Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN 010 Ratusima Kecamatan Dumai Selatan Tahun 2017



Hendri Wandra Saputra,  

SDN 010 Ratusima Kecamatan Dumai Selatan Tahun 2017


ABSTRAK
Pendidikan merupakan modal utama bagi setiap bangsa, terutama  bangsa Indonesia yang menitik beratkan pada tahap pembangunan. Salah satu pembangunannya adalah dibidang pendidikan. Ilmu pendidikan sosial (  IPS ) merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang dalam mengaplikasiannya membutuhkan sebuah keterampilan khusus sebagai skill untuk dapat berinteraksi secara sempurna dengan dunia sosial. Penelitian ini dilakuakan di SDN 010 ratu sima dengan jumlah siswa kelas V sebanyak 30 siswa dan hanya 12 siswa yang tuntas sedangkan  18 siswa belum tuntas. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas V yang mana masih kurang dari nilai KKM (kriteria Ketuntasan Minimal). Dari analisis data dapat diperoleh bahwa sebelum pelaksanaan model ini terdapat siswa yang mendapat KKM adalah 12  (40 %) siswa dan dibawah KKM adalah 18 (60 %) siswa. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 22(73,33 %) orang dan siklus II menjadi 27 (90,0 % )orang. Dengan demikian ,hasil analisis tindakan sudah sesuai dengan hipotesis,yaitu penerapan model role playing dapat meningkatkan  hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 010 Ratusima Kecamatan Dumai Selatan,tahun pelajaran 2017.


Uang jadi masalah? Jangan risau, dengan modal hanya 25 ribu rupiah, kalau serius bisa menghasilkan Rp.800 Juta,- Dari Bisnis Iklan
Silahkan klik :
https://muslimpromo.com/?ref=8076
  
ABSTRACT
 



Education is the main capital for every nation, especially the Indonesian nation that focuses on the stage of development. One of the development is in the field of education. Science social education (IPS) is one branch of social science in applying it requires a special skill as a skill to be able to interact perfectly with the social world. This research is done in SDN 010 ratu sima with the number of students of class V as many as 30 students and only 12 students are complete while 18 students have not been completed. This can be seen from the results of daily test of grade V students which is still less than the value of KKM (Minimum Completion criteria). From the data analysis can be obtained that before the implementation of this model there are students who get KKM is 12 (40%) students and under the KKM is 18 (60%) students. In the first cycle increased to 22 (73.33%) people and cycle II to 27 (90.0%) people. Thus, the results of the action analysis is in accordance with the hypothesis, namely the application of role playing model can improve the learning outcomes of IPS students of class V Elementary School 010 Ratusima Dumai Selatan District, academic year 2017.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan modal utama bagi setiap bangsa, termasuk juga bagi bangsa Indonesia yang dalam tahap pembangunan. Salah satu pembangunannya adalah dibidang pendidikan. Karena dalam bidang pendidikan terjadi perbaikan sikap mental, intelektual dan keterampilan siswa. Oleh karena itu kualitas pendidikan perlu ditingkatkan agar tujuan pendidikan Nasional bisa tercapai.
Dari hasil belajar IPS kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan di dapat informasi bahwa hasil belajar siswa belum memuaskan, sebab dari hasil observasi masih ada guru mengajar cenderung bersifat informatif. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian siswa kelas V yang masih berada di bawah KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.

Tabel 1
KETUNTASAN KEGIATAN MENGAJAR (KKM) KELAS V SDN 010 RATU SIMA DUMAI SELATAN
JUMLAH
SISWA
KKM
JUMLAH SISWA TUNTAS
JUMLAH SISWA (%)
JUMLAH TIDAK TUNTAS
JUMLAH TAK TUNTAS (%)
35
75
15
42,85
20
57,14

 Akibat yang demikian siswa terlihat pasif, jarang siswa bertanya tentang materi yang dijelaskan guru, dan ketika diberi pertanyaan mengenai materi pelajaran tersebut siswa tidak mampu menjawab, sehingga berdampak dengan hasil belajar yang rendah dan tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, seorang guru harus mampu memilih dan menggunakan berbagai model  pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari, usaha tersebut akan mempengaruhi dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku, perilaku mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap kemampuan berfikir, penghargaan terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi.
Model pembelajaran merupakan salah satu cara yang dilaksanakan guru agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Model pembelajaran menurut Rusman (2011:144) adalah “suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas”. Seiring dengan pendapat Abdul (2009:78) model mengajar adalah merupakan perencanaan pengajaran yang menggunakan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dapat perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Berarti model pembelajaran adalah perencanaan yang disusun secara sistematis guna memperoleh pengalaman belajar dan meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian model pembelajaran merupakan inti atau jantung strategi pembelajaran.
Model pembelajaran yang dianggap tepat pada pembelajaran IPS adalah  model role playing. Sesuai dengan pendapat Nursid (2006:12.57) mengemukakan bahwa “model pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran IPS diantaranya model role playing
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Role Playing Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di Kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis sajikan di atas maka rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah dengan Model Role Playing dapat meningkatkan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan
C.    Tujuan Penelitian
. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan menggunakan Model Role Playing dapat meningkatkan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan

D.    Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:  
1.      Bagi peneliti, dapat meningkatkan semangat mengajar dan untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan peneliti dengan model role playing dalam pembelajaran IPS.
2.      Bagi siswa, hasil penelitian ini akan meningkatkan minat, motivasi dan kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing sehingga hasil belajar meningkat.
3.      Bagi guru, untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan guru tentang model role playing dalam pembelajaran IPS untuk memperbaiki dan meningkatkan pendekatan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran IPS yang di ajarkan guru dapat dig kuasai siswa.
4.      Bagi sekolah, dapat di gunakan sebagai bahan untuk pertimbangan dalam kebijakan pendidikan bagi pelaksana pendidikan.  

BAB II
Kajian Teori


1.        Hasil Belajar
Perubahan tingkah laku pada seseorang merupakan suatu hasil kongkrit yang diperoleh dalam pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep dalam belajar. Menurut Nana (2009:22) “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Sedangkan menurut Noehi (2008:43) “Hasil belajar yaitu tidak hanya terbatas pada hasil belajar yang berupa pengetahuan (aspek kognitif) tetapi juga meliputi pengembangan sikap (aspek afektif) dan keterampilan (aspek psikomotor)” .
Berdasarkan pendapat para ahli di atas hasil belajar memberikan informasi tentang ketercapaian tentang kopetensi siswa selama mengikuti pembelajaran.
2.        Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Menurut Nursid (2006:12.14) “Pembelajaran adalah sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku atau pembelajaran suatu proses”. Sedangkan menurut Oemar (2003:57) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah   suatu proses perubahan tingkah laku yang didasari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3.        Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a.    Pengertian IPS
IPS merupakan mata pelajaran yang erat hubungannya dengan kehidupan pribadi, sosial serta peristiwa yang dialami dalam kehidupan, untuk lebih mengenal IPS di bawah ini ada beberapa pendapat mengenai pengertian IPS antara lain: 
Menurut Ischak (2007:1.36) IPS adalah Bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan”. Sedangkan pendapat Etin (2007:14) IPS adalah “Bidang studi yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya di mana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan IPS merupakan proses untuk melatih keterampilan para siswa dalam kehidupan sosial bermasyarakat.  
b.   Tujuan IPS
IPS memiliki tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran, tujuan itu antara lain adalah menurut Nursid (2006:12.32) “Agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari”. Sedangkan menurut Ischak (2007:1.42) tujuan IPS membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah kekuasaan fisik dan social, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab”. Selain itu tujuan IPS menurut Nana (2008:22) yaitu:
“1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global”.
Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPS bertujuan agar siswa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian selain itu juaga dapat berpikir logis dan kritis dalam menghadapi persoalan (lokal, nasional dan global).
c.    Ruang Lingkup IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial membahas tentang bagaimana hubungan antara manusia dengan lingkungan tempat manusia itu tinggal. Hal ini disebabkan karena manusia itu tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang memilki sistem sosial dan budaya yang berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka manusia tersebut melakukan aktivitas ekonomi demi mencapai kesejahteraan hidupnya.  Ruang lingkup IPS menurut Nursid (2006:1.17) “Kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan manusia dalam konteks sosial”. Selain itu ruang lingkup IPS menurut Nana (2008:22) yaitu “(1)Manusia, tempat, dan lingkungan, (2)Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3)Sistem sosial budaya, (4)Perilaku ekonomi dan kesejahteraan”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan ruang lingkup IPS tersebut selalu berhubungan dengan manusia serta lingkungannya tempat manusia tinggal. Serta bagaimana sistem sosial dan budaya yang terjadi dalam lingkungan tersebut.


