APLIKASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SELF-REGULATION LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

Yusup Hidayat, S.Pd., M.Si



Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran (self regulation learning dan konvensional) dan jenis kelamin terhadap hasil belajar pendidikan jasmani yang direpresentasi oleh kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakukan terhadap 120 siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Cisitu Bandung, dan dibagi ke dalam empat jenis kombinasi perlakuan melalui randomize matched factorial design. Hasil belajar diukur dengan skala kemampuan analisis, skala motivasi olahraga, dan tes keterampilan gerak menggiring bola basket, pass bawah bola voli, dan lempar tangkap bola. Berdasarkan hasil analisis multivariat (MANOVA) diperoleh hasil: (1) pendekatan pembelajaran dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, (2) pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dibandingkan dengan pendekatan konvensional, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani. Sesuai dengan hasil penelitian ini direkomendasikan pendekatan self-regulated learning dapat menjadi pilot project dan bahan pertimbangan bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk merumuskan kebijakan lokal tentang penggunaannya dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

Kata kunci: Self regulation learning, pendidikan jasmani, kemampuan analisis,
motivasi olahraga, keterampilan gerak

Abstract
The research was aimed to identify the influence of learning approach (Self Regulation Learning and Conventional) on physical education achievement that representated by analysis ability, sport motivation, and motor skill acquisition based on gender. It was conducted toward 120 subjects comprise of 4th and 5th grade students of Cisitu Elementary School Bandung, and devided into four treatment combinations by randomize matched factorial design. The learning achievement measured using analysis ability scale, sport motivation scale, and motor skill test on ball dribbling in basketball, under passing in volleyball, and ball throw-taking. According to the data analysis result by using multivariate analysis technique, it was obtained as follows: (1) the SRL approach model gives higher influence and significant on improvement of analysis ability, sport motivation, and motor skill compared to the traditional approach model, (2) gender gives significant influence on analysis ability, sport motivation, and motor skill and (3) there is no interaction between learning approach model and gender in influencing analysis ability, sport motivation, and motor skill. Recommended, according with the result of this research thet self-regulated learning approach can become a pilot project and consideration substance for Bandung City Educational Service to formulate of local policy about its using in physical education instruction at elementary school.

Keywords: Self-regulation learning, physical education, analysis ability,
sport motivation, motor skill


PENDAHULUAN
Dalam mata rantai pendidikan, pendidikan jasmani dan olah raga merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan yang memberi sumbangsih bagi pembentukan pribadi anak didik seutuhnya, terutama melalui pengalaman dan penghayatan gerak yang meaningful dalam satu adegan pergaulan pedagogis. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah panggung tempat proses pembelajaran gerak dan atau melalui gerak atau education of and through the physical (Lutan dalam Hidayat, 2003). Tujuan filisofis dari pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga adalah memperkembangkan kepribadian sebagai suatu keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan norma-norma sosial dan kesehatan.
Penggunaan pendekatan pembelajaran  Self Reglated Learning (SRL) dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga memiliki nilai strategis terutama karena SRL merupakan fondasi proses belajar sepanjang hayat yang membelajarkan peserta didik untuk mengontrol pikiran, sikap, dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Smith, 2001). SRL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang didasari oleh teori sosial kognisi yang menekankan adanya interaksi antara faktor person (personal), perilaku (behaviour) dan lingkungan (environment) (Bandura, 1997). Ketiga faktor ini saling menjadi kausalitas bagi faktor yang lain, oleh karena itu disebut triadic reciprocality theory (Kuiper, 2002).
Self-Regulated Learning merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku (Zimmerman dan Martinez-Pons dalam Smith, 2001). Keterlibatan aspek metakognisi terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengerahan perilaku untuk mencapai tujuan kegiatan belajar, sedangkan aspek perilaku dalam SRL berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Peserta didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung menjadi lebih otonom dan lebih bertanggung jawab karena mereka menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajar akan dapat dicapai. Sebagai sebuah strategi belajar, SRL merupakan rencana tindakan yang menggambarkan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Rencana tindakan disusun dan diarahkan pada orientasi sasaran belajar sebagai sebuah kerangka berfikir mental yang menuntun dan menentukan proses berfikir atau cara-cara peserta didik menginterpretasi dan merespon achievement situation yang dimanifestasikannya dalam bentuk performa atau penguasaan keterampilan (Barron & Harackiewecz, 2001).
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang memberi penekanan secara seimbang pada aspek kognisi, motivasi, dan perilaku masih sangat jarang. Didalam pembelajaran pendidikan jasmani setiap peserta didik seharusnya terlibat langsung di dalam penyusunan tujuan, strategi, pemantauan, dan evaluasi kegiatan belajar. Dengan begitu motivasinya akan senantiasa mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan belajar, dan pada akhirnya termanifestasikan dalam perilakunya untuk senantiasa mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, penelitian ini menjadi sangat penting terutama karena pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan melibatkan aktivitas belajar peserta didik secara metakognisi, motivasional, dan behavioral. Juga menekankan pada pengem-bangan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan ketermotivasian peserta didik selama melaksanakan proses pembelajaran serta mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangan alat bantu pelajaran.  Diduga pendekatan pembelajaran Self-Regulated Learning akan memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan daripada pendekatan konvensional baik pada siswa putera maupun puteri terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dan olahraga yang direpresentasikan dalam aspek kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak.
Penelitian melibatkan dua variabel bebas, yaitu pendekatan pembelajaran yang dibagi kedalam dua klasifikasi, yaitu pendekatan pembelajaran self-regulation learning dan konvensional sebagai variabel bebas aktif, dan jenis kelamin sebagai variabel bebas atribut (Kerlinger, 2002), sedangkan variabel hasil belajar pendidikan jasmani sebagai variabel terikat terdiri atas kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakanakan hanya ditingkat Sekolah Dasar, yaitu siswa-siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri Cisitu I dan II Kota Bandung.

KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Pendidikan Jasmani
Belajar keterampilan gerak adalah seperangkat proses internal yang mengantarkan kearah perubahan perilaku terutama perilaku gerak yang relatif permanen sebagai akibat dari proses latihan atau pengalaman dan bukan karena pengaruh kondisi tubuh yang bersifat sementara seperti keadaan sakit, lelah, jenuh, karena obat-obatan atau proses kematangan fisik (Fischman & Oxendine, 2001). Belajar keterampilan gerak pada dasarnya merupakan suatu proses yang merangkum tiga unsur pokok yaitu: (1) unsur masukan (input) berupa tingkah laku individu sebelum belajar, (2) unsur proses belajar dalam bentuk pengalaman dan latihan yang memproses masukan, dan (3) unsur keluaran (output) berupa perubahan-perubahan perilaku yang dihasilkan. Bloom (dalam Krathwohl, 2002) menyatakan bahwa perubahan perubahan perilaku belajar mencakup tiga kategori domain yaitu, (1) perilaku kognitif, (2) perilaku afektif, dan (3) perilaku motorik.
Perubahan perilaku kognitif berupa keterampilan berpikir intelektual, terdiri atas indikator pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom dalam Krathwohl, 2002), perilaku afektif terkait dengan perubahan-perubahan dalam sikap, perasaan, emosi, dan motivasi siswa terhadap belajar, sedangkan perilaku psiko-motorik dimanifestasikan dalam bentuk gerak anggota tubuh di bawah kendali sistem syaraf. Aspek kemampuan gerak yang dikembangkan adalah kemampuan gerak dasar, terdiri atas kemampuan lokomotor, kemampuan non lokomotor, dan manipulatif (Pangrazi & Dauer, 2007). Ketiga domain ini merupakan tujuan yang dijadikan kriteria perubahan yang harus dicapai oleh siswa, dan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut disebut hasil belajar. Khusus dalam pendidikan jasmani, karena karakterisriknya yang khas, ada domain lain yang dijadikan kriteria dalam menentukan keberhasilan hasil belajar, yaitu domain kebugaran jasmani.

Pendekatan Pembelajaran Self-Regulated Learning
Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupakan sebuah strategi atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dari teori triadik kognisi sosial dari Bandura (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Budiana, 2010). Menurut teori triadik kognisi sosial, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang interdependen dari aspek-aspek yang meliputi perilaku, pribadi, dan lingkungan. Gelombang SRL berkembang dengan menekankan pada proses belajar atau pembelajaran dan mulai popular sejak tahun 1980-an dengan penekanan pada pentingya otonomi dan tanggung jawab pribadi bagi kegiatan belajarnya.
Menurut Bandura (Kermarrec, Todorovich, & Fleming, 2004), terdapat tiga aspek determinan yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek diri, perilaku, dan lingkungan. Jadi, SRL tidak hanya melibatkan aspek diri saja melainkan juga aspek perilaku dan lingkungan. Keterlibatan ketiga proses ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana (a) individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, (b) hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan (c) berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian. Dalam proses tersebut masing-masing aspek determinan saling berpengaruh satu sama lain.
Zimmerman dan Martinez-Pons (Smith, 2001) mendefinisikan SRL sebagai tingkatan dimana partisipan (peserta didik) secara aktif melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam proses belajar. Aspek metakognisi dalam SRL mengacu pada proses pembuatan keputusan yang mengatur pemilihan dan penggunaan berbagai jenis pengetahuan. Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi (1) komponen harapan (an expectancy component), yakni keyakinan peserta didik mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas, (2) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai pentingnya minat terhadap suatu tugas, (3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap suatu tugas, dan (4) komponen perilaku yang mengacu pada perilaku nyata yang muncul dalam interaksinya dengan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan aktivitas belajar atau berla-tihnya. Peserta didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umumnya lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajanya akan dapat dicapai.
Sesuai dengan beberapa hasil penelitian (Kermarrec, et al., 2004; Hidayat, Budiana, & Komarudin, 2008), ada tiga komponen teoretis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam bidang olahraga dan pendidikan, yaitu strategi belajar (learning strategi), strategi pengelolaan (management strategi), dan pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning. Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang cara siswa memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam pelajaran. Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan tentang bagaimana siswa secara mental mengorganisasi lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan informasi, sedangkan pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum yang digunakan oleh siswa untuk menjelaskan cara-cara strategik dalam belajar atau latihan. Selanjutnya, ketiga komponen SRL dielaborasi kedalam 18 sub komponen, yaitu tujuh sub komponen strategi belajar tujuh strategi pengelolaan, dan empat pengetahuan tentang belajar, setiap komponen dan sub komponen berkaitan satu sama lain. Selanjutnya semua komponen dan sub komponen tersebut dikategorisasikan kedalam tiga jenis model regulasi diri dalam pendidikan jasmani dan olahraga yaitu (1) model latihan atau pengulangan (training dan repeating), (2) model penggunaan informasi verbal (using verbal information), dan (3) model informasi nonverbal (nonverbal information).


