Susy Amizera SB,
S.Pd
Guru SMA Plus
Negeri 17 Palembang
Email :
amizera_bgt@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini
didasari oleh tujuan umum program RSBI
yaitu menyiapkan lulusan yang mampu
berperan aktif dengan standar kompetensi
lulusan berciri internasional. Oleh karena itu, SMA Plus negeri17 Palembangmelaksanakan
program English Speaking Model (ESM) untuk
meningkatkan daya saing lulusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi program ESM dan kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan program
ESM di SMA Plus Negeri 17 Palembang.
Jenis penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan pembagian angket
kepada anggota program ESM.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa di kelas telah menggunakan bahasa Inggris
pada saat bertanya dan memberikan komentar terhadap materi pelajaran. Namun, kurang
dari 20% siswa menggunakan bahasa Inggris sebagai media komunikasi dengan teman
sebaya. Program ESM telah berjalan baik walaupun terdapat beberapa kendala dan
hambatan yang terjadi pada proses pelaksanaan program ESM, yaitu siswa malu berkomunikasi
menggunakan bahasa Inggris dengan teman sebaya di lingkungan sekolah.
Melalui hasil penelitian ini disarankan agar sekolah menentukan beberapa English spot
atau hari khusus wajib
berbicara bahasa Inggris. Selain itu, sekolah perlu menghadirkan motivator
untuk mengubah persepsi siswa mengenai rasa malu menggunakan bahasa Inggris
sehingga siswa dapat lebih percaya diri untuk menggunakan bahasa Inggris di
lingkungan sekolah
Kata kunci : SMA Plus Negeri 17, siswa, bahasa Inggris,
komunikasi
THE IMPLEMENTATION OF ENGLISH SPEAKING MODEL (ESM)
PROGRAM TO IMPROVE THE COMPETITIVENESS OF HIGH SCHOOL GRADUATES
IN SMA PLUS NUMBER 17 PALEMBANG
IN SMA PLUS NUMBER 17 PALEMBANG
Susy Amizera SB,
S.Pd
Guru SMA Plus
Negeri 17 Palembang
Email :
amizera_bgt@yahoo.com
ABSTRACT
The research was
based on the general purpose of the program RSBI for preparing graduates who
are able take an active role with the international standards of competency
characterized. Therefore, SMA Plus neger i17 Palembang implement English Speaking Model (ESM) to enhance the
competitiveness of graduates. This study aims to determine the implementation of
ESM program and the obstacles encountered in the implementation of the ESM
program in SMA Plus Negeri 17 Palembang.
This type of
research that is used in this research is descriptive research. Techniques of
data collection is done by direct observation and distribution of
questionnaires to members of the ESM program.
The results
showed that more than 50% of students in the class had to use English when
asking questions and commenting on subject matter. However, less than 20% of
students using English as medium of communication with their friends. ESM
program has been going well although there are some constraints and obstacles
that occur in the process of implementation of the ESM program, the students
are shy to use English for communicating with their friends in the school.
The results of
this study recommended that schools determine a English spot or a special day
should speak English. In addition, schools need to a motivator to change the
perception of students about the shame in English so that students can have
more confidence to use English in a school.
Keywords : SMA
Plus Negeri 17 Palembang, students, English, Commnuticate
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Inggris
tumbuh dan berkembang dalam berbagai konteks sosial budaya dan lingkungan yang
berbeda. Pertumbuhan dan perkembangannya cenderung dipengaruhi dan diarahkan
oleh lingkungan. Pada era global, bahasa Inggris menjadi sarana komunikasi
bagi masyarakat berbagai bangsa dan budaya. Pertumbuhan ini mengakibatkan
bahasa Inggris sebagai bahasa standar dalam segala bidang, seperti ekonomi,
sosial, budaya, perindustrian, dan lain-lain.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang
menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan
lulusannya memiliki kemampuan daya
saing internasional. Salah satu tujuan umum program RSBI yaitu menyiapkan
lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global dengan standar
kompetensi lulusan berciri internasional.
SMA Plus Negeri 17 Palembang merupakan
salah satu sekolah RSBI yang berada di kota Palembang. Berdasarkan tujuan umun
sekolah RSBI, yaitu menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam
masyarakat global dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional, maka
SMA Plus Negeri 17 Palembangmemiliki salah satu program unggulan, yaitu program
English speaking model.
