Oleh: NORMA DEWI, S.S
(JARLIT TEBING TINGGI)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Upaya Peningkatan Minat Membaca dan
Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
( Problem Based Learning/PBL )Kelas X4 SMAN 3 Tebing Tinggi 2010/2011.
Penelitian ini berlatar belakang rendahnya nilai membaca peserta didik pada
ujian nasional, sementara soal materi membaca memiliki porsi terbesar dalam
ujian nasional (50%). Dalam kegiatan pembelajaran membaca, kinerja siswa juga rendah,
baik pada minat maupun produk belajarnya. Hasil penilaian tingkat ketuntasan
prasiklus dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi 8 (delapan) aspek penilaian
menunjukkan minat membaca sebesar 13, 33%. Sementara pada siklus I yang telah
menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah naik menjadi 46, 67%, terjadi peningkatan
sebesar 33, 34%. Berdasarkan temuan ini
dilakukan kegiatan pembelajaran siklus kedua dan menghasilkan minat
membaca yang meningkat menjadi 83,33%; peningkatan sebesar 36,66% dari siklus I. Hasil penelitian siklus kedua menunjukkan
bahwa seluruh siswa telah dikategorikan sebagai siswa yang aktif dalam
pembelajaran, kemampuan guru mengelola pembelajaran berdasarkan masalah
termasuk dalam kategori sangat baik, terdapat 26 orang siswa (86,67%) mencapai
ketuntasan belajar. Temuan ini menunjukkan bahwa kriteria pencapain penelitian
telah tercapai, sehingga peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa PBL telah
mampu meningkatkan minat membaca dan hasil belajar Bahasa Inggris siswa
sehingga siklus selanjutnya tidak diperlukan lagi. Untuk itu disarankan kepada
para guru Bahasa Inggris kiranya dapat mengadopsi strategi Pembelajaran
Berdasarkan Masalah dalam melaksanakan pembelajaran materi Bahasa Inggris lain
yang memiliki karakteristik seperti materi teks fungsional pendek dan teks
monolog sederhana.
Kata-kata kunci: Minat baca, dan Pembelajaran
Berbasis Masalah/PBL.
ABSTRACT
This study, entitled Improving Student Reading Interest and English Learning Outcomes through Problem-Based Learning Model / PBL Class X4 SMAN 3 Tebing Tinggi. The research background is the low reading scores of students
on national exam, while reading material has the largest portion in the
national exam (50%). During the reading activity, student performance is also
low, both in reading interest and learning outcomes. The results of the assessment of
precycle
success using the observation sheet containing 8 (eight) aspects of assessment
shows the level of passing of 13.33%. While on the cycle I which has implemented Problem-Based
Learning the passing rate rose to 46.67%, an increase of 33.34%. Based on these findings, learning
activities of the second cycle is
conducted and generates the level of passing increased up to 83.33%, an increase of 36.66% from cycle I. The results of second cycle
study showed that all students have been categorized as students who are active
in learning, teachers' ability to manage a problem based learning
is considered very good, there were 26 students (86.67%) achieving the passing grade. These findings suggest that the criteria for research achievement has
been reached, so researchers and observers decided Problem Based Learning
has been able to increase student interest in reading and their English learning outcomes that
the next cycle is not needed anymore. It is recommended to English teachers
to adopt Problem Based Learning strategy in implementing other English
learning materials having same
characteristics with short text materials and simple monologue
texts.
Key words: Reading Interest, and Problem
Based Learning strategy.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Banyak orang
bertanya-tanya, mengapa lulusan SMA sekarang tak mampu berkomunikasi dalam
bahasa Inggris padahal salah satu bahasa dunia itu sudah
diajarkan sejak SD. (Airlangga:
2009) Dimanakah letak
permasalahannya?
Menurut Ibrahim (2000), salah satu persoalan kita adalah lemahnya
pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas cenderung teoritis dan konseptual.
Akibatnya pembelajaran menjadi linear dan kering. Konsentrasinya lebih
diarahkan mengasah ranah kognitif peserta didik,
sementara psikomotoriknya agak terabaikan.
Otak siswa ditimbun informasi. Siswa pintar dalam berteori tetapi gagap dalam
aplikasi.
Sementara itu, karakteristik pembelajaran Bahasa
Inggris lebih mengarah
pada performansi bahasa; meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan. Proses pembelajaran hendaknya bersifat variatif dan fleksibel, serta memenuhi standar
pembelajaran (Permendiknas
no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses).
