Yusup Hidayat, S.Pd., M.Si
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pendekatan pembelajaran (self regulation
learning dan konvensional) dan jenis kelamin terhadap hasil belajar
pendidikan jasmani yang direpresentasi oleh kemampuan analisis, motivasi
olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakukan terhadap 120 siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Cisitu Bandung, dan dibagi ke dalam empat jenis kombinasi perlakuan melalui randomize matched factorial design. Hasil belajar diukur
dengan skala kemampuan
analisis, skala motivasi olahraga, dan tes keterampilan gerak
menggiring bola basket, pass bawah bola voli, dan lempar tangkap
bola. Berdasarkan hasil
analisis multivariat (MANOVA) diperoleh hasil: (1) pendekatan pembelajaran
dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar
pendidikan jasmani, (2) pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih
tinggi dan signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dibandingkan
dengan pendekatan konvensional, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi hasil belajar pendidikan
jasmani. Sesuai dengan hasil
penelitian ini direkomendasikan pendekatan self-regulated
learning dapat menjadi pilot project
dan bahan pertimbangan bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk merumuskan
kebijakan lokal tentang penggunaannya dalam pembelajaran pendidikan jasmani di
Sekolah Dasar.
Kata kunci: Self regulation
learning, pendidikan jasmani, kemampuan analisis,
motivasi
olahraga, keterampilan gerak
Abstract
The research was aimed to identify the influence of learning approach (Self Regulation Learning and Conventional) on physical
education achievement that representated by analysis ability, sport motivation,
and motor skill acquisition based on gender. It was conducted toward 120
subjects comprise of 4th and 5th grade students of Cisitu
Elementary School Bandung, and devided into four treatment combinations by randomize matched factorial
design. The learning achievement measured using analysis ability scale, sport motivation scale, and motor skill
test on ball dribbling in basketball, under
passing in volleyball, and ball throw-taking. According to the data analysis result by using multivariate
analysis technique, it was obtained as follows: (1) the SRL approach model
gives higher influence and significant on improvement of analysis ability,
sport motivation, and motor skill compared to the traditional approach model,
(2) gender gives significant influence on analysis ability, sport motivation,
and motor skill and (3) there is no interaction between learning approach model
and gender in influencing analysis ability, sport motivation, and motor skill. Recommended, according
with the result of this research thet self-regulated learning approach can
become a pilot project and consideration substance for Bandung City Educational
Service to formulate of local policy about its using in physical education
instruction at elementary school.
Keywords: Self-regulation
learning, physical education, analysis ability,
sport
motivation, motor skill
PENDAHULUAN
Dalam mata rantai pendidikan, pendidikan jasmani dan olah raga merupakan
bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan yang memberi sumbangsih bagi
pembentukan pribadi anak didik seutuhnya, terutama melalui pengalaman dan penghayatan
gerak yang meaningful dalam satu
adegan pergaulan pedagogis. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah panggung
tempat proses pembelajaran gerak dan atau melalui gerak atau education of and through the physical (Lutan
dalam Hidayat, 2003). Tujuan
filisofis dari pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga adalah
memperkembangkan kepribadian sebagai suatu keseluruhan, mencakup aspek fisik,
mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi aktivitas jasmani yang
terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis
sesuai dengan norma-norma sosial dan kesehatan.
Penggunaan pendekatan pembelajaran
Self Reglated Learning (SRL) dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga memiliki nilai strategis terutama karena SRL merupakan fondasi proses
belajar sepanjang hayat yang membelajarkan peserta didik untuk mengontrol pikiran, sikap, dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Smith, 2001). SRL merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang didasari oleh teori sosial kognisi yang menekankan adanya interaksi antara faktor
person (personal), perilaku (behaviour) dan lingkungan (environment) (Bandura, 1997). Ketiga
faktor ini saling menjadi kausalitas bagi faktor yang lain, oleh karena itu
disebut triadic reciprocality theory
(Kuiper, 2002).
Self-Regulated Learning merupakan suatu kegiatan belajar atau
berlatih yang melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku (Zimmerman
dan Martinez-Pons dalam Smith, 2001).
Keterlibatan aspek metakognisi
terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi
terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek
motivasi berupa pengerahan perilaku untuk
mencapai tujuan kegiatan belajar,
sedangkan aspek perilaku dalam SRL berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Peserta
didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku
dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung menjadi lebih otonom dan lebih bertanggung jawab karena mereka
menyadari bahwa hanya atas usaha mereka
sendirilah tujuan belajar akan dapat dicapai. Sebagai
sebuah strategi belajar, SRL merupakan
rencana tindakan yang menggambarkan
apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Rencana tindakan disusun dan
diarahkan pada orientasi sasaran
belajar sebagai sebuah kerangka berfikir mental yang menuntun dan menentukan proses berfikir atau cara-cara peserta didik
menginterpretasi dan merespon achievement
situation yang dimanifestasikannya dalam bentuk performa atau penguasaan keterampilan (Barron
& Harackiewecz, 2001).
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang memberi penekanan secara seimbang
pada aspek kognisi, motivasi, dan perilaku masih sangat jarang. Didalam
pembelajaran pendidikan jasmani setiap peserta didik seharusnya terlibat
langsung di dalam penyusunan tujuan, strategi, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan belajar. Dengan begitu motivasinya akan senantiasa mengarahkan
perilakunya untuk mencapai tujuan belajar, dan pada akhirnya termanifestasikan
dalam perilakunya untuk senantiasa mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, penelitian ini menjadi sangat penting
terutama karena pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan melibatkan aktivitas belajar peserta didik
secara metakognisi, motivasional, dan behavioral. Juga menekankan pada pengem-bangan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan
ketermotivasian peserta didik selama melaksanakan proses pembelajaran serta
mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangan alat bantu
pelajaran. Diduga pendekatan
pembelajaran Self-Regulated Learning akan
memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan daripada pendekatan
konvensional baik pada siswa putera maupun puteri terhadap hasil belajar
pendidikan jasmani dan olahraga yang direpresentasikan dalam aspek kemampuan
analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak.
