Oleh
Andriati
Hasibuan, SPd
Abstrak
Pembelajaran
PKn merupakan pembelajaran moral belum mampu membentuk karakter siswa yang
memiliki sikap dan pola fikir yang kokoh dan benar. Untuk itu dalam penelitian
ini dicoba memasukkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Pkn melalui
penerapan metode pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) yaitu
merupakan metode pembelajaran yang konsep pembelajarannya membantu siswa untuk
mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa.
Penelitian
ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah ada pengaruh penerapan metode
pembelajaran CTL terhadap pembentukan karakter siswa. (2) Mengetahui apakah ada
pengaruh penerapan metode pembelajaran CTL terhadap peningkatan motivasi
belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu yang
terdiri dari variable bebas yaitu penerapan metode pembelajaran CTL dan variable terikat yaitu pembentukan
karakter siswa dan motivasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMK Negeri 1 Tebing Tinggi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik pengambilan sampel populasi secara acak (Cluster Random Sampling). Pengumpulan datanya dilakukan melalui
instrument motivasi belajar dan instrument pembentukan karakter. Teknik analisis
data yang dilakukan yaitu: uji keseimbangan rata-rata, dan Uji Hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t .
Hasil
analisis data disimpulkan: (1) Pembelajaran menggunakan metode CTL memiliki
pengaruh lebih baik dari pembelajaran menggunakan metode konvensional terhadap
pembentukan karakter siswa. (2) Pembelajaran menggunakan metode CTL memiliki
pengaruh lebih baik dari pembelajaran menggunakan metode konvensional terhadap
motivasi belajar. Rekomendasi ditujukan khususnya kepada guru bidang studi PKn
agar mengupayakan sedapat mungkin memasukkan nilai-nilai karakter melalui penerapan
metode pembelajaran CTL dalam proses pembelajarannya sebagai bagian dari
pendekatan pembelajaran kontekstual untuk membentuk karakter siswa agar
tercipta siswa yang cerdas emosi juga cerdas intelektual. Kepada Pemko setempat
agar membuat kebijakan penerapan pendidikan karakter di sekolah dan kepada
pemerintah agar dapat memberikan pelatihan pendidikan karakter.
Kata kunci : CTL, Karakter siswa, dan Motivasi
belajar.
Abstract
Civics
education lesson identical to the moral teaching which hasn’t been able to form
the character of students who have right attitude and good mind setting.
Therefore, in this study attempted to put in the values of characters in Civics
education lesson through the application of Contextual Teaching Learning (CTL) method
that is a method of learning that the concept can help the students to connect
between teaching materials and students situation in real.
This study is aimed at (1)
Finding out whether there is influence the application of CTL method on the
formation of students’ character. (2) Finding out whether there is influence the
application of CTL method to increase students' motivation. This study is a
quasi-experimental study consisting of independent variables that is the
application of learning CTL method and dependent variables that is the
formation of character and motivation to study. The population was the second
year students of SMK Negeri 1 Tebing Tinggi. As this number was too large, a
sample needed to be randomly drawn based on a lottery system and it is the best
single way to obtain a representative sample. The collection of data is done by
the instrument of students’ character and students' motivation to study. The data
analysis techniques were done by: the average balance tests and hypotheses tests
using t-test.
The results of the data
analysis indicate that (1) Learning in using the CTL method has a better
influence than the conventional learning methods on the formation of students’
character. (2) Learning in using CTL method has a better influence than using
the conventional methods of learning to motivation to study. These recommendations
addressed to specially Civics education
teachers to provide as much as possible incorporate the values of
character through the application of learning CTL methods in the learning
process as a part of the contextual learning approach to form the character of
students in order to create students not only emotionally intelligent but also
excellent intellectual. To the local government in order to make policy implementation character education at school and to
the central government in order to provide character education
training.
Key words: Contextual Teaching Learning, character of students and
motivation to study.
PENDAHULUAN
Fenomena merosotnya karakter
bangsa di tanah air ini disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam
pembelajaran di sekolah. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan
pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Undang-Undang
No.20 tahun 2003 Bab II pasal 2 dan 3 tentang system Pendidikan Nasional telah
merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan Pendidikan nasional,
yaitu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sedang fungsinya adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sayangnya pembelajaran Pkn selama
ini hanya memperhatikan pengembangan kognitif (logika) sehingga pola ajar yang
diberikan bersifat hafalan yang dogmatis dan tidak mengarah pada pemahaman dan
pembentukan karakter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Minarni (2009), yang
menyatakan bahwa” Selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang
hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga
menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah”.
Metode konvensional yang dipergunakan menyebabkan siswa terpaku
mendengarkan cerita dan betul-betul membosankan, situasi pembelajaran diarahkan
pada learning to know, dan
permasalahan yang disampaikan cenderung bersifat akademik (book oriented) tidak mengacu pada masalah-masalah kontekstual yang
dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran PKn menjadi kurang bermakna
bagi siswa.