Tabel 1. Komponen, Sub Komponen, dan Jenis Model Regulasi Diri dalam Belajar Pendidikan Jasmani 


Strategi Belajar
Menetapkan tujuan
Mendengarkan instruksi;
Berfikir dan menemukan pemahaman;
Melihat dan meniru;
Memvisualisasikan;
Memfokuskan perhatian;
Mengulang dan melatih
Menggunakan  informasi verbal
Menggunakan  informasi verval
Menggunakan  informasi verval
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal
Latihan dan mengulang
Latihan dan mengulang



Strategi Pengelolaan
Mengelola perhatian;
Mencari bantuan;
Mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat kesulitan;
Mengelola waktu;
Mengurangi interaksi teman sebaya;
Mengelola motivasi;
Melakukan evaluasi diri
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal



Pengetahuan tentang belajar
Pengetahuan tentang diri;
Pengetahuan tentang strategi;
Pengetahuan tentang situasi
Pengetahuan tentang orang lain

Membuat asosiasi dengan informasi non verbal
Menggunakan informasi verbal
Latihan dan mengulang
Menggunakan informasi verbal 




Selanjutnya, semua komponen, sub komponen, dan jenis model regulasi diri di atas dituangkan dalam struktur atau pentahapan pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, inti, dan penutup.


METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan tujuan untuk menguji efektivitas pengaruh model pendekatan pembelajaran SRL dibandingkan dengan efektivitas model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh para guru pendidikan jasmani dan olahraga terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Desain eksperimen yang digunakan adalah faktorial 2x2 (Kerlinger, 2002; Millsap & Olivares, 2009).

Subyek Penelitian
Eksperimen dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di Kota Bandung.  Sampel berjumlah 120 orang siswa kelas 4 dan kelas 5 yang ditempatkan secara acak dipadankan (randomize matched design) ke dalam empat kelompok eksperimen (Millsap & Olivares, 2009) sehingga setiap kelompoknya berjumlah 30 orang siswa. Tabel 2 di bawah ini menyajikan hasil penentuan jumlah sampel, rerata (mean) dan standard deviasi usia subjek penelitian.
Tabel 2. Jumlah sampel untuk  setiap kelompok eksperimen

Kelompok
Kelas
Siswa
Puteri
Siswa Putera
Jumlah
Total /Kelompok
Rerata dan Standar Deviasi Usia (N = 30)
A1B1 
IV
15
-
30
M = 11,40; SD = 0,45
V
15
-
A1B2
IV
-
15
30
M = 11,49; SD = 0,49
V
-
15
A2B1
IV
15
-
30
M = 11,60; SD = 0,49
V
15
-
A2B2
IV
-
15
30
M = 10,24; SD = 0,44
V
-
15
Jumlah
60
60
120
120
Rerata Usia
11.498
10.867
11.183
11.183
Standar deviasi Usia
0.478
0.463
0.471
0.471

Prosedur Eksperimen
Eksperimen dilakukan di dua SD Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di kota Bandung selama 2 bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2010 dengan frekuensi dua kali per minggu yaitu pada hari selasa dan kamis. Jumlah total perlakuan yang diberikan sebanyak 16 kali, mekanisme pembelajaran diatur dengan ketentuan, setiap guru memperoleh kesempatan mengajar di setiap kelompok eksperimen, jadi setiap guru mengajar sebanyak 4 kali pertemuan di setiap kelompok eksperimen. Tes akhir atau post test dilaksanakan satu hari setelah eksperimen selesai. Jenis tes yang digunakan meliputi tes penguasaan keterampilan gerak dan teknik non tes skala kemampuan analisis dan motivasi olahraga. Data yang dikumpulkan pada saat tes akhir dilakukan dengan teknik tes penguasaan keterampilan gerak lempar tangkap bola, menggiring bola, dan pas bawah, serta teknik non tes dalam bentuk skala kemampuan analisis dan motivasi olahraga. Semua data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varian multivariat (MANOVA) dengan bantuan program SPSS 16 (Ghozali, 2009; Field, 2009; Widarjono, 2010).

Instrumen Penelitian
Penyusunan dan pengembangan skala kemampuan analisis didasarkan pada konstrak psikologis yang dikembangkan oleh Bloom (Krathwohl, 2002). Konstrak kemampuan analisis terdiri atas dimensi konstrak kemampuan menganalisa, membedakan, menentukan, membandingkan, mempertentangkan, menyelidiki, mengelompokkan, mengenal, menjelaskan memperlihatkan, dan kemampuan memisahkan. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas konsistensi internal diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0,76 sampai 0,90 dengan rerata 0,83. Skala motivasi olahraga yang dikembangkan merujuk pada struktur faktor motivasi olahraga yang dikembangkan oleh Marten & Webber (2002). Skala ini terdiri atas tiga sub-skala, yaitu motivasi intrinsik (motivation to know, motivation to experience stimulation, dan motivation to accomplish), motivasi ekstrinsik (identification, introjections, dan external regulation), dan amotivasi. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas konsistensi internal diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0,66 sampai 0,81 dengan rerata 0,74. Tes penguasaan keterampilan gerak disesuaikan dengan materi yang diajarkan selama eksperimen berlangsung dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas  hasil penelitian. Tes keterampilan gerak yang harus dilakukan siswa ketika eksperimen berakhir adalah tes keterampilan menggiring bola basket, keterampilan lempar tangkap bola, dan pas bawah bola voli (Nurhasan, 2007).


