Dr. I.H. Wenno,
S.Pd, M.Pd
Abstrak:
Tujuan penelitian adalah untuk
mengembangkan produk strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen
autentik pada siswa, meneliti kualitas strategi pembelajaran sains berbasis
konteks dan asesmen, mengetahui dampak strategi pembelajaran sains berbasis
konteks dan asesmen autentik yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan
prestasi siswa. Tipe penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan dengan model
pengembangan yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Tahap-tahap pengumpulan
data terdiri dari need assessment, pengembangan
hasil need assesment, berupa penyusunan desain model pembelajaran termasuk penyusunan panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa, penyusunan panduan model asesmen
autentik melalui uji unjuk kerja, dan validasi
ketiga produk. Instrumen untuk pengumpulan data berupa rubrik
unjuk kerja, instrumen kompetensi guru sains, minat siswa terhadap sains (aspek
afektif), sikap ilmiah siswa terhadap
sains (aspek afektif), dan kemampuan siswa memecahkan masalah sains (aspek
kognitif dan psikomotor).Teknik pengumpulan data
menggunakan angket, observasi, wawancara dan tes. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis data diskriptif kuantitatif dengan MANCOVA
(multivariate analysis of covariance),
dan deskriptif kualitatif dilanjutkan dengan uji pengaruh/perbedaan strategi
pembelajaran sains berbasis konteks dan asesmen autentik. Hasil analisis
kebutuhan menunjukan bahwa dari segi sarana prasarana dalam pembelajaran sains
SMP di Provinsi Maluku masih kurang. Dari segi proses pembelajaran, guru sains
masih belum kreatif, model pembelajaran dan penilaian yang digunakan masih
menggunakan model lama yang konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar sains siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran sains berbasis
konteks dan asesmen autentik sangat baik, bila dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran dan penilaian yang konvensional.
Kata-kata kunci: Strategi pembelajaran sains
berbasis konteks, dan asesmen autentik
SCIENCE TEACHING STRATEGY DEVELOPMENT BASE ON CONTEXTUAL AND AUTHENTIC ASSESMENT
MODELS OF STUDENTS ON JUNIOR HIGH SCHOOLS AT MOLLUCAS PROVINCE
Dr. I.H. Wenno,
S.Pd, M.Pd
Abstract:
The aim of this research was to
develop the products of science learning strategy base on contex and authentic
assesment, to investigate the effect of science learning strategy base on
contexl and authentic assesment towards the student learning increase. Research
type was research and development (R and D) with models developed by Borg & Gall. The first step was need assessment, development of need
assesment results include the learning models design, science
learning strategy base on contex and authentic assesment methodes based on students characterisation,
and followed by authentic assesment models and validation of the products. The
instruments used in this research were work sheets paper, science teacher
competence instruments, students interest in science, scientific attitude of
students, and problem solving students
abillity. The data was collected by quistionaire, talkative, and test. The data
was collected analysed using quantitative discriptif by multivariate analysis
of covariance (MANCOVA), and qualitative discriftif with followed by test of
diference of science learning methodes. The
need assesment towards the facility of learning results shows that there was so
much equipments of learning and teaching process must be added. On the other
side the models used by teacher include
assesment was the old models. The results of this research shows that the
physycs science teaching of students with science teaching methodes and
authentic assesment is very good compare wih the old and convensional models
used by teachers.
Keywords: Contex science learning strategy, and autentic
assessment
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembangunan bidang pendidikan di
Provinsi Maluku telah digariskan dalam rencana strategis pembangunan pendidikan
yaitu membangun kembali infrastruktur pendidikan yang hancur atau rusak akibat
pertikaian dan mendorong peningkatan kualitas dunia pendidikan di Maluku
melalui pengembangan berbagai perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware),
dan institusi yang diperlukan, sehingga dapat menciptakan lulusan yang memiliki
kemampuan bersaing yang handal.
Secara
umum, hasil UN di Maluku masih rendah (kelulusan tahun 2009 sampai sekarang) Gambaran di atas menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran di sekolah di Provinsi Maluku
perlu ditingkatkan, termasuk di dalamnya strategi mengajar sains. Strategi mengajar sains adalah tindakan
guru melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus
pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa dengan menerapkan berbagai metode, pendekatan, model dan
media pembelajaran yang berhubungan dengan tiga unsur, yaitu kreativitas, bahan
ajar/bahan kajian, dan keterampilan proses sains. Dalam penerapan strategi
mengajar sains dan asesmen autentik di sekolah saat ini guru sains belum
memberi kesempatan yang optimal kepada
siswa untuk dapat mengembangkan kreativitasnya dan bagaimana menilai kompetensi
siswa dalam proses pembelajaran sains tersebut. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor misalnya: (1) gaya mengajar guru sains yang selalu menyuruh
siswa untuk menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep
tersebut; (2) pembelajaran sains umumnya banyak dilakukan dengan cara menghafal
dan sangat minim dengan kerja laboratorium; (3) masih banyak guru sains yang
berpendapat bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang
konsep-konsep sains; (4) soal-soal ujian semester dan akhir kurang memotivasi
siswa berpikir kreatif, karena soal-soal yang diajukan hanya dititik beratkan
pada aspek kognitif yang umumnya instrumen berbentuk tes pilihan ganda, dan (5)
fasilitas sekolah untuk menopang siswa mengembangkan kreativitasnya, terutama
yang berkaitan dengan perkembangan sains dan teknologi umumnya kurang memadai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana mengembangkan strategi mengajar sains berbasis konteks dan model
asesmen autentik pada siswa SMP/MTs kelas VII di Provinsi Maluku?
2.
Seberapa besar kualitas strategi mengajar sains berbasis konteks, dan model
asesmen autentik yang telah dikembangkan pada siswa SMP/MTs Kelas VII di
Provinsi Maluku?
3.
Seberapa besar dampak dari pengembangan strategi mengajar sains berbasis
konteks, dan model asesmen autentik yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan
prestasi siswa dan guru sains SMP/MTs di Provinsi Maluku?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang
akan dilaksanakan ini secara
rinci bertujuan untuk:
1.
Mengetahui strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan model asesmen
autentik pada siswa SMP/MTs kelas VII di Provinsi Maluku
2.
Mengetahui kualitas strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model
asesmen autentik yang telah dikembangkan pada siswa SMP/MTs Kelas VII di
Provinsi Maluku?
3.