Ironisnya
dalam kenyataan pelajaran Bahasa
Inggris menjadi salah satu tantangan besar bagi peserta didik yang menghadapi
ujian nasional (UN) setiap tahun. Ujian Nasional Bahasa Inggris dengan 50 butir soal, terdiri dari 15 butir soal mendengar, 25 butir soal membaca, dan 10 butir soal campuran antara
gramatika dan fitur bahasa. Sementara
data UN SMAN 3 Tebing Tinggi menunjukkan bahwa pada tahun 2008, nilai membaca
anak-anak hanya sekitar 30% dari total nilai UN Bahasa Inggris, 33% pada tahun 2009, dan menjadi
38% di tahun 2010. (Sumber: Arsip SMAN3 T.T)
Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud memberikan
satu solusi permasalahan pembelajaran Bahasa Inggris pada karya tulis ini guna mengembangkan
kemampuan performansi berbahasa siswa; dalam hal ini performansi membaca siswa. Solusi ini
berangkat dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti di kelas X4
SMA Negeri 3 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2010/2011 semester genap. Kompetensi
yang dilatihkan adalah kompetensi membaca, dilakukan dengan tipe
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Kompetensi ini penting karena merupakan salah satu dari empat kompetensi
dalam berbahasa. Kedua, membaca adalah jendela dunia, semakin banyak membaca
semakin banyak pengetahuan. Ketiga, membaca adalah petualangan; kita bisa
menemukan banyak jawaban dengan bersenang-senang. Keempat, terlihat mudah dan
sederhana tetapi sulit memperoleh kompetensinya.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan, yaitu: (1) Rendahnya minat membaca
siswa, (2) Rendahnya hasil belajar membaca siswa, (3) Aktifitas siswa cenderung
pasif selama proses pembelajaran, (4) Pembelajaran bersifat monoton dan
berpusat pada guru.
C.
Batasan Masalah
(1)
Minat membaca
siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi berisi 8 kriteria
(2)
Hasil belajar
Bahasa Inggris dibatasi pada ranah kognitif.
(3)
Pembelajaran dilakukan
dengan Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi merespon
makna dalam teks fungsional pendek dan teks monolog sederhana di kelas X4 SMAN
3 T.Tinggi.
D.
Perumusan
Masalah
Permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(1)
Apakah penggunaan Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat
meningkatkan meningkatkan
minat membaca siswa?
(2)
Apakah dengan menerapkan
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa?
E.
Tujuan
Penelitian
(1)
Untuk mengetahui
minat membaca siswa yang dibelajarkan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mempelajari materi membaca teks
fungsional pendek dan teks monolog sederhana.
(2)
Untuk mengetahui
hasil belajar Bahasa Inggris siswa yang dibelajarkan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah.
F.
Manfaat
penelitian
Secara teoritis
penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan bagi guru, pengelola lembaga
pendidikan dan penelitian selanjutnya, yang ingin mengetahui lebih lanjut
tentang penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap minat membaca dan
hasil belajar Bahasa Inggris siswa.
Secara praktis
penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru Bahasa Inggris sebagai
strategi pembelajaran alternatif dalam upaya peningkatan minat membaca dan
hasil belajar Bahasa Inggris siswa.
KAJIAN
TEORI
A. Minat Baca
Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya
gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,
benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan
itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam
kegiatan itu. Skinner juga berpendapat bahwa minat sebagai motif yang
menunjukkan arah perhatian individu terhadap obyek yang menarik atau
menyenangkannya, maka ia cenderung akan berusaha aktif dengan obyek tersebut. (dalam Wijaya Kusumah: 2009) Berdasarkan hal tersebut di atas, minat merupakan suatu faktor yang
berasal dari dalam diri manusia dan berfungsi sebagai pendorong dalam berbuat
sesuatu yang akan terlihat pada indikator “dorongan dari dalam”, “rasa senang”,
“memberi perhatian”, dan”berperan serta dalam kegiatan”.
Gleen Doman (Sugiarto, www.depdiknas.go.id/jurnal/37/perbedaan
hasil belajar membaca.htm) dalam bukunya How to Teach Your Baby to Read menyatakan membaca merupakan salah
satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan
pada kemampuan membaca. Selanjutnya melalui budaya masyarakat membaca kita akan
melangkah menuju masyarakat belajar (learning
society). Dari terwujudnya masyarakat belajar (learning society) maka akan mencapai bangsa yang cerdas (educated nation) sesuai dengan amanat UUD
1945 menuju masyarakat Madani (Civil Society).