Hal ini mengakibatkan siswa mengalami
kemerosotan karakter akibat rendahnya motivasi belajar PKn. Siswa pada umumnya
tidak lagi hormat pada gurunya, hilangnya kesungguhan dalam belajar, merokok,
terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan PR (tidak disiplin), tidak
jujur, tidak menghargai pendapat orang lain, dan yang lebih menyedihkan pada
saat ujian banyak sekali siswa yang kedapatan menyontek, baik melaui buku
maupun HP. Dari permasalahan tersebut, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan
penguasaan kompetensi yang harus berpusat pada siswa (focus on learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar
yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan
mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka
penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
pembelajaran Contextual Teaching Learning
terhadap pembentukan karakter siswa. Juga ingin mengetahui pengaruh penerapan
metode pembelajaran Contextual Teaching
Learning terhadap peningkatan motivasi belajar . Maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti sebagai guru Pendidikan
dan Kewarganegaraan (PKn), menjadi bahan masukan bagi sekolah, khususnya bagi
guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dalam usaha membentuk karakter siswa, dan juga untuk membuktikan penerapan
metode pembelajaran Contextual Teaching
Learning dapat mempengaruhi pembentukan karakter siswa sehingga
meningkatkan motivasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
KAJIAN
PUSTAKA
- METODE
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna
materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya (Bandono,
2008). Selanjutnya menurut Sardiman A.M (2010 : 223),
untuk penerapannya ada tujuh komponen utama
dalam pembelajaran CTL yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan
penilaian sebenarnya (authentic assesment). Untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat delapan komponen yang harus terpenuhi sebagai berikut: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan
yang bermakna (making meaningful connections), (2) melakukan pekerjaan
yang berarti (doing significant work), (3) melakukan pembelajaran yang
diatur sendiri (self regulated learning), (4) melakukan kerja sama (collaborating),
(5) berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), (6) membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang (nurturing the individual), (7) mencapai standar yang tinggi (reaching
high standards), dan (8) menggunakan penilaian autentik (using authentic
assessment).
Banyak cara efektif untuk
mengaitkan pengajaran dan pembelajaran dengan konteks situasi sehari-hari
siswa. Setidaknya enam metode berikut ini dapat ditempuh: (1) menghubungkan pembahasan
konsep nilai-nilai inti etika sebagai landasan karakter dengan keseharian
siswa, (2) memasukan materi dari bidang lain di dalam kelas, (3) dalam mata
pelajaran yang tetap terpisah terdapat topik-topik yang saling berhubungan, (4)
mata pelajaran gabungan yang menyatukan isu-isu moral, (5) menggabungkan
sekolah dan pekerjaan, (6) penerapan nilai-nilai moral yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat. Implementasi dari langkah keenam ini menunjukkan bahwa para siswa mempunyai
kemampuan luar biasa untuk mencapai standar pendidikan dan standar etika yang
tinggi jika mereka melihat mengapa hal yang mereka lakukan itu penting.
Metode pembelajaran merupakan
salah satu cara yang digunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan siswa
pada saat berlangsungnya pembelajaran. Menurut Akhmad Sudrajat (2008) metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peranan metode pembelajaran sebagai
alat untuk menciptakan proses pembelajaran sangatlah penting. Dengan metode
pembelajaran diharapkan terciptalah interaksi edukatif. Dalam upaya itu maka
penerapan metode pembelajaran CTL dalam pendidikan karakter menghendaki adanya
pembelajaran mandiri dan kerja sama. Pada tahap ini yang dikondisikan untuk
dilakukan siswa adalah siswa belajar langsung dengan mencari dan menggabungkan
informasi secara aktif dari masyarakat maupun ruang kelas. Selanjutnya siswa
dirangsang untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik seputar karakter.
Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu siswa untuk menemukan kaitan antara
pelajaran di kelas dan situasi yang mereka alami baik di sekolah, di rumah,
maupun sebagai anggota masyarakat. Kemudian siswa diberi kesempatan membuat
pilihan sendiri dalam menentukan keterlibatan mereka dalam permasalahan
karakter yang dipelajari. Dan pada akhirnya siswa mampu membentuk kesadaran
diri, yaitu kemampuan merasakan perasaan pada saat perasaan itu muncul. Siswa
dilatih untuk bersikap kritis terhadap isu-isu moral yang terjadi dengan
mengajukan tiga pertanyaan berikut: prinsip-prinsip apa yang dijadikan tuntunan
dalam kehidupan sehari-hari?, kewajiban
apa yang timbul dari hubungan-hubungan siswa dengan yang lain?, apa konsekuensi
yang didapatkan dari keputusan dan tindakan yang diambil?.
Pertanyaan-pertanyaan ini mengajarkan siswa untuk menunjukkan tanggung jawab
moral sebagai anggota masyarakat.
Selain itu berfikir
kritis seperti ini juga merupakan penjernihan nilai dalam menghadapi berbagai
pandangan hidup yang berkembang di masyarakat. Dalam menguatkan kesadaran
berkarakter positif siswa perlu dibawa ke dalam pengalaman hidup bersama orang
lain dalam situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung seperti ini anak dapat mengenal lingkungan hidup yang
berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang
nilai-nilai hidup. Membantu dan melayani anggota panti asuhan misalnya akan
memberikan kesan berharga dan kesadaran pentingnya karakter peduli kepada orang
lain.
2.
KARAKTER
Menurut Kemendiknas
(2010 : 3) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap dan bertindak.