English speaking model (ESM)
merupakan program sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris di lingkungan SMA Plus Negeri 17
Palembang. Program ini melibatkan siswa dan guru yang telah memiliki kemampuan
berbahasa Inggris yang baik. Program ini dilaksanakan untuk melatih siswa agar berani
berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris sehingga mereka mampu bersaing di era
globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk membahas implementasi program English Speaking Model (ESM) dalam rangka menyiapkan daya saing
lulusan SMA Plus Negeri 17 Palembang di era globalisasi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang terdapat
dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimanakah
implementasi program English Speaking
Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang?.
2. Apakah
terdapat kendala terhadap implementasi program English Speaking Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang?.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui implementasi program English Speaking Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembangdan untuk
mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi program ESM di SMA Plus
Negeri 17 Palembangsehingga pada akhirnya program ini dapat berhasil dan
berjalan dengan lebih baik.
D.
Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi dalam lingkungan
SMA Plus Negeri 17 Palembang, siswa yang menjadi objek penelitian yaitu siswa
yang telah terpilih dalam program English
Speaking Model (ESM). Siswa yang telah terpilih merupakan siswa yang
memiliki TOEFL di atas 450.
II.
KAJIAN PUSTAKA
Era globalisasi atau yang lebih
dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber
daya yang handal terutama di bidang komunikasi. Dalam hal ini peranan bahasa Inggris
sangat diperlukan baik dalam menguasai teknologi komunikasi maupun dalam
berinteraksi secara langsung. Sebagai sarana komunikasi global, bahasa Inggris
harus dikuasai secara aktif baik lisan maupun tulisan.
Bahasa Inggris telah menjadi satu
kata kunci yang sanggup menggenggam segala aspek, baik itu bisnis, politik, sosial,
maupun budaya. Dahulu, mungkin bahasa Inggris
masih menjadi hal yang sedikit tabu untuk dipelajari dan dipahami lebih dalam
lagi. Namun, saat ini justru sebaliknya, bahasa Inggris yang merupakan alat
komunikasi dalam era globalisasi menjadi kunci utama keberhasilan seseorang
dalam mencapai karier bermasa depan cerah (Wijaya, 2010).
A.
Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah
Bertaraf Internasional merupakan sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh
Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar
pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum
internasional. Pada prinsipnya, Sekolah Bertaraf Internasional harus bisa
memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari
Standar Nasional Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
B.
Tahapan Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2007), penyelenggaraan Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional hendaknya melalui dua tahapan atau fase, yaitu: (1) fase
rintisan, dan (2) fase kemandirian.
1. Fase Rintisan
Dalam
fase rintisan ini terdiri atas dua tahap, yaitu: (1) tahap pengembangan
kemampuan/kapasitas sumber daya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan,
dan (2) tahap konsolidasi.
Pengembangan
kemampuan/kapasitas sumber daya manusia dilakukan terhadap guru, kepala Sekolah,
dan tenaga kependidikan lainnya, serta pengembangan dan modernisasi manajemen
dan kelembagaan Sekolah/Madrasah. Melalui fase rintisan ini, pengembangan
Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan bisa memberikan hasil yang optimal,
sistemik, dan sistematik.
2. Fase Kemandirian
Dalam
fase kemandirian ini, pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan
telah mampu bersaing secara internasional yang ditunjukkan oleh kepemilikan
daya saing yang tangguh dalam lulusan, kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan
pengelolaan serta kepemimpinan. Dengan kata lain, Sekolah Bertaraf
Internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan
dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional.
C.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang
menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan
lulusannya memiliki kemampuan daya
saing internasional. Proses pembelajaran disesuaikan
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi standar proses
(SMAN1 Probolinggo, 2009).
(SMAN1 Probolinggo, 2009).
D.
Tujuan Program RSBI
Adapun
tujuan dari program RSBI yaitu sebagai berikut.
1. Meningkatkan
kualitas pendidikan nasional
2. Memberi
peluang pada sekolah yang berpotensi untuk
mencapai kualitas bertaraf nasional dan
internasional.
3. Menyiapkan
lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat
global. Khusus Menyiapkan lulusan yang memiliki
kompetensi yang tercantum di dalam Standar
Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan
berciri internasional.
E. Pelaksanaan Kurikulum dan
Proses Pembelajaran RSBI
Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran RSBI yaitu
sebagai berikut.