Mengetahui dampak dari pengembangan strategi pembelajaran sains berbasis
konteks, dan model asesmen autentik yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan
prestasi siswa dan guru sains SMP/MTs di Provinsi Maluku?
D. Spesifikasi Produk yang
Dikembangkan
Produk
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebuah strategi mengajar sains
berbasis konteks, dan model asesmen autentik dalam bentuk buku panduan pada
siswa SMP/MTs kelas VII di Provinsi Maluku, yaitu tindakan
guru melaksanakan rencana, dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus
pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa yang
dikombinasi dengan berbagai metode, pendekatan, model, dan media pembelajaran
didasarkan pada karakteristik siswa yang didesain dari perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran berbasis kontekstual dan asesmen autentik yang dapat memberikan
informasi secara tepat, serta terarah dalam peningkatan kualitas mengajar guru
sains dan kemampuan siswa memecahkan masalah sains di sekolah.
BAGIAN II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Mengajar Sains Berbasis Konteks
Strategi mengajar adalah tindakan guru
melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada
pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa (goal oriented and student center).
Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan,
pendekatan, model pembelajaran, metode dan media, serta asesmen dan tindakan
lanjut) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Atau dapat dikatakan strategi sebagai sesuatu yang dipelajari dan
dimodifikasi dalam berbagai bentuk teknik pembelajaran, sehingga membuat
suasana mengajar yang humanis sesuai dengan karakteristik siswa (Heather, 1999:
5).
Lebih lanjut dikatakan oleh Kidsvatter et al., (1996: 196) bahwa strategi
formal yang dikembangkan berdasarkan penelitian pembelajaran yang efektif
dan menekankan pada hasil belajar yang
lebih tinggi adalah: a) pembelajaran aktif: fokus akademik, pembelajaran
diarahkan oleh guru dengan menggunakan bahan yang terstruktur
dan berurutan, b) pembelajaran masteri (pembelajaran tuntas): suatu pendekatan
diagnostik individu pada pembelajaran di mana siswa melakukan pembelajaran dan
diuji sesuai dengan kecepatannya untuk mencapai kompetensi,
dan c) pembelajaran kooperatif: penggunaan tutor sebaya, pembelajaran bersama,
dan kerjasama untuk mendorong siswa belajar.
Dengan demikian strategi mengajar pada
intinya adalah tindakan nyata atau praktek guru melaksanakan pembelajaran melalui
cara tertentu, yang dinilai lebih efektif, terarah, dan lebih efisien. Dengan
kata lain strategi mengajar adalah teknik yang digunakan dalam
melaksanakan/praktek mengajar di kelas. Oleh karena itu mengajar seharusnya
diartikan sebagai menciptakan situasi, kondisi, dan kemudahan, memberi
pengarahan dan bimbingan yang mengantar siswa melakukan sederetan proses secara
berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mendefenisikannya, bukan
menginformasikan pengetahuan secara verbal untuk diterima dan dihafal.
Menurut Blanchard (2005: 6), pembelajaran kontekstual
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen
autentik. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses
pembelajarannya. Adapun hubungan antar komponen pembelajaran sains berbasis
kontekstual.
Carin and Sund (1990: 2),
dalam bukunya: Teaching Modern Science,
menyatakan:
.........science
is a human activity that has evolved as an intellectual tool to facilitate
describing and ordering the environment. Once one accepts the idea that science does not exist in any other
realm but the mind, it ceases to be “ thing”, an entity with its own existence.
Though scientific truth or fact is ideally objective, it is subject to human
perception and logic......As a method, science is relatively stable and
universally applied, while as body knowledge, it is constantly changing.
Sains sebagai proses juga
dapat meliputi kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir,
dan seperangkat prosedur. Sementara nilai-nilai sains berhubungan dengan
tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, manfaat sains untuk sains dan
kehidupan manusia, serta sikap dan tindakan (misalnya, keingintahuan,
kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, hemat, dan pengambilan
keputusan). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3.
Hubungan antara fenomena investigasi, proses santific, dan prodak
santific (Carin & Sund, 1990:3)
C. Penerapan Strategi
Mengajar Sains
Penerapan strategi mengajar sains
adalah tindakan guru melaksanakan rencana dan melaksanakan proses pembelajaran
yang terfokus pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan terfokus pada
siswa dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dalam penerapan strategi
mengajar sains, guru sains perlu memperhatikan kurikulum, karakteristik siswa,
lingkungan belajar dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu,
peranan strategi mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan
belajar yang humanis dan demokratis. Dengan strategi mengajar berbasis
kontekstual ini diharapkan berkembangnya berbagai kegiatan belajar siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Strategi mengajar juga dapat
dikatakan sebagai suatu tindakan yang dipakai oleh guru dalam kelas dan
laboratorium yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir tentang masalah yang di
hadapi dalam proses belajar mengajar sains. Hal ini di lakukan karena strategi
mengajar dapat membantu guru sains dan siswa secara bersama-sama dalam proses
belajar dan mengajar (Muhibbin, 2000).
Dalam
strategi mengajar, guru sains dapat menerapkan berbagai metode, pendekatan,
model dan media pembelajaran, misalnya; metode ceramah dialogis, metode cerdas,
metode tanya jawa, metode diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode
demonstrasi dan eksperimen, metode POEI, dan metode kerja kelompok, pendekatan discovery dan pendekatan pemecahan
masalah dan model pembelajaran creative
problem solving (CPS) yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, dan
materi yang akan diberikannya.
D. Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Sains
Target pembelajaran sains
ini selain mengembangkan aspek kognisi juga meningkatkan keterampilan proses,
sikap, kreativitas dan kemampuan aplikasi konsep (Yager, 1996:9). Mengingat
antara belajar dan penilaian mempunyai hubungan yang erat, maka agar siswa
terdorong untuk mengembangkan daya kreasi dan keterampilan berpikirnya
hendaknya penilaian yang dilakukan tidak hanya ditujukan pada aspek penguasaan
konsep saja, namun perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap proses belajar
siswa atau aktivitas siswa, karya siswa, dan sikap siswa. Instrumen penilaian
yang dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa tersebut adalah menggunakan
asesmen autentik. Asesmen autentik
menuntut tertampilkannya kompetensi dan kreativitas serta inisiatif yang lebih
luas dari diri siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Niddhi Khattri dkk.