Penelitian melibatkan dua variabel bebas, yaitu pendekatan
pembelajaran yang dibagi kedalam dua klasifikasi, yaitu pendekatan pembelajaran
self-regulation learning dan
konvensional sebagai variabel bebas aktif, dan jenis kelamin sebagai variabel
bebas atribut (Kerlinger, 2002), sedangkan variabel hasil belajar pendidikan
jasmani sebagai variabel terikat terdiri atas kemampuan analisis, motivasi
olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakanakan hanya
ditingkat Sekolah Dasar, yaitu siswa-siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri Cisitu
I dan II Kota Bandung.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Pendidikan Jasmani
Belajar keterampilan gerak adalah seperangkat
proses internal yang mengantarkan kearah perubahan perilaku terutama perilaku
gerak yang relatif permanen sebagai akibat dari proses latihan atau pengalaman
dan bukan karena pengaruh kondisi tubuh yang bersifat sementara seperti keadaan
sakit, lelah, jenuh, karena obat-obatan atau proses kematangan fisik (Fischman & Oxendine,
2001). Belajar
keterampilan gerak pada dasarnya merupakan suatu proses yang merangkum tiga
unsur pokok yaitu: (1) unsur masukan (input)
berupa tingkah laku individu sebelum belajar, (2) unsur proses belajar dalam bentuk pengalaman dan latihan yang
memproses masukan, dan (3) unsur keluaran (output) berupa
perubahan-perubahan perilaku yang dihasilkan. Bloom (dalam Krathwohl, 2002) menyatakan bahwa perubahan perubahan
perilaku belajar mencakup tiga kategori domain yaitu, (1) perilaku kognitif,
(2) perilaku afektif, dan (3) perilaku
motorik.
Perubahan perilaku kognitif berupa keterampilan
berpikir intelektual, terdiri atas indikator pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom dalam Krathwohl, 2002), perilaku afektif terkait
dengan perubahan-perubahan dalam sikap, perasaan, emosi, dan motivasi siswa
terhadap belajar, sedangkan perilaku psiko-motorik dimanifestasikan dalam
bentuk gerak anggota tubuh di bawah kendali sistem syaraf. Aspek kemampuan
gerak yang dikembangkan adalah kemampuan gerak dasar, terdiri atas kemampuan
lokomotor, kemampuan non lokomotor, dan manipulatif (Pangrazi & Dauer, 2007). Ketiga domain ini
merupakan tujuan yang dijadikan kriteria perubahan yang harus dicapai oleh
siswa, dan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut disebut
hasil belajar. Khusus dalam pendidikan jasmani, karena karakterisriknya yang
khas, ada domain lain yang dijadikan kriteria dalam menentukan keberhasilan
hasil belajar, yaitu domain kebugaran jasmani.
Pendekatan Pembelajaran Self-Regulated Learning
Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri
dalam belajar merupakan sebuah
strategi atau pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan dari teori triadik kognisi sosial dari Bandura (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Budiana, 2010). Menurut teori triadik kognisi sosial, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang
interdependen dari aspek-aspek yang meliputi perilaku, pribadi,
dan lingkungan. Gelombang SRL
berkembang dengan menekankan pada proses belajar atau pembelajaran dan mulai
popular sejak tahun 1980-an dengan penekanan pada pentingya otonomi dan
tanggung jawab pribadi bagi kegiatan belajarnya.
Menurut Bandura (Kermarrec, Todorovich, & Fleming, 2004), terdapat
tiga aspek determinan yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek diri, perilaku,
dan lingkungan. Jadi, SRL tidak hanya melibatkan aspek diri saja melainkan juga
aspek perilaku dan lingkungan. Keterlibatan ketiga proses ini saling menjadi
kausalitas bagi proses yang lainnya di mana (a) individu berusaha untuk
meregulasi diri sendiri, (b) hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan
(c) berdampak pada perubahan lingkungan, dan
demikian. Dalam proses tersebut masing-masing aspek determinan saling
berpengaruh satu sama lain.
Zimmerman dan Martinez-Pons (Smith, 2001) mendefinisikan SRL sebagai
tingkatan dimana partisipan (peserta didik) secara aktif melibatkan aspek
metakognisi, motivasi dan perilaku dalam proses belajar. Aspek metakognisi
dalam SRL mengacu pada proses pembuatan keputusan yang mengatur pemilihan dan
penggunaan berbagai jenis pengetahuan. Aspek
motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi (1) komponen
harapan (an expectancy component), yakni keyakinan peserta didik
mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas, (2) komponen nilai,
meliputi tujuan dan keyakinan mengenai pentingnya minat terhadap suatu tugas,
(3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional
terhadap suatu tugas, dan (4) komponen perilaku yang mengacu pada
perilaku nyata yang muncul dalam interaksinya dengan lingkungan dalam rangka
mencapai tujuan aktivitas belajar atau berla-tihnya.
Peserta didik yang melibatkan
aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan
belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umumnya lebih bertanggung
jawab terhadap kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas
usaha mereka sendirilah tujuan belajanya akan dapat dicapai.
Sesuai dengan beberapa hasil penelitian (Kermarrec, et al., 2004; Hidayat, Budiana, & Komarudin, 2008), ada tiga
komponen teoretis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam bidang olahraga dan pendidikan, yaitu strategi belajar (learning
strategi), strategi pengelolaan (management strategi), dan
pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning. Strategi belajar
merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang cara siswa memilih dan
memproses informasi yang disajikan dalam pelajaran. Strategi pengelolaan adalah
strategi pendukung yang merepresentasikan tentang bagaimana siswa secara mental
mengorganisasi lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan informasi,
sedangkan pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum yang
digunakan oleh siswa untuk menjelaskan cara-cara strategik dalam belajar atau
latihan. Selanjutnya, ketiga komponen SRL
dielaborasi kedalam 18 sub komponen, yaitu tujuh sub komponen strategi belajar
tujuh strategi pengelolaan, dan empat pengetahuan tentang belajar, setiap
komponen dan sub komponen berkaitan satu sama lain. Selanjutnya semua komponen dan sub komponen tersebut
dikategorisasikan kedalam tiga jenis model
regulasi diri dalam pendidikan jasmani dan
olahraga yaitu (1) model latihan atau pengulangan (training dan
repeating), (2) model penggunaan informasi verbal (using verbal
information), dan (3) model informasi nonverbal (nonverbal information).