HASIL PENELITIAN

Deskripsi Statistik
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik Analisis Varian Multivariat (MANOVA) diperoleh besaran nilai rerata dan deviasi standar sebagai berikut:

Tabel 3. Rerata dan Deviasi Standar Setiap Variabel




Variabel Dependen
Model Pendekatan Pembelajaran (A)
Jenis Kelamin
SRL (A1)
Konvensional (A2)

M
SD
M
SD
Siswa Putera (B1)
Kemampuan Analisis
95.00
3,983
87.33
4.751

Motivasi Olahraga
87.13
8.835
75.23
11.485

Keterampilan Gerak
92.13
6.399
83.80
10.466
Siswa Puteri (B2)
Kemampuan Analisis
88.37
6.419
81.87
4.424

Motivasi Olahraga
95.23
13.625
73.00
10.017

Keterampilan Gerak
77.90
9.099
69.27
9.359

Uji Signifikansi Multivariat Main Effect
Tabel 4.  Uji Multivariat (Multivariate  test)



Effect

(J) A

Value

F
Hypothesis
df
Error
df

Sig.
Partial Eta
Squared
Pendekatan Pembelajaran

Wilks' Lambda

.434

49.545a

3.000
114.000
.000
.566
Jenis Kelamin
Wilks' Lambda
.459
44.833a
3.000
114.000
.000
.541
Pendekatan
Pembelajaran *

Wilks' Lambda

.941
2.383a
3.000
114.000
.073
.059
Jenis Kelamin

Sesuai dengan hasil uji multivariat menggunakan Wilks' Lambda Test, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) FoA (3,114) = 49,545, sangat signifikan pada p = 0,000 < 0,01. Artinya,  model pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak siswa sekolah dasar, dengan nilai variabilitas Partial Eta Squared sebesar 0,566 (56,6%);  (2) FoB (3,114) = 44,833 dan sangat signifikan pada p = 0,000 < 0,01. Artinya, jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, dengan nilai variabilitas Partial Eta Squared sebesar 0,541 (54,1%); (3) FoAB (3,114) = 2,383 dan tidak signifikan pada p = 0, 073 < 0,05. Hal ini berarti model pendekatan pem-belajaran dengan jenis kelamin tidak memberikan pengaruh interaktif terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak.


Uji Signifikansi Univariat untuk Efek antar Subjek

Tabel 5.  Tests of Between-Subjects Effects (Tes efek antar subjek)


Source
Dependent
Variable
Type III Sum of Squares

df
Mean Square

F

Sig.
Partial Eta Squared

Pendekatan_ Pembelajaran
Y1
1505.208
1
1505.208
60.688
.000
.343
Y2
8738.133
1
8738.133
70.478
.000
.378
Y3
2159.008
1
2159.008
26.916
.000
.188

Jenis_Kelamin
Y1
1098.075
1
1098.075
44.273
.000
.276
Y2
258.133
1
258.133
2.082
.152
.018
Y3
6206.408
1
6206.408
77.373
.000
.400

Pendekatan_ Pembelajaran * Jenis_Kelamin
Y1
10.208
1
10.208
.412
.522
.004
Y2
800.833
1
800.833
6.459
.012
.053
Y3
.675
1
.675
.008
.927
.000











Sesuai dengan hasil Tests of Between-Subjects Effects pada tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut: (1) FoAY1 (1,116) = 60,688 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0,01, hal ini berarti model pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan analisis, dengan nilai variabilitas sebesar 34,3 % (partial eta squared); (2) FoA Y2 (1,116) = 70,478 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, dengan nilai variabilitas sebesar 47,8 % (partial eta squared);  (3) FoA Y3 (1,116) = 26,916 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti model pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap keterampilan gerak, dengan nilai variabilitas 18,8 % (partial eta squared);  (4)  FoB Y1 (1,116) = 44,273 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan analisis, dengan nilai variabilitas sebesar 27,6 % (partial eta squared);  (5) FoB Y2 (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05, hal ini berarti jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi olahraga;  (6) FoB Y3 (1,116) = 77,373 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap keterampilan gerak, dengan nilai variabilitas sebesar 40,0 % (partial eta squared) ; (7) FoAB Y1 (1,116) = 0,412 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,522 > 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis; (8) FoAB Y2 (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini berarti ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi olahraga, dengan nilai variabilitas sebesar 5,3 % (partial eta squared); (9) FoAB Y3 (1,116) = 0,008 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,927 > 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pen-dekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi keterampilan gerak.

