OLEH
Eva
Diana Sari,S.Pd
Abstract
Pembelajaran
Bahasa Inggris merupakan suatu pembelajaran yang kurang disenangi oleh para
siswa. Hal ini dikarenakan oleh siswa kurang memahami kosakata dalam Bahasa
Inggris dan kurangnya minat untuk mempelajarinya oleh siswa. Sementara Bahasa
Inggris merupakan mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa. Namun
masalah ini harus diatasi oleh guru Bahasa Inggris itu sendiri agar siswa lebih
tertarik dan termotivasi untuk mempelajari setiap materi yang diberikan. Hal
serupa juga ditemukan di SMAN 1 Bangko
Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir, berdasarkan pengamatan peneliti
selaku guru bidang studi pada sekolah tersebut, motivasi siswa dalam belajar
Bahasa Inggris masih kurang optimal.
Penelitian
ini berupaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari materi expresi
Bahasa Inggris melalui game. Yaitu suatu metoda pembelajaran bermain sambil
belajar. Game berperan sebagai suatu wadah untuk mengasah kemampuan otak,
meningkatkan konsentrasi dan melatih memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk motivasi belajar Bahasa Inggris siswa materi expression melalui
game pada siswa kelas XII SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi.
Penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni(1) perencanaan tindakan (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode game dikelas XII SMAN 1 Bangko
Bagansiapiapi kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau mampu eningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa sebesar 40-45%. Peningkatan motivasi dan hasil belajar
ini dapat dilihat melalui tiga indicator. Pertama, tingginya antusiasme siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Kedua, keseriusan siswa ketika mengikuti
pembelajaran. Ketiga, ketepatan siswa dalam menyusun kalimat benar mengalami
peningkatan dari siklus I dan II.
Masih merasa penghasilan kurang? Jangan hanya mengeluh. Mari
bergabung untuk mendapatkan Income Rp.800
Juta,- Dari Bisnis Iklan
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Upaya
yang telah dilakukan pemerintah untuk merealisasikan amanat Pembukaaan UUD 1945 alinia ke-empat bahwa pemerintah
wajib mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah juga telah menetapkan berbagai
undang-undang untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan
Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 2 bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
menjadikan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guru
merupakan sosok insan yang menjadi tauladan bagi peserta didik. Guru juga
berperanan sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Guru merupakan tenaga
professional mempunyai tugas fungsi, dan kedudukan yang sangat sentral dan
strategis dalam penciptaan insan Indonesia cerdas, kompetitif, dan
komprehensif. Kreatifitas guru sebagai motivator dan fasilitator bagi peserta didik akan melahirkan insan yang
kreatif kelak. Berbagai metode pembelajaran dapat dikembangkan oleh seorang
guru dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Penulis
menyadari bahwa selama ini masih banyak kekurangan-kekurangan dalam menyajikan
materi pembelajaran terhadap peserta didik.
Melalui
metode mengajar yang hanya biasa-biasa saja didapat perolehan skor siswa dalam
ulangan harian (UH) sangat rendah. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang
masih kaku dan berpusat kepada guru semata. Disamping itu juga minat peserta didik dalam menerima materi
pembelajaran tidak aktif. Materi pembelajaran expression sebenarnya bukanlah
materi yang sulit namun dengan gaya mengajar yang berbeda bisa menghasilkan
hasil yang berbeda. Oleh karena itu penulis
merasa perlu menemukan suatu metode pembelajaran baru sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. Pemikiran ini bermula
dikarenakan oleh materi yang mudah saja sulit diterima peserta didik apalagi
materi yang sulit. Untuk itulah penulis berupaya menemukan solusi-solusi dan
alternatif terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa
Inggris.
Permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh para guru dalam memberikan atau menyajikan materi
pembelajaran merupakan suatu fakta yang harus diselesaikan demi terciptanya
pendidikan yang bermutu sehingga melahirkan seorang insan yang bedaya saing
global kelak. Permasalahan ini tidak bisa dibiarkan berjalan seiring dengan
waktu tanpa adanya solusi yang dilakukan oleh guru. Satu permasalahan tidak
terselesaikan ditambah lagi permasalahan yang baru maka proses pembelajaran
akan menjadi suatu momok yang melelahkan para guru dan juga akan menyiksa batin
guru tersebut setiap masuk kelas. Untuk itu marilah kita semua para guru
menemukan metoda-metoda yang kreatif dalam pembelajaran agar peserta didik
senang dengan Bahasa Inggris dan guru juga tenang dan damai dalam memberikan
materi. Jadilah kita seorang guru yang tidak hanya trampil dalam mengajar dan
mendidik tapi juga dalam hal melakukan penilitian.
Dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Inggris melakukan upaya peningkatan motivasi belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1
Bangko Tahun Ajaran 2014/2015 Bagasiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau
dengan metoda game.
Masih merasa penghasilan kurang? Jangan hanya mengeluh. Mari bergabung
untuk mendapatkan Income Rp.800 Juta,- Dari
Bisnis Iklan
Silahkan klik http://www.muslimpromo.com/?ref=8100 https://muslimpromo.com/index.php
Silahkan klik http://www.muslimpromo.com/?ref=8100 https://muslimpromo.com/index.php
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah
metode game dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1
Bangko Tahun Ajaran 2014/2015 Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi
Riau?
2. Bagaimana
penerapan game dalam materi expression Bahasa Inggris khususnya kelas XII IPA
SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Tahun jaran 2014/2015 Kabupaten Rokan Hilir
Provinsi Riau?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi
Tahun Ajaran 2014/2015 Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan penerapan
metode game.
2. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA 1 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi
Tahun Ajaran 2014/2015 Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan metode game.
D. Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritisnya
adalah hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama. Disamping itu, hasil
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai media alternatif bagi guru di
sekolah lain dalam mengajarkan materi expresi yang lebih efektif dan efisien
sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran Bahasa Inggris. Adapun
manfaat secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, dan
peneliti lain. Bagi siswa, penelitian ini mempermudah siswa mempelajari materi
bahasa inggris terutama pada materi ekspresi sehingga siswa dapat mempelajari
ekspresi langsung dalam bentuk kalimat. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian
ini dapat dijadikan referensi dengan objek penelitian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi
Belajar
Istilah dalam Pengertian Motivasi berasal dari perkataan
Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan asalnya adalah motive yang
juga telah digunakan dalam Bahasa Melayu yakni kata motif yang berarti tujuan
atau segala upaya untuk mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu.
Secara ringkas, Pengertian Motivasi dapat diartikan sebagai tujuan atau
pendorong, dengan tujuan sebenarnya yang menjadi daya penggerak utama bagi
seseorang dalam berupaya untuk mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya
baik itu secara positif ataupun negatif. Selain itu, Pengertian Motivasi
merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya
gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan
atau bertindak sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga
diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Pengertian Motivasi
merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah
laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh
karena memiliki motivasi yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Motivasi dalam belajar merupakan segala daya penggerak di dalam diri
siswa yang muncul terhadap kegiatan yang akan menjamin kelangsungan dalam
belajar dan mengarahkan pada kegiatan belajar pula sehingga terwujudnya tujuan
kegiatan belajar yang dikehendaki. Dorongan seseorang dalam belajar merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi segala harapan dan
dorongan inilah yang menjadi pencapaian tujuan tersebut. Dorongan belajar yang
kuat akan menghasilkan suatu suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses
belajar mengajar menjadi hal yang sangat menyenangkan.
B. Hasil
Belajar
Banyak
guru merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya mengenai:
1. Apakah
pengajaran yang telah dilakukan telah berhasil, dan apa buktinya?
2. Apa
yang menjadi ukuran dalam menentukan keberhasilan tersebut?
Kajian dari dua pertanyaan diatas
penting bagi guru, terutama dalam menilai secara jujur dan objektif dari usaha
yang telah dilakukannya sebagai guru, untuk mengetahui apa dan sejauh mana
siswa telah memperoleh manfaat dari proses pengajaran.