Tabel 1. Komponen,
Sub Komponen, dan Jenis Model Regulasi Diri dalam Belajar Pendidikan Jasmani
Strategi Belajar
|
Menetapkan tujuan
Mendengarkan instruksi;
Berfikir dan menemukan pemahaman;
Melihat dan meniru;
Memvisualisasikan;
Memfokuskan perhatian;
Mengulang dan melatih
|
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verval
Menggunakan informasi verval
Membuat asosiasi dengan informasi non
verbal
Membuat asosiasi dengan informasi non
verbal
Latihan dan mengulang
Latihan dan mengulang
|
Strategi Pengelolaan
|
Mengelola
perhatian;
Mencari bantuan;
Mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat
kesulitan;
Mengelola waktu;
Mengurangi
interaksi teman sebaya;
Mengelola
motivasi;
Melakukan
evaluasi diri
|
Membuat asosiasi dengan informasi non
verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbal
Membuat asosiasi dengan informasi non
verbal
|
Pengetahuan tentang belajar
|
Pengetahuan tentang diri;
Pengetahuan tentang strategi;
Pengetahuan tentang situasi
Pengetahuan tentang orang lain
|
Membuat asosiasi dengan informasi non
verbal
Menggunakan informasi verbal
Latihan dan mengulang
Menggunakan informasi verbal
|
Selanjutnya, semua komponen, sub komponen, dan
jenis model regulasi diri di atas dituangkan dalam struktur atau pentahapan
pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
pendahuluan, inti, dan penutup.
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan tujuan untuk
menguji efektivitas pengaruh model pendekatan
pembelajaran SRL dibandingkan dengan efektivitas model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh para guru
pendidikan jasmani dan olahraga terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga,
dan penguasaan keterampilan gerak. Desain eksperimen yang digunakan
adalah faktorial 2x2 (Kerlinger, 2002; Millsap & Olivares, 2009).
Subyek Penelitian
Eksperimen dilakukan di dua Sekolah Dasar
Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di
Kota Bandung. Sampel berjumlah 120 orang siswa kelas 4 dan
kelas 5 yang ditempatkan secara acak dipadankan (randomize matched design) ke dalam empat kelompok eksperimen (Millsap & Olivares, 2009) sehingga setiap kelompoknya berjumlah 30 orang siswa. Tabel 2 di bawah ini menyajikan hasil
penentuan jumlah sampel, rerata (mean) dan standard deviasi
usia subjek penelitian.
Tabel 2. Jumlah sampel untuk setiap kelompok eksperimen
Kelompok
|
Kelas
|
Siswa
Puteri
|
Siswa Putera
|
Jumlah
Total /Kelompok
|
Rerata dan Standar Deviasi Usia (N = 30)
|
A1B1
|
IV
|
15
|
-
|
30
|
M = 11,40; SD = 0,45
|
V
|
15
|
-
|
|||
A1B2
|
IV
|
-
|
15
|
30
|
M = 11,49; SD = 0,49
|
V
|
-
|
15
|
|||
A2B1
|
IV
|
15
|
-
|
30
|
M = 11,60; SD = 0,49
|
V
|
15
|
-
|
|||
A2B2
|
IV
|
-
|
15
|
30
|
M = 10,24; SD = 0,44
|
V
|
-
|
15
|
|||
Jumlah
|
60
|
60
|
120
|
120
|
|
Rerata Usia
|
11.498
|
10.867
|
11.183
|
11.183
|
|
Standar deviasi Usia
|
0.478
|
0.463
|
0.471
|
0.471
|
Prosedur Eksperimen
Eksperimen dilakukan di dua SD Negeri, yaitu
SD Negeri Cisitu I dan II di kota Bandung selama
2 bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2010 dengan frekuensi dua kali per minggu
yaitu pada hari selasa dan kamis. Jumlah total perlakuan yang diberikan
sebanyak 16 kali, mekanisme pembelajaran diatur dengan ketentuan, setiap guru
memperoleh kesempatan mengajar di setiap kelompok eksperimen, jadi setiap guru
mengajar sebanyak 4 kali pertemuan di setiap kelompok eksperimen. Tes akhir atau post test dilaksanakan
satu hari setelah eksperimen selesai. Jenis tes yang digunakan meliputi tes
penguasaan keterampilan gerak dan teknik non tes skala kemampuan analisis dan
motivasi olahraga. Data yang dikumpulkan pada saat tes akhir dilakukan dengan
teknik tes penguasaan keterampilan gerak lempar tangkap bola, menggiring bola, dan pas bawah, serta teknik non tes
dalam bentuk skala kemampuan analisis dan motivasi olahraga. Semua data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varian multivariat
(MANOVA) dengan bantuan program SPSS 16 (Ghozali,
2009; Field, 2009; Widarjono, 2010).
Instrumen Penelitian
Penyusunan dan pengembangan skala kemampuan analisis didasarkan pada konstrak psikologis yang
dikembangkan oleh Bloom (Krathwohl, 2002). Konstrak kemampuan analisis terdiri
atas dimensi konstrak kemampuan menganalisa, membedakan, menentukan,
membandingkan, mempertentangkan, menyelidiki, mengelompokkan, mengenal,
menjelaskan memperlihatkan, dan kemampuan memisahkan. Berdasarkan hasil
analisis reliabilitas konsistensi internal diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0,76 sampai 0,90 dengan rerata
0,83. Skala motivasi olahraga
yang dikembangkan merujuk pada struktur faktor motivasi olahraga yang
dikembangkan oleh Marten & Webber (2002). Skala ini terdiri atas tiga sub-skala, yaitu motivasi intrinsik (motivation to know, motivation to experience
stimulation, dan motivation to
accomplish), motivasi ekstrinsik (identification, introjections, dan external
regulation), dan amotivasi. Berdasarkan hasil
analisis reliabilitas konsistensi internal diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0,66 sampai 0,81 dengan rerata
0,74. Tes penguasaan keterampilan gerak
disesuaikan dengan materi
yang diajarkan selama eksperimen berlangsung dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas hasil penelitian. Tes keterampilan
gerak yang harus dilakukan siswa ketika eksperimen berakhir adalah tes keterampilan
menggiring bola basket, keterampilan lempar tangkap bola, dan pas bawah bola
voli (Nurhasan, 2007).
