MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA MATERI EXPRESSION XII MELALUI GAME PADA SISWA KELAS XII IPA SMAN 1 BANGKO BAGANSIAPIAPI TAHUN AJARAN 2014/2015 KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

OLEH
Eva Diana Sari,S.Pd

Abstract
Pembelajaran Bahasa Inggris merupakan suatu pembelajaran yang kurang disenangi oleh para siswa. Hal ini dikarenakan oleh siswa kurang memahami kosakata dalam Bahasa Inggris dan kurangnya minat untuk mempelajarinya oleh siswa. Sementara Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa. Namun masalah ini harus diatasi oleh guru Bahasa Inggris itu sendiri agar siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk mempelajari setiap materi yang diberikan. Hal serupa juga ditemukan di SMAN 1 Bangko  Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir, berdasarkan pengamatan peneliti selaku guru bidang studi pada sekolah tersebut, motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris  masih kurang optimal.
Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari materi expresi Bahasa Inggris melalui game. Yaitu suatu metoda pembelajaran bermain sambil belajar. Game berperan sebagai suatu wadah untuk mengasah kemampuan otak, meningkatkan konsentrasi dan melatih memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk motivasi belajar Bahasa Inggris siswa materi expression melalui game pada siswa kelas XII SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni(1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode game dikelas XII SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau mampu eningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sebesar 40-45%. Peningkatan motivasi dan hasil belajar ini dapat dilihat melalui tiga indicator. Pertama, tingginya antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kedua, keseriusan siswa ketika mengikuti pembelajaran. Ketiga, ketepatan siswa dalam menyusun kalimat benar mengalami peningkatan dari siklus I dan II. 


Masih merasa penghasilan kurang? Jangan hanya mengeluh. Mari bergabung untuk mendapatkan Income Rp.800 Juta,- Dari Bisnis Iklan
Silahkan klik :
https://muslimpromo.com/?ref=8076

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk merealisasikan amanat Pembukaaan  UUD 1945 alinia ke-empat bahwa pemerintah wajib mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah juga telah menetapkan berbagai undang-undang untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 2 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk menjadikan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guru merupakan sosok insan yang menjadi tauladan bagi peserta didik. Guru juga berperanan sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Guru merupakan tenaga professional mempunyai tugas fungsi, dan kedudukan yang sangat sentral dan strategis dalam penciptaan insan Indonesia cerdas, kompetitif, dan komprehensif. Kreatifitas guru sebagai motivator dan fasilitator  bagi peserta didik akan melahirkan insan yang kreatif kelak. Berbagai metode pembelajaran dapat dikembangkan oleh seorang guru dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Penulis menyadari bahwa selama ini masih banyak kekurangan-kekurangan dalam menyajikan materi pembelajaran terhadap peserta didik.
Melalui metode mengajar yang hanya biasa-biasa saja didapat perolehan skor siswa dalam ulangan harian (UH) sangat rendah. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang masih kaku dan berpusat kepada guru semata. Disamping itu juga  minat peserta didik dalam menerima materi pembelajaran tidak aktif. Materi pembelajaran expression sebenarnya bukanlah materi yang sulit namun dengan gaya mengajar yang berbeda bisa menghasilkan hasil yang berbeda.  Oleh karena itu penulis merasa perlu menemukan suatu metode pembelajaran baru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. Pemikiran ini bermula dikarenakan oleh materi yang mudah saja sulit diterima peserta didik apalagi materi yang sulit. Untuk itulah penulis berupaya menemukan solusi-solusi dan alternatif terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para guru dalam memberikan atau menyajikan materi pembelajaran merupakan suatu fakta yang harus diselesaikan demi terciptanya pendidikan yang bermutu sehingga melahirkan seorang insan yang bedaya saing global kelak. Permasalahan ini tidak bisa dibiarkan berjalan seiring dengan waktu tanpa adanya solusi yang dilakukan oleh guru. Satu permasalahan tidak terselesaikan ditambah lagi permasalahan yang baru maka proses pembelajaran akan menjadi suatu momok yang melelahkan para guru dan juga akan menyiksa batin guru tersebut setiap masuk kelas. Untuk itu marilah kita semua para guru menemukan metoda-metoda yang kreatif dalam pembelajaran agar peserta didik senang dengan Bahasa Inggris dan guru juga tenang dan damai dalam memberikan materi. Jadilah kita seorang guru yang tidak hanya trampil dalam mengajar dan mendidik tapi juga dalam hal melakukan penilitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris melakukan upaya peningkatan motivasi belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Tahun Ajaran 2014/2015 Bagasiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan metoda game.