4.       Hakikat Model Role Playing
a.      Pengertian Model
Pembelajaran IPS akan berhasil dengan baik apabila guru memahami model pembelajaran, karena model pembelajaran yang digunakan guru berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Menurut Nursid (2006:12.8) model dapat diartikan sebagai “kerangka konseptual yang digunanakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan, dalam pengertian lain model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari barang atau benda yang sesungguhnya”. 
Selain itu Etin (2007:27) mengartikan model “sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan respresentasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian model yaitu strategi mengajar yang dilaksanakan oleh guru yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
b.      Pengertian Role Playing
Untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran IPS seorang guru semestinya mampu memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPS adalah Role Playing.
Menurut Aziz (2009:109) Pengertian role playing yaitu “berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapakan kemungkinan keadaan yang akan datang”.
Sedangkan Nursid (2006:12.44) menjelaskan “role playing diartikan memainkan perananan atau berperan sesuatu”. Sedangkan Yeti (2007:1.27) menjelaskan role playing adalah”simulasi (tiruan) tingkah laku dari orang yang diperankannya”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian role playing yaitu suatu aktivitas dimana siswa bertindak, berlaku,dan berbahasa seperti orang lain yang diperankannya.
c.       Tujuan Role Playing
Role playing dirancang untuk membantu guru dalam memberikan atau menyampaikan informasi pembelajaran kepada siswa. Tujuan role playing menurut Roestiyah (2007:90) ialah “(1)Agar siswa dapat memahami perasaan orang lain, dapat tepa seliro dan toleransi, (2)Siswa dapat mengerti dan menerima pendapat orang lain, (3)Siswa mampu mengambil keputusan, karena dalam hidup bersama kita tidak bias hidup sendiri”.
Sedangkan menurut Yeti (2007:1.27) tujuan role playing adalah “(1)Melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2)Melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, (3)Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan komunukasi”.
Beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan role playing yaitu melatih siswa untuk berkomunikasi, berfikir kreatif, penyaluran bakat yang terdapat pada diri siswa dan melatih siswa untuk lebih terampil dalam bersosialisasi di masyarakat dimana role playing yang dilakukan tidak lepas dari kebiasaan sehari-hari.
d.      Langkah-langkah Penggunaan Model Role Playing Dalam pembelajaran IPS
Untuk mengapresiasikan model role playing pada pembelajaran IPS, guru harus mengikuti langkah-lamgkah pembelajaran role oplaying dengan sistematis. Adapun langkah-langkah tersebut dijelaskan oleh Shaftel (dalam Nursid 2006:12.45) sebagai berikut “(1)Penjelasan umum, (2)Memilih para pelaku, (3)Menentukan observer, (4)Menentukan jalan cerita, (5)Pelaksanaan role playing, (6)Diskusi dan penilaian, (7)Permainan ulangan, (8)Diskusi dan penelaahan, (9)Mempertaruhkan pikiran, pengalaman, dan membuat kesimpulan-kesimpulan”.
Adapun menurut Roestiyah (2007:91) memaparkan langakah-langkah model role playing sebagai berikut:
“(1)Memperkenalkan role playing kepada siswa, (2)Guru harus memilih masalah yang urgen, (3)Agar siswa paham, guru harus bisa menciptakan sambil mengatur adegan yang pertama, (4)Peran sukarela tetapi guru harus bisa menyesuikan dengan watak siswa, (5)Guru menjelaskan peran yang diperankan, (6)Siswa yang tidak ikut role playing menjadi tim penilai, (7)Guru membantu siswa dalam pelaksanaan role playing, (8)Pada situasi klimaks maka role playing harus dihentikan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan, (9)Tindak lanjut dari hasil harus didskusikan”.
Dari kedua pendapat di atas penulis memilih langkah-langkah penggunaan role playing menurut Shaftel (dalam Nursid 2006:12.45) karena lebih sistematis dan mudah dipahami.
5.      Deskripsi Materi dalam Pembelajaran IPS
a.       Persiapan sampai detik-detik proklamasi
a)      Menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi
1)      Peristiwa Rengasdengklok
2)      Penyusunan teks proklamasi
3)      Detik-detik proklamasi kemerdekaan
b)      Menjelaskan peranan BPUPKI dan PPKI dalam perumusan Dasar Negara dan UUD 1945
c)      Membuat garis waktu tentang tahapan peristiwa menjelang proklamasi

b.      Tokoh-tokoh penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
a)      Ir. Soekarno
b)      Drs. Moh Hatta
c)      Mr. Ahmad Soebardjo
d)     Fatmawati
c.       Memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan

E.     Hipotesis Penelitian
Pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing, cara yang dianggap efisien oleh guru untuk menyampaian pembelajaran kepada siswa agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dengan efektif. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan penjelasan umum yaitu menyampaikan bahwa materi yang akan dipelajari menggunakan model role playing, menjelaskan maksud dari model role playing, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, melakukan tanya jawab mengenai materi dan memberi penjelasan terhadap materi tersebut.
Kegiatan selanjutnya memilih para pelaku, menentukan observer menentukan jalan cerita, pelaksanaan, diskusi dan penilaian ini adalah inti dari model role playing. Kegiatan selanjutnya diskusi dan penilaian tujuannya mendiskusikan penampilan teman-temannya dan memberi penilaian. Kegiatan selanjutnya mengulangi permainan dengan tujuan memperbaiki permainan sebelumnya, permainan ini diulang 2 sampai 4 kali. Kegiatan terakhir mendiskusikan dan menyimpulkan pembelajaran serta mengerjakan evaluasi pada akhir pembelajaran dengan hasil yang maksimal. Sehingga tercapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang maksimal.