Kebajikan itu terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Karakter
(kamus poerwodaminta dalam Subagio, 2010) diartikan sebagai tabiat, watak sifat
kejiwaan ataupun budi pekerti yang membedakan seseorang daripada orang lain. Sedangkan
menurut Imam Ghazali (Subagio, 2010) karakter adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan
pertimbangan fikiran. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah
memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan
sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan
yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui
memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai
ideal agama. Untuk mengembangkan karakter, diperlukan pendidikan karakter.
Karakter yang baik tidak tumbuh dengan sendirinya, perlu seorang pembina, coach, mentor yang mengarahkan dan
memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter kita. Menurut Akhmad
sudrajat (2010) Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Berdasarkan pengertian
karakter yang telah dikemukan diatas maka pendidikan karakter dimaklumi sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada para peserta
didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota
masyarakat dan warga Negara yang religius, cerdas produktif dan kreatif.
Karakter yang akan diungkapkan dalam penelitian ini mencakup tanggung jawab
moral dari konsekuensi tindakan, disiplin diri, menghormati harkat dan martabat
orang lain, melakukan tugas kepemimpinan, diskusi yang santun, berfikir kritis,
memenuhi kepentingan publik, aktif dalam kebijakan publik, berkeadaban,taat
pada hukum yang berlaku,mau bekerjasama dengan orang lain.
Menurut Riyanto (2010)
Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah terdapat empat tawaran
model penerapan, yaitu: (1) model otonomi dengan menempatkan pendidikan
karakter sebagai mata pelajaran tersendiri, (2) model integrasi dengan
menyatukan nilai-nilai dan karakter-karakter yang akan dibentuk dalam setiap
mata pelajaran, (3) model ekstrakurikuler melalui sebuah kegiatan tambahan yang
berorintasi pembinaan karakter siswa, dan (4) model kolaborasi dengan menggabungkan ketiga model tersebut dalam
seluruh kegiatan sekolah. Dalam penelitian ini penulis menerapkan model
penerapan integrasi yaitu menyatukan nilai-nilai karakter yang akan dibentuk
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), diharapkan setelah
selesai pembelajaran PKn setiap siswa terbentuk karakternya sehingga akan
menimbulkan kesadaran sendiri dalam diri siswa untuk lebih termotivasi belajar.
- MOTIVASI BELAJAR
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, (2010:73) Motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan
didahului dengan tanggapan adanya tujuan. M. Ngalim Purwanto dalam Sutisna (2010) mengemukakan bahwa
motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah
laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu: (1) Motivasi instrinsik adalah dimaksudkan dengan
motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran
sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. (2) Motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya
dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar. Dimyati dan Mudjiono (2002:108), menyatakan bahwa
“Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita
disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan,
dorongan dan tujuan si pembelajar”. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, yaitu: 1)Cita-cita
atau aspirasi siswa, 2) Kemampuan Belajar, 3) Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa,
4) Kondisi
Lingkungan Kelas, 5) Unsur-unsur Dinamis Belajar, 6) Upaya Guru Membelajarkan
Siswa. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu.
Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan
mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka,
supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar
secara aktif.
Dengan demikian yang dimaksud
dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sutisna, 2010). Berdasarkan
pengertian motivasi diatas maka motivasi yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah keinginan dalam diri peserta didik untuk secara aktif melakukan kegiatan
pembelajaran PKn sehingga mencapai hasil belajar yang lebih baik, proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku yang memiliki perilaku yang
penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
METODOLOGI
PENELITIAN
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun
pelajaran 2010/2011 sebanyak 11 kelas
dengan masing masing kelas kurang lebih berjumlah 35 orang. Sampel dalam
penelitian ini diambil secara acak. Dari 11 kelas yang ada, sebanyak 2 kelas yaitu satu kelas untuk
kelompok eksperimen dan satu kelas lagi untuk kelompok control. Semua siswa
yang termasuk pada kelas eksperimen dan control merupakan sampel dari populasi.
Dari hasil acak diperoleh kelas XI Akuntansi 4 (XI AK 4) sebagai kelompok
eksperimen dan kelas XI Desain Komunikasi Visual (DKV) sebagai kelompok kontrol
sebagai sampel.
Variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Variable bebas : pembelajaran
dengan menggunakan metode konvensional (kelompok kontrol), dan Pembelajaran
menggunakan metode CTL (kelompok
eksperimen). 2) Variabel terikat: pembentukan karakter siswa (kelompok
eksperimen dan kontrol) dan motivasi belajar PKn pada kompetensi dasar menghargai kerjasama
dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi Indonesia kelas XI (kelompok
eksperimen dan kontrol).
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis eksperimental semu
dengan Pretest-Posttest Design.