Masih merasa penghasilan kurang? Jangan hanya mengeluh. Mari bergabung untuk mendapatkan Income Rp.800 Juta,- Dari Bisnis Iklan
                   Silahkan klik
http://www.muslimpromo.com/?ref=8100   https://muslimpromo.com/index.php

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah metode game dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Tahun Ajaran 2014/2015 Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau?
2.      Bagaimana penerapan game dalam materi expression Bahasa Inggris khususnya kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Tahun jaran 2014/2015 Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau?
C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Tahun Ajaran 2014/2015 Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan penerapan metode game.
2.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA 1 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Tahun Ajaran 2014/2015 Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan metode game.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritisnya adalah hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama. Disamping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai media alternatif bagi guru di sekolah lain dalam mengajarkan materi expresi yang lebih efektif dan efisien sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran Bahasa Inggris. Adapun manfaat secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti lain. Bagi siswa, penelitian ini mempermudah siswa mempelajari materi bahasa inggris terutama pada materi ekspresi sehingga siswa dapat mempelajari ekspresi langsung dalam bentuk kalimat. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dengan objek penelitian yang sama. 
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Motivasi Belajar
Istilah dalam Pengertian Motivasi berasal dari perkataan Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan asalnya adalah motive yang juga telah digunakan dalam Bahasa Melayu yakni kata motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk mendorong seseorang dalam melakukan  sesuatu. Secara ringkas, Pengertian Motivasi dapat diartikan sebagai tujuan atau pendorong, dengan tujuan sebenarnya yang menjadi daya penggerak utama bagi seseorang dalam berupaya untuk mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya baik itu secara positif ataupun negatif. Selain itu, Pengertian Motivasi merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertindak sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Pengertian Motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa Pengertian Motivasi dalam belajar merupakan segala daya penggerak di dalam diri siswa yang muncul terhadap kegiatan yang akan menjamin kelangsungan dalam belajar dan mengarahkan pada kegiatan belajar pula sehingga terwujudnya tujuan kegiatan belajar yang dikehendaki. Dorongan seseorang dalam belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi segala harapan dan dorongan inilah yang menjadi pencapaian tujuan tersebut. Dorongan belajar yang kuat akan menghasilkan suatu suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar mengajar menjadi hal yang sangat menyenangkan.
B.     Hasil Belajar
Banyak guru merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya mengenai:
1.      Apakah pengajaran yang telah dilakukan telah berhasil, dan apa buktinya?
2.      Apa yang menjadi ukuran dalam menentukan keberhasilan tersebut?
Kajian dari dua pertanyaan diatas penting bagi guru, terutama dalam menilai secara jujur dan objektif dari usaha yang telah dilakukannya sebagai guru, untuk mengetahui apa dan sejauh mana siswa telah memperoleh manfaat dari proses pengajaran.
Untuk menjawab kedua pertanyaan tadi kita harus dapat menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi kriteria dari keberhasilan pengajaran. Dengan adanya kriteria maka pengajaran dapat diukur dari kriteria tadi, apakah telah sampai pada kriteria ataukah masih jauh, bahkan menyimpang dari kriteria. Mengingat  pengajaran merupakan suatu proses yang dinamis untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan, maka kita dapat menentukan dua kriteri yang bersifat umum yaitu:
a.       Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya (by process)
b.      Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya (by product)
Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut proses dapat dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:
A.    Pengajaran ditinjau dari proses
1.      Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan telah menjadi pekerjaan rutin?
Sering kita temukan bahwa guru memandang pekerjaan mengajar adalah pekerjaan rutin yang telah menjadi kebiasaan dari hari kehari, bulan kebulan bahkan dari tahun ketahun. Ia telah biasa dengan cara dan gaya yang itu-itu saja. Dalam situasi demikian tak ada dinamika, tak ada inovasi, dan kekreatifan untuk mengembangkan pengajaran kearah yang lebih baik. Akibatnya hasil yang dicapai siswa dari tahun ketahun relative sama, sedangkan dilain pihak ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat.
2.      Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar denga penuh kesadaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu sendiri?
3.      Apakah siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat penggunaan multi metode dan multi media yang dipakai guru, ataukah terbatas pada sstu kegiatan belajar saja?
4.      Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya, ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia lakukan itu benar atau salah. Pengajaran adalah proses demokratis, objektif dan koreksi diri. Proses pengajaran hendaknya menumbuhkan kegiatan mandiri.