1. Menggunakan kurikulum yang
berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum
sekolah di negara lain.
2. Mengajarkan bahasa asing, terutama
penggunaan bahasa Inggris, secara
terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya.
3. Menekankan keseimbangan aspek
perkembangan anak meliputi aspek
kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.
4. Mengintegrasikan
kecerdasan majemuk termasuk emotional intelligence dan
spiritual intelligence ke dalam kurikulum.
5. Mengembangkan
kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan
sikap serta prilaku (kepribadian ).
6. Mengarahkan
siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif
dan analitis, memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu
mengambil keputusan dalam belajar.
7. Kurikulum
tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan
kredit semester.
8. Menekankan
kemampuan pemanfaatan information and
communication technology yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2007)
F. English Speaking Model (ESM)
English
Speaking Model (ESM) adalah salah satu program SMA Plus Negeri
17 Palembang. Program ini dilaksanakan agar siswa berkomunikasi menggunakan
bahasa Inggris selama berada di lingkungan SMA Plus Negeri 17 Palembang.
Program ini mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2010 / 2011 sehingga program
ini kurang lebih telah dilaksanakan selama satu tahun.
Langkah
– langkah pelaksanaan program English
Speaking Model
1. Siswa
yang termasuk anggota program English
Speaking Model akan diberi logo atau tanda dan mereka harus berbicara
menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
2.
Ketika anggota program English Speaking Model berbicara
dengan siswa yang bukan anggota, maka siswa yang bukan termasuk anggota English
Speaking Model harus menggunakan bahasa Inggris juga sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Inggris.
3. Pada
akhirnya, semua siswa akan berani menggunakan bahasa Inggris di lingkungan
sekolah sehingga kemampuan dan semangat mereka menggunakan bahasa Inggris akan
meningkat (Tim Penyusun, 2009).
III.
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian deskriptif (Description
Research). Menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan atau kondisi yang terjadi
pada wilayah yang diteliti. Penelitian ini bertujuan menggambarkan keadaan yang
terjadi di SMA Plus Negeri 17 Palembang.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Negeri 17 Palembang yang
beralamat di Jalan Mayor Zurbi Bustan-Lebong Siareng Palembang. Penelitian
dilaksanakan mulai tanggal 9 Mei 2011 sampai 20 Mei 2011.
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut
Arikunto (2010), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh anggota English
Speaking Model, yaitu siswa yang memiliki TOEFL di atas 450.
Tabel
3.1. Populasi Penelitian
No
|
Kelas
|
Jumlah
siswa
|
1
|
X.A
|
10
siswa
|
2
|
X.B
|
10
siswa
|
3
|
X.C
|
10
siswa
|
4
|
X.D
|
10
siswa
|
5
|
X.E
|
10
siswa
|
6
|
X.F
|
10
siswa
|
7
|
X.G
|
10
siswa
|
8
|
X.H
|
10
siswa
|
9
|
XI
PSIA 1
|
5
siswa
|
10
|
XI
PSIA 2
|
5
siswa
|
11
|
XI
PSIA 3
|
5
siswa
|
12
|
XI
PSIA 4
|
5
siswa
|
13
|
XI
PSIA 5
|
5
siswa
|
14
|
XI
PSIA 6
|
32
siswa
|
15
|
XI
PSIS
|
5
siswa
|
Jumlah
|
152
siswa
|
2.
Sampel
Menurut
Arikunto (2010), Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sample
pada penelitian ini adalah 64 orang anggota ESM. Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan
menjadi dua kelompok sampel yaitu 32 orang anggota ESM di kelas XIPSIA 6 menjadi
objek pengamatan di kelas, karena seluruh siswa di kelas XI PSIA 6 memiliki
TOEFL di atas 450 dan 32 orang anggota ESM
lainnya diberikan angket atau kuisioner berupa pertanyaan–pertanyaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan program ESM
D.
Teknik Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.
1. Observasi /
Pengamatan
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek, observasi / pengamatan pada
penelitian ini bertujuan untuk mengamati
anggota English Speaking Model di kelas XI PSIA 6 yang berjumlah 32 orang
siswa.
2. Pembagian angket
Pembagian angket bertujuan untuk mengetahui pendapat
siswa mengenai pelaksanaan program English
Speaking Model di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Peneliti membagikan
questioner kepada 32 anggota English
Speaking Model.
E.