Adapun desain
penelitiannya digambarkan sebagai berikut:
Intact classes Pretest Experimental variable Posttest
G1 XI AK 4 O1 Approach 1(metode CTL) O2
G2 XI DKV O3 Approach 2 (metode konvensional)
O4
Metode
koesioner digunakan untuk melihat pembentukan karakter dan motivasi belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran baik itu pada kelompok eksperimen maupun
kelompok control. Instrument yang digunakan adalah koesioner tertutup dengan
bentuk rating-scale ( skala bertingkat), yaitu sebuah penyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan. Tingkatannya adalah dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju dan untuk instrument karakter dengan
tingkatan selalu sampai sangat tidak pernah. Prosedur penelitian ini dimulai
dari merumuskan masalah, Pengembangan
dan pengkajian teori yang mencakup teori-teori tentang metode pembelajaran Contextual Teaching Learning, karakter
dan motivasi, penyusunan instrument pengumpulan data sesuai dengan variable
yang telah dirumuskan serta landasan teoritik, pemilihan unit analisis
penelitian, kemudian melakukan pree-test dan post-test, pengumpulan data
melalui kuesioner, pengolahan data dan perumusan temuan penelitian dan
perumusan simpulan hasil penelitian.
Untuk
mengukur besarnya motivasi belajar siswa digunakan instrument angket
dengan indikator sebagai berikut: (1)
Faktor motivasi belajar Intrinsik
(dari dalam indivdu) yaitu (1.1) Cita-cita/aspirasi siswa, (1.2) Kemampuan
siswa, (1.3) Kondisi jasmani dan rohani siswa. (2) Faktor motivasi Ekstrinsik (dari luar individu) yaitu
(2.1) Kondisi lingkungan, (2.2) Unsur-unsur dinamis belajar, (2.3) Upaya-upaya
guru membelajarkan siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 2008).
Untuk mengukur pembentukan
karakter siswa , digunakan instrument test dengan indikator sebagai berikut:
(1) Religius yaitu : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dengan dengan pemeluk agama lain, (2) Toleransi yaitu : Sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya, (3) Kerja keras yaitu : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya, (3) Jujur yaitu : Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadika dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, (4) Kreatif yaitu : Perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadika dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan melakukan sesuatu, (5) Demokratis yaitu : Cara
berfikir , bersikap, danbertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain, (6) Tanggung Jawab yaitu : Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social,
dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (Kementerian Pendidikan Nasional,
2010).
Indikator-indikator
tersebut diukur dengan menggunakan skala
liket dari 1 sampai 4. Untuk mengukur keberhasilan penelitian dengan pengukuran
masing-masing variable, pada variable motivasi belajar mengambil nilai
rata-rata skor motivasi pada tingkat
tinggi (52-77) atau sangat tinggi (78-104). Variabel pembentukan karakter
mengambil nilai rata-rata skor karakter pada tingkat baik (99-132).
Uji homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak. Rumus
yang digunakan adalah Uji F dengan hipotesis statistic, kriteria Pengujian:
Jika: F hitung ≥ F tabel (0,05; dk1; dk2), maka
Tolak Ho, kesimpulannya data tidak
homogen. Jika: F hitung < F tabel (0,05; dk1; dk2), maka
Terima Ho, kesimpulannya data homogen.
Dalam
penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji perlakuan yang
diberikan pada kelas ekperimen dan pengaruhnya terhadap pembentukan karakter
dan motivasi belajar ( posttes). Untuk
membantu proses pengolahan data secara cepat dan tepat, maka pengolahan datanya
dilakukan melalui SPSS versi 12. Dengan kaidah pengambilan keputusannya adalah
sig < 0,05 maka H1
diterima.
Uji Hipotesis dilakukan dengan
menggunakan rumus uji-t untuk membandingkan perbedaan kedua mean dan
menyimpulkan hasil penelitian. Dengan penentuan pengaturan pengujian to
t table,
, to signifikan, kesimpulannya hasil penelitian adalah bahwa
eksperimen yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap kelompok eksperimen.
HASIL PENELITIAN
A.
Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi instrumen tes karakter dan instrumen tes motivasi belajar. Instrumen
tersebut dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tebing Tinggi pada
kelas yang telah melaksanakan pembelajaran PKn pada materi menghargai
kerjasama dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi Indonesia. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh data sebagai berikut :
1.
Deskripsi Data
a.
Data Skor Motivasi
Belajar Siswa.
Data Skor Motivasi siswa diambil dari nilai angket motivasi yang telah disebar
diawal dan diakhir pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas
control.
|
Dari tabel dapat dilihat bahwa motivasi
siswa diawal pembelajaran pada kelas eksperimen terdapat 5 siswa yang memiliki
motivasi tinggi, 15 orang siswa yang memiliki motivasi sedang dan 13 orang yang
memiliki motivasi rendah. Dengan rata-rata tingkat motivasi siswa secara klasikal berada pada tingkat
motivasi sedang. Setelah dilakukan perlakuan dengan pembelajaran yang
menggunakan metode pembelajaran
contextual teaching learning, terjadi kenaikan motivasi siswa dengan 22
siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi, 6 siswa yang memiliki tingkat
motivasi sedang dan 5 siswa lagi yang memiliki tingkat motivasi rendah, dengan
tingkat motivasi secara klasikal berada pada tingkat motivasi tinggi. Dari data
diatas bahwa terjadi pengaruh peningkatan yang tinggi terhadap motivasi belajar
siswa.