 Dengan demikian maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
KERANGKA TEORI


 




Jasa dan Peran Tokoh di Sekitar Proklamasi Kemerdekaan








Langkah- langkah model Role Playing
1) Penjelasan umum                                   
2) Memilih para pelaku
3) Menentukan observer
4) Menentukan jalan cerita
5) Pelaksanaan
6) Diskusi dan penilaian
7) Permainan ulang
8) Diskusi dan penelaahan
9) Mempertaruhkan pikiran, pengalaman, dan membuat kesimpulan-
kesimpulan


 



 















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.      Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 010 Ratu Sima kecamatan Dumai Selatan. Penelitian ini dilakukan pada semester I Tanggal 25 September – 15 Oktober di kelas V b SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan.
2.      Tahap penelitian
Pada tahap ini peneliti memilih KD ,menyususn RPP dan menyusun instrumen penilaian
3.      Subjek Penelitian
Subjek untuk penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan. Terdiri dari 35 orang, laki – laki 19 orang dan perempuan 16 orang.
4.      Rancangan Dan Prosedur Penelitian
1.      Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemilihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing. Penelitian ini berkenaan dengan perbaikan atau peningkatan hasil pembelajarn IPS di kelas Vb SD.
Sesuai dengan pendapat Dave Ebbut (dalam Hamzah 2011:63) “Orang yang melakukan penelitian tindakan kelas adalah orang yang menginginkan perubahan dari apa yang selama ini dijalankannya dan ingin lebih baik”. Hal ini sejalan dengan pengertian yang diberikan oleh Corey (2011:63) “Penelitian tindakan kelas adalah sebagai proses tempat para pengajar belajar untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri mengenai cara mengajar mereka”. Pelaksanaan dalam bentuk PTK berkolaborasi dengan guru kelas V sebagai observer dan peneliti sebagai gurunya,dilaksanakan dalam 2 siklus 4 kali pertemuan dengan 2 x UH. Gambar siklusnya adalah sebagai berikut :
Siklus Penelitian Tindakan kelas













Refleksi
 


SIKLUS I
 


Pelaksanaan
 









Pengamatan
 


 



                       


Perencanaan
 
                                                                                                 
         










Refleksi
 


SIKLUS II
 


Pelaksanaan
 



 


                                                           

Pengamatan
 
                                                                                                   
                                                            



?
 
 



2.      Instrumen Penelitian.
Sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai terlebih dahulu menentukan jadwal. Setelah ditentukan waktu pelaksanaan, selanjutnya mengkaji kurikulum tingkat satuan (KTSP).






Kegiatan selanjutnya adalah membuat rencana pelaksanaan
a.       Silabus
b.      RPP
c.       Lembar Observasi
d.      Lembar penilaian
e.       Menyusun kegiatan pembelajaran
f.       Mencantumkan model yang digunakan (model role playing)
a.      Pengumpulan Data
Untuk pelaksanakan tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti sebagai praktisi dan guru kelas V b sebagai observer berupa kegiatan yang dilakukan seperti kegiatan sebagai berikut:
1)      Peneliti melaksanakan pembelajaran UH IPS dengan menggunakan model role playing berdasarkan rancangan pembelajaran yang dibuat.
2)      Observer melakukan pengamatan dengan menggunakan format dokumentasi
3)      Observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan, kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya.
b.      Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan secara intensif, objektif, dan sistematis.
Dalam kegiatan penelitian ini peneliti dan observer berusaha mengenal, dan mencatat semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing. Keseluruhan hasil pengamatan dicatat dalam bentuk lembar observasi.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I sampai dengan siklus II. Pengamatan yang dilkukan pada satu siklus dapat mempengaruhi penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian di diskusikan dengan observer dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.
c.       Refleksi
Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti dan observer mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang di diskusikan adalah:
1)      Menganalisis tindakan yang baru dilakukan dan
2)      Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan tindakan
3)      Melakukan tindakan, pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh
Hasil refleksi bersama ini dimanfaatkan sebagai masukan pada perbaikan tindakan selanjutnya.
3.      Tehnik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar obervasi, wawancara, olahan tes. Untuk masing-masing diuraikan sebagai berikut:
1.      Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya pembelajaran IPS. Dengan berpedoman pada lembar observasi peneliti mengamati apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati siswa dan guru dalam proses pembelajaran IPS, penguasaan materi IPS yang disajikan guru, dan kemampuan siswa merespon proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan dari segi guru yang diamati adalah cara guru menyampaikan materi IPS kepada siswa sesuai atau tidak dengan rancangan yang dibuat dari awal proses pembelajaran sampai akhir proses pembelajaran. Unsur-unsur yang menjadi butir-butir sasaran pengamatan bila terjadi dalam proses pembelajaran ditandai dengan memberikan checklist dikolom yang ada pada lembaran observasi.
2.      Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti untuk menggali informasi tentang kegiatan pembelajaran IPS. Wawancara yang dilakukan bersifat lentur, tidak terlalu ketat, tidak dalam suasana formal dan dilakukan berulang pada informan yang sama dengan pertanyaan yang berbeda. Sumber informasi adalah guru dan siswa kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan.
3.      Tes
Tes digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran IPS. Di kelas V b SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan
Hal ini dilakukan untuk memperolah data yang akurat atas kemampuan siswa memahami apa yang akan diajarkan tentang materi IPS dengan menggunakan model role playing.
4.       Tehnik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis data kualitatif yang ditawarkan oleh Miles (dalam Basrowi 2008:7) yakni “Analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul”. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu: menelaah data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Menelaah data yang terkumpul baik melalui observasi, pencatatan dengan melakukan proses traskrip hasil pengamatan, penyelesain, dan pemilihan data. Seperti mengelompokkan data pada siklus satu, siklus dua. Kegiatan menelaah data dapat dilakukan sejak awal data dikumpulkan.
2.      Reduksi data dilakukan melalui proses penyusunan informasi yang kompleks kedalam bentuk yang sistematis untuk proses penyelesaian dan penyederhanaan data. Data ini diklasifikasikan dengan cara melakukan pengelompokkan data yang sejenis, kemudian disederhanakan dengan cara membuang hal-hal yang tidak perlu. Kegiatan reduksi data berlangsung terus menerus selama pengumpulan data sampai penyusunan laporan.
3.      Penyajian data dilakukan dengan cara penyusunan informasi atau data yang sudah diperoleh sehingga memungkinkan dilakukan penarikan kesimpulan untuk membuat perencanaan selanjutnya.
4.      Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang telah disajikan dan merupakan kegiatan akhir dari hasil penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya dan kesesuaian makna-makna yang muncul dari data.
Untuk analisis data kuantitatif yaitu terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan standar penilaian berupa persentase yang dikemukakan oleh Anas (2009:43) dengan rumus sebagai berikut:
                        P =
Keterangan:           
P = Persentase
F = Nilai yang diperoleh
N = Nilai max
Dengan kriteria ketuntasan menurut BSNP (2006:12) yaitu:
75%-100% = Tuntas
0%  -74%   = Tidak tuntas



