(Kebebasan pers atau kebebasan menghujat dan
menghina?)
Sekelompok orang bersenjata menyerang
surat kabar mingguan humor Charlie Hebdo
di Perancis sana. 12 orang tewas
termasuk pemimpin redaksi dan kartunisnya. Siapapun penyerangnya apakah
mereka Al-qaidah atau ISIS, tidak penting lagi. Sang penyerang adalah beragama
Islam. Seperti di duga. Seluruh dunia termasuk pemerintah Indonesia mengecam
penyerangan ini.
Surat kabar Charlie Hebdo ini punya ciri khas, selalu berisi
penghinaan. Aspek yang biasa mereka hina seperti dunia perpolitikan, budaya,
dan agama. Agama islam adalah agama yang
sering mereka olok-olokkan. Pada
September 2012. Mereka membuat kartun
Nabi Muhammad SAW yang sedang telanjang. Oktober lalu, Charlie Hebdo kembali beraksi menyerang Islam. Kali
ini yang mereka gambarkan, yakni ISIS. Di gambar katun mereka terlihat ISIS sedang memanggal kepala Nabi
Muhammad SAW. Seperti yang diketahui laman 'Time', pemerintah setempat
sebenarnya sudah melakukan protes. Namun, protes ini diabaikan Charlie Hebdo.
Charlie Hebdo sesungguhnya sudah pernah menjadi sorotan dunia. Bahkan,
sebelum penyerangan pada Rabu lalu.
Pada 2006, surat kabar ini pernah menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya
gambar ini pernah diterbitkan di Denmark dan memicu protes dari umat Islam seluruh
dunia.
Dua kelompok Islam telah menggugat halaman yang disajikan surat
kabar itu. Namun, gugatan ini dibiarkan begitu saja. Pada 2011, sehari setelah
mengumumkan akan ada edisi khusus Nabi Muhammad SAW, kantor mereka pun dibom.
Tidak ada yang terluka dalam serangan itu. Namun, koran itu terpaksa
meningkatkan keamanan dengan dilengkapi pengawal.
Nah sekarang koran itu di Bom lagi, korban berjatuhan. Umat
islam yang merasa terhina selama ini sudah menempuh berbagai cara melalui
gugatan dan jalur hukum. Hasilnya tidak ada. Dan rupanya diluar dugaan ada
sekelompok orang islam bereaksi dengan ekstrim. Memang tidak bisa dibenarkan.
Namun wajarkah hanya penyerang saja yang dikecam tidak beradab? Tidak kah kita harus mengecam juga lembaga
yang menangani gugatan orang islam selama ini? Apakah sama kebebasan pers
dengan kebebasan menghina, menghujat dan mengolok-olok satu kelompok?
Mudah-mudahan kejadian yang menelan korban ini menjadi
momentum bagi berbagai pihak untuk intropeksi. Satu kelompok walaupun dianggap
golongan minoritas dan lemah, namun kalau terus-terusan dihina dan
diolok-olokkan akhirnya bereaksi dengan cara yang tidak diduga. Bagi pengecam
dan pengutuk kejadian ini hendaknya juga mengecam sikap yang selalu merendahkan
dan mengolok-olokan kelompok lain. Selama
dunia ini tidak berimbang dan tidak
adil, kejadian ini akan terulang kembali.
No comments:
Post a Comment