(1995: 80), bahwa penilaian terhadap berbagai aspek kinerja siswa memiliki
pengaruh positif di kelas, karena melengkapi guru dengan acuan pedagogis yang
membantu mengembangkan teknik instruksional yang efektif. Penilaian juga
menyediakan informasi secara komprehensif mengenai kemajuan belajar siswa
termasuk kekuatan dan kelemahannya.
Arends (1997: 284)
menyatakan bahwa asesmen autentik berkaitan dengan penilaian penampilan siswa
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata. Menurut Glencoe
(1999: 1) asesmen autentik adalah
proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa kompetensi telah
benar-benar dikuasai. Adapun prinsip-prinsip penilaian autentik, yaitu: a)
proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran, b). Penilaian
harus mencerminkan masalah dunia nyata
bukan masalah dunia sekolah, c). penilaian harus menggunakan berbagai
ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guru,
siswa dan esensi pengalaman belajar, d) penilaian harus bersifat holistik yang
mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif dan
sensori-motorik).
BAGIAN III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian dan pengembangan (R&D). Dalam penelitian ini, akan dikembangkan
strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan asesmen autentik, yang
merupakan tindakan guru melaksanakan rencana, dan
melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang
berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa. Penelitian ini
dilaksanakan bertahap dan berkesinambungan selama 3 tahapan, dengan
langkah-langkah seperti yang diuraikan di bawah ini:
Tahap I (Investigasi Awal)
Pada
tahapan ini terlebih dahulu dilakukan need
assessment dengan menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang tujuannya adalah :
a) Mengidentifikasi desain
pembelajaran sains (perangkat pembelajaran: silabus dan RPP) yang digunakan.
b) Mengidentifikasi kualitas
mengajar guru sains.
c) Mengidentifikasi pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas dan laboratorium saat ini oleh guru sains SMP/MTs.
d) Mengidentifikasi pendekatan,
alat peraga, media dan model pembelajaran di kelas dan laboratorium yang
digunakan.
e) Mengidentifikasi
sarana-prasarana pembelajaran sains (laboratorium).
f) Mengidentifikasi dampak
implementasi penerapan strategi
pembelajaran sains di kelas dan laboratorium.
g) Mengidentifikasi model-model
penilaian yang digunakan dalam menilai keterampilan dalam proses pembelajaran
sains di kelas dan di laboratorium.
h) Mengidentifikasi cara belajar
siswa dalam pembelajaran sains di kelas dan laboratorium.
Tahap II (Pengembangan
Desain)
Pada
tahap kedua ini dilakukan pengembangan
hasil penelitian tahapan pertama, yakni penyusunan dan rancangan desain yang
langkah-langkahnya adalah seperti berikut ini:
a) Menyusun strategi mengajar
sains berbasis kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Produk
berupa strategi mengajar sains berbentuk buku panduan.
b) Menyusun model asesmen
autentik melalui uji unjuk kerja.
c) Validasi kedua produk tersebut di atas dengan
melibatkan para ahli (expert), yaitu;
(1) ahli penelitian R & D, (2) strategi mengajar, (3) belajar dan
pembelajaran, (4) ahli pengukuran dan (5) desain (rancangan), sehingga ketiga
produk tersebut memiliki validitas isi dan
validitas konstruk yang bisa
dipertanggung jawabkan.
Tahap III (Implementasi)
Pada tahap ini akan dilaksanakan uji coba
(eksperimen) tentang: (1) produk I; strategi mengajar
sains berbasis kontekstual, dan (2) produk II; model asesmen autentik.
Hasil penelitian yang diharapkan adalah :
a) Panduan strategi mengajar
sains berbasis kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa pada
SMP/MTs di Provinsi Maluku.
b) Panduan model asesmen autentik
melalui uji unjuk kerja.
2. Prosedur Pengembangan
Adapun pengembangan dan validasi
strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan asesmen autentik, dapat
dilihat pada Gambar 4.
|
|
|
Keterangan Gambar:
|
Gambar 4.
Diagram Alur Uji Strategi Pembelajaran
Sains dan Model Asesmen Autentik
Pada studi pendahuluan disusun desain strategi pembelajaran
sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang didasarkan pada kajian
beragam teori, dan survei lapangan yang berkaitan dengan konsep dan tujuan
pembelajaran sains di SMP/MTs. Setelah desain dibuat berbentuk buku panduan,
maka desain tersebut divalidasi oleh para ahli (expert judgement), yakni: (1) penelitian, dan pengembangan, (2)
belajar dan pembelajaran, (3) instrumen penelitian, (4) pengukuran, dan
penilaian pendidikan dilanjutkan
dengan uji coba, analisis, dan implementasi pengembagan strategi mengajar sains
berbasis kontekstual dan model asesmen autentik.
Untuk lebih jelasnya diagram alur uji strategi
mengajar sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik dapat dijelaskan di
bawah ini:
a. Model Awal (Produk I)
Pengembangan model awal
dimulai dengan mengembangkan produk awal berdasarkan analisis kebutuhan (need assesment) dari hasil penelitian
tahap pertama (studi deskriptif dan kajian konseptual), serta strategi pembelajaran
sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang dikembangkan mencakup
identifikasi tujuan asesmen, identifikasi kompetensi sains, materi sains,
meliputi kompetensi pemahaman konsep, penerapan dan kemampuan memecahkan
masalah sains.
b. Model Utama (Produk II)
Model utama adalah model pengembangan dari model
awal setelah mendapatkan masukan dari ahli ilmu sains, dan ahli ilmu penilaian.
Pada model utama, hasil penilaian para ahli (lembaran penilaian kualitas buku
panduan) dilakukan untuk mengadakan perbaikan terhadap model yang dikembangkan,
dilihat dari ketepatan isi (substansi), keterbacaan, kemenarikan, serta untuk
mendapatkan legitimasi dari pihak yang terkait bidang keilmuan.
c. Model Operasional (Produk
III)
Model operasional adalah
model pengembangan dari model utama setelah mendapatkan masukan dari guru dan siswa yang nantinya
akan menggunakan buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan
model asesmen autentik.
d. Model Teruji (Pruduk IV)
Model teruji adalah
tahapan pengembangan dari model operasional setelah dilakukan uji kelayakan dan
uji lapangan kepada siswa dan guru dengan cara simulasi di dalam kelas. Uji
lapangan dilakukan dalam bentuk penerapan strategi mengajar sains berbasis
konteks, dan model asesmen autentik oleh peneliti dan guru untuk melakukan penilaian
kepada siswa dalam proses pembelajaran sains di kelas dan laboratorium.
