OLEH
FEBRINA KARTIKA IRIANTHY,S.Pd
ALPHIUS,S.Pd
Abstract
SMA Negeri 3 Merauke is one of
three schools appointed by National Education Ministry to be a pioneer of
international standard school in Papua since 2009. The desirability of SMA
Negeri 3 Merauke to be is not easy, because the school is located in border
area with Papua New Guinea, so it doesn’t has graduate but has been ready to create graduate that able to compete in international level.
The objective of this research is
to identify and acquire graduate result of SMA Negeri 3 Merauke so that is able
to compete enrolling the college in A accredited, especially this study aims to
acquire information about implementation method of Talking Action making action
in the school which is viewed from the input, process, output, and outcome
sides of education.
This research used qualitative
method, it uncovered the comprehensive indications but the focus is to know the
implementation of talking action making action that is brought the
characteristic of the success of SMA Negeri 3 Merauke as the pioneer of
International standard school trough input, process, output, and outcome
paradigm of education.
The result of this research shows
the existence of upgrading input of new students reception in the process of
SMA Negeri 3 Merauke in implementing talking action making action. In output
and oucome sides, it has not been but appeared in many intern competitions that
were held in Papua, such as competition of teenage erudition, Olympiad of
national student sport, and Olympiad National Student of MA Negeri 3 merauke
that is able to prepare international standard graduate.
Key
Words :
competitiveness, pioneer of international standard school, talking action
making action, SMA Negeri 3 Merauke.
Ingin dapat tambahan uang dengan modal hanya 25 ribu rupiah, bisa
menghasilkan Rp.800 Juta,- Dari Bisnis Iklan ?
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
Abstrak
SMA
Negeri 3 Merauke adalah salah satu sekolah dari 3 sekolah yang di tunjuk oleh
Depdiknas untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Papua sejak
tahun 2009. Keinginan SMA Negeri 3 Merauke untuk menjadi Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional tidak muda karena SMA Negeri 3 Merauke terletak di
daerah perbatasan dengan Negara Papua
New Guinea namun SMA Negeri 3 Merauke
siap menciptakan lulusan yang dapat bersaing secara Internasional.
Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan memperoleh gambaran kesiapan lulusan
siswa yang ada di SMA Negeri 3 Merauke untuk dapat bersaing dengan siswa
lainnya masuk ke Perguruan Tinggi yang terakreditasi A, secara lebih khusus
studi ini bertujuan untuk memperoleh informasi metode penerapan TAMAT (Talking
Action Making Action) di SMA Negeri 3 Merauke dilihat dari sisi input,
proses, output dan outcome pendidikan.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu mengungkap gejala
yang ada secara menyeluruh namun fokus penelitiannya, yaitu untuk mengetahui
penerapan TAMAT (Talking Action Making Action), yang dijadikan ciri
keberhasilan SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah
RSBI melalui paradigma input,
proses, output dan outcome pendidikan.
Hasil
penelitian menunjukkan, adanya peningkatan input Penerimaan Peserta Didik Baru,
dari sisi proses SMA Negeri 3 Merauke menerapkan talking action and making
action. dari sisi output dan outcome belum ada namun sudah nampak pada
lomba-lomba intern yang diselenggarakan di Papua diantaranya LKIR, O2SN dan OSN,
SMA Negeri 3 Merauke yang mampu menyiapkan lulusan yang bertaraf internasional.
Kata Kunci : Daya saing lulusan, RSBI, (Talking Action Making
Action), SMA Negeri 3 Merauke.
Ingin dapat tambahan uang dengan modal hanya 25 ribu rupiah, bisa
menghasilkan Rp.800 Juta,- Dari Bisnis Iklan ?
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
SMA Negeri 3 Merauke di
Papua merupakan salah satu sekolah dari 3 sekolah yang di tunjuk oleh Depdiknas
untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Papua. Keinginan
SMA Negeri 3 Merauke untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
dicapai pada tahun 2009 berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim dari
Jakarta terhadap keadaan yang ada di sekolah tersebut, perlu diketahui SMA
Negeri 3 Merauke terletak di daerah perbatasan dengan Negara PNG (Papua New Guinea), tiga
alasan untuk mencapai daya lulusan yang bertaraf Internasional yaitu :
1. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) (pendidik dan
peserta didik).
2. Adanya dasar hukum yang kuat.
3. Landasan filosofi. (Depdiknas, 2006:1-2).
Penyelenggaraan RSBI
merupakan amanat undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 61 Ayat (1) peraturan pemerintah tersebut menyatakan,
pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan satu satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan yang bertaraf internasional.
Di samping itu penyelenggaraan RSBI
didasari 2 filosofi :
1.
Filosofi
eksistensialisme artinya pendidik harus meyakinkan, menyuburkan dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi
yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif dan bermakna, serta
menumbuhkembangkan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik.
2.
Filosofi
esensialisme artinya menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan
kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan dari berbagai
sektor, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Keberadaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di Papua dimaksud oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah, di samping untuk memicu peningkatan mutu pendidikan yang
ada di Papua juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan penyemangat
sekolah lainnya, oleh karena itu mutu pendidikan tidak hanya mempunyai
keunggulan global tetapi juga keunggulan lokal.
2. Masalah dan Arti Penting Penelitian
Seiring dengan tuntutan peraturan perundangan bahwa penyelenggaraan
di SMA Negeri 3 Merauke Papua sebagai RSBI
diproyeksikan agar daya saing lulusannya dapat segera melanjutkan pendidikannya
ke Perguruan Tinggi yang bermutu dan terakreditas, baik dalam negeri maupun
luar negeri. Penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 3 Merauke juga perlu memiliki
strategi-strategi lainnya untuk menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dari
Sistim Pendidikan Nasional melalui TAMAT (Talking Action Making Action),
olehnya karena itu perlu adanya penciptaan karakteristik atau ciri penting
penyelenggaraan RSBI yang dapat diadopsi atau diadaptasi oleh sekolah lainnya
(Sister School).
