manfaat
bagi yang bersangkutan jika sudah tiba waktunya.
Misalnya, seorang santri dengan keterampilan melalui otodidak (seperti: tukang kayu, bangunan, bengkel, belajar pencak silat), pada saat ini belum bermanfaat tetapi dalam beberapa tahun kemudian akan
memberikan kegunaan.
Adapun
jadwal kegiatan
para santri untuk harian dan
minguan, bulanan dan tahunan di PP Syekh Burhanuddin dalam membentuk
karakter diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 1. Jadwal
Kegiatan Harian
Pukul
|
Jenis Kegiatan
|
04.00
|
Peringatan bangun pagi
|
04.30
|
Bangun pagi, sholat subuh dan tadarrus al Qur’an
|
06.00
|
Mengulangi pelajaran, mandi pagi
|
06.30
|
Makan pagi, persiapan kesekolah
|
07.00
|
Belajar dikelas
|
13.00
|
Sholat zuhur, makan siang
|
14.00
|
Kegiatan ekstrakurikuler (komputer, bahasa, tahfidzh, dll)
|
17.30
|
Mandi sore, persiapan ke mesjid
|
18.00
|
Kegiatan ekstrakurikuler (muzakarah)
|
18.30
|
Sholat maghrib, kultum, tadarus al Qur’an
|
19.30
|
Sholat isya
|
20.00
|
Makan malam, ekstrakurikuler
|
21.30
|
Peringatan istirahat, tidur
|
22.00
|
Istirahat, tidur
|
(Sumber:
PP Syekh Burhanuddin Kampar – Riau)
Tabel 2. Jadwal
Kegaitan Mingguan
Hari
|
Pukul
|
Jenis Kegiatan
|
Selasa
|
07.00-08.00
|
Apel pagi selasa
|
Rabu, Sabtu, Senin
|
16.00-17.30
|
Olahraga Santri
|
Rabu, Jumat, Senin
|
16.00-17.30
|
Olahraga Santriwati
|
Rabu
|
19.00-20.30
|
Albarjanzi Santriawati
|
Khamis
|
19.00-20.30
|
Albarjanzi santri
|
Sabtu
|
19.00-20.30
|
Dalail al-Kahirat Santriwati
|
Ahad
|
10.30-13.00
|
Muhadarah Umum
|
Ahad
|
19.00-20.30
|
Dalail al-Kahairat Santri
|
Senin
|
06.00-08.30
|
Senam dan Gotong Royong
|
(Sumber:
PP Syekh Burhanuddin Kampar – Riau)
c. Kegiatan Bulanan : Wirid Bulanan
d. Kegiatan Tahunan :
Ulang Tahun Pondok, Peringatan Hari Besar
Islam,
Wisuda Santri Kelas VII
3.
Metode
Pengajaran
Metode
pengajaran pada PP Syekh Burhanuddin diberikan dalam bentuk, sorogan, bandong,
halaqah dan hafalan. Sorogan artinya: belajar secara individual dimana seorang
santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal antara
keduanya. Bandongan artinya belajar
secara kelompok yang diikuti seluruh santri, dan biasanya Kiyai mengunakan
bahasa daerah setempat dan langsung menterjemahkan kalimat demi kalimat dari
kitab yang dipelajarinya. Halaqah artinya diskusi untuk memahami isi kitab, bukan
untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa yang diajarkan oleh kitab,
tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan kitab. Santri yakin bahwa Kyai
tidak akan mengajarkan hal-hal yang salah dan mereka yakin bahwa isi kitab yang
dipelajari adalah benar.