e. Model Akhir (Produk V)
Model Akhir adalah model
yang sudah teruji, kemudian diimplementasikan di dalam kelas dan laboratorium
yang sesungguhnya dan diuji keefektifan dan keterlaksanaannya. Kefektifan yang
diuji adalah keefektifan dalam peningkatan pemahaman sains, kemampuan siswa
memecahkan masalah sains, sikap siswa terhadap sains, dan minat siswa belajar
sains. Perlakuan dilakukan selama satu semester.
f. Tahap Pengujian
Keefektifan dan Keterlaksanaan Model
Setelah produk IV,
strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik
lengkap (baik) melalui proses pengembangan, selanjutnya dilaksanakan uji
keefektifan. Tahap pengujian keefektifan, dan keterlaksanaan model dilakukan
dengan penelitian kuasi eksperimen. Keefektifan yang diuji adalah keefektifan
dalam peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah sains, sikap siswa
terhadap sains, dan minat siswa terhadap sains. Perlakuan dilakukan selama satu
semester.
Dalam uji keefektifan
model teruji, digunakan penelitian kuasi eksperimen yang secara skematis
digambarkan sebagai berikut:
O1 X1 O2
O3 X2 O4
Gambar 5. Desain: Pretest-Postest Control Group Design
(Uji Keefektifan Produk)
Keterangan:
O1 = Uji awal
pada kelompok perlakuan.
O2 = Uji akhir pada kelompok perlakuan.
O3 = Uji awal pada kelompok kontrol.
O4 = Uji akhir pada kelompok kontrol.
X1 =
Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan model asesmen
autentik.
X2 = Proses pembelajaran dan asesmen
konvensional.
C. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba IV
(Produk Teruji)
Uji coba dimaksudkan untuk memperoleh data secara
lengkap yang dapat digunakan sebagai bahan revisi produk IV. Aspek yang
divalidasi dalam tahap uji coba meliputi: pengembangan strategi pembelajaran
sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik.
2. Subjek Uji Coba Produk IV
Subjek uji coba atau responden yang terlibat dalam
penelitian ini terdiri dari siswa SMP/MTs kelas VII dan guru sains. Pemilihan
subjek uji coba pada masing-masing tahap didasarkan karakteristik dan jumlah
subjek uji coba. Artinya, penentuan subjek uji coba pada tahap pertama ke tahap
berikutnya, ragam karakteristik dan jumlahnya semakin meningkat. Subjek
penelitian ini tersebar di 2 Kabupaten di Provinsi Maluku, yakni, Kabupaten
Seram Bagian Barat (SBB) (4 Sekolah), yakni; SMP Negeri 1 Kairatu, SMP Negeri 4
Kairatu, MTs Waimital, SMP 5 Kairatu, SMP Negeri 1 Seram Barat, SMP Kristen
Seram Barat dan Kota Ambon (2 Sekolah),
yakni; SMP Negeri 7 Ambon dan SMP Negeri
8 Ambon. Adapun jumlah subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Subjek Penelitian pada 2 Kabupaten
di Provinsi Maluku
Subjek Penelitian
(Kabupaten Seram Bagian Barat)
|
Subjek Penelitian
(Kota Ambon)
|
Total
|
|||
Guru Sains
|
Siswa
|
Guru Sains
|
Siswa
|
Ã¥SG
|
Ã¥SS
|
24
|
90
|
9
|
42
|
33
|
132
|
J u m
l a h
|
33
|
132
|
Keterangan:
- Kabupaten
Seram Bagian Barat (SBB)
1. SMP Negeri 1 Kairatu (22
siswa dan 6 orang guru)
2. SMP Negeri 4 Kairatu (18
siswa dan 6 orang guru)
3. SMP Negeri 5 Kairatu (15
siswa dan 4 orang guru)
4. MTs Waimital ( 15 siswa
dan 2 orang guru)
5. SMP 1 Seram Barat (10
siswa dan 4 orang guru)
6. SMP Kristen Seram Barat
(10 siswa dan 2 orang guru
- Kota Ambon
1. SMP Negeri 7 Ambon (21 siswa dan 5 orang guru)
2. SMP Negeri 8 Ambon (21 siswa dan 4 orang guru)
Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar peta Provinsi Maluku di bawah
ini:
Gambar 3.3.
Lokasi Penelitian pada Dua Kabupaten di Provinsi Maluku
BAGIAN IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil
Pembelajaran Sains
Setelah peneliti melakukan analisis kebutuhan, dan
penelitian tahap awal proses pembelajaran sains pada 8 sekolah yang tersebar pada 2 Kabupaten di Provinsi
Maluku, hasil pembelajaran sains bervariasi, ada yang tinggi, sedang dan
rendah dengan minat, sikap dan kemampuan
memecahkan masalah yang variatif juga. Dengan demikian peneliti mencoba untuk
mengembangkan sebuah strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model
asesmen autentik untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sains
dan kualitas hasil belajar siswa. Pengembangan strategi pembelajaran sains
berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang diterapkan dalam proses
pembelajaran sainsa mampu mengembangkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran sains, siswa dapat bekerja secara kooperatif, mampu mengajukan
pertanyaan, baik secara individual maupun secara kelompok di kelas dan
laboratorium, dan dapat menghasilkan suatu panduan yang spesifik sesuai dengan
pembelajaran sains di kelas dan laboratorium di Provinsi Maluku. Dari hasil uji
coba terbatas pada 4 sekolah diperoleh hasil, seperti Tabel 2 di bawah ini yang
menggambarkan nilai rata-rata, standar deviasi dari variabel-variabel penentu keefektifan
strategi mengajar sains berbasis konteks
dan model asesmen autentik.