Teknik Analisa Data
Data dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif. Data
yang dikumpulkan akan digambarkan dengan kata – kata atau kalimat menurut
kategori untuk memperoleh simpulan. Data yang didapat divisualisasikan ke dalam
bentuk persentase dan tabel.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data. Teknik penggumpulan data
yang digunakan adalah dengan cara pengamatan
langsung di kelas dan pembagian angket.
A.
Implementasi program English Speaking
Model (ESM) di SMA Plus
Negeri 17 Palembang
Negeri 17 Palembang
Pada saat pengamatan langsung di dalam kelas, penulis
mengamati 10 atau 11 siswa setiap pertemuan. Oleh karena itu pada setiap
pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan di dalam kelas. Tabel di
bawah ini merupakan table hasil pengamatan penulis.
Tabel 4.1. Penggunaan Bahasa Inggris di dalam Kelas
(Hasil Pengamatan)
|
Penggunaan
bahasa Inggris saat bertanya
|
%
|
Penggunaan bahasa Inggris saat memberikan komentar
|
%
|
Penggunaan bahasa Inggris saat
berbicara dengan teman
|
%
|
Pengamat-an pertama
|
23 orang
|
71,8
|
20 orang
|
62,5
|
6 orang
|
18,7
|
Pengamat-an kedua
|
25 orang
|
78,1
|
18 orang
|
56,2
|
4 orang
|
12,5
|
Selain melakukan pengamatan,
penulis membagikan angket kepada 32 orang anggota program English speaking model. Pembagian angket bertujuan untuk mengetahui
pendapat siswa mengenai program English
speaking model di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Berikut ini merupakan tabel
hasil pembagian kuisioner kepada siswa.
Tabel 4.2. Penggunaan Bahasa
Inggris di dalam Kelas (Hasil Angket)
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
siswa
|
%
|
Apakah
kamu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di dalam kelas
|
Ya
|
8
orang
|
25
|
Tidak
|
24
orang
|
75
|
Tabel 4.3. Penggunaan Bahasa Inggris di luar Kelas
(Hasil Angket)
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
siswa
|
%
|
Apakah
kamu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman di luar kelas
|
Ya
|
2
orang
|
6,25
|
Tidak
|
30
orang
|
93,75
|
Tabel 4.4. Penggunaan Bahasa
Inggris Saat Berbicara dengan Guru (Hasil
Angket)
Angket)
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
siswa
|
%
|
Apakah
kamu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan guru
|
Ya
|
20
orang
|
62,5
|
Tidak
|
12
orang
|
37,5
|
Berdasarkan tabel 4.2; tabel 4.3
dan tabel 4.4 terlihat bahwa siswa sangat jarang menggunakan bahasa Inggris
saat berbicara dengan teman di dalam kelas maupun di luar kelas. Melalui tabel
4.3 diketahui bahwa kurang dari 10 % siswa yang menggunakan bahasa Inggris di
luar kelas. Akan tetapi, pada tabel 4.4 terlihat bahwa 62,5 % siswa menggunakan
bahasa Inggris saat berbicara dengan guru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan penulis, terlihat bahwa lebih dari 50 % siswa di kelas telah
menggunakan bahasa Inggris pada saat bertanya dan memberikan komentar terhadap
materi pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian siswa aktif
menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajaran di dalam kelas. Akan tetapi hal
ini berbanding terbalik dengan persentase jumlah siswa yang menggunakan bahasa
Inggris saat berbicara dengan teman di dalam kelas, karena berdasarkan tabel
4.2 diketahui bahwa hanya beberapa siswa menggunakan bahasa Inggris saat
berbicara dengan teman di dalam kelas, hal ini mengindikasikan bahwa sebagian
besar siswa di dalam kelas menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi di
dalam kelas.
Data pengamatan di atas didukung oleh data yang di dapat
melalui pembagian angket. Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3 diketahui bahwa
sebagian besar siswa tidak menggunakan bahasa Inggris di dalam dan di luar
kelas. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Inggris. Akan tetapi berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa
62,5 % siswa menggunakan bahasa Inggris
saat berbicara dengan guru. Hal ini berbanding terbalik dengan persentase
jumlah siswa yang berbicara dengan teman sebaya menggunakan bahasa Inggris.