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperoleh
kelulusan yang ada di SMA Negeri 3 Merauke agar dapat bersaing masuk ke PT
(Perguruan Tinggi) yang terakreditasi A, secara lebih khusus studi ini
bertujuan untuk memperoleh informasi metode penerapan TAMAT (Talking Action
Making Action) di SMA Negeri 3 Merauke dilihat dari sisi input, proses, output dan outcome pendidikan.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:
1. Yang menjadi fokus
penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Merauke sebagai penyelenggara RSBI di Papua.
2. Daya saing lulusan yang dilakukan berdasarkan
dari input, proses, output dan outcome di SMA Negeri 3
Merauke.
a. Input meliputi siswa, pendidik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana dan prasarana, kerjasama, budaya sekolah, pengelolaan, dan
pembiayaan.
b. Proses
meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penilaian .
c. Output meliputi
prestasi akademik dan non akademik, tingkat drop out (DO).
d. Outcome
meliputi persentase kelulusan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan
kurikulum nasional pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Delapan standar nasional
pendidikan ini antara lain :
1.
Standar Isi
2.
Standar proses
3.
Standar kompetensi lulusan
4.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5.
Standar sarana dan prasarana
6.
Standar pengelolaan
7.
Standar pembiayaan
8.
Standar penilaian pendidikan
Dua dari delapan Standar Nasional Pendidikan diatas, yaitu standar isi
(SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama dalam mengembangkan
kurikulum.
2. Hakekat Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional
Terminologi sekolah rintisan
bertaraf internasional dapat ditemui dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Renstra Depdiknas Tahun
2005-2010. Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa, pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi
suatu satuan pendidikan yang bertaraf
internasional. Kata bertaraf internasional di sini memiliki arti bahwa
sekolah setingkat atau memiliki level yang sama dengan sekolah-sekolah sejenis
di negara-negara lain, khususnya negara maju. Kata setingkat atau level yang
sama ini dapat merujuk pada masukan, proses, dan keluaran/lulusan dengan sekolah
sejenis di negara maju.
Menurut Depdiknas (2006:3) RSBI
adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar
nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional, sehingga
lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan pengertian ini, RSBI
dapat dirumuskan sebagai berikut :
RSBI=SNP+X
|
Ket
: - SNP
adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi: kompetensi lulusan,
isi, proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana
pengelolaan, dan penilaian.
-
X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman
melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari dalam
maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui
secara internasional.
RSBI menuntut perkembangan
penguasaan disiplin Ilmu Alam meliputi mata pelajaran matematika, fisika,
kimia, biologi, serta disiplin Ilmu Sosial meliputi mata pelajaran sosiologi,
ekonomi, bahasa asing (terutama bahasa Inggris) dan etika global.
Penguasaan Ilmu tersebut diatas memiliki hubungan yang
saling menghidupi (simbiosis). jika ingin memajukan SMA Negeri 3 Merauke Papua
menuju daya saing lulusan yang baik maka SMA Negeri 3 Merauke telah menerapkan
metode TAMAT (Talking Action Making Action), Oleh karena itu, pengembangan RSBI
perlu bekerjasama dengan satuan-satuan pendidikan lainnya (sister School),
pelatihan, Perguruan Tinggi yang terakreditas, lembaga – lembaga non formal yang
bersertifikat.
Visi pendidikan nasional pada
sekolah yang berstatus RSBI adalah “terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif secara nasional menuju daya saing lulusan internasional”. Visi
tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional
memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan
sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati,
dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
Misi adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan
kompetitif secara nasional menuju daya saing lulusan internasional, yang mampu
bersaing dan berkolaborasi secara global. Misi ini direalisasikan melalui
kebijakan, rencana, program, dan kegiatan RSBI yang disusun secara cermat,
tepat, futuristik, dan berbasis permintaan lulusan yang terbaik.
3. Hakekat Pendidikan
Menengah Umum
Penyelenggaraan RSBI
bertujuan untuk menghasilkan daya saing lulusan yang berkelas Nasional dan Internasional
sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan dalam
UU No. 20/2003 dan dijabarkan dalam PP 19/2005 dan lebih rinci lagi dalam
Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Tujuan
pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Perlu dicatat bahwa sebagai upaya untuk menuju sekolah
menengah yang menjadi rintisan, harus memegang teguh untuk mengembangkan jati
diri, nilai-nilai bangsa Indonesia, melalui pengenalan, penghayatan dan
penerapan nilai-nilai yang diperlukan dalam erai, ilmu pengetahuan dan
teknologi, ekonomi, seni, solidaritas, kuasa, dan etika global. Untuk
memperlancar komunikasi global, RSBI menggunakan bahasa komunikasi global,
terutama Bahasa Inggris dan menggunakan teknologi komunikasi informasi (information communication technology, ICT).
4. Standar RSBI
Standar RSBI
merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk mewujudkan citra
manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup secara lokal,
regional, nasional, dan global, maka perlu dirumuskan standard RSBI yang
meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya
proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal
untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertaraf internasional meliputi
siswa baru (intake) yang
diseleksi secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik,
kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan
sekolah.
Intake (peserta
didik baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil scholastic aptitude test (SAT),
kesehatan fisik, dan tes wawancara (prestasi di SMP terutama olahraga dan seni).
Siswa baru harus memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan potensi untuk bekembang.
Di samping itu pendidik
harus memiliki kompetensi professional (penguasaan matapelajaran), paedagogik,
kepribadian, dan sosial bertaraf internasional, serta kemampuan berkomu-nikasi
secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan salah satu bahasa asing,
misalnya bahasa Inggris. Selain itu guru memiliki kemampuan menggunakan ICT
mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan profesional dalam
manajemen, kepemimpinan, organisasi, dan adminsitrasi termasuk kemampuan komunikasi
dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.