Tabel. 2. Data Hasil Uji Coba
Terbatas
Kegiatan
|
Variabel
|
N
|
Rata-rata
|
Standar Deviasi
|
Nilai t hitung
|
df
|
t-tabel
|
Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
|
Sikap
|
13
20
33
|
84,46
103,85
96,21
|
8,100
8,56
12,68
|
42,12
|
31
|
1,70
|
Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
|
Minat
|
13
20
33
|
105,92
114,40
111,06
|
12,44
5,81
9,79
|
7,07
|
31
|
1,70
|
Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
|
KMMSF
|
13
20
33
|
15,77
16,00
15,91
|
2,49
1,97
2,16
|
2,08
|
31
|
1,70
|
Uji Coba 1
Uji Coba 2
Total
|
Kompetensi
Guru
|
13
20
33
|
150,46
169,50
162,00
|
30,30
12,48
22,92
|
6,35
|
31
|
1,70
|
Sumber: Data
Penelitian
Setelah peneliti melakukan uji coba terbatas pada
2 sekolah di Provinsi Maluku,
dilanjutkan dengan pengujian yang lebih luas pada 4 sekolah, yakni SMP Negeri
1 Kairatu, SMP Negeri 4 Kairatu, SMP Negeri 5 dan SMP Negeri 8 Ambon.
Data
hasil pengujian strategi mengajar sains-fisika berbasis kontekstual dan model
asesmen autentik pada SMP Negeri 1, SMP Negeri 4 Kairatu Kabupaten Seram Bagian
Barat (SBB) dan SMP Negeri 8 Ambon dengan jumlah siswa 132 siswa, ditunjukan
pada Tabel 3 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 3
terlihat bahwa pengujian dua kali, yaitu 3 dan 4. Model ini dapat
dinyatakan efektif apabila nilai uji coba ke-4 lebih besar dari uji coba ke-3.
Tabel 3. Data Uji Coba yang Lebih Luas pada SMP/MTs
di Provinasi Maluku
Kegiatan
|
Variabel
|
N
|
Rata-rata
|
Standar Deviasi
|
Nilai Min
|
Nilai Max
|
Nilai t hitung
|
df
|
t-tabel
|
Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
|
Sikap
|
88
132
220
|
80,00
99,49
91,32
|
7,30
8,23
12,44
|
67,00
82,00
67,00
|
98,00
121,0
121,0
|
42,12
|
218
|
2,00
|
Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
|
Minat
|
88
132
220
|
103,41
115,88
110,89
|
11,22
5,81
10,38
|
72,00
99,00
72,00
|
132,0
129,0
132,0
|
8,17
|
218
|
2,00
|
Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
|
KMMSF
|
88
132
220
|
14,72
15,58
15,23
|
2,55
2,00
2,27
|
8,00
10,00
8,00
|
19,00
19,00
19,00
|
7,82
|
218
|
2,00
|
Uji Coba 3
Uji Coba 4
Total
|
Kompetensi
Guru
|
13
20
33
|
165,40
178,68
162,00
|
30,35
12,44
22,92
|
101,0
147,0
101,0
|
196,0
195,0
196,0
|
6,35
|
30
|
2,02
|
Sumber: Data
Penelitian
Dari hasil penelitian di atas, dapat digambarkan
juga bahwa respon siswa dan guru sains terhadap produk strategi mengajar
sains-fisika berbasis konteks, dan model asesmen autentik dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Data Respon Siswa dan Guru Sains
No
|
Skor Respons Siswa dan
Guru Sains
|
Frekuensi
|
Kategori Respons Siswa dan Guru Sains
|
|
Siswa
|
Guru
|
|||
1.
2.
3.
4.
5.
|
> 72
54 - 71
36 - 53
18 – 35
< 18
|
56
38
20
12
6
|
11
5
4
-
-
|
Sangat Positif
Positif
Sedang
Negatif
Sangat Negatif
|
|
J u m l a h
|
132
|
20
|
|
2. Deskripsi Varibel Penentu Kualitas dan Dampak Prodak yang Dihasilkan
a. Variabel
Kompetensi Guru Sains
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap
kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian
menyangkut kompetensi guru sains yang berhubungan dengan tahap awal
pembelajaran, proses pembelajaran dan tahap asesmen dan tindakan lanjut pada 20
guru sains di SMP/MTs, dengan kualifikasi kompetensi dapat dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5.
Konversi Kompetensi Guru dalam Mengajar Sains di SMP/MTs
Interval Skor
|
Frekuensi
(f)
|
Presen
(%)
|
Klasifikasi Kompetensi
Guru dalam Mengajar
|
> 185
150 – 185
114 – 150
79 – 114
< 79
|
2
17
1
-
-
|
10,0
85,0
5,0
-
-
|
Sangat Efektif atau Sangat Kompeten
Efektif atau Kompeten
Cukup Efektif atau Sedang
Tidak Efektif atau Kompeten Rendah
Sangat Tidak Efektif/Tidak Kompeten
|
J u m l a h
|
20
|
100
|
|
Dari Tabel 5 di atas, lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk
diagram kompetensi guru sains-fisika dalam proses pembelajaran, seperti tampak
pada Gambar.1.
Gambar 1. Diagram Kompetensi Mengajar Sains di SMP/MTs
Rata-rata
nilai kompetensi guru sebesar 178,68, dan dapat dikatakan bahwa guru
sains-fisika di SMP/MTs Provinsi Maluku kompeten/efektif di dalam melaksanakan
proses belajar mengajar sains-fisika di kelas dan laboratorium.
b. Variabel Sikap Siswa
terhadap Sains-Fisika
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap
kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian
menyangkut sikap siswa terhadap sains-fisika dengan melibatkan 132 siswa di
SMP/MTs, dengan kualifikasi dapat dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Konversi Sikap Siswa terhadap Sains
Interval Skor
|
Frekuensi
(f)
|
Presen
(%)
|
Kualifikasi Sikap Siswa
terhadap Sains-Fisika
|
> 109
88 - 109
68 - 88
47 – 68
< 47
|
13
111
8
-
-
|
9,85
84,09
6,06
-
-
|
Sangat Positif atau Sangat Tinggi
Tinggi atau Positif
Cukup atau Sedang
Rendah/Negatif
Sangat Negatif atau Rendah
|
J u m l a
h
|
132
|
100
|
|
Dari Tabel 4.5 di atas, lebih jelanya dapat digambarkan dalam bentuk
diagram sikap siswa terhadap sains-fisika, seperti tampak pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram
Sikap Siswa terhadap Sains-Fisika di SMP/MTs
Rata-rata nilai sikap siswa terhadap
sains-fisika sebesar 99,49, dan dapat dikatakan sikap siswa SMP/MTs di Provinsi
Maluku positif di dalam proses belajar mengajar sains-fisika di kelas dan
laboratorium.