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD.N 010 RatuSima Dumai Selatan,dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki – laki dan 17 siswa perempuan.Penelitian ini dilakukan pada semester genab dibulan april 2014.Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari dua kali pertemuan, yang pertama dan kedua dengan memainkan peran tokoh – tokoh tentang persiapan kemerdekaan  Proklamasi,dan pada pertemuan yang ketiga diadakan ulangan harian I. Pada siklus kedua diadakan pertemuan yang pertama dan kedua dengan memainkan tokoh- tokoh tahapan peristiwa menjelang Proklamasi dan pada pertemuan ketiga diadakan ulangan harian II.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan waktu (2 x 35 menit) dengan menerapkan model role playing  dan didukung oleh lembar kerja siswa,pada setiap akhir pertemuan siswa mengerjakan evaluasi,yang berguna untuk melihat nilai perkembangan siswa,dan setiap akhir siklus I dan II diadakan ulangan harian. Skor dasar siswa diambil dari dokumentasi guru tentang hasil belajar materi sebelumnya
1.    Tahap Persiapaan
Sebelum penulis melakukan penelitian penulis terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus dan sistem penilaian,RPP,LKS,dan soal evaluasi untuk tiap akhir pertemuan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi siswa dan observasi aktivitas guru,kisi – kisi soal ulangan siklus I dan II serta soal ulangan harian I dan II dipersiapkan sebanyak 20 soal pilihan ganda dan disertai dengan kunci jawaban.