Tenaga pendukung,
penyelenggaraan RSBI meliputi, laboran, teknisi komputer, kepala TU, tenaga
administrasi (keuangan, akuntansi, kepegawaian, akademik, sarana dan prasarana,
dan kesekretariatan). Sarana dan prasarana harus lengkap dan mutakhir untuk
mendukung penyelenggaraan RSBI, terutama yang terkait dlangsung dengan
penyelenggaraan proses pembelajaran, baik buku teks, referensi, modul, media
pembelajaran, peralatan dan sebagainya. Organisasi, manajemen, dan administrasi
RSBI baik adalah :
1. Organisasi, kejelasan
pembagian tugas dan fungsi dan koordinasi yang baik antar tugas dan fungsi.
2. Manajemen tangguh, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi.
3. Administrasi rapi, yang ditunjukkan oleh pengaturan dan
pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Daya Saing Lulusan
Daya saing lulusan adalah tuntutan kemampuan output berdasarkan
delapan standar nasional, salahsatunya proses pembelajaran yang mampu
mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektual,
emosional maupun spiritualnya serta daya
kreasi, nalar, dan eksperimentasi melalui proses TAMAT (Talking Action Making Action).
6. Hakekat TAMAT
Langkah-langkah
yang diterapkan oleh SMA Negeri 3 Merauke melalui METODE TAMAT (Talking Action
Making Action) adalah :
a.
TAMAT (eksternal) :
-
Menyebarkan brosur penerimaan peserta didik baru (PPDB) ke
SLTP yang ada di Kabupaten Merauke pada bulan Januari hingga Maret.
-
Melakukan sosialisasi penerimaan peserta didik baru (PPDB) ke
SLTP yang ada di Kabupaten Merauke, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat dan Boven
Digul pada bulan Maret hingga Mei.
b.
TAMAT (internal) :
-
Membentuk Tim Sosialisasi penerimaan peserta didik baru
(PPDB) yang terdiri dari guru-guru yang sudah ditetapkan oleh kepala sekolah. (bulan Januari)
-
Membuat brosur penerimaan peserta didik baru (PPDB). (bulan Januari)
-
Meyakinkan siswa SLTP yang ada di Kabupaten Merauke,
Kabupaten asmat, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digul tentang keberadaan
SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah RSBI.
(bulan Maret hingga Mei
-
Tatap muka secara langsung saat Proses
Belajar Mengajar (PBM). (Semester 1 dan
2)
-
Mengembangkan
kecakapan komunikasi siswa melalui presentasi
di depan kelas. (Semester 1 dan 2)
-
Setiap
akhir pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebagai feedback terhadap pelaksanaan
pembelajaran. (Semester 1 dan 2)
-
Pendidik
mendapat informasi siswa mana yang perlu diberi bantuan dan bantuan apa yang akan
diberikan. (Semester 1 dan 2)
-
Siswa
dapat memberikan saran (ada Kotak Saran) dan terbuka kepada penasehat akademik
apabila menemukan hambatan. (Setiap
saat)
-
Penyampaian penguatan pembelajaran terlebih dahulu kepada
siswa, sehingga siswa mengetahui di mana ia dapat memperoleh bantuan akademik. (Semester
1 dan 2)
-
Penugasan di perpustakaan dengan mengunduh (download) informasi melalui internet
yaitu Pusat Sumber Belajar (PSB). (Setiap saat)
-
Penentuan penjurusan setiap siswa yang jelas, hal ini bertujuan untuk menciptakan daya saing
lulusan yang baik. (bulan Mei pada kelas
X ke kelas XI)
-
Mengembangkan kemampuan adaptif dan tanggungjawab kepada
siswa dengan cara memberi pengarahan untuk bertanggungjawab terhadap kewajiban
sekolah. (Setiap saat)
-
Mengembang ramah sosial dengan cara memberi pengarahan
toleransi terhadap sesama temannya. (Setiap saat)
-
Kebebasan berdemokrasi tetapi terarah. Pada bulan Oktober saat pemilihan ketua osis
-
Memberi pengertian bahwa guru bukan segala-galanya, guru juga
manusia terkadang salah, hanya saja guru sudah pernah belajar terlebih dahulu. (Setiap
saat)
-
Membimbing siswa dalam persiapan lomba OSN, O2SN, LKIR dan
OPSI serta lomba-lomba lainnya. (bulan
Januari – Mei)
-
Mempersiapkan Guru berprestasi setiap tahunnya. (bulan Januari – Mei)
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
Metode Penelitian
Metode
penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yang bersifat exploratory
dan explanatory.
Cara ini digunakan untuk mengungkap gejala yang ada secara menyeluruh namun
kontekstual dengan fokus penelitian, yaitu untuk mengetahui TAMAT (Talking
Action Making Action), yang dijadikan ciri keberhasilan SMA Negeri 3 Merauke
dalam mencapai daya saing lulusan yang bertaraf internasional.
Tabel 1 : Jumlah Peserta
didik yang masuk 3 tahun terakhir.
No
|
Tahun
|
Jumlah
Siswa
|
Kelas
X
|
Kelas
XI
|
Kelas
XII
|
Keterangan
|
1.
|
2009
|
196
(6 rombel)
|
196
|
-
|
-
|
32
tenaga pendidik dan 7 orang tenaga kependidikan
|
2.
|
2010
|
192
(12 rombel)
|
182
|
188
|
-
|
|
3.
|
2011
|
192
(18 rombel)
|
192
|
182
|
188
|
Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini
adalah kepala sekolah. Pemilihan informan lainnya (tenaga pendidik, siswa,
tenaga kependidikan, dan orangtua siswa dan informan lain) ditunjuk oleh
informan kunci yang dipandang relevan untuk memberikan informasi. Seluruh data
dan informasi, selain dikumpulkan melalui kegiatan pengamatan pada latar
belakang, daftar isian, juga melalui wawancara sehingga memungkinkan dapat
berinteraksi secara alamiah.
Teknik pengumpulan data
dilakukan menggunakan pengamatan (observation),
wawancara, daftar isian, dan analisis dokumen. Teknik analisis data
dilakukan dengan langkah-langkah:
1.
Reduksi data,
yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan atau menyingkat
data dalam bentuk uraian secara rinci dan sistematis, yakni menonjolkan hal-hal
pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan.
2.
Display data, yaitu upaya menyajikan
data dengan melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian
3.