c. Variabel
Minat Belajar Sains
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap
kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian menyangkut
minat belajar sains-fisika dengan melibatkan 132 siswa di SMP/MTs, dengan
kualifikasi dapat dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Konversi Minat Belajar Sains
Interval Skor
|
Frekuensi
(f)
|
Presentase
(%)
|
Kualifikasi Minat
Belajar Siswa
|
> 126
102 - 126
78 - 102
> 54 - 78
< 54
|
3
128
1
-
-
|
2,27
96,97
0,78
-
-
|
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
|
J u m l a
h
|
132
|
100
|
|
Dari Tabel 7 di atas, lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk
diagram minat belajar sains-fisika, seperti tampak pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram
Minat Belajar Siswa
Rata-rata nilai minat belajar siswa sebesar
115,88, dapat dikatakan bahwa minat belajar siswa SMP/MTs di Provinsi Maluku
tinggi di dalam proses belajar mengajar sains-fisika di kelas dan laboratorium.
d. Variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Sains-Fisika
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji coba produk terhadap
kualitas dan dampak dari produk yang dihasilkan, peneliti melakukan kajian
menyangkut kemampuan memecahkan masalah sains-fisika dengan melibatkan 132
siswa di SMP/MTs, dengan kualifikasi dapat dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Konversi Kemampuan Memecahkan Masalah Sains
Interval Skor
|
Frekuensi
(f)
|
Presentase
(%)
|
Kompetensi Proses Belajar Mengajar
|
> 16
12 - 16
8 - 12
4 - 8
< 4
|
48
82
2
-
-
|
2,27
96,97
0,78
-
-
|
Sangat
Baik
Baik
Sedang/Cukup
Kurang
Sangat
Kurang
|
J u m l a h
|
132
|
100
|
|
Dari Tabel 8 di atas, lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk
diagram kemampuan memecahkan masalah sains-fisika, seperti tampak pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Kemampuan Siswa Memecahsalah
Sains
Rata-rata nilai kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah sebesar 15,58, dan dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah sains SMP/MTs di Provinsi Maluku baik.
Hasil rangkuman analisis deskriptif variabel
penentu keberhasilan prodak yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel. 9.
Rangkuman Rata-Rata Nilai Variabel Penentu
No.
|
Variabel Penentu
|
Rata-Rata Nilai
|
Kriteria
|
1.
|
Kompetensi
Guru Sains-Fisika
|
178,68
|
Kompeten
|
2.
|
Sikap Siswa
terhadap Sains-Fisika
|
99,49
|
Positif
|
3.
|
Minat Belajar
Siswa
|
115,88
|
Tinggi
|
4.
|
Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Sains-Fisika
|
15,58
|
Baik
|
Analisis data yang dilakukan untuk menguji model
dari penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, di antaranya:
1. Keefektian Strategi Pembelajaran
Sains berbasis Konteks dan Model Asesmen Autentik
Keefektifan strategi pembelajaran sains berbasis
konteks, dan model asesmen autentik ditinjau dari 3 aspek, yaitu terjadi
peningkatan sikap terhadap sains, minat terhadap sains dan kemampuan memecahkan
masalah sains antara kelompok pertama yang dibandingkan dengan kelompok yang
kedua dengan diberikan perlakuan strategi mengajar sains-fisika berbasis
kontekstual dan model asesmen autentik (kelompok eksperimen) dan kelompok kedua
diberikan model pembelajaran dan model asesmen yang konvensional (kelompok
kontrol). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis
Aspek
|
Kelompok
|
Rata-Rata
|
Standar Deviasi
|
Jumlah Sampel
|
Sikap terhadap sains-fisika
|
Perlakuan
Kontrol
|
99,49
80,00
|
7,30
8,23
|
132
|
Minat terhadap sains-fisika
|
Perlakuan
Kontrol
|
115,88
103,41
|
99,0
72,0
|
132
|
Kemamppuan memecahkan masalah sains-fisika
|
Perlakuan
Kontrol
|
15,58
14,72
|
10,0
8,0
|
132
|
2. Uji Homogenitas matrik
kovarian
Penggunaan teknik MANCOVA
mengasumsikan bahwa matrik kovarian variabel dependen sama atau homogen pada
kedua kelompok perlakuan. Adapun rumusan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha) untuk pengujian homogenitas matrik kovarian adalah sebagai berikut:
Ho : Matrik kovarian sama pada kedua kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
Ha : Matrik kovarian berbeda pada kedua kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
Hasil uji homogenitas
matrik kovarian dengan statistik Levene
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel. 11. Hasil Uji Homogenitas
Nilai Levene Statistic
|
Fhit
|
P
|
Kesimpulan
|
20.16
|
1,10
|
0,05
|
Homogen
|
Berdasarkan Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa asumsi homogenitas matrik
kovarian variabel dependen terpenuhi (P>0,05).
3. Uji Pengaruh Prodak Penelitian
Estimasi MANOVA untuk
pengujian pengaruh prodak mengenai efek perlakuan terhadap variabel dependen
(post tes, secara multivariat dan univariat) setelah mengontrol 3 variabel
kovariat (pre tes), menggunakan program SPSS-Release 13. Uji signifikansi multivariat
didasarkan pada nilai probabilitas (P) dari 4 nilai Pillai’s Trace, Wilks Lamda, Hotelling Trace dan Roy’s Largest Root
yang ditransfer ke dalam nilai “F”.
Untuk uji multivariat,
kriteria pengujian : jika probabilitas (P)>0,05, maka Ho diterima dan jika
probabilitas (P) < 0,05, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil uji pengaruh
prodak penelitian yang dilakukan dengan pengujian multivariat analisis kovariat
dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Hasil Uji Multivariat
Efek
|
Wilks Lamda
|
Fhit
|
P
|
1. Pre
tes Sikap
2. Pre
tes Minat
3. Pre tes Kemampuan Memecahakan Masalah
Sains-Fisika
|
0,60
0,30
1,60
|
7,47
326,56
64,1
|
0,00
0,00
0,00
|
Perlakuan
|
1,67
|
39,96
|
0,00
|
Produk akhir dari penelitian ini adalah berupa
strategi pembelajaran sains berbasis konteks, model asesmen autentik dan
sejumlah instrumen lainnya, yakni instrumen sikap siswa terhadap pembelajaran
sains, minat siswa terhadap pembelajaran sains, kemampuan siswa memecahkan
masalah sains (KMMS), instrumen tingkat penguasaan siswa, kompetensi guru dalam
mengajar sains, dan mudul pembelajaran sains-fisika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa
memecahkan masalah sains siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran sains
berbasis konteks, dan asesmen autentik sangat baik, bila dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran, dan penilaian yang konvensional. Hal ini
disebabkan karena dengan melakukan
variasi pembelajaran dengan berbagai metode, media, dan pendekatan
pembelajaran, serta asesmen unjuk kerja, maka kemampuan siswa untuk memahami
materi pelajaran sains-fisika akan lebih sempurna. Menurut Heather (1999: 5) bahwa strategi
mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana
dan melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus pada pendekatan yang
berorientasi pada tujuan dan terfokus pada siswa (goal oriented and student center). Lebih lanjut dikatakan
oleh Kidsvatter et al., (1996: 196)
bahwa strategi formal yang dikembangkan berdasarkan penelitian
pembelajaran yang efektif dan menekankan pada hasil belajar yang lebih tinggi adalah: a)
pengajaran aktif: fokus akademik, pembelajaran diarahkan oleh guru dengan
menggunakan bahan yang terstruktur dan berurutan, b)
pembelajaran masteri (pembelajaran tuntas): suatu pendekatan diagnostik
individu pada pembelajaran di mana siswa melakukan pembelajaran dan diuji
sesuai dengan kecepatannya untuk mencapai kompetensi, dan c)
pembelajaran kooperatif: penggunaan tutor sebaya, pembelajaran bersama, dan
kerjasama untuk mendorong siswa belajar.