Lilawati
(Sandjaja: 2005) mengartikan minat baca sebagai suatu perhatian yang kuat dan
mendalam disertai perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat
mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Sinambela
(Sandjaja: 2005) mengartikan minat baca sebagai sikap positif dan adanya rasa
keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku
bacaan. (Mathedu-Unila: 2009). Minat
membaca merupakan kemampuan seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk
menangkap makna yang terkandung dalam tulisan sehingga memberikan pengalaman
emosi yang didapat akibat dari bentuk perhatian yang mendalam terhadap makna
bacaan. Minat membaca merupakan karakteristik tetap dari proses pembelajaran
sepanjang hayat (life-long learning) yang berkontribusi pada perkembangan
seperti memecahkan persoalan, memahami karakter orang lain, menimbulkan rasa
aman, hubungan interpersonal yang baik, serta penghargaan yang bertambah
terhadap aktivitas keseharian (Cole: 1963, Elliot, dkk;, dalam Sugiarto: 2000).
Dari berbagi definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa minat membaca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh
ketekunan dan cenderung menetap guna membangun pola komunikasi dengan diri
sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi
sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan
pembelajaran sepanjang hayat serta dilakukan dengan penuh kesadaran dan
mendatangkan perasaan suka, senang dan gembira.
B. Pengertian Belajar Dan Hasil
Belajar
Sebagian
orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi
pembelajaran. Dapat juga dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2009 dalam Rahmawati, 2011). Menurut Hamalik
(2005), terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang, dari tidak tahu
menjadi tahu, merupakan bukti bahwa orang tersebut belajar. Hasil belajar akan
tampak pada perubahan aspek tingkah laku yaitu berupa pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani dan
budi pekerti. Lebih lanjut William Burton (dalam Hamalik, 2009) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan hasil
belajar diterima oleh siswa apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan
berguna serta bermakna baginya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya. Apabila setelah belajar, siswa tidak
ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan
baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa
belajarnya belum sempurna.
C.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Secara umum Pembelajaran Berdasarkan Masalah menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey
(dalam Trianto, 2007:67), belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah,
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya. Pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan akan menjadi bahan dan materi untuk memperoleh pengertian dan bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Pembelajaran
Berdasarkan Masalah didasarkan pada teori psikologi kognitif. Fokus pengajaran terletak pada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat
mereka melakukan kegiatan itu bukan pada apa yang
sedang dilakukan (perilaku mereka). Walaupun peran guru pada pembelajaran ini
kadang melibatkan presentasi dan penjelasan suatu hal, namun yang lebih lazim
adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa
belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah.
PBL juga didasarkan pada konsep
konstruktivisme yang dikembangkan oleh ahli psikologi Eropa Jean Piaget dan
Lev Vygotsky. Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan
secara terus-menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini
memotivasi mereka untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka
tentang lingkungan mereka (Ibrahim dan Nur, 2005:16-17). Siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam
proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
Pengetahuan mereka tidak statis, tetapi terus-menerus tumbuh dan berubah saat
siswa menghadapai pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan
memodifikasi pengetahuan awal. Pendidikan yang baik harus melibatkan siswa dengan situasi-situasi yang
dapat membuat anak melakukan eksperimen mandiri; mencoba segala sesuatu untuk
melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda/ simbol, mengajukan
pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang ia temukan
pada suatu saat dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain, membandingkan
temuannya dengan temuan anak lain (Duckworth, dalam Ibrahim dan Muh. Nur, 2005: 17-18).
Arends (1997, dalam Trianto, 2007:68), menyatakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menuntut siswa
mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Guru
menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan dari pada
deduktif.
PBL tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang mandiri (Ibrahim,
dkk., 2000:7).