Dalam
kegiatan pembelajaran para santri seminggu sekali pada saat shalat isya dan subuh,
mengadakan belajar pidato atau belajar
memberikan ceramah keagamaan. Isi ceramah keagamaan dipilih para santri, tetapi kebanyakan berkisar pada sejarah nabi Muhammad Saw, kepahlawan, kejujuran para sahabat dan
tema aktual lainnya. Para santri juga belajar memberikan kata sambutan dalam berbagai hal,
misalnya kemalangan, pesta, sunatan dan kata sambutan lainnya yang dianggap perlu untuk di
sampaikan. Para
santri dalam satu kelompok disebut khafilah, diketuai oleh seseorang dengan jumlah sekitar 30 orang. Semua santri wajib berpidato atau memberikan kata sambutan
dalam berbagai hal. Metode pembelajaran yang unik, setiap 3 bulan dilakukan pertandingan antar khfilah. Setiap
anggota khafilah dipilih secara demokrasi untuk bertanding dengan anggota
khafilah lainnya. Demikian dilakukan untuk setiap jenis yang dilombakan. Bila
anggota khafilah kalah, maka teman-temannya menerima dan belajar lebih baik
lagi.
Dalam satu kelompok khafilah terdiri dari berbagai kelas, dari kelas I
s/d kelas VII. Dalam latihan pada malam hari, setiap
anggota memberikan
pidato dan ceramah keagamaan yang berdurasi lebih kurang 10 menit dan selesai
sampai jam 10 malam. Apabila ada
anggota kelompok yang tidak siap tampil, padahal sudah dijadwal maka mereka dihukum, yaitu berdiri dengan memegang telinga sampai kegiatan tersebut selesai. Hal yang unik dari
kegiatan ini, semuanya berjalan dengan
lancar tanpa ada
ustad dan ustazah yang mengawasinya. Kegiatan ini menanamkan kejujuran sejak usia dini, dengan tujuann
supaya santri mandiri dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyiapkan materi
yang akan disampaikan.
Bagi santri kegiatan proses kegiatan tersebut adalah
ibadah kepada Allah Swt. Diperoleh atau tidaknya ilmu sebagai hasil belajar sangat tergantung
pada ridah Allah Swt. Melalui usaha dengan segenap kesucian jiwa melalui sholat, puasa dan
kegiatan lainnnya, para santri terus belajar. Cara belajar seperti ini tidak memerlukan biaya yang mahal, seperti penyediaan meja bejar, projektor, infokus, laptop dan
lain-lain. Para
santri biasanya duduk di diambal yang telah disediakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir rasional para
santri, pihak PP Syekh Burhanudin memberikan
pelajaran umum dan keterampilan khusus
di pesantren seperti: bertani,
berternak, bertukang dan pekerjaan lainnya yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini dilakukan saat libur dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara ukhrawi dengan duniawi.
4. Pembentukan Karakter Santri
Beberapa prinsip
sistem pendidikan pada PP Syekh
Burhanuddin dalam membentuk karakter santri diuraikan sebagai berikut:
a)
Theocentric;
Pada PP sistem pendidikan didasarkan pada filsafat theocentric. Setiap santri beraktivitas dipandang sebagai ibadah kepada Allah Swt. Semua aktivitas pendidikan merupakan bagian
integral dari totalias kehidupan keagamaan, sehingga kegaitan belajar tidak memperhitungkan
waktu. Dalam prakteknya para santri cenderung mengutamakan sikap dan prilaku yang beroreintasi kepada
kehidupan ukhrawi. Semua perbuatan dilaksanakan berdasarkan
hukum agama demi kepentingan hidup ukhrawi.
b)
Sukarela dalam mengabdi;
Para pengasuh PP
memandang semua kegiatan pendidikan adalah ibadah kepada
Allah Swt, sehingga penyelenggaraan pesantren dilaksanakan secara sukarela dan mengabdi kepada
sesama dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt. Mengingat biaya pendidikan
di PP Syekh Burhanuddin tidak ada, maka honor dan gaji para kyai, uztad/guru tidak tahu dari mana, namun ada saja rezekinya. Satu
titah (nasehat) pendiri pondok yaitu jangan mencari makan/hidup dari pesantern tapi hidupkanlah pesantren.
Bila hendak mencari rezeki silakan
bekerja atau mengajar ketempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anaknya. Dengan
konsep demikian para santri merasa
wajib menghormati kyai dan ustadnya serta saling menghargai sesamanya, karena
itu merupakan perintah agama.