5.      Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas ataukah hanya siswa tertentu yang aktif belajar. Interaksi dinamis antara guru dengan siswa, siswa dan siswa merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan pengajaran yang berhasil dengan tidak mengesampingkan adanya perbedaan individual dalam kemampuan dan minatnya.
6.      Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar ataukah suasana yang mencemaskan dan menakutkan? Biasanya disiplin yang kaku, kurang mendorong keberanian siswa belajar malah sebaliknya. Berbedanya halnya dengan disiplin yang bebas tapi terkendali, biasanya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan belajar. Itu sebabnya guru harus bijaksana dalam mengelola kelas agar terciptanya iklim belajar yang baik dan kondusif.
7.      Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana belajar, sehingga tidak memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal?
Mengkaji persoalan diatas menunjukkan bahwa keberhasilan proses pengajaran banyak dipengaruhi oleh variable yang datang dari pribadi siswa sendiri, usaha guru dalam menyediakan dan menciptakan kondisi pengajaran, serta variable lingkungan terutama sarana iklim yang memadai untuk tumbuhnya proses pengajaran yang baik. Keterpaduan dari tiga variable diatas merupakan kunci keberhasilan pengajaran ditinjau dari sudut proses.
B.     Pengajaran ditinjau dari hasil
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar  ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.
Berikut adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa.
1.      Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran Nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsure kognitif, afektif dan psikomotor secara terpadu pada diri siswa, ataukah hasil belajar yang bersifat tunggal (single facts) dan terlepas satu sama lain, sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi.
2.      Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran mempunyai daya guna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa terutama dalam pemecahan masalah yang dihadapinya, ataukah suatu hasil yang sifatnya samar-samar sehingga tak banyak dan tak dapat diterapkan?
3.      Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya serta cukup mempengaruhi prilaku dirinya, ataukah bersifat incidental masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan? Keberhasilan pengajaran dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, tentunya mengharapkan bahwa semua hasil yang diperoleh itu membentuk satu sistim nilai (value system) yang dapat membentuk kepribadian siswa, sehingga member warna dan arah dalam semua perbuatannya.
4.      Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran, ataukah perubahan itu sebagai akibat lain diluar proses pengajaran?
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.  Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark 1981, bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.
Sungguhpun demikian hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar disekolah (Theory of school learning) dari Bloom, 1976 yang mengatakan ada tiga variable utama dalam teori belajar disekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa. Sedangkan Caroll, 1977, berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu. Empat factor yang disebut diatas (a b c e)  berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor diluar individu (lingkungan).
  Kedua faktor diatas (kemampuan siswa dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran dapat dilakukan dengan metoda pembelajaran yang bervariatif. Melalui game, siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Game merupakan permainan.  Permainan adalah kegiatan yang kompleks yang didalamnya terdapat peraturan, play dan budaya. Sebuah permainan adalah sebuah sistem dimana pemain terlibat dalam konflik buatan, disini pemain berinteraksi dengan sistem dan konflik dalam permainan merupakan rekayasa atau buatan, dalam permainan terdapat peraturan yang bertujuan untuk membatasi perilaku pemain dan menentukan permainan. Game bertujuan untuk menghibur, biasanya game banyak disukai oleh anak – anak hingga orang dewasa. Games sebenarnya penting untuk perkembangan otak, untuk meningkatkan konsentrasi dan melatih untuk memecahkan masalah dengan tepat dan cepat karena dalam game terdapat berbagai konflik atau masalah yang menuntut kita untuk menyelesaikannya dengan cepat dan tepat. Melalui game pembelajaran jadi lebih menarik dan meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Saat ini sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah yakni H.Mulyawansyah,S.Pd yang membawahi 51 tenaga pengajar dan 23 tenaga administrasi. Sekolah ini mempunyai 27 ruangan kelas yang terdiri dari 9 kelas X, 5 kelas XI IPA dan 4 kelas XI IPS, 5 kelas XII IPA dan 4 kelas XII IPS. 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang OSIS, 1 ruang pramuka, 1 ruang pasus, 1 musholla, dan 6 kantin. Objek penelitian dilakukan dikelas XII IPA yang terdiri dari 169 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015.
B.     Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
PTK dilaksanakan dengan strategi siklus yang berangkat dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu siklus penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni (1) perencanaan tindakan,(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Penelitian ini diakhiri pada siklus kedua,