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Statistik
Berdasarkan analisis dengan
menggunakan teknik Analisis Varian Multivariat (MANOVA) diperoleh besaran nilai
rerata dan deviasi standar sebagai berikut:
Tabel 3. Rerata
dan Deviasi Standar Setiap Variabel
Variabel Dependen
|
Model Pendekatan Pembelajaran (A)
|
||||
Jenis Kelamin
|
SRL (A1)
|
Konvensional (A2)
|
|||
M
|
SD
|
M
|
SD
|
||
Siswa
Putera (B1)
|
Kemampuan
Analisis
|
95.00
|
3,983
|
87.33
|
4.751
|
Motivasi Olahraga
|
87.13
|
8.835
|
75.23
|
11.485
|
|
Keterampilan
Gerak
|
92.13
|
6.399
|
83.80
|
10.466
|
|
Siswa Puteri (B2)
|
Kemampuan Analisis
|
88.37
|
6.419
|
81.87
|
4.424
|
Motivasi Olahraga
|
95.23
|
13.625
|
73.00
|
10.017
|
|
Keterampilan
Gerak
|
77.90
|
9.099
|
69.27
|
9.359
|
Uji Signifikansi Multivariat Main Effect
Tabel 4. Uji Multivariat (Multivariate test)
Effect
|
(J) A
|
Value
|
F
|
Hypothesis
df
|
Error
df
|
Sig.
|
Partial Eta
Squared
|
Pendekatan Pembelajaran
|
Wilks' Lambda
|
.434
|
49.545a
|
3.000
|
114.000
|
.000
|
.566
|
Jenis Kelamin
|
Wilks' Lambda
|
.459
|
44.833a
|
3.000
|
114.000
|
.000
|
.541
|
Pendekatan
Pembelajaran *
|
Wilks' Lambda
|
.941
|
2.383a
|
3.000
|
114.000
|
.073
|
.059
|
Jenis Kelamin
|
Sesuai
dengan hasil uji multivariat menggunakan Wilks' Lambda Test, diperoleh hasil sebagai berikut: (1)
FoA (3,114) = 49,545, sangat signifikan pada p = 0,000 < 0,01. Artinya, model
pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan
keterampilan gerak siswa sekolah dasar, dengan nilai variabilitas Partial Eta Squared sebesar 0,566
(56,6%); (2) FoB (3,114) = 44,833 dan
sangat signifikan pada p = 0,000 < 0,01. Artinya, jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap kemampuan analisis,
motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, dengan nilai variabilitas Partial Eta Squared sebesar 0,541 (54,1%); (3) FoAB (3,114) = 2,383 dan tidak
signifikan pada p = 0, 073 < 0,05. Hal ini berarti model pendekatan pem-belajaran
dengan jenis kelamin tidak memberikan pengaruh interaktif terhadap kemampuan
analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak.
Uji
Signifikansi Univariat untuk Efek antar Subjek
Tabel 5. Tests of Between-Subjects Effects (Tes efek antar subjek)
Source
|
Dependent
Variable
|
Type III Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Partial Eta Squared
|
Pendekatan_
Pembelajaran
|
Y1
|
1505.208
|
1
|
1505.208
|
60.688
|
.000
|
.343
|
Y2
|
8738.133
|
1
|
8738.133
|
70.478
|
.000
|
.378
|
|
Y3
|
2159.008
|
1
|
2159.008
|
26.916
|
.000
|
.188
|
|
Jenis_Kelamin
|
Y1
|
1098.075
|
1
|
1098.075
|
44.273
|
.000
|
.276
|
Y2
|
258.133
|
1
|
258.133
|
2.082
|
.152
|
.018
|
|
Y3
|
6206.408
|
1
|
6206.408
|
77.373
|
.000
|
.400
|
|
Pendekatan_ Pembelajaran * Jenis_Kelamin
|
Y1
|
10.208
|
1
|
10.208
|
.412
|
.522
|
.004
|
Y2
|
800.833
|
1
|
800.833
|
6.459
|
.012
|
.053
|
|
Y3
|
.675
|
1
|
.675
|
.008
|
.927
|
.000
|
Sesuai dengan hasil Tests of Between-Subjects Effects pada tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut: (1)
FoAY1 (1,116) = 60,688 dan sangat signifikan pada nilai p =
0,000 < 0,01, hal ini berarti model pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap
kemampuan analisis, dengan nilai variabilitas sebesar 34,3 % (partial eta squared); (2) FoA Y2
(1,116) = 70,478 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, dengan
nilai variabilitas sebesar 47,8 % (partial eta squared); (3) FoA Y3 (1,116) = 26,916
dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti model
pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap
keterampilan gerak, dengan nilai variabilitas 18,8 % (partial eta squared); (4) FoB
Y1 (1,116) = 44,273 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000
< 0.01, hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan analisis, dengan
nilai variabilitas sebesar 27,6 % (partial eta squared); (5) FoB Y2 (1,116) = 2,082
dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05, hal ini berarti jenis
kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap
motivasi olahraga; (6) FoB
Y3 (1,116) = 77,373 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 <
0.01, hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap keterampilan gerak, dengan
nilai variabilitas sebesar 40,0 % (partial eta squared) ; (7) FoAB Y1 (1,116) = 0,412 dan tidak signifikan
pada nilai p = 0,522 > 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis
kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis; (8)
FoAB Y2 (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 <
0.05, hal ini berarti ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran
dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi
olahraga, dengan nilai variabilitas sebesar 5,3 % (partial eta squared); (9) FoAB Y3 (1,116) = 0,008 dan tidak
signifikan pada nilai p = 0,927 > 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pen-dekatan
pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi keterampilan gerak.