Sedangkan pada kelas control, diawal
sebelum pembelajaran berlangsung terdapat 5 orang siswa yang memiliki tingkat
motivasi tinggi, 12 siswa yang memiliki tingkat motivasi sedang dan 16 orang
yang memiliki tingkat motivasi rendah, dengan rata-rata tingkat motivasi siswa
secara klasikal berada pada tingkat motivasi sedang. Setelah dilakukan
pembelajaran dengan metode konvensional, terdapat 6 orang yang memiliki tingkat
motivasi tinggi dan 16 siswa yang
memiliki tingkat motivasi sedang, dan 11 orang yang memiliki tingkat motivasi
rendah, dengan rata-rata tingkat motivasi siswa secara klasikal berada tetap
pada tingkat motivasi sedang. Dari data diatas bahwa tidak terjadi pengaruh
peningkatan yang tinggi terhadap motivasi belajar siswa pada kelas yang masih
menggunakan metode konvensional. Dari deskripsi tingkat motivasi siswa diatas
dapat kita lihat bahwa terdapat peningkatan motivasi siswa secara
signifikan pada kelas eksperimen dibandingkan
pada kelas control dengan menggunakan penerapan metode pembelajaran contextual teaching learning (CTL).
b.
Data Skor Karakter Siswa
Tabel
Jumlah siswa berdasarkan tingkat pembentukan karakter
Skala
|
Tingkat karakter
|
kelas eksperimen
|
kelas control
|
||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
||
33 – 65
|
Rendah
|
23
|
1
|
19
|
16
|
66 -98
|
Sedang
|
6
|
4
|
10
|
14
|
99 -132
|
Baik
|
4
|
28
|
4
|
3
|
Jumlah
|
33
|
33
|
33
|
33
|
Dari tabel dapat dilihat bahwa karakter
siswa diawal pembelajaran pada kelas eksperimen terdapat 4 siswa yang memiliki
karakter baik, 6 orang siswa yang memiliki karakter sedang dan 23 orang yang memiliki karakter rendah.
Dengan rata-rata tingkat karakter siswa
secara klasikal berada pada tingkat karakter rendah. Setelah dilakukan
perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran contextual teaching learning, terjadi
kenaikan pembentukan karakter siswa dengan 28 siswa yang memiliki tingkat
karakter tinggi, 4 siswa yang memiliki tingkat karakter sedang dan 1 siswa lagi yang memiliki tingkat
karakter rendah, dengan tingkat motivasi secara klasikal berada pada tingkatan
baik . Dari data diatas bahwa dapat terlihat terjadi pengaruh yang baik
terhadap pembentukan karakter siswa .
Sedangkan pada kelas control, diawal
sebelum pembelajaran berlangsung terdapat 4 orang siswa yang memiliki tingkat
karakter baik, 10 siswa yang memiliki tingkat karakter sedang dan 19 orang yang
memiliki tingkat karakter rendah, dengan rata-rata tingkat karakter siswa
secara klasikal berada pada tingkat motivasi rendah. Setelah dilakukan
pembelajaran dengan metode konvensional, terdapat 3 orang yang memiliki
karakter baik dan 14 siswa yang memiliki
tingkat motivasi sedang, dan 16 orang
karakter rendah. Secara klasikal berada pada tingkat karakter rendah. Dari
data diatas bahwa tidak terjadi pengaruh peningkatan yang baik terhadap
karakter siswa pada kelas yang masih menggunakan metode konvensional. Dari
deskripsi tingkat karakter diatas dapat kita lihat bahwa terdapat peningkatan
karakter siswa secara signifikan pada
kelas eksperimen dibandingkan pada kelas control dengan menggunakan metode
pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL).
Selanjutnya
untuk mendeskripsikan Mean,
Median, Modus dan Standar Deviasi dari skor nilai motivasi dan karakter siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan SPSS 12. Rangkumannya
disajikan pada Tabel dibawah ini.
Tabel Deskripsi data Skor nilai
motivasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan
kontrol
Kelompok perlakuan
|
Keterangan
|
N
|
Mean
|
Median
|
Modus
|
Standar Deviasi
|
Maks
|
Min
|
Jmlh
|
Kel. Eksperimen
|
Sebelum
|
33
|
73.82
|
71.00
|
78
|
11.439
|
89
|
44
|
2271
|
Sesudah
|
33
|
57.06
|
50.00
|
51
|
13.393
|
81
|
41
|
1883
|
|
Kel. Kontrol
|
Sebelum
|
33
|
72.33
|
74.00
|
79
|
12.381
|
99
|
48
|
2387
|
Sesudah
|
33
|
70.39
|
73.00
|
51
|
12.450
|
94
|
48
|
2323
|
Tabel Deskripsi data Skor nilai
motivasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan
kontrol
Kelompok perlakuan
|
Keterangan
|
N
|
Mean
|
Median
|
Modus
|
Standar Deviasi
|
Maks
|
Min
|
Jmlh
|
Kel. Eksperimen
|
Sebelum
|
33
|
65.18
|
62.00
|
45
|
18.714
|
114
|
45
|
2151
|
Sesudah
|
33
|
100.36
|
103.00
|
103
|
11.489
|
119
|
65
|
3312
|
|
Kel. Kontrol
|
Sebelum
|
33
|
63.21
|
61.00
|
50
|
18.803
|
104
|
42
|
2086
|
Sesudah
|
33
|
74.15
|
72.00
|
54
|
18.388
|
112
|
50
|
2447
|
Sebelum melakukan tindakan
untuk penelitian perlu dilakukan uji keseimbangan rata-rata terhadap
sampel-sampel yang dipilih. Pengujian keseimbangan rata-rata ini dilakukan
terhadap skor motivasi awal sebelum pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui
apakah kedua kelompok dalam keadaan seimbang baik dalam motivasi dan kemampuan.