Santri yakin bahwa dirinya tidak akan menjadi orang berilmu tanpa guru dan
bantuan sesamanya.
c)
Kearifan;
PP Syekh Burhanuddin menekankan pada
santri bahwa pentingnya kearifan
dalam bertingkah laku sehari-hari. Kearifan yang dimaksud adalah
bersikap berlaku sabar, rendah hati, patuh pada ketentuan hukum agama, mampu
mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain, serta dan mendatangkan
manfaat bagi kepentingan bersama. Para santri PP Syekh Burhanuddin diberikan kebebasan untuk membentuk jati dirinya sebagai
santri yang tunduk dan taat pada aturan pesantren.
d)
Kesederhanaan; Pesantren Syekh Burhanuddin menekankan pentingnya penampilan sederhana
sebagai salah satu nilai luhur pesantren dan menjadi pedoman prilaku
sehari-hari bagi seluruh santri. Kesederhanaan yang dimaksudkan adalah tidak
tinggi hati dan sombong pada santri lain walaupunn dia berasal
dari golongan orang kaya. Satu
hal yang unik dari pengasuh PP
ini jika mau membeli mobil atau
prabot rumah tangga, maka para pengasuh
pondok berdiskusi/memberitahu santri. Ini dilakukan untuk menjelaskan bahwa apa yang mereka beli memang kebutuhan yang mendesak.
Misalnya membeli
mobil, dijelaskan penting untuk
kepentingan tranportasi ke Pekanbaru untuk mengurus administrasi PP. Dengan
penjelasan tersebut akhirnya para
santri memahami
dan menerimanya.
Bila dilihat kasus membeli mobil tersebut, wajar
pengasuh pondok tak perlu mendiskusikan dengan santri karena tidak ada biaya yang dikutip dari santri, baik:
uang masuk, uang makan, penginapan, uang bulanan, dan biaya lainnya.
e) Kolektivitas; PP
Syekh Burhanuddin menekankan kebersamaan lebih tingi dari
pribadi. Dalam keseharian pada PP diutamakan kepentingan orang banyak dari pada pribadi. Dalam kewajiban santri mendahulukan diri sendiri sebelum orang lain. Untuk memutuskan sesuatu santri memelihara hal-hal baik dan
mengembangkan hal-hal yang baru dan baik. Nilai ini tetap berlaku dalam kehidupan para
santri yang tinggal pada kamar
berukuran 2 x 3 m dan ditempati dua atau tiga santri.
Kamar tersebut berdinding dan
berlantai papan yang dibangun
oleh para santri dengan cara saling membantu (gotong royong). Kemudian bila
santri telah tamat (lulus) secara ikhlas kamar tersebut diberikan kepada
generasi berikutnya. Para santri juga
saling menolong jika terlambat uang kiriman dari uang tuanya. Mereka berusaha bersama untuk membantu meringankan masalah
rekannya
f) Mengatur
Kegiatan Bersama; Kegiatan bersama yang dilakukan oleh para santri biasanya bersifat relatif dan mengikat, yang
dilakukan oleh santri dengan bimbingan ustad. Para santri
mengatur hampir semua kegiatan proses belajar terutama berkenaan dengan
kegiatan kokurikurer. Pembentukan, penyusuan sampai pelaksanaan dan
pengembangannya dilakukan para santri secara bersama. Demikian
juga mengatur kegiatan peribadatan, olah raga, kursus keterampilan dan sebagainya direncanakan oleh para
santri dengan tidak menyimpang dari ajaran Islam dan ketentuan pesantren.
g) Ukhuwah Diniyah; Kehidupan
santri di PP penuh suasana persaudaraan yang akrap, persatuan dan gotong
royong, sehingga kesenangan di rasakan bersama dan kesulitan diatasi bersama.