Menurut Ibrahim dan Nur Pembelajaran Berbasis Masalah mempunyai
beberapa karakteristik, dan masing-masing karakteristik
tersebut mengandung makna. Karakteristik-karakteristik
tersebut meliputi:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah),
merupakan hal penting baik secara
hubungan sosial maupun secara pribadi untuk siswa karena masalah yang diajukan merupakan
situasi dunia nyata yang memungkinkan adanya berbagai macam solusi. Hal ini
diperlukan untuk melatih siswa dalam memecahkan suatu
masalah sama halnya dalam dunia nyata atau kerja.
b. Berfokus
pada keterkaitan antar disiplin, artinya masalah yang diajikan benar-benar
nyata agar
dalam pemecahannya
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.
c. Penyelidikan autentik, artinya siswa harus
menganalisis dan mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis
dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, membuat inferensi dan merumuskan
kesimpulan.
d. Menghasilkan
produk atau karya kemudian memamerkannya. Produk dapat berupa laporan atau
model fisik tentang apa yang telah mereka pelajari kemudian mendemonstrasikan
pada teman-temannya.
e. Kerja
sama, artinya pada saat proses belajar mengajar siswa bekerja sama secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah mendorong berbagai inkuiri dan dialog serta perkembangan keterampilan
sosial dan keterampilan berpikir.
Dalam mengimplmentasikan Pembelajaran Berbasis Masalah,
kejadian-kejadian yang harus muncul menurut Pierce dan Jones (Runi
dalam Trianto) adalah:
a. Keterlibatan
(engagment), siswa berperan aktif sebagai pemecah masalah. Siswa diharapkan mampu menemukan masalah
dan memecahkannya.
b.
Inkuiri dan investigasi
(inquiri and investigation), siswa bekerja sama dengan yang lainnya
untuk menemukan dan mengumpulkan informasi melalui kegiatan penyelidikan.
c.
Performansi (performance),
siswa bekerjasama melakukan diskusi untuk menemukan penyelesaian masalah yang disajikan.
d.
Tanya jawab (debriefing),
siswa melakukan sharing mengenai pendapat dan idenya dengan yang lain
melalui kegiatan tanya jawab
e.
Presentation of finding,
siswa menuliskan rencana, laporan kegiatan atau produk lain yang dihasilkan
selama pembelajaran kemudian mempresentasikannya kepada yang lain.
METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMAN 3 Tebing Tinggi pada pelajaran Bahasa
Inggris dengan mengimplementasikan Pembelajaran Berbasis Masalah/PBL. Sebagai subyek adalah
kelas X4 semester genap tahun pelajaran
2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, terdiri dari 11 siswa
laki-laki dan 19 siswa perempuan.
B.
Variabel Penelitian
Variabel yang
menjadi sasaran dalam rangka penelitian ini adalah:
1)
Input : Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
2) Proses : Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Inggris.
3)
Out put : Peningkatan minat membaca siswa.
Nilai-nilai minat membaca yang menjadi fokus penelitian
ini adalah sebagai berikut:
ASPEK PENILAIAN
|
||||||||
Aktif membaca teks
|
Menjawab pertanyaan
|
Paham kosakata
|
Aktif mencari kosakata
|
Selesai tugas
|
Aktif bertanya
|
Paham pengucapan
|
Senang dengan PBM
|
|
Skor
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
Skor Perolehan
Nilai
= --------------------- x 100
18
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan rancangan tindakan yang mengacu
pada pendapat Kemmis dan MCTaggart (Aqib
2006) meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi.
Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti melakukan hal-hal berikut: (*) bersama pengamat melakukan kegiatan pra observasi untuk
mengumpulkan fakta-fakta lapangan guna memastikan adanya masalah yang terjadi
dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, (*) merancang perangkat
pembelajaran berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah, (*) menyiapkan fasilitas yang
diperlukan, (*) membuat dan mendiskusikan format pengamatan yang akan digunakan.
Tindakan
Pendahuluan
Guru mengingatkan siswa
tentang materi pelajaran lalu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menjelaskan model pembelajaran dan penilaian yang akan dilakoni.
Kegiatan
inti
Bersama siswa membahas
konsep/teori yang diperlukan dalam kegiatan pemecaham masalah dan memberikan
contoh soal/masalah.
Tahap
I: Mengorientasikan siswa pada masalah
Guru
mengajukan masalah dan meminta siswa mencermatinya. Selanjutnya siswa diminta mengemukakan ide
dan teori yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Tahap
2: Mengorganisir siswa untuk belajar
Siswa
dikelompokkan, (5 orang tiap kelompok) dengan memperhatikan kemampuan, dan jenis kelamin. Siswa
secara berkelompok memecahkan masalah yang diajukan pada tahap 1.