Kesimpulkan dan verifikasi, yaitu upaya untuk mencari makna
terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, hubungan, persamaan yang
sering timbul dan sebagainya.
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui :
1.
Ketekunan pengamatan merupakan pemusatan diri pada hal-hal
tertentu secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol sehubungan dengan fokus penelitian, dengan demikian dapat ditemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan masalah.
2.
Triangulasi merupakan upaya untuk mencari kebenaran data dengan
jalan membandingkan antara satu data dan data lainnya. Triangulasi bukan untuk
mencari pemahaman tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman penelitian terhadap apa yang ditemukan (Sugiono, 2006:270).
2. Waktu dan Jadwal Penelitian
Tabel 2 :
Waktu dan lokasi penelitian
No
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu
|
Tempat
|
Ket
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Mendapat informasi di Internet
Membuat Bab awal dan lanjutan
Mengadakan wawancara
Mengolah data dan hasil wawancara
Merampungkan data
Siap untuk dikirim lewat internet
|
20 Mei 2011
20 – 31 Mei 2011
23 – 31 Mei 2011
1 – 10 Juni 2011
11 – 20 Juni 2011
21 Juni
2011
|
SMA Negeri 3 Merauke
|
3. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka Pemikiran penulis
mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3 :
Kerangka berpikir penulis.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1. Input
1.1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Masukan atau input berupa penerimaan peserta didik
baru (PPDB) sangat penting agar dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi
yang diinginkan sehingga untuk mendapatkan masukan tersebut, SMA Negeri 3
Merauke melakukan penjaringan lebih awal dibanding dengan sekolah SMA reguler
lainnya di Papua, pelaksanaannya dilakukan selama satu minggu, yaitu pada bulan
Mei 2011.
Persyaratan pendaftaran meliputi :
a. Nilai raport SMP kelas VII dan VIII : Nilai
raport SMP digunakan untuk memperoleh data tentang catatan prestasi akademik
dan afektif siswa.
b. Kerajinan,
c. Latar belakang siswa untuk memperoleh data
tentang status sosial ekonomi orangtua dan putra-putri asli Papua .
d. Tes kemampuan akademik dan bahasa Inggris
untuk memperoleh data tentang kemampuan akademik siswa dan kemampuan bahasa
Inggris siswa.
e. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data
tentang motivasi siswa memasuki SMA Negeri 3 Merauke (Psikotes) dan prestasi yang
sudah di capai sejak SMP terutama dalam bidang olaharaga dan seni.
Tabel
4 : Masukan siswa baru di SMA Negeri 3 Merauke
No
|
Tahun Pelajaran
|
Jumlah Siswa Baru
|
Yang diterima
|
Perbandingan
|
1.
|
2009/2010
|
322 Siswa
|
196 Siswa
|
1 : 3
|
2.
|
2010/2011
|
365 Siswa
|
192 Siswa
|
1 : 3
|
3.
|
2011/2012
|
392 Siswa
|
192 Siswa
|
1 : 3
|
Dilihat dari pola pikir
yang dimiliki, input siswa di SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah RSBI
merupakan input yang baik, karena sebagian besar siswa telah diterima mempunyai
pola pikir cukup tinggi hal ini ditunjukkan oleh sikap mereka terhadap
kebutuhan sumber informasi, diskusi kelompok, diskusi dengan guru dan bahkan
berbeda pendapat, dan suka mendemonstrasikan hasil karyanya (pada 2 tahun
pertama sudah menjadi finalis pada LKIR di Bandung dan Di LIPI dan menghasilkan
juara 2 Nasional (PUSAIR di Bandung dan di LIPI di Jakarta). Di samping itu
perubahan pola pikir ditunjukkan oleh sikap siswa terhadap perbedaan pendapat,
memiliki alternatif untuk meningkatkan pengetahuannya, kesiapan melanjutkan sekolah
di luar Papua terutama UGM, UI dan UNHAS.
Bahasa bukan menjadi faktor penghalang, siswa memiliki akses
sumber belajar internet sekolah, dan akses sumber belajar diperpustakaan
sekolah. dan menggunakan media pendidikan yang bervariasi serta, misalnya
laptop, LCD, dan VCD terutama mata pelajaran Ilmu Alam serta di terapkannya moving kelas sehingga
pendidik senantiasa telah siap memberikan materi kepada peserta didiknya. Ciri
perubahan pola pikir tersebut merupakan salah satu ciri penyelenggaraan RSBI.
1.2. Pendidik di SMA Negeri 3 Merauke
Dilihat
dari latar belakang pendidikannya, data di SMA Negeri 3 Merauke menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan guru adalah sarjana (S1), bahkan terdapat 14 guru
dengan ijazah magister (S2).
Rekruitmen tenaga pendidik di SMA Negeri 3 Merauke belum dilakukan melalui Human Resources and Development (HRD),
namun masih asli rekruitmen saat
penempatan pertama guru yang ada di SMA Negeri 3 Merauke pada tahun 1995.
1.3. Tenaga Kependidikan
Walaupun tenaga kependidikan
(laboran dan tata usaha) berijazah SMA dan sederajat namun tenaga kependidikan
di SMA Negeri 3 Merauke telah mempunyai kompetensi aplikasi perangkat lunak (soft ware) komputer dan menguasai
bahasa Inggris secara memadai. Untuk Kepala Tata Usaha dan Pustakawan berpendidikan
sarjana (S1) sesuai dengan bidang tugasnya. Seleksi penerimaan tenaga
kependidikan di SMA Negeri 3 Merauke juga tidak dilakukan melalui seleksi
melalui Human Resources and
Development HRD hal ini dikarenakan karena masih kurangnya pemahaman di
Merauke tentang apa dan bagaimana itu RSBI.
1.4. Kurikulum
SMA Negeri 3 Merauke menggunakan
KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diambil dari Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sesuai dengan program studinya. Model
penyusunan kurikulum tersebut dilakukan agar lulusannya dapat bersaing untuk
masuk ke Perguruan Tinggi yang Terakreditasi.