Untuk menjawab kedua pertanyaan tadi
kita harus dapat menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi kriteria dari keberhasilan
pengajaran. Dengan adanya kriteria maka pengajaran dapat diukur dari kriteria
tadi, apakah telah sampai pada kriteria ataukah masih jauh, bahkan menyimpang
dari kriteria. Mengingat pengajaran
merupakan suatu proses yang dinamis untuk mencapai suatu tujuan yang telah
dirumuskan, maka kita dapat menentukan dua kriteri yang bersifat umum yaitu:
a. Kriteria
ditinjau dari sudut prosesnya (by process)
b. Kriteria
ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya (by product)
Untuk
mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut proses dapat dikaji melalui
beberapa persoalan dibawah ini:
A. Pengajaran
ditinjau dari proses
1. Apakah
pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan
melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu proses yang bersifat otomatis
dari guru disebabkan telah menjadi pekerjaan rutin?
Sering
kita temukan bahwa guru memandang pekerjaan mengajar adalah pekerjaan rutin yang
telah menjadi kebiasaan dari hari kehari, bulan kebulan bahkan dari tahun
ketahun. Ia telah biasa dengan cara dan gaya yang itu-itu saja. Dalam situasi
demikian tak ada dinamika, tak ada inovasi, dan kekreatifan untuk mengembangkan
pengajaran kearah yang lebih baik. Akibatnya hasil yang dicapai siswa dari
tahun ketahun relative sama, sedangkan dilain pihak ilmu pengetahuan berkembang
dengan cepat.
2. Apakah
kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar
denga penuh kesadaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran
itu sendiri?
3. Apakah
siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat penggunaan multi metode
dan multi media yang dipakai guru, ataukah terbatas pada sstu kegiatan belajar
saja?
4. Apakah
siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar
yang dicapainya, ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia lakukan itu benar
atau salah. Pengajaran adalah proses demokratis, objektif dan koreksi diri.
Proses pengajaran hendaknya menumbuhkan kegiatan mandiri.
5. Apakah
proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas ataukah hanya siswa
tertentu yang aktif belajar. Interaksi dinamis antara guru dengan siswa, siswa
dan siswa merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan pengajaran yang
berhasil dengan tidak mengesampingkan adanya perbedaan individual dalam
kemampuan dan minatnya.
6. Apakah
suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan
merangsang siswa belajar ataukah suasana yang mencemaskan dan menakutkan?
Biasanya disiplin yang kaku, kurang mendorong keberanian siswa belajar malah
sebaliknya. Berbedanya halnya dengan disiplin yang bebas tapi terkendali,
biasanya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan belajar. Itu
sebabnya guru harus bijaksana dalam mengelola kelas agar terciptanya iklim
belajar yang baik dan kondusif.
7. Apakah
kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium
belajar ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana belajar, sehingga
tidak memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal?
Mengkaji
persoalan diatas menunjukkan bahwa keberhasilan proses pengajaran banyak
dipengaruhi oleh variable yang datang dari pribadi siswa sendiri, usaha guru
dalam menyediakan dan menciptakan kondisi pengajaran, serta variable lingkungan
terutama sarana iklim yang memadai untuk tumbuhnya proses pengajaran yang baik.
Keterpaduan dari tiga variable diatas merupakan kunci keberhasilan pengajaran
ditinjau dari sudut proses.
B. Pengajaran
ditinjau dari hasil
Disamping
tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi
hasil. Asumsi dasar ialah proses
pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada
korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha
untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau
produk dari pengajaran itu.
Berikut
adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan
keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai
siswa.
1. Apakah
hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran Nampak dalam bentuk
perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas
unsure kognitif, afektif dan psikomotor secara terpadu pada diri siswa, ataukah
hasil belajar yang bersifat tunggal (single facts) dan terlepas satu sama lain,
sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi.
2. Apakah
hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran mempunyai daya guna dan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa terutama dalam pemecahan masalah yang
dihadapinya, ataukah suatu hasil yang sifatnya samar-samar sehingga tak banyak
dan tak dapat diterapkan?
3. Apakah
hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam
pikirannya serta cukup mempengaruhi prilaku dirinya, ataukah bersifat
incidental masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan? Keberhasilan
pengajaran dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, tentunya mengharapkan bahwa
semua hasil yang diperoleh itu membentuk satu sistim nilai (value system) yang
dapat membentuk kepribadian siswa, sehingga member warna dan arah dalam semua
perbuatannya.
4. Apakah
yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses
pengajaran, ataukah perubahan itu sebagai akibat lain diluar proses pengajaran?
Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu
sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark
1981, bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Disamping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan
wajar sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu
yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan
untuk belajar dan berprestasi.
Sungguhpun demikian hasil yang dapat
diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang
berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar
yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi
hasil belajar disekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas
pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam
tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori
belajar disekolah (Theory of school learning) dari Bloom, 1976 yang mengatakan
ada tiga variable utama dalam teori belajar disekolah, yakni karakteristik
individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa. Sedangkan Caroll, 1977, berpendapat
bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a)
bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan
siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan
individu. Empat factor yang disebut diatas (a b c e) berkenaan dengan kemampuan individu dan
faktor (d) adalah faktor diluar individu (lingkungan).
Kedua faktor diatas (kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar
siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin
tinggi pula hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran dapat
dilakukan dengan metoda pembelajaran yang bervariatif. Melalui game, siswa akan
lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Game merupakan permainan. Permainan adalah kegiatan yang kompleks yang
didalamnya terdapat peraturan, play dan budaya. Sebuah permainan adalah sebuah
sistem dimana pemain terlibat dalam konflik buatan, disini pemain berinteraksi
dengan sistem dan konflik dalam permainan merupakan rekayasa atau buatan, dalam
permainan terdapat peraturan yang bertujuan untuk membatasi perilaku pemain dan
menentukan permainan. Game bertujuan untuk menghibur, biasanya game banyak
disukai oleh anak – anak hingga orang dewasa. Games sebenarnya penting untuk
perkembangan otak, untuk meningkatkan konsentrasi dan melatih untuk memecahkan
masalah dengan tepat dan cepat karena dalam game terdapat berbagai konflik atau
masalah yang menuntut kita untuk menyelesaikannya dengan cepat dan tepat.
Melalui game pembelajaran jadi lebih menarik dan meningkatkan motivasi belajar
siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi
Riau. Saat ini sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah yakni
H.Mulyawansyah,S.Pd yang membawahi 51 tenaga pengajar dan 23 tenaga
administrasi. Sekolah ini mempunyai 27 ruangan kelas yang terdiri dari 9 kelas
X, 5 kelas XI IPA dan 4 kelas XI IPS, 5 kelas XII IPA dan 4 kelas XII IPS. 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang UKS, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang OSIS, 1 ruang pramuka, 1 ruang pasus, 1 musholla, dan 6
kantin. Objek penelitian dilakukan dikelas XII IPA yang terdiri dari 169 orang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015.
B. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru dikelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
PTK
dilaksanakan dengan strategi siklus yang berangkat dari identifikasi masalah
yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari
rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu siklus penelitian. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yakni (1) perencanaan tindakan,(2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
Penelitian ini diakhiri pada siklus kedua,
C. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi,
digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran materi
expresi yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan dilakukan sebelum,
selama dan sesudah siklus penelitian berlangsung.
2. Tes,
digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan.
Adapun bentuk tes yang diberikan kepada siswa yakni tes yang berupa menyusun
kata-kata acak menjadi suatu kalimat yang benar.
3. Untuk
melihat keterkaitan motivasi dan hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan
yang meningkat. Untuk itu nilai UH juga merupakan sebagai alat tes dalam
pengumpulan data.
Table
Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek
yang Diukur
|
Persentase
Target Capaian Siklus Terakhir
|
Cara
Pengukuran
|
Keaktifan
siswa selama kegiatan pembelajaran
|
75%
|
Diamati
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
|
Keseriusan
siswa dalam mengikuti pembelajaran
|
75%
|
Diamati
saat pembelajaran dengan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari
jumlah siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam kegiatan mengajar
|
Kemampuan
siswa dalam menyusun kalimat dengan tepat
|
75%
|
Dihitung
dari jumlah jawaban benar per tim yang mampu menyusun kalimat dengan benar.
|
D. Prosedur
Penelitian
Untuk
memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian ini
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap
Pengenalan Masalah
Kegiatan
yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi
masalah
b. Menganalisis
masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan
c. Mengidentifikasi
tindakan yang relevan
2. Tahap
Persiapan Tindakan
Pada
tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Penyusunan
jadwal penelitian
b. Penyusunan
rencana pembelajaran
c. Penyusunan
strategi pelaksanaan game
3. Tahap
Penyususnan Rencana Tindakan
Rencana
tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus 1 dan 2. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
4. Tahap
Implementasi Tindakan
Dalam
tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk meningkatkan
hasil belajar dan motivasi siswa dalam
mempelajari ekspresi dengan metoda game. Hipotesis tindakan ini dimaksudkan
untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan.
5. Tahap
Pengamatan
Pada
tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melakukan
kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru.
6. Tahap
Penyusunan Laporan
Pada
tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan
selama penelitian.
E. Proses
Penelitian
Indikator
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa dalam mempelajari ekspresi
bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten
Rokan Hilir Provinsi Riau melalui game. Setiap tindakan merupakan upaya
peningkatan indikator yang dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri
dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi untuk perencnaan siklus berikutnya. Dalam
penelitian ini, direncanakan dalam 2 siklus.
1. Rancangan
Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini
menyusun:
1. Skenario
pembelajaran sebagai berikut:
- Guru memberikan apersepsi
- Guru menjelaskan materi pembelajaran secara
sekilas
-
Guru menugasi siswa untuk membuat contoh-contoh kalimat ekspresi yang
dipelajari.
- Siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan dinilai
oleh guru.
2. Instrumen berupa lembaran-lembaran
kertas yang berisi kalimat-kalimat masing-masing ekspresi.
b. Tahap
pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak
tindakan.
c. Tahap
observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dalam membuat
contoh-contoh kalimat masing-masing ekspresi maupun pada hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi
tindakan pertama.
d. Tahap
refleksi, pada tahapan releksi ini didapati siswa kurang termotivasi dalam
belajar sehingga hasil belajar menurun. Refleksi ini dilakukan dengan
menganalisis hasil observasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang
perlu diperbaiki dan disempurnakan.
2. Rancangan siklus 2
Pada siklus 2 perencanaan tindakan
dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus 1 sebagai upaya
perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pelajaran sesuai dengan silabus mata
pelajaran bahasa inggris.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tindakan Setiap Siklus
Dalam penelitian ini, telah dilaksanakan proses
penelitian selama 2 siklus. Setiap
siklus terdapat 4 tahap dalam melaksanakanproses penilitian, yakni (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Keempat tahap
tersebut dapat dilihat dari deskripsi berikut ini:
1. Siklus
1
a. Perencanaan
Tindakan
Kegiatan
perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin 25 Agustus 2014 dikelas XII
IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Hal-hal
yang direncanakan pada tahap 1 meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Membuat
rancangan skenario pembelajaran materi ekspresi yang akan diberikan kepada
siswa melalui game dengan langkah-langkah sebagai berikut:
-
Guru memberikan materi tentang ekspresi suggestion, complaint, possibility dan giving
an order melalui tanya jawab.
-
Siswa membuat contoh-contoh kalimat
masing-masing ekspresi.
2. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghasilkan contoh-contoh kalimat baru akan ekspresi yang sudah dibahas.
3. Guru
mengecek pekerjaan siswa.