C.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1.      Observasi, digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran materi expresi yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, selama dan sesudah siklus penelitian berlangsung.
2.      Tes, digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Adapun bentuk tes yang diberikan kepada siswa yakni tes yang berupa menyusun kata-kata acak menjadi suatu kalimat yang benar.
3.      Untuk melihat keterkaitan motivasi dan hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan yang meningkat. Untuk itu nilai UH juga merupakan sebagai alat tes dalam pengumpulan data.
Table  Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek yang Diukur
Persentase Target Capaian Siklus Terakhir
Cara Pengukuran
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran
75%
Diamati pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
Keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran
75%
Diamati saat pembelajaran dengan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam kegiatan mengajar
Kemampuan siswa dalam menyusun kalimat dengan tepat
75%
Dihitung dari jumlah jawaban benar per tim yang mampu menyusun kalimat dengan benar.

D.    Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1.      Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:
a.       Mengidentifikasi masalah
b.      Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan
c.       Mengidentifikasi tindakan yang relevan
2.      Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a.       Penyusunan jadwal penelitian
b.      Penyusunan rencana pembelajaran
c.       Penyusunan strategi pelaksanaan game
3.      Tahap Penyususnan Rencana Tindakan
Rencana tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus 1 dan 2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
4.      Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi  siswa dalam mempelajari ekspresi dengan metoda game. Hipotesis tindakan ini dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan.
5.      Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru.
6.      Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian.
E.     Proses Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar  siswa dalam mempelajari ekspresi bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau melalui game. Setiap tindakan merupakan upaya peningkatan indikator yang dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi untuk perencnaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam 2 siklus.
1.      Rancangan Siklus I
a.       Tahap Perencanaan
Pada tahap ini menyusun:
1. Skenario pembelajaran sebagai berikut:
-  Guru memberikan apersepsi
-  Guru menjelaskan materi pembelajaran secara sekilas
- Guru menugasi siswa untuk membuat contoh-contoh kalimat ekspresi yang dipelajari.
-  Siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan dinilai oleh guru.
2. Instrumen berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi kalimat-kalimat masing-masing ekspresi.
b.      Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan.
c.       Tahap observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dalam membuat contoh-contoh kalimat masing-masing ekspresi  maupun pada hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama.
d.      Tahap refleksi, pada tahapan releksi ini didapati siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga hasil belajar menurun. Refleksi ini dilakukan dengan menganalisis hasil observasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki dan disempurnakan.
2.       Rancangan siklus 2
Pada siklus 2 perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran bahasa inggris.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Tindakan Setiap Siklus
Dalam penelitian ini, telah dilaksanakan proses penelitian selama  2 siklus. Setiap siklus terdapat 4 tahap dalam melaksanakanproses penilitian, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Keempat tahap tersebut dapat dilihat dari deskripsi berikut ini:
1.      Siklus 1
a.       Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin 25 Agustus 2014 dikelas XII IPA SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Hal-hal yang direncanakan pada tahap 1 meliputi kegiatan sebagai berikut:
1.      Membuat rancangan skenario pembelajaran materi ekspresi yang akan diberikan kepada siswa melalui game dengan langkah-langkah sebagai berikut:
-          Guru memberikan materi tentang ekspresi  suggestion, complaint, possibility dan giving an order melalui tanya jawab.
-          Siswa membuat contoh-contoh kalimat masing-masing ekspresi.  
2.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk  menghasilkan contoh-contoh kalimat baru akan ekspresi yang sudah dibahas.
3.      Guru mengecek pekerjaan siswa.
4.      Guru menyusun RPP untuk materi ekspresi