Penyusunan kurikulum
disusun oleh tim khusus pengembang kurikulum dan guru mata pelajaran serta
melibatkan Perguruan Tinggi lokal yang ada di Merauke. Penyusunan kurikulum ini
dilakukan terutama untuk mata pelajaran Ilmu Alam. Aspek-aspek yang dinilai
meliputi mencapaian standar kompetensi, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) serta alokasi waktunya. Evaluasi ini dilakukan tiap tahun
dan hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan kurikulum berikutnya, sehingga
kurikulum yang digunakan akan selalu mengikuti perkembangan zaman.
Jumlah
jam mata pelajaran sebanyak 43 jam perminggunya (satu jam pelajaran @ 45 menit).
Batasan jumlah minimal jam mengajar guru sebanyak 24 jam dan maksimal sebanyak 32
jam per minggu, penerapan kurikulum yang demikian merupakan salah satu pencapaian
daya saing lulusan yang merupakan ciri penyelenggaraan SMA bertaraf
internasional (Sukamto, 1988:98). Pendekatan kurikulum secara fungsional akan
meningkatkan relevansi kompetensi lulusan bertaraf internasional.
Untuk meningkatkan hasil
yang sudah dicapai SMA Negeri 3 Merauke merencanakan
beberapa program-programnya ke dalam rencana kerja, yaitu :
1. Pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
2. Minimal 4 (empat) pelajaran menggunakan bahasa Inggris.
3. Adanya orang asing
untuk pembelajaran komunikasi bahasa Inggris.
4. Program ICT,
sistem administrasi sekolah atau SAS.
5. Sertifikasi internasional.
6. Ramah Sosial
Di samping itu belum tampak
adanya aspek keberlanjutannya (sustainability)
dari program tersebut. Dikhawatirkan program tersebut tidak akan tercapai jika
tidak ada keberlanjutan dukungan dana, baik dari pemerintah pusat, daerah,
maupun orangtua dan masyarakat.
1.5. Biaya
Pembiayaan di SMA Negeri 3 Merauke berasal dari sumbangan
awal tahun untuk siswa baru sebesar Rp 550.000,00 (lima ratus lima puluh ribu
rupiah), DPP (Dana Penunjang Pendidikan)
sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per bulan (biaya kegiatan ekstrakurikuler
sudah termasuk dalam DPP). Penetapan besarnya sumbangan awal DPP tersebut
didasarkan pada petunjuk dari Dinas Pendidikan dan kesepakatan orang tua siswa
dan sekolah tidak diperbolehkan menentukan sendiri biaya yang akan diperlukan.
Dengan demikian terkait dengan penyelenggaraan RSBI sekolah tidak mempunyai
kewenangan menentukan besarnya dana dari masyarakat. Hal ini berakibat sekolah
tidak dapat merencanakan biaya penyelenggaraan proses pembelajaran dari sumber
dana masyarakat dan dikhawatirkan menyelenggaraan pembelajaran terganggu, jadi
besarnya biaya pada RSBI di SMA Negeri 3 Merauke sama dengan SMA reguler lainnya yang ada di
Merauke Papua.
1.6. Sarana Prasarana
Luas
tanah 30.565 m2, di atas tanah tersebut berdiri ruang kelas 1.529 m2, ruang
guru 120 m2,
ruang rapat tidak ada, ruang laboratorium fisika, kimia dan Biologi 220 m2,
perpustakaan 72 m2, lapangan dan tempat olah raga 1.025 m2, dan
kebun sekolah 200 m. Luas bangunan SMA Negeri 3 Merauke Papua 1.952 m2,
terdiri dari ruang kelas sebanyak 18 ruang, laboratorium bahasa tidak ada,
laboratorium komputer 80 m2
(dapat mengakses internet), satu buah kantin 25 m2, dua
buah ruang TU 50 m2, pos jaga tidak ada, dua buah bangsal kendaraan siswa
masing masing 30 m2, empat buah lapangan bermain yaitu 1 buah lapangan bola
basket, 1 buah lapangan voli, 1 buah lapangan bola kaki dan lapangan bebas
untuk olahraga bermain lainnya, serta lapangan upacara.
Ruang
kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang UKS, ruang pramuka, tempat ibadah,
ruang olah raga, ruang OSIS, ruang koperasi, ruang rapat, ruang tamu, gudang,
ruang dapur, bangsal kendaraan guru, dan pagar sekolah. Letak sekolah mudah
dijangkau oleh kendaraan umum dari semua jurusan. Melalui kelebihan luas lahan
memungkinkan untuk penambahan gedung dan sarana pendidikan yang lain. Perlu
diketahui disebelah kanan gedung SMA Negeri 3 Merauke terdapat lembaga pendidikan
lainnya diantaranya SMK Negeri 3 Merauke (Teknik), SMK Negeri 2 Merauke (Tata busana dan tata boga) dan
didepannya terdapat Perguruan Tinggi Negeri yaitu UNIMMER.
Manajemen bidang sarana prasarana
di SMA Negeri 3 Merauke, seperti perpustakaan menyediakan ruang baca dan
peminjaman buku atau sirkulasi. Laboratorium komputer dengan layanan internet
meskipun dalam jumlah terbatas sudah dapat memotivasi siswa mengakses internet
jika guru memberikan tugas pelajaran tertentu. Perbandingan guru dan siswa satu
guru untuk satu kelas (32 orang) dan penempatan guru sesuai dengan
matapelajaran yang diampu.
2. Proses
2.1. Pengelolaan
SMA
Negeri 3 Merauke di
Papua sebagai daerah yang terletak di perbatasan Indonesia dan PNG memiliki visi, misi,
dan tujuan yang disusun berdasarkan pada tujuan pendidikan nasional, visi,
misi, dan tujuan sekolah, serta rencana pengembangan sekolah. Rencana sekolah
disusun untuk kurun waktu selama 3 (tiga) tahun, untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan sekolah unsur-unsur internal dan eksternal dikoordinasikan oleh
kelompok kerja (team work). Strategi
dalam mengelolah sumber daya manusia untuk mencapai tujuan sekolah dilakukan
dengan jalan memberikan kesejahteraan yang memadai, motivasi internal,
kesempatan berkembang, dan aktualisasi diri.