Hal ini dapat terwujud melalui keyakinan dan pandangan hidup yang sama, bahwa manusia di
ciptakan dan berada di bumi ini tidak
lain hanyalah untuk mengabdi kepada sang kholik, yaitu Allah Swt. Sebagai hamba
yang beriman (mukmin) mereka bersaudara dengan sesama dan berbuat baik terhadap
mereka. Hal ini aplikasi dari surat Al Hujurat ayat 10 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara, karena itu damaikanlah diantara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat”
h) Kebebasan; Kebebasan
yang dilaksanakan oleh PP dari
segi
kurikulum dan politis. Kebebasan kurikulum berarti PP Syekh Burhanuddin tidak terikat oleh
kurikulum Depag dan Kemdiknas. Secara politis PP merupakan lembaga independen, tidak
berafiliasi bahkan terlibat pada salah satu partai politik atau ormas tertentu. Dalam konteks santri, kebebasan di sini
berarti penanaman sikap demokratis. Mereka bebas berpikir dan bebas dalam
menentukan jalan hidupnya kelak di masyarakat, optimis dalam menghadapi hidup
ini. Namun semua itu dilakukan dalam batas-batas syari’at Islam.
PEMBAHASAN
Pembelajaran
dan pengkajian kitab kuning menjadi utama dan merupakan ciri khas
pembelajaran di PP Syekh
Burhanuddin. Kitab kuning yang diajarkan oleh kyai dikaitkan dengan persoalan yang aktual di
masyarakat. Itu
dilakukan agar para santri memahami permasalahan yang muncul dan aktual. Misal,
persoalan formalisasi syariah, perdebatan paham, persoalan sikap
terhadap agama lain, dan lain sebagainya.
Kitab
kuning adalah sumber rujukan utama dalam pembentukan karakter para santri, dan menempatkan kitab kuning sebagai acuan utama dalam
kehidupan sehari-hari. Terutama yang menyangkut masalah hukum ibadah, akhlak,
mu'amalah hubungan sosial, kejujuran, disipilin, dan hidup penuh kesederhanaan,
toleransi. Tidak ada kitab kuning secara khusus membicarakan tentang masalah karakter, namun dari sub judul dari kitab yang ada
(satu sampai dua halaman) ada
membicarakan karakter. Kemudian mengenai kejujuran, kesederhanan, kedisipilinan,
kesabaran, ketaatan beragama dan lain-lain, ini semua tercermin dalam prilaku
dan penampilan para kyai, ustad/guru
di PP
Syekh Burhanuddin.
Semua
perilaku kyai, ustad/guru di PP menjadi cerminan dari para santri.
Semua perilaku dalam bersikap,
berkata,
berbuat dan berpenampilan dalam bentuk kesederhanaan. Bila
dilihat dari asrama santri tidak ada media teknologi komunikasi
(Hp, radio, televisi ataupun lainnya). Ketika warga menemui persoalan yang sifatnya aktual
atau berkaitan dengan masyarakat, rujukannya adalah bertanya ke kyai. Kyai PP akan menjelaskan berdasarkan keterangan dari kitab kuning dan
pemahaman yang didapat dari buku yang pernah dibaca.
Menurut kyai kitab kuning yang digunakan cukup aktual
sebagai pedoman untuk kondisi sekarang dan masa mendatang.
Dari pengamatan dan pengalaman peneliti di PP,
setiap malam selalu ada anggota masyarakat
yang datang ke PP untuk bertukar pikiran dan diskusi yang berlangsung dari selesai sholat isya, bahkan sampai pukul 12 atau pukul 1 malam. Selain berdiskusi juga disediakan berupa makanan ringan dan teh manis atau kopi khas Kampar. Pada umumnya penduduk yang datang saling berganti satu
sama lain dan jumlahnya 8 sampai orang, dan berlanjut tiap malam. Ini menunjukkan bahwa PP Syekh Burhanuddin terbuka pada masyarakat luar pesantren.