Tahap
3: Membantu siswa memecahkan masalah
Siswa melakukan
penyelidikan/pemecahan masalah secara berkelompok. Guru mendorong siswa
mengumpulkan data dan mengajukan pertanyaan yang diperlukan siswa dalam
menjelajah dan menemukan penyelesaian dari masalah yang dibahas.
Tahap
4: Membantu Siwa Mengembangkan / Menyajikan Hasil Pemecahan Masalah
Salah
seorang anggota kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan membantu jika diperlukan.
Tahap
5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Msalah
Membantu menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir siswa, dan siswa menyusun kembali hasil pemikiran
dari kegiatan yang telah dilakukan.
Penutup
Membimbing siswa
menyimpulkan isi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan memberikan tugas
rumah. Siswa
yang dianggap telah memahami materi diberikan materi pengayaan, sedang yang
belum tuntas diberikan remedial.
c. Observasi
Observer mengamati
perilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan untuk mendapatkan gambaran kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran, dan keaktifan guru/siswa.
d. Refleksi
Dilakukan setelah proses
pembelajaran berakhir, peneliti bersama pengamat mendiskusikan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk
merevisi kegiatan pembelajaran selanjutnya .
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
Dalam penelitian
ini pembelajaran Bahasa Inggris yang menggunakan Pembelajaran Berbasis
Masalah, dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Gambaran hasil penelitian
ini diuraikan seperti berikut ini:
A.
Siklus
Pertama (6x45’)
1.
Perencanaan
(Planning)
a.
Menentukan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa
dengan menggunakan PBL. Standar
kompetensi yang diteliti adalah memahami makna teks fungsional pendek dan essai
sederhana (membaca) sedangakan Kompetensi dasar (KD)
yang diteliti yaitu KD 11.1 Merespon makna dalam teks fungsional pendek
(misalnya pengumuman, iklan, undangan dll) resmi dan tak resmi secara akurat, lancar dan berterima
yang menggunakan ragam bahasa tulis dalam konteks kehidupan sehari-hari; dan KD 11.2 Merespon makna dalam
teks monolog sederhana yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar
dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk; narrative, descriptive, dan
news item.
b.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasi
PBL.
c.
Membuat lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
d. Membuat
lembar kerja siswa (LKS)
e.
Menyusun alat evaluasi
pembelajaran
2.
Pelaksanaan
(Acting)
(1) Menjelaskan
hal-hal yang dibutuhkan, seperti pembentukan kelompok belajar dan tugas dari masing-masing kelompok.
(2) Guru
mendistribusikan pengumuman tentang peraturan sekolah.
(3) Guru
mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan tentang materi serta memberikan komentar
atas materi yang diberikan.
(4) Setiap
kelompok diwajibkan memberikan pendapat
(5) Siswa dan
guru melakukan refleksi. Setiap kelompok harus menyampaikan pendapat tentang
poin-poin dari peraturan sekolah logis atau tidak. Jika mereka tidak setuju
dengan peraturannya, mereka diminta mengajukan beberapa peraturan yang lebih
tepat untuk sekolah. Siswa juga dimintai pendapat tentang proses pembelajaran
yang sudah dijalani, serta saran mereka untuk kegiatan selanjutnya. Guru
memberikan penguatan dan simpulan.
3.
Observasi
dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
Dibandingkan
dengan hasil perolehan pada data awal (sebelum tindakan siklus I dilakukan),
tampak kemajuan yang berarti.
Hasil
observasi aktivitas siswa dalam Proses
Belajar Mengajar selama siklus pertama dapat dilihat sebagai berikut:
Pengamatan terhadap
aktivitas siswa selama pembelajaran melalui PBL dengan
menggunakan lembar pengamatan yang berisi 8 (delapan) aspek penilaian.