b.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan untuk siklus 1 ini direncanakan 1 kali pertemuan yakni pada hari Senin tanggal 25 Agustus 2014 dikelas XII IPA 2 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Materi pembelajaran ekspresi yaitu expression suggestion, complaint, possibility dan giving an order. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut:
1.      Guru memberikan beberapa contoh expression suggestion, complaint, possibility dan giving an order.
2.      Siswa diajak untuk menemukan atau memikirkan synonym dari masing-masing expresi.
3.      Masing-masing siswa dengan  menghasilkan 10 buah kalimat masing-masing 2 kalimat expresi suggestion, 2 kalimat expresi complaint, 3 kalimat expresi possibility dan 3 kalimat expresi giving an order.
4.      Siswa melaporkan hasil susunan kalimat kepada guru dan dikoreksi oleh guru.

c.       Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Guru mengajar materi ekspresi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut. Materinya yaitu ekspresi suggestion, complaint, possibility dan giving an order. Pada awal pembelajaran, peneliti melaksanakan kegiatan apersepsi kepada siswa melalui tanya jawab. Peneliti memberikan informasi mengenai contoh-contoh ekspresi yang akan diajarkan melalui contoh-contoh dalam komunikasi yang biasa digunakan dalam menyampaikan sesuatu kepada seseorang dalam bahasa Indonesia. Misalnya peneliti meminta siswa untuk menyebutkan contoh bagaimana kita menyampaikan nasehat atau saran kepada orng lain. Di jawab oleh siswa yang satu dan siswa yang lain menterjemahkannya dalam bahasa Inggris. Kemudian guru menjelaskan contoh-contoh masing-masing ekspresi dan membahasnya bersama-sama dengan siswa. Siswa diminta untuk membuat contoh-contoh kalimat masing-masing ekspresi suggestion, complaint, possibility dan giving an order minimal 10 contoh kalimat. Setelah itu siswa mengumpulkan kalimat yang sudah disusun untuk dibahas dan diperbaiki oleh guru.
d.      Refleksi
Berdasarkan tindakan yang telah dipaparkan selama 1 kali pertemuan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1.      Peneliti harus lebih variatif dalam memberikan atau menyajikan materi dan penugasan terhadap siswa agar siswa tertarik untuk menanggapi setiap pertanyaan atau bahkan pertanyaan itu sendiri yang muncul dari siswa itu sendiri. Disini cara yang diterapkan peneliti masih bersifat konvensional atau dengan kata lain masih menggunakan metoda mengajar yang menoton melalui ceramah dan tanya jawab.
2.      Seharusnya peneliti melakukan pembahasan secara variatif atas hasil yang dikerjakan siswa sehingga mengetahui letak kekurangannya.
3.      Sebaiknya guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih serius untuk mempelajari bahasa Inggris karena hasil ulangan siswa masih rendah.
2.      Siklus II
a.       Perencanaan Tindakan
Kegiatan penelitian pada siklus II diawali dengan membuat rencana untuk pemberian tindakan II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan Senin, 19 Januari 2015. Dari hasil refleksi siklus I menyatakan bahwa peneliti perlu mengganti cara atau metode mengajar yang lebih mudah dipahami dan menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar maka diasumsikan hasil belajar akan meningkat. Tahap perencanaan siklus II sebagai berikut:
1.      Peneliti bertindak memberikan instruksi sebagai berikut:
a. Peneliti menyampaikan kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam menyampaikan harapan, penyesalan, mencegah dan mengkritik.
b. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata-kata atau kalimat yang berhubungan dengan cara menyampaikan harapan, penyesalan, mencegah dan mengkritik.