Uji Pasangan antar A (Pairwise comparisons test between A)
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan pada tabel di atas, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) rerata model pendekatan SRL = 91,683, konvensional = 84,600), dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya kemampuan analisis siswa yang diajar dengan menggukan model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional;  (2) rerata model pendekatan SRL =  91,183, konvensional = 74,117, dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, motivasi olahraga siswa yang diajar dengan menggukan model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional;   (3) rerata model pendekatan SRL= 85,017, konvensional = 76,533, dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, kete-rampilan gerak siswa yang diajar dengan menggukan model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional.

Uji Pasangan antar B (Pairwise comparisons test between B)
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan pada tabel di atas, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) rerata kemampuan analisis siswa putera = 91,167, siswa puteri = 85,117, dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, kemampuan analisis siswa putera lebih tinggi dari siswa puteri;  (2) rerata motivasi olahraga siswa putera = 81,183,  siswa puteri = 84,117), dan nilai p = 0,152 > 0,05. Artinya, motivasi olahraga siswa putera dan siswa puteri tidak berbeda secara signifikan;  (3) rerata keterampilan gerak siswa putera = 87,967), siswa puteria = 73,583), dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, keterampilan gerak siswa putera lebih tinggi dari siswa puteri.
  
Uji Pasangan Interaksi
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan interaksi pada tabel 6 di atas, diperoleh hasil sebagai berikut:
(1)     /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemam-puan analisis siswa putera (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 88,367).
(2)     /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi olahraga siswa puteri (rerata = 95,233 ) lebih tinggi daripada siswa putera (rerata = 87,133).
(3)     /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keteram-pilan gerak siswa putera (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 77,900).
(4)     /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemampuan analisis siswa putera (rerata = 87,333) lebih tinggi daripada siswa puteri (81,867).
(5)     /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera (rerata = 75,233) dengan siswa puteri (rerata = 73,000) tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga.
(6)     /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa putera (rerata = 83,800) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 69,267).
(7)     /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemampuan analisis siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pende-katan pembelajaran konvensional (87,333).
(8)     /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi olahraga siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 87,133) lebih tinggi daripada siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (75,233).
(9)     /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (83,800).
(10)       /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemampuan analisis siswa puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 88,367) lebih tinggi daripada siswa puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (81,867).
(11)       /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi olahraga siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 95,233) lebih tinggi daripada siswa puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (73,000)
(12)      /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 77,900) lebih tinggi daripada siswa puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (rerata = 69,267).

PEMBAHASAN

Secara umum temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak daripada model pendekatan pembelajaran konvensional baik pada siswa putera maupun siswa puteri. Temuan-temuan ini menguatkan bukti-bukti empirik sebelumnya, bahwa pendekatan SRL membelajarkan siswa secara integratif antara aspek metakognitif, motivasional, dan behavioral, sementara model pendekatan konvensional lebih menekankan pada pengembangan aspek behavioral atau psikomotorik.
Ditinjau dari aspek proses pembelajaran, ada dua perspektif yang dapat menjelaskan temuan penelitian ini, yaitu perspektif proses keaktifan dan proses konstruk-tif. Berdasarkan proses keaktifan, siswa yang diajar dengan model pendekatan pem-belajaran SRL secara aktif terlibat dalam penyusunan tujuan belajarnya, berusaha memonitor proses dan hasilnya, meregulasi dan mengendalikan aktivitas kognisi, motivasi, sikap, dan perilakunya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetap-kannya (Liukkonen, Auweele, Vereijken, Alferman, & Thedorajis, 2007). Aktivitas-aktivitas tersebut diasumsikan akan memediasi hubungan interaktif antara lingkungan belajar peserta didik, peserta didik sebagai pembelajar (seperti kognisi, afeksi, dan motivasinya), dan perilakunya. Pada akhirnya akan menentukan keseluruhan proses belajar dan hasil belajarnya (Pintrich, 2000a; Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Sementara dari perspektif konstruktif, pendekatan pembelajaran SRL membelajarkan peserta didik untuk membuat perubahan dalam struktur pengetahuan melalui aktivitas-aktivitas merencanakan, memonitor, dan mengendalikan atau menyesuaikan proses kognitif ketika merespon terhadap perubahan-perubahan tuntutan dan kondisi yang ada (Wolter, 2003b). Dengan demikiam, peserta didik yang melakukan SRL, akan lebih berhasil dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan akademiknya (Pintrich, 2000a, 2000b), demikian juga dalam pengembangan penampilan dan belajar keterampilan geraknya, karena melibatkan penyesuaian secara kognitif maupun motivasional (Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Seperti diketahui, penampilan dan belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh aspek kognisi dan motivasi, dan kedua aspek ini (khususnya kemampuan analisis dan motivasi) terbukti dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan SRL. Pada akhirnya, penampilan gerak dan hasil belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh penggunaaan SRL, baik secara langsung maupun melalui aspek kognisi dan motivasi. Alasan lainnya dapat dilihat dari aspek pelibatkan komponen-komponen SRL ketika siswa sedang belajar keterampilan gerak. Seperti telah disebutkan, siswa yang menggunakan SRL akan melibatkan tiga aspek pokok ketika sedang belajar keteram-pilan gerak, yaitu aspek metagoknisi, motivasi, dan perilaku secara simultan. Ketiga aspek ini sangat menentukan keberhasilan belajar keterampilan garak.
Aspek metakognisi dalam SRL mencerminkan sebuah dinamika kesadaran, pertimbangan, pemonitoran terhadap sejumlah aspek kognisi ketika siswa sedang terlibat proses belajar keterampilan gerak (Liukkonen, et al., 2007), seperti menetapkan tujuan, mendengarkan instruksi, berfikir dan menemukan pemahaman, melihat dan meniru, memvisualisasikan atau membayangkan, dan memfokuskan perhatian (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008).  Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan keterlibatan aspek-aspek di atas dalam proses belajar, keterlibatan aspek metakognisi dalam SRL terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Jadi dalam proses pembelajaran dengan pendekkatan SRL, peserta didik dilibatkan untuk menetapkan tujuan pembelajaran, berkesempatan untuk memikirkan materi dan menemukan pemahaman,  melihat gerakan yang benar dan menirunya dengan tepat,  dengan terlebih dahulu membayangkannya dalam pikiran, dan memiliki kesempatan lebih untuk memfokuskan perhatian (Kitsantas, Zimmerman, & Cleary, 2000). Dengan kata lain, peserta didik lebih banyak melibatkan aspek kognitif atau melakukan proses mental untuk mengelola informasi yang diterimanya, dan inilah salah satu kelebihan pendekatan SRL dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengembangan aspek psikomotorik dan lebih berpusat pada pengajar. Lebih lanjut ditegaskan oleh Pintrich (2000b) bahwa aktivitas metakognisi siswa dalam SRL mencakup aktivitas merencanakan (planning), memonitor (monitoring), dan meregulasi (regulating). Aktivitas merencanakan berkenaan dengan proses menetapkan tujuan belajar dan menganalisis tugas gerak yang dapat membantu mengaktifkan aspek-aspek pengetahuan sebelumnya yang relevan dan membuat organisasi materi dengan tugas gerak sehingga lebih mudah dipahami dan dilakukan. Aktivitas memonitor meli-batkan perhatian peserta didik ketika peserta didik tersebut menampilkan suatu keterampilan gerak. Siswa harus melakukan evaluasi diri (self testing atau self evaluation) sejauhmana keberhasilan yang telah dicapainya. Aktivitas memonitor ini berguna untuk membantu peserta didik memahami dan mengintegrasikan tugas gerak yang sedang dipelajarinya dengan tugas gerak sebelumnya dan aktivitas-aktivitas belajar keterampilan gerak yang pernah dilakukannya. Adapun aktivitas meregulasi, Pintrich, Smith, Garcia, & Mckeachie (1993) mengungkapkan berkenaan dengan penyetelaan (finetuning) dan penyesuaian aktivitas kognisi peserta didik secara berkelanjutan ketika peserta didik melakukan aktivitas belajar. Aktivitas regulasi sangat berguna untuk membantu siswa mengecek dan mengoreksi perilakunya ketika mereka sedang melatih tugas-tugas gerak yang harus dilakukannya.
Keterlibatan aspek motivasi dalam SRL berkenaan dengan pengarahan perilaku untuk mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Aktivitas belajar dalam aspek motivasi dan perilaku selama melakukan SRL dalam kelas pendidikan jasmani antara lain mengelola tugas, mengelola perhatian, mengelola waktu, menge-lola motivasi, mencari bantuan, menguragi interaksi teman sebaya, menyesuaikan tingkat kesulitan, mengulang dan melatih (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Liukkonen, et al., (2007) menyebutkan dua aspek yang paling sering dilaku-kan siswa dalam SRL adalah meregulasi usaha dan mencari bantuan. Meregulasi usaha berkenaan dengan upaya peserta didik untuk mengendalikan usaha belajarnya. Meregulasi usaha dikenal juga dengan istilah pengeloaan sumber atau resource management (Wolter, 2003b). Meregulasi atau mengelola usaha merupakan aspek motivasi yang sangat penting dalam SRL yang mencerminkan  komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan belajar, termasuk ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran. Dalam penampilan