ASPEK
|
TINGKATAN
|
||
3
|
2
|
1
|
|
Aktif membaca teks
|
Ya
|
Tidak
|
|
Aktif menjawab pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
|
Paham kosakata
|
Pemahaman tepat
|
Pemahaman kurang tepat
|
Pemahaman tidak tepat
|
Aktif mencari kosakata
|
Ya
|
Tidak
|
|
Menyelesaikan tugas
|
Ya
|
Tidak
|
|
Aktif bertanya
|
Ya
|
Tidak
|
|
Paham pengucapan
|
Pemahaman tepat
|
Pemahaman kurang tepat
|
Pemahaman tidak tepat
|
Senang dengan PBM
|
Ya
|
Tidak
|
Hasil penilaian
minat membaca prasiklus = 13,33% sedangkan pada siklus I menjadi 46,67% dengan demikian terjadi peningkatan sebesar
33,34%. Hasil belajar siswa juga mengalami kemajuan yang berarti. Dari
angka-angka data dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan PBL membuat minat membaca siswa meningkat dan
menjadikan mereka terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Keadaan ini
jauh berbeda ketika guru hanya menyuruh siswa berkelompok dan menyerahkan
proses pembelajaran sepenuhnya kepada siswa.
a.
Hasil observasi
Aktivitas guru dalam Proses Belajar Mengajar
Hasil observasi
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama masih
tergolong sedang
dengan perolehan skor 68,25%.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keseluruhan aspek pengelolaan pembelajaran
guru memperoleh penilaian dengan kategori cukup. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa guru cukup mampu
mengelola pembelajaran melalui model
pembelajaran berdasarkan masalah.
b. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yaitu mencakup aspek (1) kemampuan menjawab pertanyaan, (2)
usaha menemukan
informasi-informasi tertentu seputar materi yang diberikan,
dan (3) memberikan komentar
terhadap isi materi.
Penilaian hasil belajar
setiap siswa mengacu pada ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu
paling sedikit siswa memperoleh nilai 75,
maka dikatakan bahwa siswa tersebut tuntas dalam belajar. Hasil analisis
terhadap hasil belajar
siswa menunjukkan bahwa dari 30
orang siswa yang dikenai tindakan, ada sebanyak 13 orang siswa atau 43,33% mencapai kriteria
ketuntasan belajar dan 17 orang atau
sekitar 56,67% belum mencapai ketuntasan belajar.
4.
Refleksi
(Reflecting)
Adapun keberhasilan dan
kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut :
a. Rencana pembelajaran yang disiapkan cukup terlaksana
dengan baik.
b. Guru
belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada PBL.
Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam proses belajar mengajar
hanya mencapai 68,25
%.
c. Aktifitas siswa menunjukkan kemajuan meski sebagian
siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan PBL.
Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar walaupun belum mencapai hasil yang diharapkan.
Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap nilai minat baca siswa yang mencapai 46,67%
d. Masih
ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan.
Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
e. Masih
ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan kegiatan, mereka merasa malu karena kurang memahami teks yang
diberikan; sehingga tidak memiliki bahan untuk disampaikan.
f. Dari pengakuan beberapa siswa saat refleksi, mereka
merasa malu, gugup untuk mengemukakan pendapat mereka karena meruakan
pengalaman baru.
Untuk
memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada
siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan
sebagai berikut.
1. Memberikan
motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran
2. Lebih
intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan
3. Memberi pengakuan atau
penghargaan (reward).
B.
Siklus
kedua (6x45’)
Seperti pada siklus
pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi serta replanning. Hasil
siklus 1 menjadi dasar pembuatan rencana baru untuk siklus 2 sebagai berikut:
1.
Perencanaan
(Planning)
Hasil
refleksi akhir pada siklus I menjadi dasar pembuatan rencana baru untuk siklus
kedua sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya memotivasi
siswa agar lebih aktif lagi
dalam pembelajaran.
b. Memaksimalkan upaya mendorong siswa untuk bekerjasama/berdiskusi dengan
teman sekelompok.
c. Lebih
intensif membimbing kelompok
yang mengalami kesulitan.
d. Memberi
pengakuan atau penghargaan.
e. Membuat
perangkat pembelajaran dengan PBL
yang lebih mudah dipahami oleh peserta
didik.
f. Menyiapkan materi dalam bentuk power poin.
g. Mewajibkan setiap peserta didik untuk membawa kamus.
Memaksimalkan pembimbingan siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar dengan cara mendorong dan
membimbing mereka untuk menjawab
pertanyaan, menemukan
informasi-informasi tertentu seputar materi yang diberikan,
dan mengomentari isi materi.
2.
Pelaksanaan
(Acting)
a. Memberikan penguatan agar setiap peserta didik
terlibat dalam kelompok. Suasana pembelajaran
sudah mengarah kepada PBL. Tugas yang diberikan
guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja mampu dikerjakan dengan
baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai
materi pembelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
b. Sebagian
besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi
dari kelompok lain; dan tidak ragu
menyampaikan pertentangan ide.
c. Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3.