Menurut pendapat beberapa siswa, penulis mengetahui
alasan siswa tidak menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi dengan teman
di dalam maupun di luar kelas. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka
malu menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dengan teman, karena mereka
tidak ingin terkesan overacting atau
lebay. Alasan lain yang dikemukakan siswa adalah salah paham. Sebagian siswa
takut terjadi kesalahpahaman saat mereka menggunakan bahasa Inggris saat
berkomunikasi, selain itu berbicara menggunakan bahasa Inggris lebih susah
daripada berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Menurut pikiran rakyat online (2009), Tujuan
berkomunikasi dengan berbahasa Inggris adalah meningkatkan keberanian berbahasa
Inggris para siswa, oleh karena itu, siswa harus berani dan tidak rendah diri
untuk terus belajar dan mempraktikkan bahasa Inggris. Kemampuan
berkomunikasi menjadi syarat penting untuk meningkatkan jejaring internasional.
Jejaring inilah yang nantinya akan sangat berguna saat siswa mulai menekuni
dunia bisnis atau usaha.
B. Kendala yang dihadapi dalam
implementasi program English Speaking
Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang
Model (ESM) di SMA Plus Negeri 17 Palembang
Berdasarkan hasil pengamatan dan
hasil pembagian angket pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4 diketahui bahwa
hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan bahasa Inggris saat berbicara
dengan teman sebaya di dalam maupun di luar kelas. Masalah ini dapat menjadi
masalah terbesar dalam implementasi program ESM, karena kebiasaan ini dapat
berkembang terus menurus dan pada akhirnya siswa tidak menggunakan bahasa
Inggris dalam berkomunikasi. Hal ini dapat mengakibatkan program ESM tidak berjalan dengan maksimal.
Tabel
4.5. Peningkatan Semangat Menggunakan Bahasa Inggris di Lingkungan
Sekolah (Hasil Angket)
Sekolah (Hasil Angket)
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
siswa
|
%
|
Apakah
program ESM meningkatkan semangat menggunakan bahasa Inggris di lingkungan
sekolah
|
Ya
|
15
orang
|
46,8
|
Tidak
|
17
orang
|
53,2
|
Tabel 4.6. Peningkatan Kemampuan
Menggunakan Bahasa Inggris
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
siswa
|
%
|
Apakah
program ESM meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa Inggris
|
Ya
|
12
orang
|
37,5
|
Tidak
|
20 orang
|
62,5
|
Berdasarkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 diketahui bahwa kurang dari 50% siswa mengakui bahwa
kemampuan dan semangat mereka menggunakan bahasa Inggris kurang meningkat. Hal
ini merupakan kondisi yang memprihatikan karena persentase ini dapat terus
berkurang karena hanya sedikit siswa yang menggunakan bahasa Inggris saat
berkomunikasi sesama teman sebaya sehingga siswa tidak memiliki media untuk
melatih kemampuan berbahasa Inggris. Kondisi ini akan terus meningkat apabila
dibiarkan, sehingga sekolah harus melakukan perbaikan dan tindak lanjut
terhadap permasalahan ini.
Selain itu, rasa malu menggunakan bahasa inggris dalam
berkomunikasi akan menjadi masalah yang terbesar dalam pelaksanaan program ini.
Kondisi ini akan menurunkan semangat dan kemampuan bahasa inggris siswa. Hal
ini sejalan dengan hasil angket pada tabel 4.5 dan tabel 4.6, karena kemampuan
berbahasa Inggris akan terus menurun apabila tidak dilatih terus menerus
Masalah tersebut akan sulit dipecahkan jika dilakukan
tanpa keinginan, niat dan usaha yang kuat dari dalam diri kita sendiri.
Walaupun sebagian besar siswa mengetahui bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional
yang sangat penting untuk dipelajari, dipahami dan dikuasai. Oleh karena itu, siswa tidak boleh takut berbuat salah berbahasa
karena kita bukan native speaker, berpikiran positif, terus belajar dan
berusaha, mempraktekkan bahasa Inggris dalam keseharian terutama jika ingin
berkomunikasi, memperbanyak kosakata, menghilangkan rasa malu jika orang lain
mencemooh (Dhinie, 2008).
Menurut penulis, untuk dapat menghindari hal – hal
tersebut, sekolah perlu membuatkan English
spot. English spot merupakan tempat
yang mewajibkan siswa menggunakan bahasa Inggris di area tersebut sehingga
anggota program English Speaking Model dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris tanpa rasa malu dan juga tidak
terkesan overacting.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat
menyimpulkan dua hal.