Dari perhitungan uji keseimbangan rata-rata menghasilkan :
Tabel. Uji Keseimbangan
Jenis yang diuji
|
t hitung
|
t –tabel
|
Sig
|
Keputusan
|
Uji Keseimbangan
Motivasi
|
1.208
|
t < -2.00 atau t > 2.00
|
0,236
|
Ho Diterima
|
Uji Keseimbangan
Karakter
|
0,403
|
t < -2.00 atau t > 2.00
|
0.689
|
Ho Diterima
|
Dari tabel diatas, untuk uji
keseimbangan motivasi diperoleh t hitung =1.208 bukan elemen dari daerah kritik
(t < -2.00 atau t > 2.00) karena 1.208 > -2,00 dengan tingkat
signifikasi 0,236> 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi
awal antara kelompok kelas yang menggunakan metode pembelajaran CTL dan kelas yang menggunakan Metode pembelajaran
konvensional seimbang artinya populasi
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan tingkat motivasi
belajar yang sama.
Selanjutnya untuk uji
keseimbangan karakter awal diperoleh t hitung =0.403 bukan elemen dari daerah
kritik (t < -2.00 atau t > 2.00) karena 0.403 > -2,00 dengan tingkat
signifikasi 0,689 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter
awal antara kelompok kelas yang menggunakan metode pembelajaran CTL dan kelas yang menggunakan Metode
pembelajaran konvensional seimbang. artinya populasi pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol mempunyai karakter yang sama.
Prosedur
uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis uji-t dengan taraf signifikasi
0,05. Hasil rangkuman analisis uji t tampak pada tabel dibawah ini:
Tabel Uji Hipotesis.
Variabel
|
thitung
|
ttabel
|
Sig
|
Keputusan uji
|
Motivasi Belajar
|
4.743
|
t < -2.00 atau t > 2.00
|
0.221
|
H1 diterima
|
Karakter
|
6,829
|
t < -2.00 atau t > 2.00
|
0.833
|
H1 diterima
|
Berdasarkan
hasil analisis uji t pada tabel rangkuman diatas tampak bahwa :
a.
Pada variabel motivasi belajar, tampak bahwa harga
statistik uji t hitung = 4,743 merupakan elemen dari daerah kritik (t <
-2,00 atau t > 2,00) dimana 4,743 > 2,00
dengan tingkat signifikasi 0.217, maka Ho ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran CTL pada kelompok eksperimen terhadap motivasi belajar. Adapun
pengaruhnya adalah lebih baik.
b.
Pada pembentukan karakter, tampak bahwa harga statistik
uji t hitung = 6.829 merupakan elemen dari daerah kritik (t < -2,00 V t >
2.00) dimana 6.829 > 2,00 dengn tingkat signifikasi 0.833, maka Ho ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pembelajaran yang
menggunakan metode pembelajaran CTL pada kelompok eksperimen terhadap
pembentukan karakter. Adapun pengaruhnya adalah lebih baik.
Selanjutnya
dari deskripsi data skor motivasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti dirangkum pada tabel dapat dilihat
bahwa pada kelas eksperimen sebelum pembelajaran berlangsung dengan jumlah
siswa 33 orang, diperoleh bahwa mean =
68,83; median = 71.00; modus = 78; standar deviasi = 11.439; nilai maksimal =
80; nilai minimum = 44; jumlah nilai = 2271. Sesudah pembelajaran berlangsung,
diperoleh bahwa mean = 57.06; median = 50.00; modus = 51; standar deviasi =
13.393, nilai maksimal = 81; nilai minimum = 41; jumlah nilai = 1883.
Sedangkan
pada kelas kontrol sebelum pembelajaran dengan jumlah siswa 33 orang, diperoleh bahwa
mean = 73.33; median = 74; modus = 89; standar deviasi = 12.381; nilai maksimum
= 99; nilai minimum = 48; jumlah nilai = 2387. Sesudah pembelajaran
berlangsung, diperoleh bahwa mean = 70.39; median = 73.00; modus = 51; standar
deviasi = 12.450; nilai maksimum = 94; nilai minimum = 48; jumlah nilai = 2323.
Untuk
deskripsi data skor karakter siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol seperti dirangkum pada tabel dapat dilihat bahwa
pada kelas eksperimen sebelum pembelajaran berlangsung dengan jumlah siswa 33
orang, diperoleh bahwa mean = 65.18;
median = 62.00; modus = 45; standar deviasi = 18.714; nilai maksimum = 114;
nilai minimum = 45; jumlah nilai = 2151. Sesudah pembelajaran berlangsung,
diperoleh bahwa mean = 100.36; median = 103.00; modus = 103; standar deviasi =
11.489; nilai maksimum = 119; nilai minimum = 65; jumlah nilai = 3312. Pada
kelas kontrol sebelum pembelajaran diperoleh bahwa mean = 63.21; median =
61.00; standard deviasi = 18.803; nilai maksimum = 104; nilai minimum = 42;
jumlah nilai = 2086. Sesudah pembelajaran berlangsung diperoleh bahwa mean =
74.15; median = 72.00; modus = 54; standard deviasi = 18.388; nilai maksimum =
112; nilai minimum = 50; jumlah nilai = 2447.