Dalam mengelolahannya kepala sekolah mengsosialisasikan
visi, misi, tujuan, dan Standar Operasi Prosedur (SOP) sekolah kepada guru,
siswa, karyawan, orangtua, dan stakeholder.
Di samping itu kepala sekolah juga mendorong budaya inkuiri, misalnya mengajak guru-guru untuk melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta membimbing peserta didik untuk mengikuti
lomba, misalnya Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), OSN dan O2SN.
2.2 Pembelajaran
Tenaga
Pendidik di SMA Negeri 3 Merauke adalah lulusan Sarjana Pendidikan yang sesuai
dengan program studinya, memiliki akta mengajar IV dan memperoleh kesempatan
melanjutkan studi pascasarjana (S2) di Manado, Malang, Makassar dan Jayapura
serta Surabaya. Guru yang mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Di
samping mengajar mata pelajaran yang diampu guru juga melaksanakan kursus
Bahasa Inggris pada lembaga yang dipilih.
Persiapan pembelajaran yang
dilakukan di SMA Negeri 3 Merauke adalah menyusun rencana pembelajaran pada awal tahun
ajaran dengan melihat kalender akademik. Perumusan tujuan pembelajaran telah
dituliskan secara jelas mengandung perilaku hasil belajar sehingga dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda. Materi ajar disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan tujuan pembelajaran. Di samping itu materi ajar
diorganisasikan dengan sistematis, dan sesuai dengan alokasi waktu. Pemilihan
sumber/media pembelajaran dengan tepat sesuai dengan tujuan, materi, dan
karakteristik peserta didik. Sumber materi ajar yang dikomunikasikan kepada
peserta didik berupa latihan soal dan terdapat kesesuaian metode pembelajaran
dengan tujuan pembelajaran. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75%. Di
samping itu evaluasi direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dikelola seperti di atas merupakan salah satu indikator RSBI.
Jumlah siswa dalam satu
kelas di SMA Negeri 3 Merauke maksimal sebanyak 32 orang. Pembelajaran didukung oleh alat
pembelajaran yang lengkap terutama untuk mata pelajaran Inti dan memberikan
perhatian pada siswa dalam bentuk memberian tugas presentasi setelah ada
penjelasan dari guru secara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari dua sampai
tiga orang siswa. Guru memelihara disiplin dalam melaksanakan pembelajaran
dengan cara memberi hukuman kepada siswa yang tidak disiplin sesuai dengan
tingkat pelanggarannya.
Strategi
yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 3 Merauke dalam mengorganisasikan
pembelajaran adalah dengan menggunakan metode TAMAT (Talking Action Making
Action), diantarnya secara tatap muka, presentasi, dan tanya jawab. Perilaku
atau tujuan pembelajaran yang diharapkan disampaikan terlebih dahulu kepada
siswa, sehingga siswa mengetahui di mana ia dapat memperoleh bantuan akademik
melalui penjelasan guru. Pendidik mendorong sekolah untuk memberi pengakuan
atas perilaku positif siswa, jika ada siswa yang kurang baik perilakunya
dibicarakan dengan penasehat akademik. Di samping itu Pendidik mengembangkan
kecakapan komunikasi siswa melalui presentasi di depan kelas.
Pengembangan
kemampuan literasi media dan informasi TAMAT (Talking Action Making Action),
juga dilakukan dengan cara penugasan di perpustakaan dengan mengunduh (download) informasi melalui
internet. Setiap akhir pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya sebagai feedback terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Pendidik mendapat informasi siswa mana yang perlu
diberi bantuan dan bantuan apa yang akan diberikan. Siswa dapat memberikan
saran (ada Kotak Saran) dan terbuka kepada penasehat akademik apabila menemukan
hambatan. Strategi pegorganisasian yang demikian dapat dijadikan indikator
pengorganisasian pembelajaran dalam RSBI.
Talking
Action Making Action juga digunakan pendidik saat penentuan penjurusannya hal
ini bertujuan untuk menciptakan daya saing lulusan yang baik, di samping itu pendidik
juga mengembangkan kemampuan adaptif dan tanggungjawab dengan cara memberi pengarahan
untuk bertanggungjawab terhadap kewajiban sekolah. Ramah sosial juga dikembangkan
dengan cara memberi pengarahan toleransi terhadap sesama temannya. Pengembangan
kemampuan interpersonal pada diri siswa dikembangkan guru dengan cara memberi
penjelasan lisan dan demonstrasi. Guru juga mengembangkan kemampuan
interpersonal siswa dengan cara belajar berkomunikasi dengan sesama.
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi melalui penggunaan
teknologi informasi dengan cara memberi kesempatan pada saat diskusi
berkelompok. Guru menggunakan aplikasi perangkat lunak untuk mengumpulkan,
mengelola, dan menganalisis data. Proses pembelajaran dilakukan guru dengan
memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Guru
juga menggunakan model pembelajaran yang variatif, misalnya pemecahan masalah (trouble shooting) dalam pembelajaran
praktik. Pembelajaran didukung oleh ketersediaan teknologi informasi dan
komunikasi dengan menggunakan warung internet (warnet).
Pendidik
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengungkapkan hasil temuannya, strateginya terletak pada pemberian masalah (trouble) dan peserta didik mencari
penyelesaiannya. Di samping itu guru memiliki strategi dalam meningkatkan
ketuntasan belajar peserta didik berupa studi kasus. Metode tersebut digunakan
dengan alasan dalam implementasinya di dunia kerja siswa dihadapkan pada
penyelesaian masalah (trouble
shooting). Ciri proses pembelajaran tersebut merupakan salah satu ciri RSBI.
Berkaitan dengan proses Talking
Action Making Action, di SMA Negeri 3 Merauke, pendidik akan memiliki
karakteristik pola pikir yang dapat menghasilkan pembelajaran yang baik.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan pola pikir tersebut, pendidik dapat memberikan layanan pada siswa dengan
memberikan berbagai macam sumber informasi pada siswa dan siap memberikan
layanan akademik pada setiap saat di sekolah. Di samping itu pendidik
menyediakan portofolio pembelajaran untuk siswa yang mencakup seluruh materi
ajar pada semester tersebut.