Kenyataan ini terjadi pada siswa yang diajarkan dengan strategi
pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik ini, khususnya
untuk materi besaran, satuan, dan pengukuran, di mana siswa sendiri yang
melakukan kegiatan pembelajarannya.
Dikatakan bahwa pembelajaran menjadi lebih otomatis, karena kemampuan secara
otomatis dalam melaksanakan suatu modivikasi pembelajaran sains yang
dikombinasi keterampilan merupakan hal utama yang mempengaruhi sikap, minat,
kemampuan memecahkan masalah sains dan motivasi siswa untuk belajar, sehingga
dengan demikian akan mempengarui hasil belajar mereka. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa strategi pembelajaran yang efisien untuk mengajarkan fakta-fakta salah
satunya adalah dengan variatif metode, pendekatan dan model pembelajaran serta
dapat menerapkan asesmen autentik, terutama dalam pembelajaran sains.
Dengan demikian, maka strategi pembelajaran sains
berbasis konteks, dan model asesmen autentik, menjadi model yang sesuai untuk
mengajarkan materi besaran, satuan, dan pengukuran dalam meningkatkan kemampuan
siswa memecahkan masalah sains khususnya untuk siswa kelas VII SMP/MTs di
Provinasi Maluku.
BAGIAN V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data untuk pengujian
hipotesis dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Menghasilkan sebuah buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis
konteks, dan model asesmen autentik yang disesuaikan dengan hasil analisis
kebutuhan.
2.
Kualitas buku panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan
model asesmen autentik yang dikembangkan dalam proses pembelajaran sains dapat
dikategorikan baik, dan jika dibandingkan dengan kriteria keefektifan model,
yakni nilai sikap, minat dan kemampuan memecahkan masalah sains meningkat pada
hasil uji coba prodak.
3.
Dampak dari pengembangan buku
panduan strategi pembelajaran sains berbasis konteks dan model asesmen autentik
sangat positif terhadap siswa, di mana beberapa komponen yang dapat mengukur keberhasilan
strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang
diterapkan dalam proses pembelajaran sains, yakni variabel sikap siswa terhadap
pembelajaran sains, minat belajar sains dan kemampuan memecahkan masalah sains
dapat dikategorikan baik.
4.
Dampak dari pengembangan strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan
model asesmen autentik positif terhadap peningkatan kompetensi guru sains dalam
mengajar, baik di kelas maupun di laboratorium.
5.
Hasil pengujian strategi pembelajaran sains berbasis konteks, dan model
asesmen autentik pada SMP/MTs di Provinsi Maluku dapat dikategorikan efektif. Dari hasil analisis terlihat bahwa nilai
rata-rata uji coba 4 lebih besar dan berbeda secara signifikan dengan nilai uji
coba 3 dan dapat digambarkan bahwa variabel sikap pada uji coba 3 memiliki
nilai rata-rata 80, 00, standar deviasi 7,30 dan pada uji coba 4 nilai
rata-rata-rata 99, 49 dan standar deviasi 8,23. Variabel minat siswa terhadap
sains pada uji coba 3 memiliki nilai rata-rata 103,41 dan standar deviasi 11,22
dan pada uji coba 4 nilai rata-rata 115,88 dan standar deviasi 5,81. Variabel
pemecahan masalah pada uji coba 3 memiliki nilai rata-rata 14,72 dan standar
deviasi 2,55 sedangkan pada uji coba 4 memiliki nilai rata-rata 15,58 dan
standar deviasi 2,00. Untuk variabel kompetensi guru sains-fisika pada uji coba
3 nilai rata-rata 150,46, standar deviasi 30,30, sedangkan pada uji coba 4
memiliki nilai rata-rata 169,50 dan standar deviasi 12,44.
6.
Hasil
uji multivariat analisis kovariat dapat dikatakan bahwa ada pengaruh/perbedaan
yang signifikan, yakni nilai Fhit untuk ketiga variabel, yakni; Fhit
= 7,47; 326,56; dan 64,1 lebih besar
dari nilai Ftab, yakni: 26,5.
7.
Adanya respons positif dari guru sains dan siswa terhadap penerapan strategi
pembelajaran sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh, maka dalam rangka tindakan lanjut dari hasil penelitian ini
disarankan sebagai berikut:
1. Pada mata pelajaran sains
sebaiknya guru sains SMP/MTs selalu melakukan evaluasi diri, sebagai refleksi tentang strategi pembelajaran
sains berbasis konteks, dan model asesmen autentik yang diterapkan, sehingga
siswa sebagai subjek benar-benar dapat belajar di dalam kelas dan laboratorium.
2. Strategi pembelajaran sains berbasis
konteks, dan model asesmen autentik perlu dikembangkan sebagai alternatif dalam
pengembangan pembelajaran sains yang dapat membantu guru sains dalam
menjelaskan materi kepada siswa.
3. Pembelajaran sains yang ada di kurikulum
sekolah perlu dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai model, metode,
pendekatan pembelajaran, dan media yang dapat mengembangkan pembelajaran yang
demokratis, dan humanis.