Para ustad PP
Sykeh Burhanuddin juga sering menjadi panitia dan pengurus BKM mesjid yang dikelolah masyarakat
diluar pesantren
Adapun
kitab kuning yang dipelajari di PP Syekh Burhanuddin yaitu: 1)
Kitab
fiqih, Patahu Qarib, Inatu Tolibin,
Ayatul wa Taqrib, dan Mahally, 2) Kitab ushul fiqh, Mubadi awaliyah, Lathoif Isyorah,
Ghoyatul Ushul, 3) Kitab
Aklaq, Ahklakul Banin I- III,Tahsyirul Akhlak, Ta’lim wa Ta’lim,
4) Kitab Tasawuf, Ta’lim wa ta’lim,
5) Kitab tauhid/kalam, Matan
Sanusi, Tizan Dharuri, Fatahul Majid, Khilafatul Awam,
6) Kitab Tafsir, Tafsir Jalalaen,
Tafsir Khazin, Tafsir ibn Kasir, 7) Kitab Hadis, Nukhttarol Hadist, Matan Arbain, Majelis Saniah, Syarah Matan Atba,
8) Kitab Ulumul Hadist, Mimhatul Muhiz, 9) Kitab Tarikh, Dar Dir, Nurul Yaqin, Hulaqatul Nurul Yaqin,
10) Kitab Mantiq, Aidol Mobaham,
11) Kitab Nahwu, Matan Jurmiyah,
Kuakib Hudriyah, Hudri, 12) Kitab Sharaf, Matan Bina, Taftazani, Khailani,
13) Kitab Ilmu Falaq, Shiratul
Ashar,
dan 14) Kitab Siyasah,
Majelis Jana
Penggunaan kitab kuning dalam pembentukan karakter di PP Syekh Burhanuddin, yaitu kitab Taklim wa Ta’lim, yang berbicara tentang banyak
adab baik kepada manusia, orang tua dan juga dengan yang lainnya. Kitab
Tahsyirul Akhlak berisi tentang bagaimana cara bergaul
dengan masyarakat sekitarnya, Akhlaqul Banin berisi tentang adab kepada sesama
manusia dan kitab-kitab lain sangat mempengaruhi pembentukan
karakter para santri, dan ditambah dengan penjelasan kyai, ustad/guru pondok.
Pola pendidikan di
pesantren sangat relevan digunakan untuk membentuk karakter santri, baik itu
sistem pendidikan yang digunakan, metode pembelajaran yang dilaksanakan dan nilai-nilai
karakter yang dikembangkan. Melalui pola pendidikan di pesantren, pendidikan
karakter dilakukan secara holistik dan berlangsung selama 24 jam. Para kyai dan
santri berintekrasi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam membentuk
karakter dan kemandirian serta menjalin komunikasi secara terbuka dalam
mempelajari dan mendiskusikan permasalahan dalam kehidupan yang didasarkan atas
Al Qur’an dan Hadist serta didukung pada berbagai isi kandungan kitab kuning. Pola pendidikan di pesantren menerapkan
prinsip “memanusiakan manusia” dalam proses pembelajaran sehingga perlu
diterapkan pada sekolah umum. Jika pada pendidikan formal, sekolah lebih
berorientasi pada pencapaian akademik dan materi semata, maka di pesantren
lebih ditekankan pada pembinaan karakter individual dan keteladanan dari
seorang guru kepada peserta didik yang berlangsung 24 jam penuh.
SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
Berdasarkan temuan dan pembahasan
yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan
yaitu:
1) PP
Syekh Burhanuddin – Kampar berdiri tahun 1973 dengan jumlah alumni berkisar
2500 orang yang tersebar pada provinsi Riau, Riau Kepulauan, Sumatera Barat dan
Jambi. PP menggunkan sekitar 62 judul kitab kuning yang berisi tentang: aqidah,
hukum, islam, sejarah, akhlak, hadist, tafsir, dan lainnya. Kitab kuning banyak mengkaji dan berisi
(tersurat dan tersirat) tentang pembentukan karakter (akhlak) manusia sesuai
dengan ajaran Islam.
2) Dalam
membentuk karakter (akhlak) para santri PP Syekh Burhanuddin diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Nilai
karakter yang dibentuk sesuai isi kitab kuning, seperti: relijius, kejujuran, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
perduli lingkungan, perduli sosial dan tanggung jawab.
3) Metode
pembelajaran di kelas dalam membentuk karakter, para guru/ustad/kyai memberikan
contoh (tauladan) seperti: memberikan kebebasan pada santri untuk mengungkapkan
pendapat tentang suatu materi yang dibahas/diajarkan (aplikasi sifat demokrasi),
hadir di kelas sesuai dengan jadwal (aplikasi sifat disiplin waktu), memberikan
tugas hapalan dan tapsir hadist atau firman Allah (aplikasi kerja keras), dan
lainnya.