2.    Pelaksanaan Siklus I
a.        Pertemuan pertama (senin, 2 Oktober 2017)
Dalam pertemuan ini penulis membahas materi usaha – usaha dalam mempersiapkan kemerdekaan dengan berpedoman pada RPP yang telah dibuat.Jumlah siswa yang ada didalam kelas ada 30 orang. Sebelum masuk materi penulis melakukan apersepsi yang berhubungan dengan materi pelajaran, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai melalui model role playing. Selanjutnya, guru membentuk kelompok dan  menyiapkan cerita untuk dibaca didepan kelas.Sebelum bermain drama terlebih dahulu siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain serta mendiskusikan bagaimana peran yang akan dimainkan.Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung tetapi proses role playing itu sendiri. Menunjuk siswa sebagai pengamat dan diberi lembaran penilaian kelompok agar pengamat terlihat aktif dalam mengamati kelompok yang tampil dalam bermain peran.Setelah masing masing kelompok bermain peran guru dan siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi peran – peran yang dimainkan. Setelah siswa melakukan evaluasi,diadakan permainan ulang agar siswa dapat memainkan perannya lebih baik lagi dan sesuai dengan skenario.
b.        Pertemuan kedua(Rabu,4 Oktober 2017)
Pada pertemuan ini membahas materi persiapan kemerdekaan dengan berpedoman pada RPP dan lembar kerja siswa.Siswa yang hadir 30 orang. Proses pembelajaran guru mengawali dengan menyampaikan appersepsi yang berhubungan dengan materi pelajaran,memotifasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah proses pembelajaran melalui model role playing. Selanjutnya, menyediakan cerita dan membentuk kelompok sekaligus memilih peran yang disesuaikan dengan karakternya dari setiap pemain. Konsep sederhana dimungkinkan untuk dilakukan karena intinya tidak kemewahan panggung,tetapi proses role playing itu sendiri. Menunjuk siswa sebagai pengamat dan diberi berupa lembaran penilaian kelompok,agar pengamat terlihat aktif dalam menilai bagaimana tampilan kelompok yang sedang bermain peran. Setelah masing – masing kelompok bermain peran,bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran yang dilakukan. Setelah siswa mengerjakan evaluasi,guru mengadakan permainan ulang agar siswa dapat memainkan perannya lebih baik lagi dan sesuai dengan skenario. Siswa diajak berbagi pengalaman tentang tema permainan peran dan kemudian membuat kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang berpedoman pada aktivitas siswa dan guru dalam menerapkan model role playing,guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik dan guru telah membimbing tiap kelompok dan mengerjakan LKS. Dan pada aspek terakhir dari pembelajaran guru telah menyimpulkan dari materi yang dipelajari sesuai dengan waktu yang diberikan,dan setelah itu guru menyampaikan ulangan harian I kepada siswa.
c.    Pertemuan III (Kamis, 5 Oktober 2017)
Pada pertemuan yang ketiga ini guru melaksanakan ulangan harian I.Pelaksanaan ulangan harian I ini diikuti oleh 30 siswa,dan soal ulangan terdiri dari 20 soal ulangan objektif dengan waktu 2x35 menit. Suasana pada saat ulangan ini berjalan dengan aman,tenang dan tertib. Setelah selesai ulangan guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal dan jawaban dan kemudian siswa istirahat.
3.    Refleksi Siklus I
Dari hasil pengamatan selam dua kali pertemuan pada siklus I,dan hasil belajar siswa masih ada kekurangan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran,kekurangannya adalah:
a.    Guru belum tepat memilih anak bermain peran.
b.    Pemberian pengarahan belum maksimal pada siswa sehingga anak belum mampu mengeluarkan pendapatyang sesuai.
Dari hasil refleksi siklus I, maka perencanaan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II adalah:
a.    Memberi motivasi siswa dengan lebih baik lagi dan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa dalam memerankan tokoh proklamasi.
b.    Mengajak siswa untuk lebih memahami dan mengahayati peran yang diberikan berdasarkan skenarionya.
c.    Membuat strategi untuk tindakan pada siklus II agar aktivitas siswa dalam bermain peran lebih aktif.
d.   Merencanakan  pembagian waktu secara maksimal dan sebaik mungkin sesuai dengan alokasi waktunya.
4.    Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan pada siklus ke II ini untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan yang terjadi pada siklus I sesuai dengan hasil refleksi. Pada siklus II ini masih menggunakan model role playing dengan 2 kali pertemuan dan 1 kali ulangan.
a.        Pertemuan Pertama (Senin,9 Oktober 2017)
Pertemuan pertama pada siklus ke II ini penulis masih berpedoman pada RPP dan lembar kerja siswa. Siswa yang hadir 30 orang. Pada awal pertemuan siklus II ini diawali dengan memberikan pertanyaan dan memberikan motivasi pembelajaran.
Pada pertemuan ini penulis kembali menyiapkan cerita untuk dibacakan didepan kelas,kemudian membuat pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita.
Selanjutnya membentuk 3 kelompok yang terdiri dari 10 orang dan memilih pemain dari masing-masing kelompok. Dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan terdapat 4 tokoh yang akan diperankan.Siswa dan guru membahas karakter pemain dan mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu dimainkan. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung,tetapi proses role playing itu sendiri. Kemudian menunjuk siswa sebagai pengamat dan memberikan lembaran penilaian kelompok agar pengamat terlibat aktif dalam menilai bagaimana tampilan kelompok yang sedang bermain peran.
Selanjutnya permainan peran dimulai. Setelah masing-masing kelompok bermain peran,bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran yang dilakukan. Setelah siswa mengerjakan evaluasi,guru mengadakan permainan ulang agar siswa dapat memainkan peran lebih baik lagi dan sesuai dengan skenario. Siswa diajak berbagi pengalaman tentang tema permainaan peran sesuai dengan skenario,dan membuat kesimpulan.
b.        Pertemuan Kedua (Rabu,11 Oktober 2017)
Pertemuan kedua ini membahas materi persiapan kemerdekaan,dengan berpedoman pada RPP dan lembar kerja siswa. Siswa yang hadir 30 orang siswa.Proses pembelajaran diawali dengan menyampaikan appersepsi yang berhubungan dengan materi pelajaran, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah proses pembelajaran melalui model role playing.
Selanjutnya menyediakan cerita dan membentuk 3 kelompok dari 30 orang siswa. Sebelum pelaksanaan guru memberikan pertanyaan sesuai dengan materi sehingga siswa berfikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir cerita tersebut. Selanjutnya guru memilih peran yang cocok sesuai dengan karakter siswa yang akan diperankan.guru dan siswa membahas karakter dari setiap peran yang dimainkan. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung,tetapi proses role playing itu sendiri. Menunjuk siswa sebagai pengamat dan memberikan lembaran penilaian kelompok agar pengamat terlihat aktif dalam menilai kelompok yang sedang bermain peran dan kemudian permainan peran dimulai. Setelah permainan peran masing-masing kelompok selesai,guru bersama siswa kembali berdiskusi permainan tadi dan kemudian melakukan evaluasi. Setelah evaluasi ,guru kemudian kembali melakukan permainan peran ulang agar siswa dapat memainkan perannya lebih baik lagi dan sesuai dengan skenario. Siswa diajak berbagi pengalaman tentang tema permainan dan mengambil kesimpulannya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang berpedoman pada lembar observasi aktivitas guru dan menerapkan model role playing. Guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaaran dengan baik dan guru telah membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan mengerjakan LKS.
Pada saat akhir pelajaran guru telah dapat menyimpulkan materi yang diberikan karena waktu yang dimanfaatkan sesuai dengan yang diharapkan.Kemudian guru memberitahukan ulangan harian ke II kepada siswa.
c.         Pertemuan ketiga (Kamis,12 Oktober2017)
Pada pertemuan ketiga ini guru melaksanakan kegiatan ulangan harian ke II. Pelaksanaan ini diikuti 30 orang siswa. Soal ulangan harian II ini terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan waktu 2x35 menit. Suasana ulangan berjalan dengan tenang dan setelah selesai mengerjakan ulangan siswa menggumpulkan soal dan jawaban dengan tertib dan kemudian siswa istirahat.
3.Refleksi Siklus II
Setelah dilakukan penelitian pada siklus II ini, didapat hasil belajar siswa     mengalami peningkatan.
B.  Analisis Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dapat diperoleh hasil belajar IPS melalui penerapan model role playing pada siswa SD.N 010 Ratusima kecamatan Dumai Selatan pada tahun pelajaran 2016, sebagai berikut:



1.      Aktivitas Guru
a.       Aktivitas Guru
Didalam aktivitas guru penerapan model role playing dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru. Selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
1.      Pertemuan pertama, Guru belum sempurna dalam membuat cerita dan menentukan para pemain yang sesuai dengan karakter cerita,guru juga belum bisa mengajak siswa untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
2.      Pertemuan kedua, dalam pertemuan ini aktivitas guru sudah ada peningkatan, pemilihan pemain juga sudah sesuai dengan karakter siswa dalam peran cerita yang disajikan,Guru sudah dapat mengajak siswa untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
Aktifitas guru dalam penelitian siklus I dan Siklus II pada tiap 2 pertemuan berbentuk lembar pengamatan aktivitas guru yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Data aktivitas guru siklus I dan II
Keterangan
Siklus I
Siklus II
P1
P2
P1
P2
Jumlah Skor
25
28
30
34
Persentase Nilai
69,4 %
77,77%
83,33 %
94,4 %
Kategori
Cukup
Baik
Baik
Baik sekali

Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan aktivitass guru dari pertemuan siklus I dan siklus II,dimana pada siklus I 80,55 % menjadi 88,89 % dan pada siklus II dari 91,67 % menjadi 94,4 %.  Pada pertemuan siklus I aktivitas guru dapat dikategorikan baik,hal ini dikarenakaan masih ada kekurangan yang terjadi dalam memilih pemain dan membagi waktu. Pada siklus II aktivitas guru dikategorikan baik sekali.dimana siswa dapat memainkan perannya dengan baik dan sesuaai dengan karakter yang diharapkan.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru tiap pertemuan dari siklus I dan II meningkat, dan dapat kita lihat dari grafik dibawah ini:
b.Aktivitas siswa
Didalam aktivitas siswa dengan model role playing dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar  observasi aktivitas siswa pertemuan pertama, keaktifan siswa masih kurang dalam proses pembelajaran,seperti siswa dalam mengikuti kegiatan guru dalam memilih pelaku.Hal ini karena mereka belum terbiasa melaksanakan role playing,hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang masih bergurau dan bercerita sesamanya. Hal ini dapat dilihat dati tabel berikut:
Tabel 4.2
Data aktivitas siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Siklus I
Siklus II
P I
P II
P I
P II
Jumlah skor
26
27
31
33
Persentase nilai
72,2  %
75  %
86,11  %
91,67  %
Kategori
Cukup
Baik
Baik
Baik sekali

Dari tabel diatas dapat dilihat aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama 72,2 % menjadi 75 % dan pada siklus II pertemuan pertama 86,11 % menjadi 91,67 % pada pertemuan kedua.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa tiap pertemuan dari siklus I dan siklus II meningkat dan dapat kita lihat dari grafik dibawah ini:

c.    Hasil Belajar Siswa
Setelah melakukan penelitian pada umumnya hasil belajar siswa selama 4 kali pertemuan  dalam 2 siklus mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada siklus I masih ada yang belum tuntas,ini di karenakan proses pembelajaran siswa masih kurang aktif dan serius dalam mempelajari materi. Didalam memainkan peran dari teks cerita yang disiapkan oleh guru masih ada siswa yang main dan disaat diberikan tugas masih ada siswa yang mengerjakan asal siap.
Didalam siklus II siswa sudah mulai aktif dan serius dalam proses pembelajaran dan hal ini dapat dilihat dari siswa memainkan peran dari cerita yang diberikan oleh guru dan tugas yang diberikan kepada siswa dapat dikerjakan dengan baik dan semangat.
Tabel 4.3
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No
Siklus
Siswa yang Tuntas
Persentase Ketuntasan
Peningkatan Hasil Belajar
Banyak siswa
Persentase
1
Skor Dasar dan Siklus I
12
40 %
8
26,66 %
20
66,66 %
2
Siklus I dan Siklus II
20
66,66 %
7
23,33 %
27
90 %
Jumlah Persentase Peningkatan
15
50 %