Observasi
dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
a.
Hasil observasi
aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar selama siklus kedua dapat dilihat sebagai berikut:
Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran melalui PBL dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi 8 (delapan) aspek penilaian. Hasil penilaian tingkat ketuntasan siklus II sebesar
83,33% dengan demikian terjadi
peningkatan sebesar 36,66% dibandingkan siklus I (46,67%). Hasil belajar siswa
juga mengalami kemajuan yang berarti. Dari angka-angka data dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan PBL membuat minat membaca siswa meningkat dan
menjadikan mereka terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Keadaan ini
jauh berbeda ketika guru hanya menyuruh siswa berkelompok dan menyerahkan
proses pembelajaran sepenuhnya kepada siswa.
b.
Hasil observasi
Aktivitas guru dalam Proses Belajar Mengajar :
Hasil observasi
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua masih tergolong baik dengan perolehan skor 82,76%. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa keseluruhan aspek pengelolaan pembelajaran guru memperoleh
penilaian dengan kategori baik.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
guru mampu mengelola pembelajaran melalui model pembelajaran
berdasarkan masalah.
c. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yaitu mencakup aspek (1) kemampuan menjawab pertanyaan, (2)
usaha menemukan
informasi-informasi tertentu seputar materi yang diberikan,
dan (3) memberikan komentar atas
isi materi.
Hasil analisis terhadap nilai tugas siswa menunjukkan
bahwa dari 30
orang siswa yang dikenai tindakan, ada sebanyak 26 orang siswa atau 86,67% mencapai kriteria
ketuntasan belajar dan 4 orang atau
sekitar 13,33% belum mencapai ketuntasan belajar. Namun bila diperhatikan
nilai keempat orang siswa yang tidak
tuntas ini tidak terlalu jauh dari batas kriteria ketuntasan minimal yang berlaku di sekolah
tempat penelitian.
Selama
pembelajaran di siklus 2, peserta didik mengalami kemajuan yang berarti. Ide,
keaktifan, minat dan interaksi mereka dilakukan dengan sangat baik. Semua aspek
pengamatan menunjukkan perkembangan yang positif.
Keluhan
saat refleksi di siklus 1 tidak lagi muncul pada saat refleksi 2. Semua
kelompok sudah bisa menyelesaikan tugas yang diberikan dalam waktu yang
ditentukan. Setiap peserta didik berlomba-lomba menyampaikan pendapatnya;
sekalipun itu bertentangan dengan mayoritas pendapat yang ada.
4.
Refleksi
(Reflecting)
Adapun keberhasilan
yang diperoleh selama siklus kedua
ini adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas
siswa dalam Proses Belajar Mengajar sudah mengarah ke
Pembelajaran Berbasis Masalah
secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk
memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam
kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa juga mampu mempresentasikan
hasil kerjanya.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap nilai minat baca siswa
meningkatkan dari 46,66%
pada siklus pertama
menjadi 83,33% pada siklus kedua.
b. Meningkatnya
aktivitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar didukung oleh
meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana
pembelajaran yang mengarah pada Pembelajaran Berbasis Masalah.
Guru intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari
hasil observasi aktivitas guru dalam proses
belajar mengajar meningkat dari 68,25% pada siklus pertama menjadi 82,76 % pada siklus kedua.
Temuan
hasil penelitian siklus kedua ini dianalisis dan didiskusikan dengan guru mitra yang
bertindak sebagai pengamat. Hasil diskusi tersebut menyepakati bahwa kegiatan
pembelajaran melalui model pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus kedua
ini sudah sangat baik. Keseluruhan siswa telah mengambil bagian secara aktif
selama pembelajaran berlangsung. Demikian juga dengan guru yang melaksanakan
pembelajaran telah sangat aktif dan sangat mampu mengelola pembelajaran melalui
model pembelajaran berdasarkan masalah.
c.
Keaktifan guru dan
siswa dalam kegiatan pembelajaran serta kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran melalui PBL
juga memberikan pengaruh pada hasil pencapaian
belajar siswa yang meningkat. Hampir seluruh siswa telah mencapai kriteria
ketuntasan belajar untuk materi teks fungsional pendek (mis, pengumuman, iklan, dan undangan)
dan teks monolog sederhana (narrative,
descriptive, dan news item).