1. Implementasi
program English Speaking Model di SMA
Plus Negeri 17 Palembangtelah berjalan dengan baik walaupun terdapat beberapa
kendala dan hambatan yang terjadi pada proses pelaksanaan program English Speaking Model, yaitu adanya rasa malu dan tidak mau terkesan overacting yang dirasakan oleh siswa.
2. Adanya
kendala yang dihadapi oleh siswa karena rasa malu dan tidak mau terkesan overacting dapat dipecahkan dengan keinginan,
niat dan usaha yang kuat dari dalam diri kita sendiri sehingga pada akhirnya
tidak terdapat kendala dalam pelaksanaan program English Speaking Model di SMA Plus Negeri 17 Palembang
B.
Saran
1.
Sekolah sebaiknya menentukan beberapa English spot di lingkungan sekolah,
sehingga siswa diwajibkan berbahasa Inggris di area tersebut sehingga siswa
tidak merasa malu untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa Inggris
2.
Sekolah sebaiknya menentukan hari khusus
wajib berbicara bahasa Inggris sehingga semua siswa dapat berbahasa Inggris
tanpa adanya rasa malu. Oleh karena itu, siswa dapat termotivasi untuk
mempraktekkan kebiasaan berbahasa Inggris sehingga dapat meningkatkan kemampuan
siswa berbahasa Inggris.
3.
Sekolah sebaiknya menentukan sistem
denda terhadap siswa yang menggunakan bahasa Inggris di hari khusus berbahasa Inggris
dan di area English spot. Sistem
denda ini harus diawasi oleh guru dan siswa di lingkungan sekolah
4.
Sekolah sebaiknya menghadirkan motivator
untuk merubah persepsi siswa mengenai rasa malu menggunakan bahasa Inggris
sehingga pada akhirnya siswa dapat lebih percaya diri untuk menggunakan bahasa Inggris
di lingkungan sekolah
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Departemen
Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penjamin Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf
Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional
Dhinie.
2008. “Kultur Malu dalam Bahasa Inggris”. http://butterflydini.blogspot.com/2008/09/kultur-malu-dalam-bahasa-Inggris.html. Diakses
tanggal 20 juni 2011.
Pikiran
Rakyat Online. 2009. “Jangan Malu Bicara Bahasa Inggris”. http://www.pikiran-rakyat.com/node/84103. Diakses
tanggal 25 Juni 2011
SMAN1
Probolinggo. 2009. “Program R-SBI”. http://sman1-prob.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91&Itemid=95. Diakses
tanggal 20 Juni 2011.
Tim
Penyusun. 2009. Proposal English Speaking
Model for Creating English Atmosphere in SMA Plus Negeri 17 Palembang. Palembang:
SMAN17 Palembang.
Wijaya,
Vera Triana. 2010. “Bahasa
Inggris sebagai Alat Komunikasi Global dalam Era Menghadapi AFTA 2015”. http://basindoa.blogspot.com/2010/
01/bahasa-inggris-sebagai-alat-komunikasi.html. Diakses tanggal 20 Juni 2011
01/bahasa-inggris-sebagai-alat-komunikasi.html. Diakses tanggal 20 Juni 2011
BIODATA PENELITI
1. N a m a : SUSY AMIZERA SB, S.Pd
2. Tempat & tanggal lahir : PALEMBANG , 14 JANUARI
1988
3. Jenis Kelamin : PEREMPUAN
4. A g a m a : ISLAM
5. Status pernikahan : BELUM MENIKAH
6. Nomor HP /Telp : 081377530063 / (0711)420304
7. email : amizera_bgt@yahoo.com
8. Pendidikan Terakhir : S1 FKIP BIOLOGI
9. Alamat
POS :
JL SEI
BETUNG NO 609 RT 02 RW 03 PAKJO KELURAHAN
SIRING AGUNG KECAMATAN ILIR BARAT 1 PALEMBANG
Kode Pos : 30138
10. Pekerjaan sekarang : Guru
SMAN 17 Palembang
11. Alamat Sekolah : Jalan Mayor Zurbi Bustan, Lebong
siarang Palembang
siarang Palembang
12. Telp / Fax : (0711) 421651 / (0711) 421007
Bagus. Akan lebih baik kalau dibangun komunikasi dengan yang membuatn
ReplyDeleteprogram ini sehingga terbangun etika karya ilmiah yang baik