Ketuntasan hasil belajar sebelum pelaksanaan model role playing siswa yang mencapai KKM adalah 12 orang siswa ((40 % ),pada siklus I terjadi peningkatan pada hasil belajar yang mencapai KKM meningkat menjadi 20 siswa (66,66 % ) yang berarti mengalami peningkatan 8 siswa (26,66 % ) dan pada siklus II siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 27 siswa (90 % ) yang berarti mengalami peningkatan sebanyak 7 siswa (23,33 %).

C.       Pembahasan hasil penelitian
Pembahasan ini dilakukan berdasarkan pada siklus I dan II  dengan model role playing yang diawali dengan menyiapkan suatu cerita untuk dimainkan didepan kelas. Sebelum melakukan permainan didepan kelas terlebih dahulu guru dan siswa mendiskusikan karakter masing – masing peran ,kegiatan ini dilakukan perkelompok dimana dalam kelas ini dibagi menjadi 3 kelompok,kemudian menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat dari kelompok yang lain. Setelah melakukan permainan guru dan siswa kembali berdiskusi tentang permainan peran yang dilaksanakan dan gurupun memberikan evaluasi agar pelaksanaan lebih terarah.
Dalam siklus I dapat kita lihat dalam lembar observasi terdapat kekurangan pada guru yaitu :
a.Guru masih kurang dalam menyampaikan materi
b.Penggunaan waktu masih belum maksimal
c. Setiap kelompok belum maksimal dapat dibimbing dengan baik
Kelebihan dalam siklus I juga ada yaitu minat belajar siswa sudah ada meningkat dari sebelumnya, dalam pelaksanaan model pembelajaran role playing siswa nampak bersemangat dalam memerankan tokoh sehingga pemahaman materi dapat kita lihat dari hasil ulangan harian I.
Adapun dalam mengatasi kekurangan yang dialami guru dari siklus I  yaitu dengan cara mengoptimalkan waktu dan mengajak siswa lebih menghayati peran yang diberikan kepadanya,sehingga pada siklus II kekurangan pada siklus I dapat diatasi dengan baik dan hasil belajarpun dapat meningkat. Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menerima pengalaman belajarnya..
Dari analisis data dapat diperoleh bahwa sebelum pelaksanaan model ini terdapat siswa yang mendapat KKM adalah 12  (40 %) siswa dan dibawah KKM adalah 18 (60 %) siswa. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 22(73,33 %) orang dan siklus II menjadi 27 (90,0 % )orang.Dengan demikian ,hasil analisis tindakan sudah sesuai dengan hipotesis,yaitu penerapan model role playing dapat meningkatkan  hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 010 Ratusima Kecamatan Dumai Selatan,tahun pelajaran 2017 /2018 benar telah meningkat secara signifikan.

BAB V
PENUTUP

A.  Simpulan
               Berdasarkan hasil analisis data penelitian dari BAB IV hasil penelitian ini  adalah sebagai berikut:
. Model Role Playing dapat meningkatkan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SDN 010 Ratu Sima Kec. Dumai Selatan

B.  Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberi saran yang berhubungan dengan hasil penelitian sebagai berikut :
1.      Bagi Sekolah
Penggunaan model Role playing dapat menjadi salah satu alternative proses pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan antusias siswa terhadap proses pembelajaran dapat tercapai dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.      Bagi Guru
    Pada proses pembelajaran,khususnya pembelajaran IPS, sebaiknya guru menerapkan model Role playing, sehingga dapat membantu proses pembelajaran.
3.      Bagi Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan memotifasi siswa sehingga siswa lebih kreatif dan bertanggung jawab.
4.      Bagi Peneliti lanjutan
Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar IPS hendaknya dapat memperluas cakupan materi bukan hanya pada materi yang ada pada semester dua saja akan tetapi pada semester satu juga dapat diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2009. Metode Dan Model-Model Mengajar. Bandung: ALVABETA CV
Arikunto,S.dkk 2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta: Bumi Aksara
Ischak, dkk. 2007. Pendidikan IPS DI SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Joyce Bruce , copyright , 2009 Pearson Education , inc.
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Supriatna, Srie Mulyani dan Ade Rokhayati. 2008. Pendidikan IPS Di SD. Bandung: Fakultas Ilmu Pendididkan-UPI
Noehi Nasution dan Adi Suryanto. 2008. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas terbuka
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Roestiyah. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafinda Persada
Yeti mulyati dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi.  Jakarta: Universitas Tebuka



No comments:

Post a Comment