Untuk
mengkaitkan informasi pembelajaran sebelumnya dilakukan dengan memberikan
penjelasan, demonstrasi, dan percobaan. Selanjutnya siswa diberi penugasan dan dilihat hasilnya. Guru
memberikan informasi tentang kegunaan materi pembelajaran setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran. Untuk membangkitkan pertanyaan kritis siswa guru
memberikan permasalahan atau kasus dan siswa mencari pemecahannya. Tugas
kelompok dan cara menilai tingkat kolaborasi siswa pada kelompok dilakukan
dengan membagi kelompok-kelompok kecil pada saat praktik.
Proses Talking Action
Making Action memberikan ruang yang cukup pada siswa untuk mendemonstrasikan
hasil karyanya terutama pada hari ulangtahun SMA Negeri 3 Merauke pada bulan
Oktober yang merupakan moment yang tepat, karena pada saat itu SMA Negeri 3
Merauke juga mengadakan lomba Cerdas Cermat SMP dan Lomba Cerdas Tangkas Bahasa
Inggris tingkat SD. Tujuan di selenggarakan semua kegiatan diatas juga
bertujuan untuk mempromosikan keberadaan SMA Negeri 3 Merauke sebagai sekolah
RSBI yang dapat menciptakan daya saing lulusan yang bertaraf internasional.
Di samping itu Pendidik
memberikan pengarahan pada siswa bagaimana membaca efektif (reading skill), mencari kata kunci
dalam membaca informasi dilakukan dengan cara membuat ringkasan. Guru juga
memberikan tugas pada siswa untuk mengembangkan wacana dari sebuah artikel dan
guru mempertimbangkan berbagai aspek dalam memberikan penilaian hasil belajar
siswa. Di samping memberikan penilaian kognitif guru juga menilai sikap,
tingkah laku, dan keterampilan siswa.
Pada suasana kelas yang menyenangkan Talking Action Making
Action memberikan kebebasan berdemokrasi
tetapi terarah, dan memberi pengertian bahwa guru bukan segala-galanya, guru
juga manusia terkadang salah, hanya saja guru sudah pernah belajar terlebih
dahulu. Untuk meminta masukan tentang proses pembelajaran kepada siswa agar
dapat memberikan layanan lebih baik dilakukan dengan meminta saran dan kesan
kepada siswa setelah tatap muka. Guru juga melakukan refleksi atas tindakan
yang diberikan pada proses pembelajaran dengan membuat perbaikan terhadap siswa
yang melanggar tata tertib serta hak dan kewajiban siswa. Upaya perbaikan yang berkelanjutan
dilakukan dengan pendekatan terhadap siswa yang mempunyai masalah. Perubahan
pola pikir guru tersebut di atas dapat dijadikan ciri penting SBI dalam mengelola
proses pembelajaran.
3. Output
Output
pendidikan
dapat dilihat dari angka mengulang kelas tidak ada, sedangkan siswa yang drop
out (DO) pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah terdapat 10 peserta
didik kelas X yang drop out (DO) dan 8
peserta didik kelas XI yang drop out (DO). Penyebabnya adalah faktor
sikap (Afektif) siswa yang tidak baik artinya tidak mampu mengikuti program
yang diterapkan di SMA Negeri 3 Merauke.
Sehubungan lulusan SMA
Negeri 3 Merauke belum memiliki lulusan hal ini di sebabkan karena SMA Negeri 3
Merauke baru ditetapkan menjadi RSBI pada tahun 2009, namun
siswa SMA Negeri 3 Merauke sudah dapat membuktikan peserta didiknya menjadi
peserta didik yang terbaik hal ini dibuktikan dengan prestasi pada :
1. LKIR menjadi finalis 3 kali (2009, 2010
dan 2011) hasilnya juara 2 tingkat Nasional pada PUSAIR di Bandung dan LIPI di
Jakarta.
2. OSN
menjadi finalis 2 kali ; tahun 2010 terdapat 2 siswa SMA 3 Merauke mengikuti
lomba Geosains, dan dilanjutkan dengan lomba cepat tepat oleh Menristek,
hasilnya PAPUA menjadi juara 3 wilayah Timur. Kemudian tahun 2011 menjadi
finalis untuk mata pelajaran Matematika dan Geosains yang pelaksanaannya akan
diselenggarakan di Manado bulan September
3. O2SN yang menjadi finalis tingkat nasional
tahun 2009 di Jakarta untuk nomor lompat tinggi dan menjadi finalis tingkat
nasional tahun 2011 lompat jauh di Surabaya (10 besar Nasional)
4. Debat Bahasa Inggris pada tingkat
Provinsi. Kelanjutan ke tingkat Nasional tidak ada.
5. Guru Prestasi tahun 2007 Juara 1
tingkat kabupaten kemudian juara 2 tingkat Provinsi, tahun 2008 Juara 1 tingkat
kabupaten kemudian juara 2 tingkat Provinsi (penulis sendiri yang berlomba saat
itu), tahun 2009 dan 2010 tidak ada pelaksanaan di Merauke dan tahun 2011 Juara
1 tingkat kabupaten kemudian juara 1 tingkat Provinsi mewakili Papua untuk
tahun 2011 pada tingkat Nasional.
Dari data tersebut SMA Negeri 3 Merauke
telah siap menghasilkan output daya
saing lulusan yang bertaraf internasional. Hal ini merupakan salah satu
ciri keberhasilan pengelolaan SMA bertaraf internasional. Keberhasilan ini
tidak terlepas dari mutu input yang baik, Menurut Sukamto (1988:45) kriteria keberhasilan
lembaga pendidikan Menengah Umum ditentukan didasarkan pada keberhasilan kemampuan
akademik, yaitu :
1.
Keberhasilan
siswa di sekolah yang meliputi keberhasilan siswa dalam
memenuhi persyaratan akademik yang sudah
diorientasikan di SMA Negeri 3 Merauke untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi
yang terakreditasi.