Dari hasil uji keseimbangan rata-rata
seperti dirangkum pada tabel diperoleh bahwa kedua sampel memang memiliki
kemampuan awal yang sama baik dari segi tingkat karakter maupun motivasi
belajar. Dengan hasil analisis datanya, untuk uji keseimbangan motivasi diperoleh t
hitung = 1,208 bukan elemen dari daerah kritik (t < -2.00 atau t > 2.00)
karena 1,208 > 2,00 dengan tingkat signifikasi 0, 236 > 0,05.
Sedangkan untuk uji keseimbangan
karakter awal diperoleh t hitung = 0,403 bukan elemen dari daerah kritik (t
< -2.00 atau t > 2.00) karena 0,403 > 2,00 dengan tingkat signifikasi
0,689 > 0,05.
PEMBAHASAN
Selama ini pembelajaran PKn di SMK Negeri 1
Tebing Tinggi menggunakan metode konvensional sehingga tingkat motivasi
siswa selama mengikuti pembelajaran berlangsung terasa sangat kurang
bersemangat sehingga turut mempengaruhi
karakter siswa. Pada kelompok kontrol ini metode pembelajaran yang digunakan
adalah metode konvensional yang telah biasa dilakukan selama ini, dimana diawal
pembelajaran guru mencoba untuk memotivasi siswa secara verbal. Selanjutnya
menyampaikan materi secara langsung dengan kemudian menugaskan siswa untuk
merangkum hasil dari pembelajaran tersebut. Siswa cenderung hanya datang, duduk
dan diam selama pembelajaran berlangsung atau bahkan bagi beberapa anak
pembelajaran terasa membosankan sehingga cenderung bertingkah negatif.
Untuk itulah peneliti mencoba melakukan penelitian ini dengan
mencoba merubah metode pembelajaran pada kelas eksperimen menjadi menggunakan
metode pembelajaran contextual teaching
learning sedangkan pada kelas kontrol tetap menggunakan metode pembelajaran
konvensional, dengan beberapa variabel yang terkontrol yaitu dimana materi yang
dipelajari, soal test instrumen dan guru
adalah sama. Sedangkan variabel yang
tidak terkontrol meliputi waktu belajar siswa diluar jam sekolah dan pengaruh
lingkungan diluar sekolah. Pada kelas yang menjadi kelas eksperimen,
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran contextual teaching learning. Diawal pembelajaran
berdoa terlebih dahulu, kemudian guru menampilkan sejenak gambar-gambar yang
bisa membuat tersentuh perasaan siswa untuk membentuk karakternya, kemudian
memulai materi pembelajaran dengan
pencarian materi melalui internet dengan bekerja secara berkelompok.
Selanjutnya setelah penggunaan Internet untuk menggali materi dan kemudian
mempresentasekan hasil dari kerja kelompok tersebut.
Penerapan
pembelajaran metode CTL ini dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Guru merencanakan
secara matang skenario pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan
sehingga dapat mengubah peran guru dari teacher
centered menjadi student oriented. Hal terakhir yang sangat mendasar
dalam metode pendidikan karakter adalah keteladanan. Tumpuan pendidikan
karakter berada pada guru sebagai character educator. Konsistensi dalam
mengajarkan pendidikan karakter tidak sekedar melalui apa yang dikatakan
melalui pembelajaran di dalam kelas, melainkan nilai itu juga tampil dalam diri
sang guru, dalam kehidupan nyatanya di luar kelas. Karakter guru akan sangat
berpengaruh terhadap kepribadian siswa. Bahkan bukan hanya guru, metode ini
mengandaikan semua orang dewasa dalam komponen sekolah seperti kepala sekolah,
karyawan, penjaga sekolah, pengurus perpustakaan, petugas kebersihan, dan
lain-lain adalah model-model karakter. Melalui metode ini diharapkan siswa
menemukan lingkungan nyata di mana nilai-nilai etika dipegang teguh dan
karakter tumbuh. Aristoteles menyatakan bahwa seseorang yang baik tidak hanya
mempunyai satu kebajikan, Sikap dan tindak tanduk orang tersebut adalah panduan
moralitas dalam segala hal. Kebajikan itu harus terpancar dari samanya ucapan,
sikap, dan perbuatan atau harmoninya antara moral knowing, moral feeling, dan
moral action dalam pengertian bahwa seseorang yang berkarakter itu mempunyai
pikiran yang baik ( thinking good ),
memiliki perasaan yang baik ( feeling
good ), dan juga berperilaku yang baik (
acting good ). Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan
anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak
pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan
emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
sebagainya. Daniel Goleman mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan emodional
dan social dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual
hanyalah 20% saja. Akhirnya dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua
potensi kecerdasan anak -anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan
karakternya, diharapkan anak-anak bangsa dimasa depan akan memiliki daya saing
yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan banga-bangsa lain di
dunia yang semakin maju dan beradab.