c. Peneliti menginstruksikan siswa untuk menyusun kalimat tersebut berpasangan dengan teman.
d.  Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kata-kata atau penggunaan grammar yang kurang tepat dengan berkonsultasi dengan guru.
e. Siswa bertukar amplop yang berisi 10 buah kalimat yang terdiri dari 2 kalimat ekspresi hope, 2 kalimat ekspresi regret, 3 kalimat ekpresi prevention, dan 3 kalimat ekspresi criticizing.
f.  Siswa dengan pasangannya masing-masing menyusun kalimat dengan kata-kata acak didalam amplop menjadi susunan yang benar dalam waktu 5 menit.
g. Siswa secara bergantian mengoreksi susunan kalimat yang telah disusun oleh tim lawan.
h.  Penghitungan kalimat yang disusun benar apabila semua kata per kata yang disusun benar sesuai dengan urutannya.
2.      Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi expression hope, regret, prevention dan criticizing.
3.      Peneliti mempersiapkan media pembelajaran yang berupa potongan-potongan kertas.
4.      Peneliti menyusun instrument penelitian  berupa  lembaran observasi dan nilai ulangan harian sebagai acuan korelasi antaramotivasi dan hasil belajar.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal  19 Januari 2015 diruang kelas XII IPA 2 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.  Pada pertemuan pertama diawali dengan apersepsi. Peneliti menyampaikan language class akan apa yang harus dikerjakan dan apa saja yang harus dipersiapkan. Siswa diminta untuk membuat kalimat-kalimat baru bersama dengan pasangan masing-masing. Kalimat-kalimat yang telah selesai disusun dalam sebuah amplop yang berisi kepingan per kepingan suku kata setiap kalimat tersebut. Masing-masing amplop mempunyai warna yang berbeda. Hal ini menjadi pertimbangan dikarenakan akan terjadinya pertukaran kepingan kertas kedalam amplop yang berisi kalimat expresi yang lain. Siswa menukar amplop yang dipegangnya dengan pasangan yang lain dan menyusunnya dalam waktu 5 menit. Kegiatan ini dipandu oleh peneliti sebagai fasilitator. Setelah selesai game, peneliti membahasnya bersama-sama untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dilaksanakan.
c.       Observasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan tindakan yang dikenakan kepada siswa, peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran menjadi jauh lebih baik. Siswa terlibat aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa tertib dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan wawancara terhadap siswa diperoleh data tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus II ini sebagai berikut:
1.      Siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran mencapai 95% sedangkan 5% lainnya kurang memperhatikan pelajaran.
2.      Dari sekian banyak siswa yang aktif 95% diantaranya sangat antusias, sedangkan 5% nya cendrung pasif.
3.      Siswa yang sudah mampu menyusun kalimat ekspresi dengan benar 85% sedangkan siswa yang lainnya belum memberikan jawaban yang tepat.
d.      Refleksi
Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran ekspresi dengan metode game pada siklus II ini telah dapat diatasi dengan baik. Peneliti telah berhasil mengontrol siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib dan mampu memancing respon yang positif terhadap stimulus yang diberikan. Siswa terlihat lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa mengalami peningkatan dalam mempelajari materi ekspresi. Peningkatan indikator-indikator ini dapat dilihat dari nilai siswa pada tes yang dilakukan pada siklus I sampai siklus II.