2.
Keberhasilan lulusan yang meliputi keberhasilan atau
penampilan lulusan setelah berada di Perguruan Tinggi untuk dapat menyelesaikan
pendidikannya hingga menjadi seorang lulusan yang terbaik pula. misalnya
proporsi lulusan yang mendapat pekerjaan sesuai dengan keahliannya.
4. Outcome (hasil)
Salah satu indikator outcome adalah keterserapan lulusan di
Perguruan Tinggi. SMA Negeri 3 Merauke selama dua tahun terakhir belum memiliki
outcome namun siswa SMA Negeri 3 Merauke sudah dapat membuktikan peserta
didiknya menjadi yang terbaik hal ini
dibuktikan dengan prestasi pada LKIR dan O2SN yang menjadi finalis tingkat
provinsi hingga sampai Nasional (lihat Tabel).
Tabel
4 : Prestasi Siswa di SMA Negeri 3 Merauke
No
|
Tahun Pelajaran
|
Jenis Kegiatan
|
Jenis Lomba
|
Hasil
|
1.
|
2009/2010
|
O2SN
|
Lompat Tinggi
|
Nasional Juara harapan 3
|
LKIR
|
PUSAIR
|
Nasional (Juara 5) Bandung
|
||
OSN
|
IPA/IPS
|
Provinsi
|
||
2.
|
2010/2011
|
O2SN
|
Lompat Tinggi
|
Provinsi (Juara 2) lompat Tinggi
|
LKIR
|
LIPI/PUSAIR
|
Nasional (Juara 2)
|
||
OSN
|
IPS
|
Nasional (Geosains)
|
||
3.
|
2011/2012
|
O2SN
|
Belum terlaksana
|
Belum terlaksana
|
LKIR
|
LIPI
|
Nasional (Juara 2)
|
||
OSN
|
IPA/IPS
|
Provinsi masih lanjut ke nasional
|
SMA Negeri 3 Merauke sedang
berusaha memperoleh sertifikat managemen mutu ISO 9001-2000. Sertifikat
tersebut bermakna ada komitmen meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan dari
civitas akademika sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, pustakawan, laboran, tenaga kebersihan, keamanan, siswa, dan
orangtua siswa bersama-sama untuk mewujudkan terselenggaranya sekolah bermutu
melalui managemen pengelolaan yang terstandar. Pilihan ISO 9001-2001 adalah
tepat karena hal tersebut merupakan pengakuan internasional.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan
analisis kualitatif dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa Talking
Action Making Action (TAMAT) yang
diterapkan di SMA Negeri 3 Merauke adalah :
1.
Penerapan
proses Talking Action Making Action dapat menarik minat siswa SMP untuk masuk
ke SMA Negeri 3 Merauke dengan menggunakan fasilitas dan dana tidak begitu
banyak.
2.
Penerapan
proses Talking Action Making Action dapat mempersiapkan peserta didik untuk
mengukir prestasi sehingga menjadi lulusan yang dapat bersaing di tingkat
nasional dan internasional.
3.
Penerapan
manajemen mutu penyelenggaraan sekolah berstandar internasional ISO 9001-2000,
ini menunjukkan kesungguhan dari civitas sekolah untuk menjadikan sekolah yang unggul.
4.
Kerja
sama dengan sekolah lain (sister School) SMA Negeri 78 Jakarta merupakan contoh
gambaran yang akan diadopsi di SMA Negeri 3 Merauke.
5. Pembimbingan terhadap siswa
berupa penjurusan senantiasa diberikan melalui career path sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk menekuni
jurusan yang telah dipilihnya.
2. Saran (kepada pihak penentu kebijakan)
Berdasarkan simpulan di atas dikemukakan saran sebagai
berikut :
1.
SMA Negeri 3 Merauke menjadi sekolah
RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Indonesia) di Merauke berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Renstra
Depdiknas Tahun 2005-2010. Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa, pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus punya kontribusi
guna mendukung program yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Merauke.
2.
Untuk menyelenggarakan satu satuan pendidikan, SMA 78 Jakarta merupakan
sekolah yang di pilih oleh SMA Negeri 3 Merauke untuk dapat diadopsi atau semua
model pembelajaran yang ada di sana sehubungan dengan tuntutan Sistim
Pendidikan Nasional yang sudah berkembang sehingga dapat mencapai daya saing
lulusan yang bertaraf internasional.
3.
Komite sekolah bersama orang tua peserta didik merupakan aspek
secara langsung yang harus mendukung berjalannya RSBI di Merauke dengan
walaupun dana yang didapatkan dari siswa tidak begitu banyak.
4.
Ketersediaan sarana prasaran yang memadai, terutama proses
penyelenggraaan RSBI perlu dukungan dari pemerintah daerah.
5.
Pengelolaan SMA Negeri 3 Merauke dengan manajemen standar ISO 9001-2000 harus sudah
dimulai, dengan standar tersebut pengelolaan sekolah terstandar secara
internasional.
6.
Kerjasama dengan SMA 78 Jakarta (sister School) Merupakan langkah
yang tepat bagi SMA Negeri 3 Merauke lain menjadi sekolah RSBI di Papua yang tetap eksis
menciptakan lulusan yang bertaraf internasinal dan kerja sama tersebut mengikat
kedua belah pihak dan saling menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, M.
I.,dkk. 2006. Pedoman Praktis Penelitian
dan Penulisan Karya Ilmiah. Makassar
: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Ari
Damari, dkk. 2008. Kumpulan Soal dan
Pembahasan: Sukses Ujian Nasional SMP 2008. Jakarta: WahyuMedia.
Depdiknas. (2005). Rencana
Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Danim, Sudarwan.
2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Muhaimin,
Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo. 2008, Pengembangan
Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Nana Syaodih S.,dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan
Sekolah Menengah. Bandung : PT. Refika Aditama.
Pudjiastuti
dan Deti. 2007. Penilaian Hasil Belajar.
Bahan Penataran untuk Peserta Diklat IPS SMP Jenjang Dasar. Malang : PPPPTK.
_____. (2006). Sistem
Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
No comments:
Post a Comment