4. Guru
menyusun RPP untuk materi ekspresi
b. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan untuk siklus 1 ini direncanakan 1 kali pertemuan yakni pada hari Senin
tanggal 25 Agustus 2014 dikelas XII IPA 2 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten
Rokan Hilir Provinsi Riau. Materi pembelajaran ekspresi yaitu expression
suggestion, complaint, possibility dan giving an order. Urutan pelaksanaan
tindakan tersebut sebagai berikut:
1. Guru
memberikan beberapa contoh expression suggestion, complaint, possibility dan
giving an order.
2. Siswa
diajak untuk menemukan atau memikirkan synonym dari masing-masing expresi.
3. Masing-masing
siswa dengan menghasilkan 10 buah
kalimat masing-masing 2 kalimat expresi suggestion, 2 kalimat expresi complaint,
3 kalimat expresi possibility dan 3 kalimat expresi giving an order.
4. Siswa
melaporkan hasil susunan kalimat kepada guru dan dikoreksi oleh guru.
c. Observasi
Observasi
dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Guru mengajar materi
ekspresi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut.
Materinya yaitu ekspresi suggestion, complaint, possibility dan giving an order.
Pada awal pembelajaran, peneliti melaksanakan kegiatan apersepsi kepada siswa
melalui tanya jawab. Peneliti memberikan informasi mengenai contoh-contoh
ekspresi yang akan diajarkan melalui contoh-contoh dalam komunikasi yang biasa
digunakan dalam menyampaikan sesuatu kepada seseorang dalam bahasa Indonesia.
Misalnya peneliti meminta siswa untuk menyebutkan contoh bagaimana kita
menyampaikan nasehat atau saran kepada orng lain. Di jawab oleh siswa yang satu
dan siswa yang lain menterjemahkannya dalam bahasa Inggris. Kemudian guru
menjelaskan contoh-contoh masing-masing ekspresi dan membahasnya bersama-sama
dengan siswa. Siswa diminta untuk membuat contoh-contoh kalimat masing-masing
ekspresi suggestion, complaint, possibility dan giving an order minimal 10
contoh kalimat. Setelah itu siswa mengumpulkan kalimat yang sudah disusun untuk
dibahas dan diperbaiki oleh guru.
d. Refleksi
Berdasarkan
tindakan yang telah dipaparkan selama 1 kali pertemuan, peneliti melakukan
refleksi sebagai berikut:
1. Peneliti
harus lebih variatif dalam memberikan atau menyajikan materi dan penugasan
terhadap siswa agar siswa tertarik untuk menanggapi setiap pertanyaan atau
bahkan pertanyaan itu sendiri yang muncul dari siswa itu sendiri. Disini cara
yang diterapkan peneliti masih bersifat konvensional atau dengan kata lain
masih menggunakan metoda mengajar yang menoton melalui ceramah dan tanya jawab.
2. Seharusnya
peneliti melakukan pembahasan secara variatif atas hasil yang dikerjakan siswa
sehingga mengetahui letak kekurangannya.
3. Sebaiknya
guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih serius untuk mempelajari
bahasa Inggris karena hasil ulangan siswa masih rendah.
2. Siklus
II
a. Perencanaan
Tindakan
Kegiatan penelitian
pada siklus II diawali dengan membuat rencana untuk pemberian tindakan II.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan Senin, 19 Januari 2015. Dari
hasil refleksi siklus I menyatakan bahwa peneliti perlu mengganti cara atau
metode mengajar yang lebih mudah dipahami dan menarik bagi siswa sehingga siswa
termotivasi untuk belajar. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar maka
diasumsikan hasil belajar akan meningkat. Tahap perencanaan siklus II sebagai
berikut:
1. Peneliti
bertindak memberikan instruksi sebagai berikut:
a.
Peneliti menyampaikan kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dalam menyampaikan harapan, penyesalan, mencegah dan
mengkritik.
b.
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata-kata atau
kalimat yang berhubungan dengan cara menyampaikan harapan, penyesalan, mencegah
dan mengkritik.
c.
Peneliti menginstruksikan siswa untuk menyusun kalimat tersebut berpasangan
dengan teman.
d. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memperbaiki kata-kata atau penggunaan grammar yang kurang tepat dengan
berkonsultasi dengan guru.
e.