dan aktivitas belajar keterampilan gerak, pengelolaan atau regulasi usaha memainkan peranan penting sebab tidak hanya berguna untuk meningkatkan motivasi dan membangun komitmen, tetapi juga untuk menghubungkannya dengan penggunaan strategi-strategi belajar yang lain. Adapun aspek meminta bantuan (helf seeking), merupakan aspek SRL yang dibutuhkan siswa terkait dengan komponen perilaku dalam SRL. Aspek meminta bantuan dibutuhkan terutama ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak yang tidak dapat mereka lakukan, untuk itu bantuan guru dan teman-teman kelasnya akan sangat membantu. Aspek meminta bantuan merupakan strategi regulasi diri terkait dengan aspek motivasi dan perilaku yang memainkan peranan penting untuk meningkatkan penampilan dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, baik secara bersama-sama terhadap ketiga variabel dependen maupun secara sendiri-sendiri, kecuali pengaruh terhadap variabel motivasi olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan besaran nilai FoB (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05.  Pada peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL, kemampuan analisis, motivasi olahraga dan keterampilan gerak peserta didik putera terbukti lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Adapun untuk yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional, hanya kemampuan analisis peserta didik putera yang lebih tinggi dan signifikan dari peserta didik puteri, sementara untuk variabel motivasi olahraga dan keteampilan gerak tidak menun-jukkan perbedaan yang signifikan. Semua peserta didik baik putera maupun puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional.
Hasil lain ditemukan juga bahwa tidak ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, kecuali pengaruh interaksi terhadap motivasi olahraga menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan besaran nilai FoAB (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini berarti interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi olahraga. Dengan kata lain ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi olahraga, meskipun dengan besaran partial eta squared yang relative kecil, yaitu hanya sebesar 5,3 %.
 Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas dalam kaitannya dengan perbedaan jenis kelamin dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak dan ada perbedaan yang signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri yang diajar dengan model pendekatan SRL dalam hal kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak. Artinya bahwa jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang harus dipertimbangkan ketika akan mengajar pendidikan jasmani dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL. Hasil ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya antara lain Young & McSporran (2001), Lee (2002), Bidjerano (2005), dan Hargittai & Shafer (2006) yang menyimpulkan bahwa peserta didik putera dan peserta didik puteri menunjukkan perbedaan dalam menggunakan strategi regulasi diri dalam proses belajar yang mereka lakukan. Bidjerano (2005) menemukan bahwa peserta didik puteri menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi daripada peserta didik putera dalam menggunakan strategi regulasi diri rehearsal, mengorganisasikan, metakognisi, keterampilan mengelola waktu, elaborasi, dan usaha, tetapi hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan dalam hal sikap respek untuk belajar bersama teman, meminta bantuan, dan keterampilan berfikir kritis. Demikian juga laporan hasil penelitian Young (2007) yang menemukan bahwa regulasi diri peserta didik puteri untuk aspek efikasi diri lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik putera. Berbeda dengan hasil penelitian yang lain, Hargittai & Shafer (2006) melaporakan bahwa keterampilan self-assessed (menilai diri sendiri) peserta didik putera lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Lee (2002) dalam penelitiannya menemukan adanya tiga perbedaan pokok penggunakan regulasi diri antara peserta didik putera dengan puteri dalam hal (1) Gaya, tujuan, dan interaksi sosial, (2) faktor-faktor motivasional, dan (3) gaya dan frekuensi mengekpresikan, membicarakan atau memberikan umpan balik sesuatu.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, secara umumnya dapat katakan bahwa model pendekatan pembelajaran Self-Regulation Learning (SRL) dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, dan jenis kelamin peserta didik putera dan peserta didik puteri harus menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, beberapa implikasi penting untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terkait dengan penerapan model pembelajaran Self-regulation Learning antara lain:
(1)   Guru seharusnya membantu peserta didik untuk menyusun atau merumuskan tujuan aktivitas belajarnya dengan memberikan kiu-kiu penting terkait dengan aspek-aspek penting dari tugas gerak yang akan dipelajarinya sekaligus membantu membuat dan membimbing cara melakukan self-monitoring kemajuan aktivitas belajarnya. Pada level awal regulasi diri, rumusan tujuan harus lebih menekankan pada tujuan proses, dan ketika sampai pada level yang lebih tinggi maka penekanannya pada tujuan hasil.
(2)     Guru seharusnya mendorong peserta didik untuk melakukan self monitoring tentang proses belajar keterampilan gerak yang mereka lakukan dengan membuat log learning tentang aspek-aspek yang terkait dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan. Log learning dapat berisi catatan tentang unsur-unsur penting  untuk mengingatkan siswa ketika melakukan keterampilan gerak tertentu, atau menghadapi tantangan atau kesulitan tertentu agar mereka dapat mengatasinya
(3)     Guru seharusnya memberdayakan peserta didiknya sebagai model (peer modelling) dalam mendemonstrasikan keterampilan gerak. Selain sangat berguna sebagai umpan balik, juga dapat meningkatkan teori kemampuan inkremental dan harapan efikasi diri yang mengkin dapat meningkatkan penggunaan regulasi di antara siswa-siswa yang lainnya.
(4)     Guru seharusnya mengorganisasikan aktivitas belajar dan pembelajaran terkait dengan pengembangan strategi kognitif dan metakognitif peserta didik. Misalnya, guru dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses regulasi diri  dengan memberikan siswa kesempatan untuk menginisiasi dan mengarahkan aktivitas belajarnya.
(5)     Untuk meningkatkan keterlibatan aspek kognitif dan motivasional dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya mempertimbangkan pemberian materi dan tugas belajar secara personal yang bermakna, relevan, dan menarik bagi peserta didik, juga mengandung unsur variasi dan kebaruan.