Uji Pasangan antar A (Pairwise comparisons test between A)
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan
pada tabel di atas, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) rerata model pendekatan SRL = 91,683, konvensional
= 84,600), dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya kemampuan analisis siswa yang
diajar dengan menggukan model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar
dengan menggunakan model pendekatan
konvensional; (2) rerata model pendekatan SRL = 91,183, konvensional = 74,117, dan nilai p =
0,000 < 0,01. Artinya, motivasi olahraga siswa yang diajar dengan menggukan
model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model
pendekatan konvensional; (3) rerata model pendekatan SRL= 85,017, konvensional =
76,533, dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, kete-rampilan gerak
siswa yang diajar dengan menggukan model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang
diajar dengan menggunakan model pendekatan
konvensional.
Uji Pasangan antar B (Pairwise comparisons test between B)
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan
pada tabel di atas, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) rerata kemampuan
analisis siswa putera = 91,167, siswa
puteri = 85,117, dan nilai p = 0,000
< 0,01. Artinya, kemampuan analisis siswa putera lebih tinggi dari siswa puteri; (2) rerata motivasi olahraga siswa putera = 81,183, siswa puteri = 84,117), dan nilai p = 0,152 > 0,05. Artinya, motivasi
olahraga siswa putera dan siswa puteri tidak berbeda secara signifikan; (3) rerata
keterampilan gerak siswa putera =
87,967), siswa puteria = 73,583), dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, keterampilan
gerak siswa putera lebih tinggi dari siswa
puteri.
Uji
Pasangan Interaksi
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan interaksi
pada tabel 6 di atas, diperoleh hasil sebagai berikut:
(1)
/A1B1-A1B2/ = Pada
siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL, jenis
kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda
secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemam-puan analisis siswa putera
(rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 88,367).
(2)
/A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa
puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi
olahraga. Motivasi olahraga siswa puteri (rerata = 95,233 ) lebih tinggi
daripada siswa putera (rerata = 87,133).
(3)
/A1B1-A1B2/ = Pada
siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL, jenis
kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda
secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keteram-pilan gerak siswa putera
(rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 77,900).
(4)
/A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan
siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap
kemampuan analisis. Kemampuan analisis siswa putera (rerata = 87,333) lebih
tinggi daripada siswa puteri (81,867).
(5)
/A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera (rerata
= 75,233) dengan siswa puteri (rerata = 73,000) tidak memberikan pengaruh yang
berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga.
(6)
/A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan
siswa puteri memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap
keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa putera (rerata = 83,800) lebih
tinggi daripada siswa puteri (rerata = 69,267).
(7)
/A1B1-A2B1/ = Pada
siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan
pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemampuan
analisis siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran SRL (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa putera yang
diajar dengan menggunakan model pende-katan pembelajaran konvensional (87,333).
(8)
/A1B1-A2B1/ = Pada
siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan
pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi
olahraga siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan model pendekatan
pembelajaran SRL (rerata = 87,133) lebih tinggi daripada siswa putera yang
diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (75,233).
(9)
/A1B1-A2B1/ = Pada
siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan
pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak.
Keterampilan gerak siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan model
pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa
putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran
konvensional (83,800).
(10)
/A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model
pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda
secara signifikan terhadap kemampuan
analisis. Kemampuan analisis siswa puteri yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 88,367) lebih tinggi daripada siswa
puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran
konvensional (81,867).
(11)
/A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model
pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan pengaruh yang berbeda
secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi olahraga siswa puteri
yang diajar dengan meng-gunakan model pendekatan pembelajaran SRL (rerata =
95,233) lebih tinggi daripada siswa puteri yang diajar dengan menggunakan model
pendekatan pembelajaran konvensional (73,000)
(12)
/A1B2-A2B2/ = Pada
siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan konvensional memberikan
pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak.
Keterampilan gerak siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan model
pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 77,900) lebih tinggi daripada siswa
puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (rerata = 69,267).
PEMBAHASAN
Secara umum temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model pendekatan
pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap
peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak daripada
model pendekatan pembelajaran konvensional baik pada siswa putera maupun siswa
puteri. Temuan-temuan ini menguatkan
bukti-bukti empirik sebelumnya, bahwa pendekatan SRL membelajarkan siswa secara
integratif antara aspek metakognitif,
motivasional, dan behavioral,
sementara model pendekatan konvensional lebih menekankan pada pengembangan
aspek behavioral atau psikomotorik.
Ditinjau dari aspek proses
pembelajaran, ada dua perspektif yang dapat menjelaskan temuan penelitian ini,
yaitu perspektif proses keaktifan dan proses konstruk-tif. Berdasarkan proses
keaktifan, siswa yang diajar dengan model pendekatan pem-belajaran SRL secara
aktif terlibat dalam penyusunan tujuan belajarnya, berusaha memonitor proses
dan hasilnya, meregulasi dan mengendalikan aktivitas kognisi, motivasi, sikap,
dan perilakunya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetap-kannya (Liukkonen, Auweele, Vereijken, Alferman,
& Thedorajis, 2007). Aktivitas-aktivitas tersebut diasumsikan akan memediasi hubungan interaktif antara lingkungan
belajar peserta didik, peserta didik sebagai pembelajar (seperti kognisi, afeksi, dan motivasinya), dan perilakunya.
Pada akhirnya akan menentukan
keseluruhan proses belajar dan hasil belajarnya (Pintrich,
2000a; Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005).
Sementara dari perspektif konstruktif, pendekatan pembelajaran SRL
membelajarkan peserta didik untuk
membuat perubahan dalam struktur pengetahuan melalui aktivitas-aktivitas
merencanakan, memonitor, dan mengendalikan atau menyesuaikan proses kognitif
ketika merespon terhadap perubahan-perubahan tuntutan
dan kondisi yang ada (Wolter, 2003b). Dengan demikiam, peserta didik yang
melakukan SRL, akan lebih berhasil dalam pengembangan pengetahuan dan
keterampilan akademiknya (Pintrich, 2000a, 2000b), demikian juga dalam
pengembangan penampilan dan belajar keterampilan geraknya, karena melibatkan
penyesuaian secara kognitif maupun motivasional (Zimmerman, 2000; Zimmerman
& Kitsantas, 2005). Seperti diketahui, penampilan dan belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh aspek kognisi dan
motivasi, dan kedua aspek ini (khususnya kemampuan analisis dan
motivasi) terbukti dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan
pendekatan SRL. Pada akhirnya, penampilan gerak dan hasil belajar keterampilan
gerak dipengaruhi oleh penggunaaan SRL, baik secara langsung maupun melalui
aspek kognisi dan motivasi. Alasan
lainnya dapat dilihat dari aspek pelibatkan komponen-komponen SRL ketika siswa
sedang belajar keterampilan gerak. Seperti telah disebutkan, siswa yang
menggunakan SRL akan melibatkan tiga aspek pokok ketika sedang belajar
keteram-pilan gerak, yaitu aspek metagoknisi, motivasi, dan perilaku secara
simultan. Ketiga aspek ini sangat menentukan keberhasilan belajar keterampilan
garak.