SIMPULAN
Dari hasil
penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Contextual Teaching Learning memiliki pengaruh lebih baik dari
pembelajaran yang menggunakan metode konvensional terhadap motivasi belajar
PKn. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan jumlah nilai motivasi
setelah pembelajaran, kelas yang menggunakan metode pembelajaran CTL lebih
tinggi dari kelas yang menggunakan metode konvensional. Dengan jumlah nilai
untuk motivasi belajar bagi kelas eksperimen 1883, sedangkan jumlah nilai
motivasi kelas control 2323. (2) Pembelajaran menggunakan metode CTL memiliki
pengaruh lebih baik dari pembelajaran yang menggunakan metode konvensional
terhadap pembentukan karakter siswa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nilai
karakter setelah pembelajaran. Kelas yang menggunakan metode pembelajaran CTL
lebih tinggi dari kelas yang menggunakan metode pembelajaran Konvensional,
dengan jumlah nilai karakter kelas yang menggunakan metode pembelajaran CTL
3312, sedangkan kelas yang menggunakan media metode pembelajaran konvensional
jumlah nilai 2447.
Berdasarkan kesimpulan diatas
terlihat bahwa penerapan metode pembelajaran CTL berpengaruh dalam meningkatkan karakter siswa,
hal ini terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan daripada metode
konvensional yang diterapkan selama ini.
Penerapan metode pembelajaran CTL
juga mempengaruhi peningkatan motivasi
belajar PKn. Hal ini terlihat dari tingkat kerjasama dan keaktifan siswa,
menyampaikan pendapat dan bertanya dalam kegiatan belajar mengajar, memudahkan
siswa dalam memahami materi pelajaran, dan dapat menambah semangat belajar.
Selanjutnya penerapan metode
pembelajaran CTL dapat menuntun
siswa lebih mengimplementasikan nilai-nilai karakter.
SARAN
Dengan
berhasilnya penerapan metode pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) ini disaranka guru PKn utamanya dapat mencoba
menggunakan metode pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) juga pada guru-guru mata pelajaran yang lain untuk
pembentukan karaktek siswa. Metode pembelajaran CTL ini dapat diusulkan untuk
diterapkan oleh sekolah-sekolah melalui dinas pendidikan dalam rangka perbaikan
karakter siswa secara keseluruhan. Dan kepada Pemerintah dalam hal ini
Kemendiknas secepatnya membuat kurikulum untuk terlaksananya pembelajaran
Pendidikan karakter dan diharapkan dapat segera memberikan pelatihan-pelatihan
kepada semua elemen sekolah untuk
implementasi pendidikan karakter. Mudah-mudahan “ Pendidikan Karakter untuk keberadaban Bangsa”sesuai
tema peringatan hari pendidikan nasional 2010 yang lalu dapat terealisasi dan
sesuai yang diharapkan sehingga tercipta Insan Cerdas yang Berkarakter (Intellegence plus Character), dan
seluruh komponen bangsa : pemerintah, legislatif, yudikatif, penegak hukum,
swasta dan masyrakat harus bertekad kuat memperbaiki karakter bangsa melalui
perannya masing-masing. Sehingga akhirnya cita-cita bangsa Indonesia menjadi
Negara yang besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya ditengah-tengah
bangsa di dunia bisa terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, 2008, Pengertian Pendekatan Strategi, Metode, Tehnik dan Model Pembelajaran.
[Online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [31
juli 2011]. 11.15 wib.
Akhmad Sudrajat, 2010, Konsep Pendidikan Karakter. [Online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com [23 maret 2011]. 9.13 wib
Bandono, 2008,
Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. [Online].
Tersedia: http://Bandono.web.id/.
[31 Juli 2011].
Dimyati dan
Mujiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran.
Asdi Mahasatya: Jakarta.
Kemendiknas, 2010, Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum : Jakarta
Minarni, 2009, Upaya Peningkatan Hasil Belajar PKN Model
Pembelajaran PBL Siswa kelas X MAN 1 Model Kota Bengkulu. [Online].
Tersedia: http://man1-modelbengkulu.sch.id/ [31 Juli 2011].
Riyanto,
2010, 4 Model Penerapan Pendidikan
Karakter di Sekolah antara Otonomi, Integrasi, Suplemen dan Kolaborasi.
[Online] Tersedia: http ://riyantosma9yk.wordpress.com. [31 juli 2011].
12.06 wib
Sudrajat, A , 2010, Apa itu
karakter. [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [23/03/2011].
Sutisna,
2010, Artikel-Artikel Pendidikan /Pengertian
Motivasi Belajar [online] Tersedia :
http://sutisna.com. [23/03/2011]. 11:36 Wib.
Subagio, 2010, Pendidikan karakter di sekolah. [online]
Tersedia : http://Subagio-subagio-blogspot.com/2010-07-01-archive.html. [29/03/2011]. 00.55 wib
Sardiman A.M, ( 2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajagrafindo
Persada : Jakarta.
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. [online]. Tersedia:
DATA
DIRI PENULIS
NAMA
:
ANDRIATI HASIBUAN, S.Pd
JENIS
KELAMIN :
PEREMPUAN
ALAMAT : Jl.
KF.TANDEAN Gg. BUNGA LAWANG
No.23 KEL. BANDARSAKTI KEC. TEBING
TINGGI KOTA
TEBING TINGGI – SUMATERA UTARA
NO.HP :
081264362111
No comments:
Post a Comment