KESIMPULAN dan REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Model pendekatan SRL dan Konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik, (2) model pendekatan SRL memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan signifikan terhadap terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik Sekolah Dasar dibandingkan dengan model pendekatan konvensional, (3) Jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik Sekolah Dasar, (4) Tidak ada interaski antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik sekolah dasar.

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai masukan dan saran sebagai berikut :
(1)   Untuk kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran direkomendasikan agar model pendekatan pembelajaran SRL digunakan oleh para guru pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dasar sebagai salah satu alternatif inovasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sebab terbukti mempengaruhi aspek kognitif, motivasi, dan keterampilan gerak secara signifikan.
(2)   Untuk mengokohkan efektivitas model pendekatan pembelajaran SRL terhadap hasil belajar dalam pendidikan jasmani dibutuhkan penelitian lebih lanjut melibatkan varibel hasil belajar pendidikan jasmani yang lain termasuk diuji efektifitas pada setting penelitian yang berbeda, misalnya di jenjang pendidikan SMP dan SMA dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang lain seperti variabel perbedaan individual, kondisi demografis, dan lain-lain.
(3)   Untuk kepentingan implementasi direkomendasikan pendekatan self-regulated learning dapat menjadi pilot project dan bahan pertimbangan bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk merumuskan kebijakan lokal tentang penggunaannya dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTKA

Bandura, A. (1997). Self efficacy. The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.
Barron, K.E., & Harrackiewicz. (2001). Achievement goals and optimal motivation: testing multiple goal models. Journal of Personality and Social Psychology, 80 (5), 706-722.
Bidjerano, T. (2005). Gender difference in self regulated learning. Paper Presented at the Annual Meeting of the Northeastern. 100, 69-78
Budiana, D. (2010). Self-regulated learning: Konsep dan aplikasinya dalam pendidikan jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga. 4 (2), 169-180
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS for windows. London: Sage Publications
Fischman, M.G. & Oxendine. J.B. (2001). Motor skill learning for effective coaching and performance. In Williams, J.M. Applied Sport Psychology. Personal Growth to Peak Performance. (hh.11-24) London: Mayfield Publishing Company.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate, dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro
Hargittai, E., & Shafer, S. (2006). Differences in actual and perceived online skills: The role of gender. Social Science Quarterly. 87 (2), 432-448.
Hidayat, Y (2003). Keterlantaran pendidikan jasmani dan strategi intervensi dari perspektif psikologi humanisme, Olahraga Majalah Ilmiah, (9), 78-99.
Hidayat, Y., Budiana. D., & Komarudin (2008). Penerapan self regulated learning dalam pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani. Laporan Peneiltian. Hibah Bersaing DIKTI. 
Kerlinger, F.N. Terjemahan Simatupang, L.R. (2002). Azas-azas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Kermarrec, G., Todorovich, J.R., & Fleming, D.S. (2004). An investigation of the self-regulation componens student employ in physical education setting. Journal of Teaching in Physical Education, 23 (2), 142.
Kitsantas, A., Zimmerman, B.J., & Cleary (2000).  The role of observation and emulation in the development of athletic self-regulation. Journal of Educational Psychology, 92 (4), 811-817.
Krathwohl, D.R. (2002).  A revision of bloom’s taxonomy: an overview. Theory into Practice. 41 (4),  212-218.
Kuiper, R.A. (2002). Enhancing metacognition through the reflective use of self regulated strategies. The Journal of Countinuing Education in Nursing, 33 (2), 78-92.
Lee, I.S. (2002). Gender differences in self regulated on-line learning strategies within Korea’s University context. Educational Technology Research and Development, 50 (1), 101-109.
Liukkonen, J., Auweele, Y.V., Vereijken, B., Alferman, D., & Thedorajis, Y. (2007). Psychology for physical educators.Canada: Human Kinetics
Martens, M.P. & Webber, S.N. (2002). Psychometric Properties of The Sport Motivation Scale: An Evaluation With College Varsity Athletes From the U.S. Journal of Sport and Exercise Psychology, 24, 254-270.
Millsap, R.E., & Olivares, A.M. (2009). Quantitative methods in psychology. London: Sage
Nurhasan,  (2007). Tes dan pengukuran Keolahragaan. Modul. Bandung: Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI.
Pangrazi, P.P. & Daeur, V.P. (2007). Dynamic physical education for elementary school. Boston: Allyn and Bacon.
Pintrich, P., Smith, D., Garcia, T., & Mckeachie, W. (1993). Predictive validity and reliability of the motivated strategies for learning questionnaire (MLSQ). Educational and Psychological Measurement, 53, 801-813
Pintrich, P. (2000a). Multiple goal, multiple pathways: The role of goal orientations in learning and achievement. Journal of Educational Psychology. 92, 544-555.
Pintrich, P. (2000b). The role of goal orientation in self regulation. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 452-502). New York: Academic Press.
Smith, P.A. (2001). Understanding self-regulated learning and its implication for accounting educators and researchers. Issues in Accounting Education, 16 (4), 663-689.
Widarjono, A. (2010). Analisis statistika multivariate terapan. Yogyaarta. UPP STIM YKPN.
Wolter, J. (2003b).  Regulation of motivation: Evaluating an under emphasized aspect of self regulated learning. Educational Psychologist, 38. 189-205.
Young, S., & McSporran, M. (2001). Confident men-successful women: Gender differences in on-line learning. In C. Montgomerie & J. Viteli (Eds). Proceeding of EdMedia 2001 Conference (pp. 2110-2112). Chesapeake, VA:AACE
Zimmerman, B.J. (2000). Attaining self regulation: A social cognitive perspective. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 13-39). New York: Academic Press.
Zimmerman, B.J., & Kitsantas, A. (2005). The hidden dimension of personal competence: Self regulation learning and practice. In A.J. Elliot & C.S. Dweck (Eds.). Handbook of competence and motivation. (pp. 509-526). New York: Guilford Press.



Martens, M.P. & Webber, S.N. (2002). Psychometric Properties of The Sport Motivation Scale: An Evaluation With College Varsity Athletes From the U.S. Journal of Sport and Exercise Psychology, 24, 254-270.

No comments:

Post a Comment