Aspek metakognisi dalam SRL
mencerminkan sebuah dinamika kesadaran, pertimbangan, pemonitoran terhadap
sejumlah aspek kognisi ketika siswa sedang terlibat
proses belajar keterampilan gerak (Liukkonen, et
al., 2007), seperti menetapkan
tujuan, mendengarkan instruksi, berfikir dan menemukan pemahaman, melihat dan
meniru, memvisualisasikan atau membayangkan, dan memfokuskan perhatian
(Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan
keterlibatan aspek-aspek di atas dalam proses belajar, keterlibatan aspek
metakognisi dalam SRL terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan
strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap
kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Jadi dalam proses pembelajaran
dengan pendekkatan SRL, peserta didik
dilibatkan untuk menetapkan tujuan pembelajaran, berkesempatan untuk memikirkan
materi dan menemukan pemahaman, melihat
gerakan yang benar dan menirunya dengan tepat, dengan terlebih dahulu membayangkannya dalam
pikiran, dan memiliki kesempatan lebih untuk
memfokuskan perhatian (Kitsantas, Zimmerman,
& Cleary, 2000). Dengan
kata lain, peserta
didik lebih banyak melibatkan aspek
kognitif atau melakukan proses mental untuk mengelola informasi yang
diterimanya, dan inilah salah satu kelebihan pendekatan SRL dibandingkan dengan
pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengembangan
aspek psikomotorik dan lebih berpusat pada pengajar. Lebih lanjut ditegaskan
oleh Pintrich (2000b) bahwa aktivitas metakognisi siswa dalam SRL mencakup
aktivitas merencanakan (planning),
memonitor (monitoring), dan
meregulasi (regulating). Aktivitas
merencanakan berkenaan dengan proses menetapkan tujuan belajar dan menganalisis tugas gerak yang dapat membantu mengaktifkan
aspek-aspek pengetahuan sebelumnya yang relevan dan membuat organisasi
materi dengan tugas gerak sehingga lebih mudah dipahami dan dilakukan.
Aktivitas memonitor meli-batkan perhatian peserta didik ketika peserta didik tersebut menampilkan suatu
keterampilan gerak. Siswa harus melakukan evaluasi diri (self testing atau self evaluation) sejauhmana keberhasilan yang telah dicapainya. Aktivitas memonitor
ini berguna untuk membantu peserta didik memahami dan mengintegrasikan tugas gerak yang
sedang dipelajarinya dengan tugas gerak sebelumnya dan aktivitas-aktivitas
belajar keterampilan gerak yang pernah dilakukannya. Adapun aktivitas
meregulasi, Pintrich, Smith, Garcia, & Mckeachie (1993) mengungkapkan
berkenaan dengan penyetelaan (finetuning)
dan penyesuaian aktivitas kognisi peserta didik secara berkelanjutan ketika peserta didik melakukan aktivitas
belajar. Aktivitas regulasi sangat berguna untuk membantu siswa mengecek dan
mengoreksi perilakunya ketika mereka sedang melatih tugas-tugas gerak yang
harus dilakukannya.
Keterlibatan aspek motivasi
dalam SRL berkenaan dengan pengarahan perilaku untuk mencapai kegiatan belajar,
sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa
mencapai tujuan kegiatan belajar. Aktivitas belajar dalam aspek motivasi dan
perilaku selama melakukan SRL dalam kelas pendidikan jasmani antara lain mengelola tugas, mengelola perhatian, mengelola waktu,
menge-lola motivasi, mencari bantuan, menguragi interaksi teman sebaya, menyesuaikan
tingkat kesulitan, mengulang dan melatih (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Liukkonen, et
al., (2007) menyebutkan dua aspek yang paling sering
dilaku-kan siswa dalam SRL adalah meregulasi usaha dan mencari bantuan. Meregulasi
usaha berkenaan dengan upaya peserta didik untuk mengendalikan usaha
belajarnya. Meregulasi usaha dikenal juga dengan istilah pengeloaan sumber atau
resource management (Wolter, 2003b).
Meregulasi atau mengelola usaha merupakan aspek motivasi yang sangat penting
dalam SRL yang mencerminkan komitmen
yang kuat untuk mencapai tujuan belajar, termasuk ketika peserta didik dihadapkan
pada kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran. Dalam penampilan dan aktivitas
belajar keterampilan gerak, pengelolaan atau regulasi usaha memainkan peranan
penting sebab tidak hanya berguna untuk
meningkatkan motivasi dan membangun komitmen, tetapi juga untuk
menghubungkannya dengan penggunaan strategi-strategi belajar yang lain. Adapun
aspek meminta bantuan (helf seeking),
merupakan aspek SRL yang dibutuhkan siswa terkait dengan komponen perilaku
dalam SRL. Aspek meminta bantuan dibutuhkan terutama ketika peserta didik
dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak yang
tidak dapat mereka lakukan, untuk itu bantuan guru dan teman-teman kelasnya akan sangat membantu. Aspek meminta
bantuan merupakan strategi regulasi diri terkait dengan aspek motivasi dan
perilaku yang memainkan peranan penting untuk meningkatkan penampilan dan hasil
belajar siswa.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh
signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan
gerak, baik secara bersama-sama terhadap ketiga variabel dependen maupun secara
sendiri-sendiri, kecuali pengaruh terhadap variabel motivasi olahraga
menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan besaran nilai FoB (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan
pada nilai p = 0,152 > 0.05. Pada peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
pendekatan SRL, kemampuan analisis, motivasi olahraga dan keterampilan gerak peserta didik putera terbukti lebih tinggi dan signifikan
daripada peserta didik puteri. Adapun untuk yang diajar dengan
menggunakan model pendekatan konvensional, hanya kemampuan analisis peserta didik putera yang lebih tinggi dan signifikan dari peserta didik puteri, sementara untuk variabel motivasi
olahraga dan keteampilan gerak tidak menun-jukkan perbedaan yang signifikan.