Siswa bertukar amplop yang berisi 10 buah kalimat yang terdiri dari 2 kalimat
ekspresi hope, 2 kalimat ekspresi regret, 3 kalimat ekpresi prevention, dan 3
kalimat ekspresi criticizing.
f. Siswa dengan pasangannya masing-masing
menyusun kalimat dengan kata-kata acak didalam amplop menjadi susunan yang benar
dalam waktu 5 menit.
g.
Siswa secara bergantian mengoreksi susunan kalimat yang telah disusun oleh tim
lawan.
h. Penghitungan kalimat yang disusun benar
apabila semua kata per kata yang disusun benar sesuai dengan urutannya.
2. Peneliti
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi expression hope, regret,
prevention dan criticizing.
3. Peneliti
mempersiapkan media pembelajaran yang berupa potongan-potongan kertas.
4. Peneliti
menyusun instrument penelitian berupa lembaran observasi dan nilai ulangan harian
sebagai acuan korelasi antaramotivasi dan hasil belajar.
b. Pelaksanaan
Tindakan
Tindakan pada siklus II
ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Januari 2015 diruang kelas XII IPA 2 SMAN 1
Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Pada pertemuan pertama diawali dengan
apersepsi. Peneliti menyampaikan language class akan apa yang harus dikerjakan
dan apa saja yang harus dipersiapkan. Siswa diminta untuk membuat
kalimat-kalimat baru bersama dengan pasangan masing-masing. Kalimat-kalimat
yang telah selesai disusun dalam sebuah amplop yang berisi kepingan per
kepingan suku kata setiap kalimat tersebut. Masing-masing amplop mempunyai
warna yang berbeda. Hal ini menjadi pertimbangan dikarenakan akan terjadinya
pertukaran kepingan kertas kedalam amplop yang berisi kalimat expresi yang
lain. Siswa menukar amplop yang dipegangnya dengan pasangan yang lain dan
menyusunnya dalam waktu 5 menit. Kegiatan ini dipandu oleh peneliti sebagai
fasilitator. Setelah selesai game, peneliti membahasnya bersama-sama untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan bersamaan dengan tindakan yang dikenakan kepada siswa, peneliti
mencatat bahwa proses pembelajaran menjadi jauh lebih baik. Siswa terlibat
aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa tertib dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan
wawancara terhadap siswa diperoleh data tentang pelaksanaan tindakan penelitian
siklus II ini sebagai berikut:
1. Siswa
yang aktif selama kegiatan pembelajaran mencapai 95% sedangkan 5% lainnya
kurang memperhatikan pelajaran.
2. Dari
sekian banyak siswa yang aktif 95% diantaranya sangat antusias, sedangkan 5%
nya cendrung pasif.
3. Siswa
yang sudah mampu menyusun kalimat ekspresi dengan benar 85% sedangkan siswa
yang lainnya belum memberikan jawaban yang tepat.
d. Refleksi
Secara umum semua
kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran ekspresi dengan metode game pada
siklus II ini telah dapat diatasi dengan baik. Peneliti telah berhasil
mengontrol siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib dan
mampu memancing respon yang positif terhadap stimulus yang diberikan. Siswa
terlihat lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa
mengalami peningkatan dalam mempelajari materi ekspresi. Peningkatan indikator-indikator
ini dapat dilihat dari nilai siswa pada tes yang dilakukan pada siklus I sampai
siklus II.
B. Hasil
Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan tindakan yang dilakukan setiap siklus,
dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pada siklus I terdapat beberapa kelemahan
selama kegiatan pembelajaran, yaitu kurang optimalnya pemahaman siswa
disebabkan oleh metode pembelajaran yang
kurang menarik. Akibatnya, pada siklus I hasil pemahaman siswa terhadap materi
ekspresi belum menunjukkan peningkatan. Setelah melakukan refleksi, peneliti
akan mengatasi kelemahan tersebut dengan cara meningkatkan pengawasan lebih
ketat. Disamping itu, peneliti akan membahas hasil pekerjaan siswa, dan
contoh-contoh materi ekspresi akan diganti dengan materi yang lebih menarik
bagi siswa dalam penyajiannya.