Dengan temuan ini maka pengamat dan guru mitra yang bertindak sebagai pengamat
selama pembelajaran berlangsung menyepakati bahwa kriteria pencapain penelitian
yang telah ditentukan diawal penelitian telah tercapai, sehingga kegiatan
penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan minat membaca siswa pada
materi teks fungsional pendek dan teks monolog sederhana
melalui PBL tidak dilanjutkan lagi
ke siklus berikutnya.
Pembelajaran telah terlaksana
dengan baik. Secara umum tindakan yang dilakukan menunjukkan peningkatan hasil
yang sangat signifikan. Demikian pula pada aktivitas pembelajaran telah
menunjukkan perkembangan yang sangat positif dan menyenangkan. Selain
itu, model pembelajaran ini telah mampu mengaktifkan guru dan siswa dalam
pembelajaran serta telah mampu merubah pola mengajar guru yang selama ini
digunakan. Pola
pembelajaran yang selama ini senantiasa berorientasi pada pencapaian target
menyelesaikan materi sehingga kurang memperhatikan kompetensi yang dimiliki
siswa ini mengakibatkan siswa kurang mampu menyatakan pendapat, ide, dan
pertanyaan baik kepada guru maupun kepada sesama teman. Karena
kriteria ketercapaiaan penelitian ini, yaitu peningkatan minat membaca
siswa
telah tercapai, maka peneliti dan pengamat
memutuskan untuk mengakhiri penelitian
tindakan kelas pada siklus 2 ini.
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
Hasil
analisis data yang diperoleh selama penelitian tindakan menunjukkan bahwa
penerapan PBL dalam pembelajaran Bahasa Inggris telah meningkatkan minat baca
dan hasil belajar Bahasa Inggris siswa; khususnya dalam kompetensi membaca.
Keberhasilan itu terjadi pada subjek penelitian tindakan yang dilakukan, yakni
di kelas X4 SMAN 3 Tebing Tinggi pada semester genap t.p 2010/2011. Dari hasil
observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan minat membaca siswa yang
pada siklus I hanya rata-rata 46, 67% menjadi 83, 33% pada siklus II. Aspek
penilaian tertinggi terdapat pada aspek keaktifan siswa membaca teks dan
timbulnya rasa senang mereka terhadap PBM. Peningkatan tidak hanya terjadi pada
minat siswa dalam pembelajaran, melainkan juga pada hasil pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang ada. PBL memberikan manfaat bagi siswa salah satunya
dalam pemahaman sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Melalui wawancara dengan siswa ditemukan bahwa dengan penerapan model PBL kondisi kelas
menjadi lebih aktif, siswa menjadi berani tampil dalam
mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan kesan dan
tanggapan siswa menyatakan bahwa kegiatan belajar jadi
lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan minat membaca siswa.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan, penulis
merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: (1) Dalam pembelajaran
berbahasa PBL bisa digunakan untuk mengaplikasikan pembelajaran yang aktif,
kreatif dan menyenangkan. (2) Guru perlu berupaya membuat strategi/metode
yang lebih kreatif dan efektif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa
Inggris siswa sehingga pembelajaran bahasa yang menuju performansi bahasa bisa
tercapai. (3) Pentingnya meningkatkan kemampuan performansi siswa karena bahasa
adalah berbicara dengan lisan atau tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Airlangga, 2009. Mengungkap
Rendahnya Kualitas Lulusan SMU dalam Berbahasa Asing. www.kabarindonesia.com / diakses 20 Maret 2011
Arends, Richard,
I. 2007. Classroom Instruction and Management. New-York: McGraw-Hill.
Aqib, Zainal.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Yrama Widia.
Hamalik, O. 2005.
Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Ibrahim,
Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University
Press.
Ibrahim, Muslimin
dan Muhammad Nur. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
University Press.
Kasdi, S. Dan
Muhammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Rahmawati. 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah terhadap Hasil Belajar Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis, Aktivitas dan
Sikap Ilmiah Mahasiswa di Universitas AlMuslim Bireun.
Sugiarto. 2010. Perbedaan Hasil Belajar Membaca. www.depdiknas.go.id/jurnal/37/
diakses
20
Maret 2011
Trianto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi
Pustaka Publisher.
No comments:
Post a Comment