Semua peserta didik baik putera maupun puteri yang diajar dengan
menggunakan model pendekatan SRL menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa yang diajar
dengan menggunakan model pendekatan konvensional.
Hasil lain ditemukan juga bahwa
tidak ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin
dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi
olahraga, dan keterampilan gerak baik secara bersama-sama maupun
sendiri-sendiri, kecuali pengaruh interaksi terhadap motivasi olahraga
menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan besaran nilai FoAB (1,116) = 6,549
dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini berarti interaksi antara
model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi olahraga. Dengan kata lain ada interaksi antara
model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi olahraga, meskipun
dengan besaran partial
eta squared yang relative kecil, yaitu hanya sebesar 5,3 %.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas
dalam kaitannya dengan perbedaan jenis kelamin dapat dinyatakan bahwa jenis
kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi
olahraga, dan keterampilan gerak dan ada perbedaan yang signifikan antara siswa
putera dengan siswa puteri yang diajar dengan model pendekatan SRL dalam hal
kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak. Artinya bahwa
jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang harus dipertimbangkan ketika
akan mengajar pendidikan jasmani dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran SRL. Hasil ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya antara
lain Young & McSporran (2001), Lee (2002), Bidjerano (2005), dan Hargittai &
Shafer (2006) yang menyimpulkan bahwa peserta didik putera dan peserta
didik
puteri menunjukkan perbedaan dalam menggunakan strategi regulasi diri dalam
proses belajar yang mereka lakukan. Bidjerano (2005) menemukan bahwa peserta didik puteri menunjukkan
kemampuan yang lebih tinggi daripada peserta didik putera dalam menggunakan strategi regulasi diri rehearsal, mengorganisasikan, metakognisi, keterampilan mengelola
waktu, elaborasi, dan usaha, tetapi hasil analisis menunjukkan tidak ada
perbedaan secara signifikan dalam hal sikap respek untuk belajar bersama teman,
meminta bantuan, dan keterampilan berfikir kritis. Demikian juga laporan hasil
penelitian Young (2007) yang menemukan bahwa regulasi diri peserta didik puteri untuk aspek
efikasi diri lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik putera. Berbeda dengan hasil penelitian yang
lain, Hargittai & Shafer (2006) melaporakan bahwa keterampilan self-assessed (menilai diri sendiri) peserta didik putera lebih tinggi dan
signifikan daripada peserta
didik
puteri. Lee (2002) dalam penelitiannya menemukan adanya tiga perbedaan pokok
penggunakan regulasi diri antara peserta didik putera dengan puteri dalam hal (1) Gaya, tujuan, dan interaksi sosial,
(2) faktor-faktor motivasional, dan (3) gaya dan frekuensi mengekpresikan,
membicarakan atau memberikan umpan balik sesuatu.
Berdasarkan
hasil-hasil penelitian ini, secara umumnya dapat katakan bahwa model
pendekatan pembelajaran Self-Regulation
Learning (SRL) dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran untuk
digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, dan jenis kelamin
peserta didik putera dan peserta didik puteri harus menjadi
salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Sesuai
dengan hasil penelitian ini, beberapa implikasi penting untuk pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terkait dengan penerapan model
pembelajaran Self-regulation Learning
antara lain:
(1) Guru seharusnya membantu
peserta didik untuk menyusun atau
merumuskan tujuan aktivitas belajarnya dengan memberikan kiu-kiu penting
terkait dengan aspek-aspek penting dari tugas gerak yang akan dipelajarinya
sekaligus membantu membuat dan membimbing cara melakukan self-monitoring kemajuan aktivitas belajarnya. Pada level awal
regulasi diri, rumusan tujuan harus lebih menekankan pada tujuan proses, dan
ketika sampai pada level yang lebih tinggi maka penekanannya pada tujuan hasil.
(2) Guru seharusnya
mendorong peserta didik untuk melakukan self monitoring tentang proses belajar
keterampilan gerak yang mereka lakukan dengan membuat log learning tentang aspek-aspek yang terkait dengan aktivitas
belajar yang mereka lakukan. Log learning
dapat berisi catatan tentang unsur-unsur penting untuk mengingatkan siswa ketika melakukan
keterampilan gerak tertentu, atau menghadapi tantangan atau kesulitan tertentu
agar mereka dapat mengatasinya
(3) Guru seharusnya
memberdayakan peserta
didiknya
sebagai model (peer modelling) dalam
mendemonstrasikan keterampilan gerak. Selain sangat berguna sebagai umpan
balik, juga dapat meningkatkan teori kemampuan inkremental dan harapan efikasi
diri yang mengkin dapat meningkatkan penggunaan regulasi di antara siswa-siswa
yang lainnya.
(4) Guru seharusnya
mengorganisasikan aktivitas belajar dan pembelajaran terkait dengan
pengembangan strategi kognitif dan metakognitif peserta didik. Misalnya, guru dapat mendorong siswa untuk
melibatkan diri dalam proses regulasi diri
dengan memberikan siswa kesempatan untuk menginisiasi dan mengarahkan
aktivitas belajarnya.
(5) Untuk meningkatkan
keterlibatan aspek kognitif dan motivasional dalam proses pembelajaran, guru
sebaiknya mempertimbangkan pemberian materi dan tugas belajar secara personal
yang bermakna, relevan, dan menarik bagi peserta didik, juga mengandung unsur variasi dan kebaruan.
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Model pendekatan
SRL dan Konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan
kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik, (2) model pendekatan SRL
memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan signifikan terhadap terhadap
peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik Sekolah Dasar
dibandingkan dengan model pendekatan konvensional, (3) Jenis kelamin
memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik Sekolah Dasar, (4) Tidak ada interaski antara
model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi
kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik sekolah dasar.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dikemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai masukan dan saran
sebagai berikut :
(1)
Untuk kepentingan peningkatan mutu proses dan
hasil pembelajaran direkomendasikan agar model pendekatan pembelajaran SRL
digunakan oleh para guru pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dasar
sebagai salah satu alternatif inovasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sebab terbukti mempengaruhi
aspek kognitif, motivasi, dan keterampilan gerak secara signifikan.