Pada siklus I hasil pekerjaan siswa
belum dapat dikategorikan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Ulangan
Harian siwa yang masih rendah. Dengan perbaikan RPP disiklus I, siswa terlihat
merespon setiap kegiatan pembelajaran dengan lebih antusias.
Siklus II dilakukan berdasarkan
refleksi pada siklus I, yaitu menganti cara mengajar materi ekspresi dengan
game. Hasilnya siswa lebih tertarik dalam belajar dan mengalami peningkatan
antusiasme. Hal ini dapat dilihat pada susunan kalimat yang benar yang disusun
oleh siswa meningkat dari metode di siklus I. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode game dalam pembelajaran ekspresi mengungkapkan harapan, menyesali, mencegah
dan mengkritik dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada table dibawah ini:
No
|
Aspek
|
Presentase
|
|
Siklus I
|
Siklus
II
|
||
1.
|
Keaktifan
dan antusiasme siswa selama kegiatan pembelajaran
|
50%
|
95%
|
2.
|
Keaktifan
dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
|
60%
|
90%
|
3.
|
Ketepatan
siswa dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar
|
30%
|
85%
|
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I dan II,
sebagaimana dijelaskan dalam tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa kualitas
proses pembelajaran materi ekspresi dan kemampuan siswa dalam menyusun
kalimat-kalimat ekspresi siswa kelas XII IPA2 SMAN1 Bangko Bagansiapiapi
Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau tahun ajaran 2014/2015 mengalami
peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus II.
Siklus pertama menunjukkan bahwa pembelajaran materi
ekspresi dengan metode konvensional menghasilkan ketertarikan yang kurang bila
dibandingkan dengan hasil pembelajaran dengan game di siklus II. Hal ini dapat
dilihat dari hasil persentase keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus II.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode game dalam pembelajaran ekspresi dapat meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar siswa.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode game
dalam memberikan materi ekspresi hope, regret, prevention dan crtiticizing
dikelas XII IPA 2 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi
Riau mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sebesar 40-45%.
Peningkatan motivasi dan hasil belajar ini dapat dilihat dari indikator sebagai
berikut:
1. Keaktifan
dan antusiasme siswa selama kegiatan pembelajaran meningkat 45% dari siklus I.
2. Keaktifan
dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat 30% dari siklus I.
3. Ketepatan
siswa dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar meningkat 55% dari
siklus I.
B. SARAN
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hasil
penelitian ini sebagai metode pembelajaran alternatif dalam mengajarkan ekspresi
bahasa Inggris sehingga dapat diterapkan dikelas-kelas lain maupun
sekolah-sekolah lain tentunya disesuaikan dengan lingkungan sekolah dan kelas
ditempat tersebut.
2. Bagi
peneliti selanjutnya hendaknya mengembangkan dan melanjutkan hasil penelitian
ini dengan menggunakan metode yang lain sehingga penelitian ini menjadi lebih
berkembang.
3. Disarankan
kepada seluruh guru khususnya guru bahasa Inggris agar senantiasa memotivasi
siswa belajar bahasa Inggris melalui metode pembelajaran yang menarik sehingga
siswa termotivasi dan hasil belajar siswa meninngkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri Jatar 2008, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar, Kendari, Unhalu
Pers.
A.M. Sardiman 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, CV. Rajawali
Pers.
Anonim, 2003, Undang-Undang
Sistim pendidikan Nasional no 20 Tahun 2003, Jakarta, Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi, 1984, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bina Aksara.
Bloom, 1976, Theory of School Learning,
Dimyati, 2002, Belajar
dan Pembelajaran,Jakarta, Rineka Cipta.
Diwiyah, Oemar Hamalik, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
Nana Sudjana 2009, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Slameto, 2010, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta, Rineka Cipta.
Wena, Made, 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta, Bumi Aksara
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
ReplyDeleteKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com