4) Pembentukan
karakter pada santri di luar kelas seperti: setiap pagi setelah sholat subuh
melakukan gotong royong (aplikasi kebersihan dan perduli lingkungan), gotong
royong pembangunan fisik: jalan, bangunan, mesjid, dll (aplikasi kemadirian dan
keterampilan/lifeskill), kegiatan santri pada malam hari (aplikasi menjalin
komunikasi dan keperdulian sesama), setiap malam selesai sholat Isya melakukan
beberapa kegiatan (aplikasi lifeskill bidang agama dan kemasyarakatan, seperti:
khotbah Jum’at, bimbingan mayit, kultum, membawa acara keagamaan, ceramah dan
lainnya), mencari dana untuk melakukan kegiatan dengan bekerja di ladang/sawah
masyarakat (aplikasi kemandirian, lifeskill) dan lainnya.
Dari berbagai
kesimpulan yang diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi
yaitu:
1) Para
pengambil kebijakan pada kemdiknas, agar mengadopsi sistem pendidikan pesantren
pada sekolah formal dalam membentuk karakter siswa.
2) Kepada
kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, agar meniru model pembelajaran di pesantren
dalam mengaplikasikan pembentukan karakter siswa.
3) Kepada
para pimpinan sekolah/pesantren, agar lebih membuat suatu program-program yang
konkrit untuk membentuk karakter siswa/santri.
4) Kepada
para ustadz/guru/muallim, agar lebih memantua dan memberikan perhatian yang
lebih konkrit untuk membentuk karakter siswa/santri.
5) Kepada
para santri/santriwati, pembentukan karakter dapat dilakukan secara maksimum,
apabila tingkah laku atau kegiatan siswa terpantau secara 24 jam.
6) Kepada
para orangtua/wali siswa/santri, agar ikut mendukung dan lebih memperhatikan perkembangan karakter pada
siswa/santri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdallah,
Ulil Abshar. 1999. Humanisasi Kitab
Kuning: Refleksi Dan Kritik Atas Tradisi Intlektual Pesantren Dalam Pesantren
Masa Depan Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah.
Arifin,
M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum,
Jakarta: Bina Aksara.
Asrahah,
Hanun. 2002. Pesantren di Jawa: Asal Usul
dan Perkembangan dan Pelembagaan.
Dhifier,
Zamakhsayari. 1996. Tradisi Pesantren:
Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES.
Djatmika, Rachmat. 1986. Pandangan Islam
Tentang Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pembanguan Pendidikan Dalam Pandangan Islam, Surabaya: IAIN.
Haedari, Amin. 2005. Masa Depan Pesantren: Dalam
Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, Jakarta: IRD Press.
Indra, Hasbi. 2005. Pesantren Dan
Transformasi Sosial, Jakarta: Penamadai.
Mastuhu. 1994. Dinamika Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang
Unsur Pendidikan Pesantren, Jakarta: Inis.
Mochtar,
Affandi. 1999. Tradisi Kitab Kuning: Sebuah Observasi Umum Dalam
Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah.
Sauri, Sofyan.
2011. Peran Nilai Pesantren Dalam
pendidikan Karakter. http://berita.upi.edu/2011/05/31, didownload
29 Juli 2011.
Thaha,
M. Chatib. 1990. Strategi Pendidikan Islam
Dalam Mengembangkan Manusia Indonesai Yang Berkualitas, Yogyakarta: IAIN Walisongo.
BIO DATA PENULIS
1. Nama Lengkap : Dr. Zulkifli Matondang,
M.Si.
2. Jenis Kelamin :
Laki-laki
3. Alamat Pos Surat :
Kantor : Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
Jl. Williem Iskandar Ps – V Medan Estate
Sumatera Utara Telp. 061-6625971
Fax. 061-6632183
Rumah : Jl.Panglima Denai Ps – V Gg. Keluarga No. 2
Kel. Denai – Medan
4. No. Telp./Hp : Telp. 061-7333712 Hp. 0813 1870 9616
5. Email address : zulkiflimato@yahoo.com
No comments:
Post a Comment