(2)
Untuk mengokohkan efektivitas model pendekatan pembelajaran
SRL terhadap hasil belajar dalam pendidikan jasmani dibutuhkan penelitian lebih
lanjut melibatkan varibel hasil belajar pendidikan jasmani yang lain termasuk
diuji efektifitas pada setting penelitian yang berbeda, misalnya di jenjang
pendidikan SMP dan SMA dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang lain
seperti variabel perbedaan individual, kondisi demografis, dan lain-lain.
(3) Untuk kepentingan implementasi direkomendasikan pendekatan self-regulated learning dapat menjadi pilot project dan bahan pertimbangan
bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk merumuskan kebijakan lokal tentang penggunaannya
dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTKA
Bandura, A. (1997). Self efficacy. The exercise
of control. New York: W.H. Freeman and Company.
Barron, K.E., &
Harrackiewicz. (2001). Achievement goals and optimal
motivation: testing multiple goal models. Journal of Personality and Social
Psychology, 80 (5), 706-722.
Bidjerano, T. (2005). Gender difference in self
regulated learning. Paper Presented at
the Annual Meeting of the Northeastern. 100, 69-78
Budiana, D. (2010).
Self-regulated learning: Konsep dan aplikasinya dalam pendidikan jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
4 (2), 169-180
Field,
A. (2009). Discovering statistics using
SPSS for windows. London: Sage Publications
Fischman, M.G.
& Oxendine. J.B. (2001). Motor skill learning for effective coaching and
performance. In Williams, J.M. Applied
Sport Psychology. Personal Growth to Peak Performance. (hh.11-24) London:
Mayfield Publishing Company.
Ghozali, I.
(2009). Aplikasi analisis multivariate,
dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro
Hargittai, E., &
Shafer, S. (2006). Differences in actual and perceived online skills: The role
of gender. Social Science Quarterly.
87 (2), 432-448.
Hidayat, Y (2003).
Keterlantaran pendidikan jasmani dan strategi intervensi dari perspektif
psikologi humanisme, Olahraga
Majalah Ilmiah, (9), 78-99.
Hidayat, Y., Budiana. D.,
& Komarudin (2008). Penerapan self
regulated learning dalam pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani.
Laporan Peneiltian. Hibah Bersaing DIKTI.
Kerlinger, F.N. Terjemahan Simatupang, L.R. (2002). Azas-azas
penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Kermarrec, G., Todorovich, J.R., & Fleming, D.S. (2004). An
investigation of the self-regulation componens student employ in physical
education setting. Journal of Teaching in Physical Education, 23 (2),
142.
Kitsantas, A., Zimmerman, B.J., & Cleary
(2000). The role of observation and
emulation in the development of athletic self-regulation. Journal of Educational Psychology, 92 (4), 811-817.
Krathwohl, D.R. (2002). A revision of bloom’s taxonomy: an overview. Theory into Practice. 41
(4), 212-218.
Kuiper, R.A. (2002). Enhancing metacognition through the reflective
use of self regulated strategies. The Journal of Countinuing Education in
Nursing, 33 (2), 78-92.
Lee, I.S. (2002). Gender
differences in self regulated on-line learning strategies within Korea’s University context. Educational Technology Research and
Development, 50 (1), 101-109.
Liukkonen,
J., Auweele, Y.V., Vereijken, B., Alferman, D., & Thedorajis, Y. (2007). Psychology for physical educators.Canada:
Human Kinetics
Martens, M.P. & Webber, S.N. (2002).
Psychometric Properties of The Sport Motivation Scale: An Evaluation With
College Varsity Athletes From the U.S. Journal
of Sport and Exercise Psychology, 24, 254-270.
Millsap, R.E., & Olivares, A.M. (2009). Quantitative methods in psychology.
London: Sage
Nurhasan, (2007). Tes dan pengukuran Keolahragaan. Modul. Bandung: Jurusan Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan UPI.
Pangrazi, P.P. & Daeur, V.P. (2007). Dynamic
physical education for elementary school. Boston: Allyn and Bacon.
Pintrich, P., Smith, D., Garcia, T., & Mckeachie, W. (1993).
Predictive validity and reliability of the motivated strategies for learning
questionnaire (MLSQ). Educational and
Psychological Measurement, 53, 801-813
Pintrich, P. (2000a). Multiple goal, multiple
pathways: The role of goal orientations in learning and achievement. Journal of Educational Psychology. 92,
544-555.
Pintrich, P. (2000b). The role of goal orientation in self
regulation. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp.
452-502). New York: Academic Press.
Smith, P.A. (2001). Understanding self-regulated
learning and its implication for accounting educators and researchers. Issues
in Accounting Education, 16 (4), 663-689.
Widarjono,
A. (2010). Analisis statistika
multivariate terapan. Yogyaarta. UPP STIM YKPN.
Wolter,
J. (2003b). Regulation of motivation:
Evaluating an under emphasized aspect of self regulated learning. Educational Psychologist, 38. 189-205.
Young, S., & McSporran, M. (2001). Confident
men-successful women: Gender differences in on-line learning. In C. Montgomerie
& J. Viteli (Eds). Proceeding of
EdMedia 2001 Conference (pp. 2110-2112). Chesapeake, VA:AACE
Zimmerman, B.J. (2000).
Attaining self regulation: A social cognitive perspective. In M.
Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 13-39). New York: Academic Press.
Zimmerman,
B.J., & Kitsantas, A. (2005). The hidden dimension of personal competence: Self regulation learning and
practice. In A.J. Elliot & C.S. Dweck (Eds.). Handbook of competence and motivation. (pp. 509-526). New York:
Guilford Press.
Martens, M.P. & Webber, S.N. (2002). Psychometric Properties of
The Sport Motivation Scale: An Evaluation With College Varsity Athletes From
the U.S. Journal of Sport and Exercise
Psychology, 24, 254-270.
No comments:
Post a Comment