4. Guru sains perlu lebih banyak
mengembangkan kegiatan pembelajaran di laboratorium bahkan di luar kelas,
karena respons siswa akan lebih positif jika proses pembelajaran bervariasi
(tidak hanya dilakukan di dalam kelas).
5. Guru sains lebih banyak mengembangkan
kegiatan pembelajaran dengan memberi tugas secara kelompok dalam eksperimen
yang membuat siswa aktif mengerjakannya, dan dapat menerapkan asesmen autentik
dalam menilai proses belajar siswa, baik di kelas maupun dalam
kegiatan-kegiatan eksperimen di laboratorium.
6. Berkaitan dengan upaya meningkatkan minat,
dan sikap siswa terhadap sains, hendaknya para guru sains dapat memberikan
rangsangan rasa ingin tahu dengan cara memberikan latihan-latihan soal, dan
tugas-tugas yang bersifat menantang di dalam pemecahan masalah dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri jawaban. Di samping
itu guru sains perlu menciptakan suasana belajar yang kondusif, seperti
penggunaan metode, model, pendekatan pembelajaran sains, dan media yang tepat
dan alat bantu belajar yang menarik perhatian siswa, sehingga dapat memudahkan
siswa belajar.
7. Untuk kesempurnaan penelitian ini, perlu
diadakan penelitian lanjutan yang lebih spesifik, dan detail terhadap
keterkaitan antara indikator-indikator dalam variabel penelitian ini, selain
itu perlu mengkaji lebih lanjut faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, M.J. 1980. The Learning Of High School. National
Assessment Of Educational Progress. Educational Testing Service.
Anastasi., Urbina, S. 1997. Psychologycal
Testing. New Jersey : Prentice-Hall Inc Published by Simon A Schuster/A
Viacom Co Upper Saddle River.
Anonium. 2003. Rencana Strategi Provinsi Maluku. Ambon:
Balitbangda Provinsi Maluku.
Anonium. 2005. Maluku dalam Angka. Pemprov Maluku.
Blanchard, A. 2005. Contextual Teaching and Learning. Diambil
pada tanggal 15 Agustus 2008, dari http//www.horizonshelpr.org/contextual.htm.
Chance, dkk. 2005. A
Direct Comparison Of Conceptual Learning And Problem Solving Ability In
Traditional And Studio Style Classrooms. An American Association Of Joernal
Physics Teachers. 2005
Carin
and Sund. 1990. Teaching Science
Through Discovery. New York: Merrill Publishing Company.
-------------------- 1990. Teaching Modern Science. New York:
Merrill Publishing Company.
Collette & Chiappetta.
1994. Science Instruction In The Midle
And Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.
Dececo, J.P., Crafood, W. 1977. The Psychology of Learning and Intructional
Educational Psychology. New York : Prentice Hall.
Djemari, M. 2007. Teknik Penyusunan Instrumen. Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Depdiknas. 2002. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu.
Jakarta: Depdiknas.
--------------. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning (CTL)
--------------- 2005. Kurikulum SMP Mata Pelajaran Sains. Jakarta.
Glencoe, J.
(1999). Alternate Assessment In The
Science Classroom. New York: McGraw-Hill.
Herbert, D. 1999. Teaching Elementary School Science.
Calofornia: Berkeley
Hidayat, E. M. 1996. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Makalah PPS IKIP.
Johnson,
E.B. 2007. Contextual Teaching and
Learning. Bandung: MLC.
Joyce, B. 2004. Models of Teaching. New York: Pearson.
Lawson, A.E. 1999. Science Theaching and The Development of
Thinking. California: Publishing Company.
Linn, R.L.
1994. Performance Assessment. Journal
Educational Researcher. 23 (9).
Kanginan, M. 1998. Penuntun Belajar Fisika SMP. Bandung : Ganeca.
Kerlinger, F.N. 1989. Azas-Azas Penelitian Behavioral. Yogtyakarta: UGM Press
Kidsvatter, E.W. 1996. Teaching Strategy. New York: Publishing
Co.inc.
Marcelo, A., Edward, F. 1992. Fundamnetal
University Phisics, Terjemahan Lea Prasetyo dan Kosnul Hadi. Jakarta :
Erlangga.
Margaret, E. B. 1994. Belajar dan
Membelajarkan. Jakarta : Radja Grapindo Persada.
Merrill,
R.H., Simon, S.B. 1996. Value and Teaching : Working With Values In The
Classroom. Columbus, Ohio: Charles E Merill
Publishing,
Monk, J., Dillon, D. 1996. Learning To Teach Science: Activities For
Student Teachers And Mentors. London: The Falmer Press
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
Muslich.
2007. Pendekatan Kontekstual (CTL) Dalam
Pembelajaran. Jakarta.
------------. 2006. Mengajar Dengan Sukses.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nitko, A.J. 1996. Educational Assessment of
Students. New Jersey : Prentice Hall, Ins Englewood Ciffs.
Popham, W.J. 1995. Classroom
Assessment. New York: McGraw-Hill, Inc
Prasetyo.
1992. Mengerti Fisika. Jakarta: Bumi
Aksara.
Samani, M. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu
Untuk SMP. Surabaya: PSM Unesa.
Sugiyono.
2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
Sukardjo.
2008. Buku Pegangan Kuliah: Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sukmadinata. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Suparno, P.
2004. Guru demokratis di Era Reformasi.
Jakarta: Grasindo.
--------------
2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Sanata Dharma.
Suryosubroto.
2006. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyitno. 2000. Pemilihan Model - Model Pembelajaran Dan
Penerapannya di Sekolah. Semarang: UNESS
Winataputra. 1993. Model-model Pembelajaran Sains. Jakarta
Wyne Harlen. 2007. Asessmen of Learning. Los Angles: Sage
Publications
Yager, R.E. 1996. Science Technology and Sociaty as Reforn.
Icase Year Book.
BIODATA PENULIS
NAMA :
Dr. I. H. Wenno, S.Pd, M.Pd
(lengkap dengan Gelar*)
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
JUDUL MAKALAH : Pengembangan
Strategi Pembelajaran Sains Berbasis Konteks dan Asesmen Autentik di SMP/MTs
Provinsi Maluku
INSTANSI :
FKIP Universitas Pattimura Ambon
JABATAN :
-
ALAMAT PERSURATAN
: Kampus PGSD Unpatti Ambon, Jl. Dr Tamaela
Ambon-Maluku
e-mail : wennoiz@yahoo.co.id
No. Telp./Fax. : 0911-322188
HP : 081343018564
No comments:
Post a Comment