B.     Hasil Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan tindakan yang dilakukan setiap siklus, dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pada siklus I terdapat beberapa kelemahan selama kegiatan pembelajaran, yaitu kurang optimalnya pemahaman siswa disebabkan  oleh metode pembelajaran yang kurang menarik. Akibatnya, pada siklus I hasil pemahaman siswa terhadap materi ekspresi belum menunjukkan peningkatan. Setelah melakukan refleksi, peneliti akan mengatasi kelemahan tersebut dengan cara meningkatkan pengawasan lebih ketat. Disamping itu, peneliti akan membahas hasil pekerjaan siswa, dan contoh-contoh materi ekspresi akan diganti dengan materi yang lebih menarik bagi siswa dalam penyajiannya.
Pada siklus I hasil pekerjaan siswa belum dapat dikategorikan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Ulangan Harian siwa yang masih rendah. Dengan perbaikan RPP disiklus I, siswa terlihat merespon setiap kegiatan pembelajaran dengan lebih antusias.
Siklus II dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus I, yaitu menganti cara mengajar materi ekspresi dengan game. Hasilnya siswa lebih tertarik dalam belajar dan mengalami peningkatan antusiasme. Hal ini dapat dilihat pada susunan kalimat yang benar yang disusun oleh siswa meningkat dari metode di siklus I. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode game dalam pembelajaran ekspresi  mengungkapkan harapan, menyesali, mencegah dan mengkritik dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada table dibawah ini:
No
Aspek
Presentase



Siklus I
Siklus II
1.
Keaktifan dan antusiasme siswa selama kegiatan pembelajaran
50%
95%
2.
Keaktifan dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
60%
90%
3.
Ketepatan siswa dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar
30%
85%

C.     Pembahasan
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I dan II, sebagaimana dijelaskan dalam tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa kualitas proses pembelajaran materi ekspresi dan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat-kalimat ekspresi siswa kelas XII IPA2 SMAN1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau tahun ajaran 2014/2015 mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus II.
Siklus pertama menunjukkan bahwa pembelajaran materi ekspresi dengan metode konvensional menghasilkan ketertarikan yang kurang bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran dengan game di siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode game dalam pembelajaran ekspresi dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode game dalam memberikan materi ekspresi hope, regret, prevention dan crtiticizing dikelas XII IPA 2 SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sebesar 40-45%. Peningkatan motivasi dan hasil belajar ini dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:
1.      Keaktifan dan antusiasme siswa selama kegiatan pembelajaran meningkat 45% dari siklus I.
2.      Keaktifan dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat 30% dari siklus I.
3.      Ketepatan siswa dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar meningkat 55% dari siklus I.
B.     SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1.      Hasil penelitian ini sebagai metode pembelajaran alternatif dalam mengajarkan ekspresi bahasa Inggris sehingga dapat diterapkan dikelas-kelas lain maupun sekolah-sekolah lain tentunya disesuaikan dengan lingkungan sekolah dan kelas ditempat tersebut.
2.      Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mengembangkan dan melanjutkan hasil penelitian ini dengan menggunakan metode yang lain sehingga penelitian ini menjadi lebih berkembang.
3.      Disarankan kepada seluruh guru khususnya guru bahasa Inggris agar senantiasa memotivasi siswa belajar bahasa Inggris melalui metode pembelajaran yang menarik sehingga siswa termotivasi dan hasil belajar siswa meninngkat.
DAFTAR PUSTAKA

Ahiri Jatar 2008, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar, Kendari, Unhalu Pers.
A.M. Sardiman 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, CV. Rajawali Pers.
Anonim, 2003, Undang-Undang Sistim pendidikan Nasional no 20 Tahun 2003, Jakarta, Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi, 1984, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bina Aksara.
Bloom, 1976, Theory of School Learning,
Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran,Jakarta, Rineka Cipta.
Diwiyah, Oemar Hamalik, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
Nana Sudjana 2009, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta, Rineka Cipta.
Wena, Made, 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta, Bumi Aksara

1 comment:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete